Dosen:
dr. Suprijanto Rijadi MPA., Ph.D.
Disusun Oleh :
hal
DAFTAR ISI 2
BAB I. PENDAHULUAN 3
1. Latar Belakang 3
2. Pelayanan medik sebagai suatu sistem 4
1. Latar belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat indonesia. Peran strategis ini diperoleh karena rumah sakit adalah
fasilitas kesehatan yang padat teknologi dan padat pakar. Peran tersebut pada
dewasa ini makin menonjol mengingat timbulnya perubahan-perubahan epidemiologi
penyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan IPTEK, perubahan struktur
sosio- ekonomi masyarakat. Pelayanan yang lebih bermutu, ramah dan sanggup
memenuhi kebutuhan mereka yang menuntut perubahan pola pelayanan kesehatan
di Indonesia.
Agar dapat memberi pelayanan yang baik maka dibutuhkan berbagai sumber
daya, yang harus di atur dengan proses manajemen secara baik. Istilah manajemen
sendiri berasal dari bahasa Latin manui , berarti tangan yang pegang kendali kuda
agar sang kuda dapat di arahkan mencapai tujuan yang baik.
Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain menurut Marry Parker Tollet (cit : Hellriegel dan Slocum, 1992; Winardi 1990)
yang juga pada dasarnya menyatakan bahwa manajemen terdiri dari Planning,
Organizing, Actuating dan Controling (POAC). Stoner (cit : Hellriegel dan Slocum,
1992; Winardi 1990) juga memberikan definisi bahwa manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari
anggota organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah di tetapkan.
Pada Rumah Sakit fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengawasan, serta evaluasi berada pada tingkatan manajer. Kelompok
pimpinan dalam organisasi dapat di bagi menjadi manajer puncak, manajer
menengah, dan manajer rendah, dan kemudian diikuti oleh tenaga pelaksana. Pada
tingkat pelaksana, kemampuan teknis merupakan modal utama kegiatan sehari-hari
dan kerangka konseptualnya bersifat operasional. Manajer puncak tentu berbeda
karakteristiknya, dimana kerangka konseptualnya lebih bersifat pemikiran strategik
dan berperan utama dalam penentuan kebijakan umum. Manajer tingkat menengah
bertugas mengarahkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya taktis dan
mengimplementasikan kebijakan organisasi. Manajer tingkat rendah memberikan
seluruh perhatiannya pada berbagai tindakan operasional berdasarkan strategi,
taktik, kebijaksanaan teknis yang telah di tetapkan oleh manajer lapisan di atasnya.
Semua kebijakan dan tindakan operasional rumah sakit didasari oleh
kebutuhan dari pasien (demand), yang di tandai dengan skala prioritas dan
penyediaan pelayanan waktu yang tepat. Secara umum, pengaturan ini meliputi,
pelayanan pasien dalam keadaan gawat darurat (emergency) yang dimaksud di sini
adalah unit gawat darurat, pelayanan segera (urgent), dan pelayanan yang dapat di
jadwalkan / di rencanakan (scheduleable) pada perawatan yang dijadwalkan adalah
unit rawat jalan.
Tujuan utama dari setiap sistem manajemen kesehatan harus berdasar pada
keamanan (safe) pasien harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, dan
dijauhkan dari setiap penyebab yang dapat melukai. Efektif (effective) pelayanan
kesehatan terbaik harus diberikan pada pasien berdasarkan pengetahuan terbaru
dan terbaik dan pemberian perawatan harus dapat memberikan keuntungan bagi
pasien. Pelayanan berpusat pada pasien (patient-centered) pelayanan harus
dilakukan untuk setiap pasien, berdasarkan keharusan, kebutuhan dan fungsinya.
Tepat waktu (timely) pelayanan kesehatan harus diberikan tepat waktu dan secara
cepat untuk melayani kebutuhan pasien dengan menghilangkan faktor penundaan
yang membuat pasien menunggu. Efisien (efficient) pelayanan harus diberikan
dengan cara seefisien mungkin dan tidak boleh menyia-nyiakan, peralatan, ide,
energi, waktu. Kesetaraan (equitable) pelayanan kesehatan tidak boleh membeda-
bedakan karakteristik manusia, seperti jenis kelamin, etnis, daerah, dan status sosial
ekonomi (cit : shortell,kaluzny 1944. Pg 10).
