KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Grafik Curah Hujan 1 Hari Maksimum Tahun Tahunan (Tahun 2006 – 2015) .......
....................................................................................................................................III-10
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Curah Hujan 1 Hari Maksimum Tahun Tahunan (Tahun 2006 – 2015) ...............III-10
Tabel 3. 2 Distribusi Frekuensi Cs dan Ck ................................................................................III-18
Tabel 3. 3 Analisa Distribusi Curah Hujan................................................................................III-18
Tabel 3. 4 Curah Hujan 1 Harian Maksimum Rencana ...........................................................III-18
Tabel 3. 5 Intensitas Curah Hujan Menitan ...............................................................................III-19
Tabel 3. 6 Intensitas Curah Hujan Menitan Rencana ...............................................................III-20
BAB I - PENDAHULUAN
Kecamatan Indralaya merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Ogan Ilir yang terbentuk
melalui Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Ogan Komering Ilir. Secara geografis terletak diantara 3° 02' sampai 3° 48' Lintang Selatan dan
diantara 104 mekaran dari Kabupaten Ogan Komering Ilir. Secara geografis terletak diantara
3° 02' sampai 3° 20' sampai 104 mekaran dari Kabupaten Ogan Komering Ilir. Secara geografis
terletak diantara 3° 02' sampai 3° 48' Bujur Timur, dengan luas wilayah 52,36 km² atau 5,236
Ha .
Batas wilayah administrasi Kec.Indralaya sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Utara
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Selatan
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Utara
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pemulutan Barat
1000.0
900.0
800.0
2006
700.0 2007
Tinggi Curah Hujan (mm)
2008
600.0
2009
500.0 2009
2010
400.0
2011
300.0 2012
2013
200.0
2014
100.0 2015
0.0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
II.4 KEPENDUDUKAN
Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir sebagai daerah baru hasil pemekaran mengalami
perkembangan penduduk yang cukup dinamis, pada tahun 2015 tercatat jumlah penduduk
sebanyak 39.895 jiwa, dengan sex ratio sebesar 95,41 atau lebih banyak penduduk perempuan
dibanding penduduk laki-laki.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Indralaya 561,27 jiwa/km2, yang berarti pada setiap
kilometer persegi (km2) dihuni oleh sebanyak kurang lebih 561 jiwa. Kepadatan tertinggi
berada di Kelurahan Indralaya Raya yaitu sebesar 3927,78 jiwa, dan kepadatan terendah
terjadi di Desa Tanjung Seteko, sebesar 139,49 jiwa.
Jumlah rumah tangga di Kecamatan Indralaya sebanyak 11.862 KK dengan ratarata kurang
lebih sebanyak 3-4 jiwa/rumah tangga. Berdasarkan kewarganegaraannya, seluruh penduduk
Kecamatan Indralaya merupakan Warga Negara Indonesia.
dimana :
HA, HB, HC = data hujan teramati pada masing-masing stasiun (A, B, C)
HD = data hujan yang diperkirakan pada stasiun D.
Cara tersebut berlaku, apabila perbedaan antara data hujan pada stasiun
terdekat untuk jangka waktu tahunan rata-rata < 10 %.
ii. Perbandingan (Ratio) Normal
Bila ternyata perbedaan data hujan untuk jangka waktu tahunan rata-rata antara
stasiun hujan yang terdekat > 10 %, maka cara rasio normal lebih dianjurkan.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1 ND ND ND
HD = HA HB HC ,
3 NA NB NC
dimana :
NA, NB, NC = hujan tahunan rata-rata pada masing-masing stasiun A, B
dan C
ND = hujan tahunan rata-rata pada stasiun D.
HA, HB, HC = hujan pada masing-masing stasiun A, B dan C.
HD = data hujan yang diperkirakan pada stasiun D.
Perhitungan-perhitungan ini akan lebih mendekati kenyataan jika dipergunakan
pada daerah pegunungan.
