Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ULTRASONOGRAFI DAN BONE DENSITOMETRI

Mata Kuliah Pengkajian Keperawatan

Disusun untuk memenuhi tugas Pengkajian Keperawatan


Dosen Pembimbing : Ibu Ratifah, SST. M.Kes.

Disusun Oleh:
1. Khansa Ghina Paramartha J (P1337420217032)
2. Ovantri Suginori (P1337420217033)
3. Sanggita Ayu Dewani (P1337420217034)
4. Rizqi Yuliantika hidayati (P1337420217035)
5. Melika Azzahra Ishfahany (P1337420217036)
6. Intan Fatria Yuliani (P1337420217037)
7. Elsa Dian W (P1337420217039)
8. Frida Mahardini (P1337420217040)
9. Fina Mayasita (P1337420217041)
10.Mitha Dwi Kartika (P1337420217042)
11.Iryan Alfina Purbadi (P1337420217025)
Tingkat 2A
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberi penyusun kami kesehatan, kesempatan dan kemauan sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya .

Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas yang diberikan

dosen Pengkajian Keperawatan dengan topik pembahasan Ultrasonografi (USG) dan

Bone Densitometri.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

hingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan

makalah ini masih banyak kekurangannya dalam berbagai hal. Selain itu, kami juga

mempunyai keterbatasan kemampuan, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran

dari pembaca, agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Harapan kami semoga makalh ini dapat bermanfaatbagi kami semua sebagai

tim penyusun maupun para pembaca pada umumnya.

Purwokerto, 22 Agustus 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................................

A. ULTRASONOGRAFI (USG)
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................
BAB III PENUTUP ..........................................................................................

B. BONE DENSITOMETRI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................
BAB III PENUTUP ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia lanjut dan osteoporosis semakin menjadi perhatian dunia,
termasuk Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya usia harapan
hidup. Keadaan ini menyebabkan peningkatan penyakit menua yang
menyertainya, antara lain osteoporosis (keropos tulang). Masalah osteoporosis
di Indonesia dihubungkan dengan masalah hormonal pada menopause.
Menopause lebih cepat dicapai wanita Indonesia pada usia 48 tahun
dibandingkan wanita barat yaitu usia 60 tahun. Hal ini dikarnakan mulai
berkurangnya paparan terhadap sinar matahari, kurangnya asupan kalsium,
dan perubahan gaya hidup seperti merokok, alkohol dan berkurangnya latihan
fisik, serta Penggunaan obat-obatan steroid jangka panjang. Osteoporosis
dapat menurunkan massa tulang yang menyebabkan fraktur traumatik atau
atraumatik, hal ini merupakan masalah besar pada perawatan kesehatan
karena beratnya konsekuensi fraktur pada pasien osteoporosis dan sistem
perawatan kesehatan. Di Indonesia data yang pasti mengenai jumlah
osteoporosis belum ditemukan. Terdapat 8 dari 36 kasus fraktur tulang
belakang dan terdapat 53 dari 173 kasus fraktur wrist. Dimana sebagian besar
terjadi pada wanita >60 tahun dan disebabkan oleh kecelakaan rumah tangga.

Di Amerika dari 300.000 kasus fraktur osteoporosis pada tahun 1991


dibutuhkan dana $5 milyar, dan diperkirakan akan membutuhkan dana
mencapai $30-$40 milyar pada tahun 2020. Di Indonesia tahun 2000 dengan
227.850 fraktur osteoporosis dibutuhkan dana $2,7 milyar, dan perkiraan pada
tahun 2020 dengan 426.300 fraktur osteoporosis dibutuhkan dana $3,8 milyar.
Dapat dibayangkan biaya pada tahun 2050. Sejak penurunan massa tulang