Pada penulisan paper kali ini kami akan membahas mengenai manajemen
pelayanan medik sesuai dengan POACE pada rawat jalan dan di UGD
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
MASUKAN
MASUKKAN PROSES
PROSES KELUARAN
Perencanaan (Planning)
- Tenaga medik - Pelayanan
- ORTAL - Pengorganisasian
(organizing) Medik
- Kebijakan & prosedur
- Sarana & prasarana Menggerakan (Actuating)
Optimal
- Pasien Pengawasan/pengendali
- Dana an (Controlling )
EVALUASI
Dengan pendekatan sistem pelayanan medik terdiri dari beberapa komponen yaitu :
A. Komponen INPUT yang terdiri dari :
a. Tenaga medik yaitu dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis.
Perhitungan kebutuhan tenaga medik Rumah Sakit dapat melalui berbagai cara
antara lain : Peraturan Menkes 262/1979, Indikator Staff Needs (ISN) dan standar
minimal.
b. Organisasi dan Tata Laksana
Struktur organisasi yang berlaku saat ini mengacu kepada SK Menkes 983/ 1992,
namun pada pelaksanaannya banyak mengalami hambatan karena SDM yang ada
belum memenuhi kualifikasi yang ditentukan. Dalam SK Menkes 983, kedudukan
tenaga medik ada pada :
- Staf Medik Fungsional yang dikoordinasi oleh kepala SMF yang dipilih dan
bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit.
- Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan (Rumah Sakit Kelas B), Seksi pelayanan (Kelas
C & D) yang mengelola sistem pelayanan medik sehingga dihasilkan suatu
pelayanan medik yang bermutu sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit. Sesuai
dengan Pasal 29 Permenkes 983/1992.
Tugas Wadir pelayanan sekurang-kurangnya meliputi pelayanan rawat jalan, rawat
inap, rawat darurat, bedah sentral, perawatan intensif, radiologi, farmasi, gizi,
rehabilitasi medis, patologi klinis, patologi anatomi, pemulasaraan jenazah,
pemeliharaan sarana Rumah Sakit dan kegiatan bidang pelayanan, keperawatan
serta urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Tugas bidang pelayanan
mengkoordinasikan semua kebutuhan pelayanan medis, penunjang medis,
melaksanakan pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas serta kegiatan
pelayanan medis dan penunjang medis, pengawasan dan pengendalian penerimaan
dan pemulangan pasien. Tugas ini juga dilaksanakan oleh seksi pelayanan pada
Rumah Sakit Kelas C.
c. Kebijakan Direktur
Tentang pelayanan medik di Rumah Sakit termasuk hak dan kewajiban pasien, hak
dan kewajiban petugas medik dan peraturan-peraturan lainnya.
d. Sarana dan Prasarana Pelayanan Medik
Meliputi :
- Gedung rawat jalan, rawat inap, ruang bedah, UGD, penunjang medik radiologi,
laboratorium, gizi dan lain-lain yang harus memenuhi syarat sesuai dengan
arsitektur Rumah Sakit yang berlaku.
- Sarana dan prasarana alat kesehatan sederhana maupun canggih untuk
terlaksananya pelayanan medik yang bermutu.
e. Dana
Ada beberapa sumber dana yang dapat digunakan untuk terselenggaranya
pelayanan medik, antara lain :
a. Pendapatan Asli Rumah Sakit b.APBN (Depkes)
c. APBD Tingkat I d.APBD Tingkat II
e. Banpres f.Asuransi
g. Kontraktor h.Subsidi
i. dll.
Ada tiga faktor penting yang menentukan pelayanan rawat jalan menurut
Taurany (1986) dan Willan (1990), yaitu :
2.1. Sarana
Konsep dasar poliklinik pada prinsipnya ditetapkan sebagai berikut :
1. Letak poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari bagian
administrasi,terutama oleh bagian rekam medis, berhubungan dekat dengan
apotek, bagian radiologi dan laboratorium.
2. Ruang tunggu poliklinik,harus cukup luas. Di usahakan ada pemisahan ruang
tunggu pasien untuk penyakit infeksi dan noninfeksi.