2006 3-Dec 97
2007 23-Dec 99
2008 24-Nov 85
2009 14-May 133
2010 19-Jan 95
2011 12-Mar 145
2012 19-Nov 77.5
2013 1-Dec 104
2014 26-Dec 66
2015 27-Apr 96.5
120
104
Curah Hujan (mm)
97 99 95 96.5
100
85
77.5
80
66
60
40
20
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
D. Hujan Wilayah
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air adalah
curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Stasiun-stasiun pengamat
hujan yang tersebar pada suatu daerah aliran dapat dianggap sebagai titik (point).
Tujuan mencari hujan rata-rata adalah mengubah hujan titik (point rainfall) menjadi
hujan wilayah (regional rainfall) atau mencari suatu nilai yang dapat mewakili pada suatu
daerah aliran. Ada tiga cara pendekatan untuk menghitung hujan rata-rata yang akan
diuraikan berikut ini.
i. Cara Rata-rata Aljabar
Metode ini adalah yang paling sederhana yaitu dengan merata-ratakan tinggi
curah hujan yang terukur dalam daerah yang ditinjau secara aritmatik.
Keuntungan cara ini adalah lebih obyektif jika dibandingkan dengan cara lain.
Hasil yang diperoleh dengan cara ini tidak berbeda jauh dari hasil yang didapat
dengan cara lain jika dipakai pada daerah datar, stasiun-stasiun penakarnya
banyak dan tersebar merata, dan jikamasing-masing data tidak bervariasi
banyak dari nilai rata-ratanya.
Hujan rata-rata dapat dihitung dengan rumus pendekatan:
1 n
RH = H
n i 1 i
dimana:
Hi = hujan pada masing-masing stasiun i (1,2,…., n dalam areal yang
ditinjau),
N = jumlah stasiun,
RH = rata-rata hujan.
Perlu diketahui bahwa untuk menghitung hujan wilayah dengan menerapkan
cara rata-rata aljabar, data hujan yang ditinjau dan diperhitungkan adalah data
hujan yang berada di dalam daerah aliran (cathment area) dalam hal ini H1, H2,
…., Hn. Yang berada di luar daerah aliran tidak dihitung.
ii. Cara Poligon Thiessen
Cara ini sering dipakai karena mengimbangi tidak meratanya distribusi alat ukur
dengan menyediakan suatu faktor pembobot (weighting factor) bagi masing-
masing stasiun. Cara Poligon Thiessen dapat dipakai pada daerah dataran atau
daerah pegunungan (dataran tinggi) dan stasiun pengamat hujan minimal ada
tiga, sehingga dapat membentuk segitiga.
Koordinat/ lokasi stasiun diplot pada peta, kemudian hubungkan tiap titik yang
berdekatan dengan sebuah garis lurus sehingga membentuk segitiga. Garis-garis
bagi tegak lurus dari garis-garis penghubung ini membentuk poligon di sekitar
masing-masing stasiun. Sisi-sisi setiap poligon merupakan batas luas efektif
yang diasumsikan untuk stasiun tersebut. Luas masing-masing poligon
ditentukan dengan planimetri atau cara lain.
H .L
i 1
i i
RH = n
Li 1
i
dimana:
Hi = hujan pada masing-masing stasiun 1,2,…., n
Li = luas poligon masing-masing stasiun 1,2,…,n,
n = jumlah stasiun yang ditinjau,
RH = rata-rata hujan.
Kendala terbesar dari metode ini adalah sifat ketidakluwesannya, dimana suatu
diagram Poligon Thiessen baru, selalu diperlukan setiap kali terdapat suatu
perubahan dalam jaringan alat ukurnya
Untuk menetapkan metode mana yang dapat diterapkan, maka akan dipilih setelah
dilakukan pengujian tingkat kesesuaiannya yang secara rinci akan dibahas pada bagian
berikut :
i. Analisa Distribusi Frekuensi Metode Normal
Persamaan yang digunakan dapat ditulis sebagai berikut :
1 2
t
Pt
1 2
.e
σ 2
X -
t
dimana :
P(t) = fungsi densitas peluang normal (ordinat kurva normal)
= 3,14156
e = 2,71828
X = variabel acak kontinu
= rata-rata dari nilai X
= deviasi standar dari nilai X
n x -a y 2
px
1 2y 2
e
x - a σ y 2
dimana :
µy = Nilai rata-rata dari ln (x-a), parameterbentuk
σy = Simpangan baku dari ln (x-a), parameter skala
a = Parameter batas bawah
Faktor frekuensi K untuk Distribusi Log Normal 3 Parameter dapat dihitung
dengan 2 cara sebagai berikut :
o Menggunakan standar normal deviate t sebagai berikut:
t ln(1 z 2 2 1 ln(1 z 2 2 1
2
e
K
z2
2
1 3
z2 1
3
g g2 4
2
dimana g adalah koefisien skew dari sample variable acak x, yaitu :
dimana,
n = Jumlah sampel data variabel acak x
x = Nilai rata-rata dari sample variabel acak x
s = Simpangan baku dari Sample variabel acak x
X
i =1
i
X=
n
Sd = Standard deviasi
n
X i - X
2
i=l
Sd =
n -1
x = nilai rata-rata
Xi = nilai variate ke i
n = jumlah data
K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang
(return period) dan tipe distribusi frekuensi.