4
dihubungkan dengan terjadinya fraktur yang akan datang, maka pemeriksaan
massa tulang merupakan indikator untuk memperkirakan risiko terjadinya
fraktur. Pada dekade terakhir, fakta ini menyebabkan kepedulian terhadap
penggunaan alat diagnostik non invasif (bone densitometry) untuk
mengidentifikasi subyek dengan penurunan massa tulang, sehingga dapat
mencegah terjadinya fraktur yang akan datang, bahkan dapat memonitoring
terapi farmakologikal untuk menjaga massa tulang.
Sejak penurunan massa tulang dihubungkan dengan terjadinya fraktur
yang akan datang, maka pemeriksaan massa tulang merupakan indikator
untuk memperkirakan risiko terjadinya fraktur, menyebabkan kepedulian
terhadap penggunaan alat diagnostik non invasif (bone densitometry) untuk
mengidentifikasi subyek dengan penurunan massa tulang, sehingga dapat
mencegah terjadinya fraktur yang akan datang, bahkan dapat memonitoring
terapi farmakologikal untuk menjaga massa tulang.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Bone densitometri
2. Apa tujuan penggunaan Bone Densitometri
3. Apa Persiapan alat dan pasien yang dilakukan
4. Bagaimana Prosedur Bone Densitometri
5. Bagaimana Tindakan Keperawatan sebelum dan sesudah tes Bone
Densitometri
6. Apa Hal hal yang perlu diperhatikan
7. Bagaimana Sifat profesionalisme petugas kesehatan
8. Seperti apa gambar dan vidio Bone densitometri
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Bone densitometri
2. Mengetahui tujuan penggunaan Bone Densitometri
3. Mengetahui ersiapan alat dan pasien yang dilakukan
4. Mengetahui Prosedur Bone Densitometri

5
5. Mengetahui Tindakan Keperawatan sebelum dan sesudah tes Bone
Densitometri
6. Mengetahui Hal hal yang perlu diperhatikan
7. Mengetahui Sifat profesionalisme petugas kesehatan
8. Mengetahui gambar dan vidio Bone densitometri

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Bone Denstitometry
Bone mineral densitometry adalah suatu pemeriksaan kuantitatif untuk
mengukur kandungan mineral tulang yang saat ini dikenal dengan Dual
Energy X-ray Absorptiometry (DEXA). Pemeriksaan energi ganda X-Ray
Absorpitometry (DEXA) memperkirakan jumlah konten mineral tulang di
daerah tertentu dari tubuh. Alat ini biasa digunakan pada kasus pasien yang
mengalami osteoporosis. Osteoporosis merupakan penyakit yang ditandai
dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan
tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko
terjadinya fraktur. Dimana keadaan tersebut tidak memberikan keluhan
klinis, kecuali apabila telah terjadi fraktur (thief in the night).

B. Tujuan penggunaan Bone Densitometri


1. Bone Densitometri
a. Mengukur massa tulang terutama bagi mereka yang rentan terhadap
fraktur (patah).
b. Mengindentifikasi penurunan masa tulang seseorang sehingga
meminimalkan resiko fraktur
c. Mencegah terjadinya fraktur di masa yang akan datang dan dapat
memonitor terapi untuk menjaga massa tulang.
d. Mendiagnosis kepadatan tulang yang rawan keropos (osteoporosis)
e. Mengukur kepadatan mineral tulang
f. Dapat mengukur lumbal, pangkal paha, lengan bawah ataupun tulang
tumit saja.

7
g. Deteksi dini adanya patah tulang.

C. Persiapan alat dan pasien


1. Persiapan alat bone densitometry
a. SPA (Single Photon Absorptiometry) untuk mengukur pergelangan
tangan.
b. SXA (Singel Energy x-ray absorptiometry) untuk mengukur
pergelangan tangan atau tumit.
c. Ultrasound untuk mengukur densitas tulang tumit, digunakan untuk
skrining
d. QCT (Quantitative Computed Tomography) untuk mengukur
belakang dan pinggang.
e. DEXA untuk mengukur tulang belakang, pinggul, atau seluruh tubuh.
f. PDXA (Peripheral Dual Energy x-ray Absorptiometry) untuk
mengukur pergelangan tangan, tumit atau jari.
g. RA (Radiographic Absorptiometry) menggunakan sinar x pada
tangan atau
h. Sepotong metal kecil untuk menghitung kepadatan tulang.
i. DPA (Dual Photo Absorptiometry) untuk mengukur tulang belakang,
j. Pinggang atau seluruh tubuh.
2. Persiapan pasien bone densitometry :
a. Berikan informasi yang jelas tentang pemeriksaan bone densitometry
yang akan dijalankan pasien
b. Dalam pemeriksaan bone densitometry tidak memerlukan persiapan
khusus, hanya dalam satu minggu sebelum pemeriksaan, pasien tidak
melakukan pemeriksaan radiologi lainnya yang menggunakan
kontras. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan interpretasi
hasil.
c. Pastikan pasien telah mengerti dan siap untuk dilakukan pemeriksaan
bone densitometry