3. Sistem sirkulasi pasien dilakukan dengan satu pintu (sirkulasimasuk dan
keluar pasien pada pintu yang sama).
4. Poli-poli yang ramai sebaiknya tidak saling berdekatan.
5. Poli anak tidak diletakkan dengan poli paru, sebaiknya poli anak dekat
dengan poli kebidanan.
6. Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien dipisahkan.
7. Pada tiap ruang harus ada wastafel (air mengalir).
8. Letak poli jauh dari ruang incenerator,IPAL dan bengkel ME.
9. Bila konsep Rumah sakit dengan sterilisasi sentral, tidak perlu ada ruang
sterilisasi, namun pada beberapa poliklinik seperti poli Gigi/THT/Bedah tetap
harus ada ruang sterilisasi,karena alat-alat yang digunakan harus langsung
disterilkan untuk digunakan kembali.
Di bawah ini adalah contoh , pembagian instalasi rawat jalan pada rumah sakit tipe
C Kebutuhan sarana pelayanan rumah sakit kelas C terdiri dari :
1. Poli Umum, terdiri dari 4 klinik spesialis dasar,antara lain :
a. klinik penyakit dalam
b. klinik anak
c. klinik bedah
d. klinik kebidanan dan penyaki kandungan
2. Klinik tambahan/pelengkap antara lain :
a. klinik mata
b. klinik Telinga Hidung Tenggorokan (THT)
c. klinik gigi dn mulut.
d. klinik kulit dan kelamin
e. klinik syaraf
f. klinik jiwa
g. klinik rehabilitasi medik
h. klinik jantung
i. klinik paru
j. klinik bedah syaraf
k. klinik orthopedi.
l. klinik kanker
m. klinik nyeri
n. klinik geriartri.
2. 2 Tenaga
Pimpinan rawat jalan harus seorang tenaga medis tetap yang ikut
berpartisipasi dalam kebijakan dan pengambilan keputusan seluruh kegiatan Rumah
sakit, serta bertanggung jawab langsung kepada direktur
2.3. Pasien
Usahakan waktu tunggu dari pengunjung dapat dikurangi seminimal mungkin
melalui pengaturan dari arus dan jumlah pengunjung dikaitkan dengan kapasitas
pelayanan yang ada.
Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelayanan yang baik
tidak lain adalah faktor pengunjung, petugas dan sistem dari pelayanan itu sendiri.
Pasien tiba
informasi
Loket karcis
bagian pendaftaran
c. Standart Peralatan
alat dan obat untuk resusitasi
alat dan obat untuk “life support”
alat dan obat untuk diagnostik
alat keamanan (misalnya: pemadam kebakaran)
2.2 Tenaga
Instalasi gawat darurat harus dipimpin oleh dokter yang terlatih memiliki
kemampuan basic dan advanced life support, dibantu oleh tenaga media
keperawatan dan tenaga lainnya yang telah mendapat pelatihan penanggulangan
gawat darurat. Standar ketenagaannya:
Kepala unit gawat darurat (dokter spesialis atau dokter umum)
Kepala harian (4 orang, dokter umum)
Triage officer (4 orang, perawat senior)
Perawat ruang resusitasi (4 orang)
Perawat ruang observasi (4 orang)
Perawat ruang tindakan (4 orang)
Perawat di ruang periksa (4 orang)
Tenaga medical record (4 orang)
Tenaga keuangan/TU (4 orang)
Tenaga keamanan (4 orang)
3.2. Pengorganisasian
IGD harus dikelola secara mandiri, tetapi tetap terintegrasi dan di integrasikan
dengan istalasi/unit lainnya di RS. Kriteria
a. administrasi dan pengolannya sbb:
Instalasi Pelayanan Gawat Darurat harus mempunyai ketentuan tertulis tentang:
Uraian tugas struktur organisasi dan personalia
Pendataan fasilitas,sarana dan prasarana,dan lain-lain.