Untuk menghitung faktor frekuensi E.J. Gumbell Type I digunakan rumus :
YT yn
K=
Sn
Dimana :
YT = Reduced variate sebagai fungsi periode ulang T
T - 1
= - n - n
T
yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n
Sn = Reduced standar deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n
Dengan mensubstitusikan ketiga persamaan diatas diperoleh :
Sx
XT = X .(YT Yn)
Sn
Jika :
1 Sx
=
a Sn
Sx
b= X .Yn
Sn
n
n
(Xi - X) 3
(n - 1) (n - 2) i = l
Cs =
Sd 3
Dimana :
Cs = koefisien skewness
X = nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = jumlah data
Koefisien Kurtosis :
n
Xi - X
4
n2
i=l
Ck =
(n -1) (n - 2) (n - 3) Sd 4
Dimana :
Ck = koefisien kurtosis
x = nilai rata-rata
Xi = nilai variate ke i
n = jumlah data
v. Analisa Distribusi Frekuensi Metode Log Pearson Type III
Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log - Pearson Type III adalah
dengan mengkonservasikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.
Nilai rerata :
LogX =
log x
n
Standard Deviasi
Log X
n 2
i - Log X
i=l
Sd =
n -1
dimana :
X = curah hujan (mm)
LogX = rerata Log X
K = faktor frekuensi
(EF - OF)
i 1
2
(X 2 )hit =
EF
EF = n/K
Jumlah kelas distribusi dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
K = 1 + 3,22 log n
Dimana :
OF = nilai yang diamati (observed frequency)
EF = nilai yang diharapkan (expected frequency)
K = jumlah kelas distribusi
n = banyaknya data
Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka harga X 2< X2 Cr Harga
X2 Cr dapat diperoleh dengan menentukan taraf signifikasi dengan derajat
kebebasannya (level of significant).
ii. Uji secara horisontal dengan Smirnov Kolmogorov
Uji ini digunakan untuk menguji simpangan horisontal yaitu selisih/simpangan
maksimum antara distribusi teoritis dan empiris ( maks) dimana dihitung
dengan persamaan :
maks = [ Sn - Px]
dimana :
maks = selisih data probabilitas teoritis dan empiris
Sn = peluang teoritis
Px = peluang empiris
Kemudian dibandingkan antara maks dan cr. Apabila maks <cr, maka
pemilihan metode frekuensi tersebut dapat diterapkan untuk data yang ada.
Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Data hujan diurutkan dari kecil ke besar
2. Menghitung Sn (x) dengan rumus Weibull sebagai berikut :
Sn = m/(n-1)*100%
dimana :
P = probabilitas (%)
m = nomor urut data dari seri yang telah diurutkan
n = banyaknya data
3. Menghitung probabilitas terjadi (Pr)
C. Uji Pemilihan Distribusi Frekuensi
Penentuan distribusi frekuensi didasarkan pada parameter statistik Cs (Skewness) dan
Ck (Kurtosis) seperti tersebut diatas. Syarat pemilihan distribusi frekuensi adalah
sebagaimana disajikan pada berikut :
Jenis Metode Ck Cs
Normal 3.0 0
H
0,6
𝑅𝑡 = (𝑡 × 𝑅𝑇 ) − [(𝑡 − 1) × (𝑅𝑇−1 )]
Distribusi hujan menitan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 6 Intensitas Curah Hujan Menitan Rencana
Berdasarkan hasil digitasi di atas, diketahui bahwa luasan Catchment Area Kolam Retensi
Unoversitas Sriwijaya sebesar 1.013 ha atau 101,3 km².