8
d. Pakaikan baju untuk rongent dan pastikan semua benda/perhiasan
yang menempel pada tubuh pasien dilepas agar tidak mengganggu
proses dan hasil pemeriksaan

D. Prosedur Bone Densitometri

1. Pengoperasian Bone Densitometri


a. Pemeriksaan BMD
Pemeriksaan BMD ditunjukkan pada 3 lokasi atau titik seperti tulang
belakang bagian bawah (pinggang), paha atas dan pergelangan tangan.
Pemeriksaan ketiga tempat tersebut dilakukan dalam waktu yang sama
dan dapat juga dilakukan pada seluruh tubuh.
1) Persiapan Untuk Pemeriksaan
Tidak memerlukan persiapan khusus,tetapi dalam satu minggu
sebelum pemeriksaan tidak melakukan pemeriksaan radiologi
lainnya yang menggunakan kontras. Hal ini juga untuk mencegah
terjadinya kesalahan interpretasi hasil.
2) Proses Pemeriksaan BMD DXA
Pemeriksaan BMD memerlukan waktu antara 15-30 menit. Selama
pemeriksaan orang yang diperiksa berbaring pada meja BMD
DXA scanner dan mesin tersebut akan mengambil gambar-gambar
tulang. Kemudian komputer akan mengolahnya dan menghitung
densitas tulang.
3) Hasil Dari Alat BMD DXA
Hasil dari BMD adalah:
a) angka T score diantara -1 sampai +1 ditetapkan sebagai angka
normal
b) angka T score: -2,5 akan tetapi lebih kecil dari -1,0
didefinisikan sebagai osteopenia (massa tulang rendah).

9
c) angka T score : -2,5 disebut osteoporosis

E. Tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan sebelum terapi Bone Densitometri
a. Mengkaji program/instruksi medik untuk prosedur tes bone
densitometry
b. Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan
dilakukan
c. Mempersiapkan alat-alat
1) Status/rekam medik klien
2) Hasil pemeriksaan sebelumnya
3) Mengisi formulir pemeriksaan tes bone densitometry
d. Mempersiapkan klien
1) Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang tujuan dan
prosedur
2) Klien tidak perlu puasa atau di berikan sedasi
3) Kontrak waktu dengan klien, pemeriksaan memerlukan waktu 30-
40 menit.
4) Melepaskan barang yang mengandung metal/ logam
5) Menggunakan pakaian yang sudah disediakan oleh pihak RS
6) Pastikan pasien selama satu minggu sebelum pemeriksaan tidak
melakukan pemeriksaan radiologi lainnya yang menggunakan
kontras
7) Memberitahu kepada klien bahwa klien akan dibaringkan pada
sebuah matras pemeriksaan dengan kaki yang disokong dengan
sebuah bantal agar pelvis dan lumal tetap pada posisi datar.
2. Tindakan keperawatan sesudah terapi Bone Densitometri
a. Pastikan klien telah selesai melakukan bone densitometry
b. Mengganti pakaian khusus radiologi yang dikenakan dengan pakaian
bersih milik klien

10
c. Memindahkan klien dari ruang radiologi ke bangsal dengan bed
d. Mengkaji klien setelah dilakukannya bone densitometry
e. Mengkaji bagaimana reaksi klien setelah dilakukan bone densitometry
f. Mengkaji keadaan klien
g. Mengkaji perasaan klien setelah dilakukan bone densitometry
h. Memberi informasi tentang kapan keluarnya hasil radiologi kepada
klien
i. Kontrak waktu dengan klien untuk pemberian terapi obat kepada klien

