Kedelai (Glycine max Merr) bukan tanaman baru bagi masyarakat Indonesia, walaupun
budidaya kedelai pertama dilakukan di Cina sejak tahun 2800 SM, atau 4800 tahun yang lalu.
Pada zaman penjajahan, Rhumphius pada tahun 1750 melaporkan bahwa kedelai sudah mulai
dikenal di Indonesia sebagai tanaman bahan makanan dan pupuk hijau (Romburgh 1892).
Hingga sekarang kedelai merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, baik
sebagai bahan pangan yang diolah secara sederhana seperti direbus, digoreng, dan disayur
untuk dimakan sehari-hari, maupun sebagai bahan baku industri pangan, susu, kecap, pakan
ternak, dan lain-lain. Penggunaan kedelai terbesar di Indonesia adalah untuk industri pangan:
(tahu, tempe, kecap, tauco) dan pakan ternak (Sudaryanto 1996). Peng-gunaan kedelai segar
sebagai sayuran dan kudapan kurang 5% dari total hasil panen.
Di Indonesia, kedelai sayur atau edamame telah dikembangkan sejak tahun 1995. Di Jember,
Jawa Timur, edamame telah diproduksi dalam bentuk segar beku untuk ekspor dan sekaligus
mengisi pasar dalam negeri. Sejalan dengan tuntutan masyarakat akan makanan sehat dan
bergizi tinggi, edamame yang dibekukan dengan teknologi pengawetan beku dapat dikonsumsi
kapan diperlukan tanpa bergantung musim. Oleh karena itu, kedelai sayur sebagai komoditas
agribisnis cukup potensial dikembangkan dalam aktivitas agroindustri internasional.
Sejarah Edamame
Perbanyakan benih dilakukan untuk mengatasi kendala mahalnya biaya impor. Namun
demikian, proses pengembangan Edamame tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada
syarat yang harus dipenuhi, salah satunya ketinggian lahan. Setelah melalui beberapa tahun
penelitian, diketahui bahwa lokasi yang pas untuk menanam Edamame adalah lahan dengan
tinggi lebih dari 600 mdpl.
Adapun perusahaan yang mengelola produksi Edamame Indonesia adalah PT Mitratani Dua
Tujuh, anak usaha PT Perkebunan Nusantara X. Belakangan juga dilakukan persilangan tanaman
kedelai ini untuk mendapatkan varietas Edamame khas Nusantara.
1995. Perusahaan mulai berproduksi pada tahun 1995, yang ditandai dengan ekspor perdana
edamame atau kedelai Jepang sebagai komoditas utama secara komersial dan sampai sekarang
merupakan produk andalan Mitratani 27.
1998. Perusahaan mulai memproduksi dan mengekspor mukimame atau edamame kupas untuk
mengurangi produk yang terbuang.
2006. PT. Mitratani Dua Tujuh telah menghentikan impor benih dan mulai memproduksi
multiplikasi benih edamame maupun okra Sebagai tanaman palawija berumur pendek lebih 70
hari, sangat tepat sebagai tanaman rotasi (gilir tanam) dengan tembakau maupun tanaman lain
yang saling menguntungkan.
PT Mitratani Dua Tujuh didirikan pada tanggal 17 Nopember 1994 dengan Akta Notaris Ny.
Liliana Arief Gondoutomo, SH Nomor 11 di Jakarta. Akta tersebut telah didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan nomor 2148/A RI/IKM/1994/PNJAKSEL tanggal
20 Desember 1994, serta disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
tertanggal 23 Nopember 1994 Nomor C2-17143.HT.01.01.TH’94. PT Mitratani Dua Tujuh
diresmikan oleh Menteri Keuangan bersama Menteri Pertanian serta disaksikan oleh Menteri
Koperasi dan PPK pada tanggal 26 Nopember 1994 di Semarang.
Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tanggal 23 Juli 1998 diadakan
perubahan Anggaran Dasar Perusahaan untuk disesuaikan dengan Undang – Undang Nomor 1
Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, dengan Akta Notaris Agung Cahyo Kuncoro, SH di
Jember Nomor 12 tanggal 23 Juli 1998, dan telah mendapatkan persetujuan Menteri
Kehakiman Nomor C2-25036.HTO1.04.TH’98 tanggal 13 Nopember 1998
Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan bergerak dalam
bidang agroindustri dan perdagangan dengan komoditi utama kedelai Jepang atau Edamame.