Program HEC-RAS menggunakan pengaturan data dimana dengan data geometri yang
sama bisa dilakukan kalkulasi data aliran yang berbeda-beda, begitu juga dengan
sebaliknya. Data geometri terdiri dari layout permodelan disertai cross section untuk
saluran-saluran yang dijadikan model. Data aliran ditempatkan terpisah dari data
geometri. Data aliran bisa dipakai salah satu antara data aliran tunak atau data aliran
tak tunak. Dalam masing-masing data aliran tersebut harus terdapat boundary condition
dan initial condition yang sesuai agar permodelan dapat dijalankan. Selanjutnya bisa
dilakukan kalkulasi dengan membuat skenario simulasi. Skenario simulasi harus terdiri
dari satu data geometri dan satu data aliran.
Persamaan yang digunakan dalam melakukan analisa hidrodinamik, pada aplikasi ini
adalah dengan dasar persamaan garis energi. Profil muka air dari satu tampang ke
tampang berikutnya dihitung dengan persamaan energi dengan prosedur iterasi
standar step. Persamaan energi adalah sebagai berikut:
𝛼2 𝑣2 𝛼1 𝑣1
𝑦2 + 𝑧2 + = 𝑦1 + 𝑧1 + + ℎ𝑒
2𝑔 2𝑔
dengan:
y2, y1 : kedalaman air (m)
z1, z2 : jarak dari garis referensi (m)
1, 2 : koefisien kecepatan
v1, v2 : kecepatan aliran (m/detik)
g : percepatan grafitasi (m/detik2)
he : tinggi hilang (m)
𝛼2 𝑉2 2 𝛼1 𝑉12
ℎ𝑒 = 𝐿𝑆𝑓̅ + 𝐶 | − |
2𝑔 2𝑔
dengan:
𝐿 = panjang tiap patok (section) sungai
𝑆𝑓̅ = angka kekasaran saluran antara 2 patok sungai
𝐶 = koefisien kehilangan akibat kontraksi aliran air
antara lain saluran sebelah kiri, saluran utama dan saluran sebelah kanan seperti
ditunjukan pada gambar berikut.
Persamaan untuk menghitung debit yang melalui pias-pias tersebut di atas adalah
sebagai berikut :
𝑄 = 𝐾 𝑆 1/2𝑓
1,486 2/3
𝐾= 𝐴𝑅
𝑛
dengan:
K = Besarnya debit tiap pias
N = Angka kekasaran Manning tiap pias
A = Luas penampang basah tiap pias
R = Jari-jari hidrolik tiap pias (luasan/penampang basah)
Data cross section hasil dari survey lapangan menjadi masukan data geometri pemodelan
pada program HEC-RAS. Berikut merupakan contoh potongan melintang sungai hasil
pengukuran lapangan.
Volume
Elevasi Area (m²) Volume (m³)
Kumulatif (m³)
0.00 4,927.68
0.50 19,455.11 5,695.67 5,695.67
1.00 33,381.80 13,053.53 18,749.20
1.50 53,474.87 21,517.83 40,267.03
2.00 95,273.22 36,687.57 76,954.60
2.50 153,160.94 61,538.68 138,493.28
3.00 261,504.50 102,466.01 240,959.29
3.50 388,221.83 161,391.85 402,351.14
4.00 570,345.48 238,186.80 640,537.94
4.50 811,803.49 343,766.03 984,303.98
5.00 1,041,376.43 462,105.41 1,446,409.39
5.50 1,267,189.90 576,219.03 2,022,628.42
6.00 1,536,102.37 699,745.75 2,722,374.17
Total Rp 50,971,776,336
PPN 10% Rp 5,097,177,634
Jumlah Total Rp 56,068,953,970
Dibulatkan Rp 56,068,900,000
Terbilang
Lima Puluh Enam Milyar Enam Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Ribu Rupiah