F. Hal hal yang perlu diperhatikan


1. Bone densitometry
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah :
a. Klien tidak perlu puasa atau diberikan sedasi.
b. Pemeriksaan ini memerlukan waktu 30 – 40 menit.
c. Jelaskan pada klien bahwa ia akan dibarinkan pada sebuah matras
pemeriksaan dengan kaki yang disokong dengan sebuah bantalan
agar pelvis dan lumal tetap pada posisi datar.
d. Sebuah alat “generator potton” akan ditempatkan didekat meja
pemeriksaan yang nantinya dimasukkan perlahan dibawah lumbal.
Sedangkan X-Ray detector akan berada diatas area yang akan
diperiksa.
e. Gambaran lumbal dan tulang pinggul dengan mengunakan kamera
yang dihubungkan dengan monitoring computer.
f. Kaki atau tangan yang tidak dominant dimasukkan ke dalam
penjepit dan hasilnya akan diperlihatkan melalui computer baik hasil
pada bagian paha, pinggul, lumbal atau bagian tangan sendiri.
g. Komputer akan menghitung jumlah potton yang tidak dapat diserap
oleh tulang. Ini disebut BMC = Bone Mineral Content.
h. BMD ( Bone Mineral Density ) mempunyai rumus :
i. BMD = BMC (gm/ cm³) / permukaan area tulang.

11
i. Kemudian dari data tersebut akan dianlisa oleh ahli radiology.
Nilai Normal : – 1.0 )
Osteopenia : 1.0 –2,5 ( SD di bawah normal – 1.0 – 2.5 )
Osteoporosis : > 2,5 ( SD di bawah normal 12 mg/ d

G. Sifat profesionalisme
1. Profesionalisme
Profesionalisme berarti memiliki sifat profesional / ahli secara popular
seorang pekerja apapun sering dikatakan profesional, seorang profesional
dalam bahasa keseharian adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap
dalam kerjanya biarpun keterampilan tersebut produk dari fungsi minat da
n belajar dari kebiasaan.
2. Sikap profesionalisme :
a. Bertindak sesuai keahlian
b. Mempunyai moral yang tinggi
c. Bersifat jujur
d. Tidak melakukan coba – coba
e. Tidak memberikan janji yang berlebihan
f. Mengembangkan kemitraan
g. Terampil berkomunikasi
h. Mengenal batas kemampuan
i. Mengadvokasi pilihan ibu
j. memiliki kode etik
k. memiliki standar pelayanan

H. Gambar

12
13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mengukur massa tulang terutama bagi mereka yang rentan terhadap
fraktur digunakan alat Bone Densitometri. Bone Densitometri umumnya digunakan
untuk mendiagnosis kepadatan tulang yang rawan keropos dengan mengukur
kepadatan mineral tulang . Bone Densitometri menggunakan sejumlah kecil dari x-
ray untuk menghasilkan gambar tulang belakang, pinggul, lengan atau seluruh
tulang dalam tubuh. Dari berbagai metode pengukuran densitas tulang yang
digunakan saat ini, metode yang berdasarkan X-ray (khususnya dual X-ray
absorbtiometri(DXA)) terbanyak digunakan. Teknik ini secara bertahap
menggantikan teknik ionisasi lain yang menggunakan radiasi gamma.
Bone Densitometri sendiri ditetapkan oleh WHO (World Health Organization)
sebgai golden standar dalam pemeriksaan massa tulang karena memiliki keunggulan
antara lain akurasi dan presisi hasil yang lebih baik, resolusi hasil yang tinggi,
waktu yang singkat, paparan radiasi yang rendah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Haryati,T. 2011. Diagnosis Osteoporosis dengan Bone Densitometer . diakses pada


tanggal 22 Agustus pukul 11.10 WIB http://teti-
haryati.blogspot.com/2011/12/diagnosis-osteoporosis-dengan-bone.html
Ken,Y.2016.USG.Diakses pada tanggal 09 januari pukul 16.34 WIB
http://dokterjamu.com/2016/01/09/10-hal-yang-perlu-diperhatikan-saat-usg-
kehamilan/
Majalah kasih. 2012. Deteksi tulang keropos dengan densitometry. Edisi 30 .
Diiaskes pada 22 Agustus 2018 pukul 15.00 WIB

http://pantiwilasa.com/majalahkasih/detailpost/deteksi-tulang-keropos-dengan-
densitometri

Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul Hidayat, 2006, Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan, Jakarta : Salemba Medikaü
Winarni,J. 2015. USG (Ultrasonografi). Diakses pada tanggal 22 agustus pukul 1030
WIB. https://janewinarni.wordpress.com/usgultrasonography/

15

Anda mungkin juga menyukai