Pabrik dan kantor perusahaan berlokasi di Jalan Brawijaya No. 83, Kelurahan/ Desa Mangli,
Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Kepemilikan saham saat ini adalah PTPN X sebesar 14.033 lembar saham atau senilai Rp
14.033.000.000 dan PT Kelola Mina Laut sebesar 7.557 lembar saham atau senilai Rp
7.557.000.000.
Saat ini wilayah kerja PT Mitratani Dua Tujuh meliputi wilayah Kabupaten Jember demgan total
luasan sebesar 1.193,6 Ha, yang terdiri atas tanaman edamame seluas 1.085,4 Ha, Okura seluas
90,9 Ha, serta Buncis seluas 17,3 Ha.
Manfaat Edamame
Manfaat
2. Mengurangi risiko sejumlah penyakit Kedelai edamame mengandung isoflavon, yaitu suatu
antioksidan yang bermanfaat dalam melindungi tubuh dari berbagai penyakit, seperti
osteoporosis, kanker, hipertensi, dan penyakit jantung. Selain itu, kedelai edamame lagpula baik
untuk menjaga kestabilan gula darah, sehingga baik untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes.
3. Meredakan gejala menopause. Kandungan antioksidan isoflavon dan fitoestrogen pada kedelai
edamame memberikan manfaat untuk meredakan gejala hot flashes atau munculnya sensasi
panas di sekitar wajah, leher, dan dada pada wanita di masa menopause.
4. Menyehatkan pencernaan Manfaat edamame lainnya adalah menjaga kesehatan saluran cerna.
Suatu riset menunjukkan bahwa kandungan serat dan protein yang tinggi pada edamame akan
berfungsi sebagai prebiotik yang dapat membantu pertumbuhan bakteri baik di dalam saluran
cerna.
5. Menjaga berat badan Edamame yang kaya serat, protein, dan antioksidan serta dapat
membantu menjaga berat badan. Beberapa riset menunjukkan bahwa orang yang rutin
mengonsumsi makanan berserat, termasuk kacang kedelai dan edamame, rata-rata memiliki berat
badan yang ideal.
Hal ini diduga berkaitan dengan efek edamame yang dapat mengurangi lemak tubuh, serta lebih
lama dicerna sehingga dapat membuat kenyang lebih lama. Beberapa manfaat di atas sejauh ini
masih terbatas pada beberapa penelitian berskala kecil. Oleh karena itu, masih dibutuhkan riset
lebih lanjut untuk memastikan manfaat edamame terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit.
Menurut United States Department of Agriculture (2013), kedudukan taksonomi kedelai adalah
sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivision: Spermatophyta
Division: Magnoliophyta
Class: Magnoliopsida
Subclass: Rosidae
Order: Fabales
Family: Fabaceae
Genus: Glycine
Edamame merupakan tanaman legume semusim, tumbuh tegak, daun lebat, dengan beragam
morfologi. Tinggi tanaman berkisar antara 30 sampai lebih dari 50 cm, bercabang sedikit atau
banyak, bergantung pada varietas dan lingkungan hidupnya. Daun pertama yang keluar dari buku
sebelah atas kotiledon berupa daun tunggal berbentuk sederhana dan letaknya berseberangan
(unifoliolat). Daun-daun yang terbentuk kemudian adalah daun-daun trifoliolat (daun bertiga).
Komposisi Jumlah
PENGOLAHAN
Pengolahan merupakan suatu proses pengawetan produk. Dalam hal ini, pengolahan tidak
untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas produk, tetapi mempertahankan kualitas
produk selama perjalanan mencapai konsumen. Dalam setiap tahapan pengolahan
pengerjaannya mengikuti kaidah yang telah ditetapkan sebagai berikut:
1. Pencucian
• Memasukkan edamame ke bak berisi air dan atau menyiram air dari atas
2. Sortasi awal
Size grading, untuk memisahkan edamame dari kelompok ukuran di bawah standar,
menggunakan mesin size grading. Sortasi dilakukan pada ban berjalan secara manual oleh
karyawan terlatih guna memisahkan produk cacat, misalnya cacat karena mekanik,
hama/penyakit, warna lain, abnormal dan sebab lain yang luput dari perlakuan size grading.