Pelaksanaan koordinasi dengan instalasi-instalasi pelayanan baik
inter pelayanan gawat darurat maupun di dalam rumah sakit
Disaster paln yang merupakan bagian dari disaster plan rumah
sakit.
b.pimpinan dan staf
Pelaksanaan gawat darurat harus terdiri dari:
Instalasi Gawat Darurat dipimpin oleh minimal Dokter Umum
dengan pengetahuan manajemen dan teknis medis
penanggulangan penderita gawat darurat.
Staf pelaksana Gawat Darurat adalah tenaga fungsional
dengan kualifikasi sesuai klarifikasi pelayanan gawat darurat.
c.lokasi dan fasilitas
Lokasi Pelayanan Gawat Darurat mudah diakses langsung oleh
masyarakat
Pelayanan Gawat Darurat harus mempunyai fasilitas
triase,resusitasi,ruang observasi,pelayanan “False Emergency”,ruang
istirahat petugas,ruang tunggu dan lain-lainnya.
Dalam keadaan musibah massal mudah dilakukan zoning ruangan.
Mempunyai fasilitas komunikasi dan informasi untuk masyarakat.
Mempunyai fasilitas untuk live saving (alat,obat dan ruangan)
3.3.Penggerakan
Tenaga medis diharapkan segera memahami standart operasional untuk
melakukan tindakan pelayanan gawat darurat. Seperti ketentuan triage, yaitu sistem
seleksi pasien berdasarkan kegawat daruratan, sehingga tercipta suatu alur
pelayanan yang terkoordinasi secara otomatis.
Pelaksanaan Pelayanan Gawat Darurat harus mempunyai Standar Operasional
Prosedur (SOP) sebagai berikut:
o Kasus kegawatan dengan ancaman kematian
o True emergency (5 kasus terbanyak)
o Kasus dengan korban massal (trauma,bencana kimia,dll)
o Kasus keracunan massal
o Kasus -kasus khusus:
i. Perkosaan,kekerasan pada anak
ii. Persalinan normal/tidak normal
iii. Kegawatan diruang perawatan
o Ketentuan-ketentuan khusus yang berhubungan dengan:
i. Kegunaan hubungan dengan asuransi
ii. Batas-batas tindakan medik
iii. Etika dan hukum
iv. Pendataan
standart of conduct :
a. SUMBER DAYA MANUSIA
Petugas yang ON CALL paling lambat telah sampai IGD
maksimal 2 jam
Standar SDM harus terpenuhi 95 %
b. RUANGAN
Ketersediaan ruangan 80% dari seluruh standar yang ada untuk
tiap kelas/bintang kecuali yang vital (untuk live saving 100%
sedangkan penunjang 50%)
Beberapa ruangan bisa bergabung dengan ruang lainnya,prinsip
utama adalah jenis pelayanannya jadi tidak harus sendiri-sendiri
atau terletak di tempat yang lain (diluar IGD) tetapi dapat
diakses dan memberikan pelayanan 24 jam,tapi tidak harus
include dengan IGD
c. ALAT DAN FASILITAS MEDIS
80 % alat tersedia sesuai dengan kelas UGDnya (untuk yang
sifatnya life saving harus 100%
d. ALUR PELAYANAN PASIEN
Triage
1. Dilakukan oleh minimal perawat
2. Waktu: maksimal 2 menit (dalam 2 menit,pasien sudah
dilakukan labelling)
o Pada keadaan sehari-hari : dituliskan di status
o Pada keadaan bencana : kode labelling (warna)
Merah,Kuning,Hijau dan Hitam
3. Resusitasi dan stabilisasi
Apabila pasien memerlukan resusitasi bedah maka:
o Maksimal telah dilakukan resusitasi : 20 menit
sejak pasien terdaftar
o Waktu diruangan :maksimal 4 jam
o Target pencapaian 80% dari total seluruh pasien
yang masuk ruang resusitasi.
False Emergency
Pasien false emergency maksimal 1 jam di UGD.
Kamar Operasi
1. Operasi damage control yang telah di prediksi maksimal
dalam 1,5 jam
2. Untuk masalah strangulasi/iskemik ; waktu tunggu
maksimal 4 jam
3. Untuk Infeksi : waktu tunggu maksimal 8 jam.
Untoro Hario, tesis“sistem antrian pelayanan dipoliklinik rawat jalan penyakit dalam
RSUD tingkat II bekasi” Jakarta 1997