3. Kerusakan mekanik
4. Biji satu
5. Biji kecil
6. Warna menyimpang
3. Pemasakan edamame
Edamame yang akan dibekukan diawali dengan proses perebusan (blanching) dan didinginkan
secepatnya. Tujuan blanching antara lain:
a. Meng-inaktifkan enzim
b. Menyeragamkan warna
Perebusan biasanya dilakukan pada suhu 98-100°C selama 120–150 detik, sesuai dengan
permintaan konsumen. Atas dasar waktu pemanasannya dikenal dua jenis cara blanching
edamame, yaitu:
Untuk Salt Long Blanching (SLB) adalah dengan cara blanching pertama selama 120 detik +
penggaraman + blanching kedua selama 30 detik.
Cooling bertujuan untuk menghindari pemanasan berlebihan (over cooking) akibat blanching
berkepanjangan. Caranya, mendinginkan produk dengan air dingin biasa pada suhu kamar (±
27°C) segera setelah waktu blanching tercapai, disebut cooling I.
Penetrasi pendinginan akan dicapai segera dan merata apabila suhu produk cukup rendah dan
merata. Caranya adalah dengan memasukkan produk pada air dingin pada suhu 5°C selama ±
15 menit, disebut cooling II.
Penirisan bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa air yang menempel pada produk sebagai
langkah prapembekuan agar tidak menghambat proses penetrasi dingin pada bagian tengah
produk, terutama pada suhu di bawah 0°C.
Pembekuan, waktu yang dikehendaki adalah cepat secara individual, dengan menggunakan
mesin IQF (Individual Quick Frozen). Pembekuan cepat dengan waktu yang digunakan sekitar 13
menit bertujuan untuk menjamin kualitas produk. Untuk itu diperlukan suhu di dalam mesin
IQF minus 35°C.
Hal ini penting untuk mengawetkan produk dengan cara menonaktifkan metabolisme sel,
dengan tidak mengurangi nilai gizi, nutrisi, warna, dan aroma yang terkandung di dalam produk.
Produk mampu bertahan selama 24 bulan apabila disimpan dalam ruangan minus18° sampai
minus 20°C.
Cara konsumsi
Produk yang dikeluarkan dari ruangan pendingin dan dicairkan esnya, akan tampak edamame
segar, baik warna, maupun rasa dan nutrisinya, sebagai layaknya polong segar baru dipetik dari
batang. Inilah kecanggihan teknologi pengawetan beku, tanpa menggunakan bahan kimia dan
cocok untuk konsumsi masyarakat sehat, sekarang, dan masa yang akan datang.
Sortasi akhir dimaksudkan sebagai pengecekan untuk memperoleh kualitas produk hasil IQF
yang benar-benar prima dengan tingkat kesalahan total maksimum 5%. Pelaksanaannya
dilakukan di ruang bersuhu rendah (10°C13°C) dengan tingkat higienis yang tinggi.
Pengepakan/pengemasan meliputi:
a. Penimbangan
Ketentuannya sesuai dengan berat yang tertera pada bungkus dengan toleransi ± 2%. Guna
mencegah pencairan produk beku dan kontaminasi, semua aktivitas dilakukan di ruangan
khusus dengan tingkat higienis tinggi dan bersuhu rendah (10-13°C). Pada suhu tersebut cukup
ideal bagi keamanan produk dan kenyamanan kerja.
b. Pembungkusan
Usahakan terdapat rongga hampa pada saat menutup kemasan. Hal ini bermanfaat untuk
menghemat ruangan dalam karton packing.
d. Metal detecting
Guna mengetahui ada tidaknya benda asing (logam) yang terikut dalam kemasan, maka
kemasan tersebut perlu dideteksi (dilewatkan) pada unit mesin metal detector.
e. Pengkartonan
Berat bersih standar (netto) yang telah disepakati per karton adalah 10 kg. Cantumkan nomor
kode jam produksi pada kolom karton.
6. Pengiriman (Stuffing)
Pengiriman dimulai dengan memasukkan produk yang sudah di kemas dalam karton @10 kg ke
dalam container pendingin (-18°C sampai - 20°C). Kontainer perlu dicek lebih dahulu akurasi
suhu dan higienitasnya. Satu kontainer berisi 2100 karton atau 21 ton. Untuk konsumsi dalam
negeri, cara pengirimannya juga mengikuti tata cara pengiriman untuk ekspor.
Mukimame adalah edamame yang dikupas atau dibuang kulitnya, tinggal bijinya yang juga
diekspor.
Keluaran dari lahan adalah bagian tanaman yang masih tertinggal di lahan/sawah yang terdiri
atas polong yang kurang bernas, daun, dan batang. Polong yang kurang bernas digunakan untuk
konsumsi lokal, sedangkan daun dan batang untuk pakan ternak.