Zulfiadi Zulhan
Teknik Metalurgi – Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung
E-mail : zulfiadi.zulhan@gmail.com
Masuk tanggal : 01-04-2013, revisi tanggal : 02-07-2013, diterima untuk diterbitkan tanggal : 17-07-2013
Intisari
Kata kunci : Bijih besi, Blast furnace, Rotary kiln, Capex, Opex
Abstract
TECHNOLOGICAL AND ECONOMICAL ASPECTS OF THE INTALLATION OF IRON ORE
PROCESSING PLANT TO PRODUCE STEEL IN INDONESIA. Raw material for steel production in
Indonesia is still imported either in the form of iron ore or steel scrap. The utilization of domestic iron ore to
produce sponge iron might substitute steel scrap as raw material for EAF-based steelmaking. Indonesian iron
ore can be classified into primary iron ore (hematite and magnetite), lateritic iron ore and iron sand. Lateritic
iron ore is more dominant in Indonesia, therefore the suitable technology and process route shall be studied in
order to obtain an optimum and efficient process as well as to produce high quality steel. The domestic price of
natural gas tends to increase in the following years, therefore coal based direct reduction technology (e.g. rotary
kiln) or blast furnace for high production capacity should be installed. The scarcity of domestic coking coal fo
coke production is the limitation by the application of blast furnace technology. The comparison of capex and
opex of blast furnace and rotary kiln iron making is described in this paper. The steel production cost using
rotary kiln – electric arc furnace route or blast furnace – basic oxygen furnace route is nearly the same (around
500 USD/ton).
Key words : Iron ore, Blast furnace, Rotary kiln, Capex, Opex
1100
Produksi Baja [Juta Ton]
Krisis minyak II
1000
Pertumbuhan
900 ekonomi dunia
(Steel Age I)
800 Krisis ekonomi
Produksi baja masih didominasi oleh produksi baja meningkat dari 0,32 juta ton
China yang menghasilkan baja 683,3 juta pada tahun 2001 menjadi 4,14 juta ton
ton dimana persentasenya mencapai 45% pada tahun 2010.
dari total produksi baja dunia[2]. Negara- Gambar 3 memperlihatkan jumlah baja
negara lainnya yang termasuk 10 besar yang diproduksi, diimpor, diekspor serta
produksi baja dunia adalah Jepang (107,5 kebutuhan baja Indonesia dari tahun 2001
juta ton), USA (86,24 juta ton), India (72,2 hingga 2010. Persentase impor netto baja
juta ton), Rusia (68,7 juta ton), Korea Indonesia adalah lebih dari 60% pada
Selatan (68,47 juta ton), Jerman (44,3 juta tahun 2010. Persentase impor baja
ton), Ukraina (35,3 juta ton), Brazil (35,16 Indonesia tentu saja bertambah pada tahun
juta ton) dan Turki (34,1 juta ton). 2011 dan 2012 yang dipicu oleh
Perkembangan produksi baja dari tahun pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
1900-2011 di dunia dan di China baik.
diperlihatkan pada Gambar 1. Dari tahun Produksi baja Indonesia akan
2000-2011 produksi baja di China meningkat sekitar 4-5 juta ton dengan
menunjukkan pertumbuhan yang sangat beroperasinya pabrik baja terintegrasi oleh
signifikan dan dimulainya “era baja (steel PT Krakatau POSCO pada akhir tahun
age) tahap II”. 2013, selesainya pembangunan tanur tiup
Selain China, negara lain yang oleh PT Krakatau Steel dan Gunung Steel
menunjukkan pertumbuhan industri besi Group. Selain itu, beberapa pabrik baru
baja yang baik adalah India seperti juga akan didirikan, baik pabrik peleburan
diperlihatkan pada Gambar 2a. Situasi besi tua (scrap) atau besi spons dengan
produksi baja di kawasan Asia Tenggara menggunakan teknologi EAF (electric arc
ditunjukkan pada Gambar 2b dimana furnace). Kebutuhan baja Indonesia juga
terlihat bahwa produksi baja di Indonesia akan terus meningkat dan diprediksi pada
dari tahun 2001 hingga 2010 berkisar di tahun 2020 konsumsi baja Indonesia dapat
3±1 juta ton, sementara di Vietnam menjadi 20 juta ton yang mengindikasikan
7 THAILAND
70
INDONESIA
6 VIETNAM
60 Produksi Baja [Juta Ton]
Produksi Baja [Juta Ton]
INDIA PHILIPINA
5
50 BRAZIL
TURKI
4
40 RUSIA
3
30
20 2
10 1
0 0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
(a) (b)
Gambar 2. Perkembangan produksi baja di beberapa negara (a) India, Brazil, Turki dan Rusia dan (b) Asia
Tenggara[2]
12 80
Produksi Baja
Ekspor Baja
Impor Baja 70
10 Kebutuhan Baja
Persentase Impor Baja (Netto)
60
Persentase Impor Baja (Netto)
8
50
Juta Ton
6 40
30
4
20
2
10
0 0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
(b)
Gambar 4. Sumber daya dan cadangan bijih besi di
Indonesia (2010) (a) Sumber daya dan (b)
Cadangan[5]
14
12 11.2
8 9.1
6.7
5.8
6 5.2 diprediksi berdasarkan data
dari "Asosiasi Nikel Indonesia
(ANI)" (www.ani.co.id)
4
2.2
2
0.8
0.1
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
10
1000 1
1070
433
637
370 Produksi Tambang
230 0.1
Produksi Baja
101 Produksi Baja:Produksi Tambang
100 68
78 80 0.01
67
59
50
33 33 37
28 25 24 17
0.001
13 14 14
12
10 7 8 8 0.0001
5
4
4
2 0.00001
1 0.000001
Gambar 6. Produksi bijih besi dari tambang dan produksi baja pada tahun 2010 [2,8]
Produksi tambang bijih besi dari Steel. Sebagian kecil bijih besi diolah
negara-negara penghasil bijih besi dan menjadi besi spons oleh PT MJIS yang
produksi baja pada tahun 2010 mulai beroperasi pada tahun 2012.
diperlihatkan pada Gambar 6. Negara- Pengolahan bijih besi menjadi produk
negara pengekspor bijih besi adalah baja adalah usaha untuk meningkatkan
Australia, Brazil, Afrika Selatan, nilai tambah dari produk tambang sehingga
Venezuela, Kazakstan, Swedia dan diharapkan dapat menciptakan lapangan
Kanada. Walapupun memproduksi bijih kerja, mengurangi ketergantungan impor
besi sendiri, negara-negara seperti China, baja, menguasai teknologi pembuatan baja
Rusia, USA dan Meksiko masih harus dengan baik, serta memberikan multiplier
mengimpor bijih besi karena kebutuhan effect bagi masyarakat di sekitar industri
baja yang besar. Indonesia mengekspor peleburan besi dan baja. Peningkatan harga
hampir 100% bijih besi serta mengimpor jual produk dari tiap-tiap tahapan
100% bijih besi dalam bentuk pelet untuk pengolahan bijih besi menjadi produk baja
pembuatan besi spons di PT Krakatau diperlihatkan pada Gambar 7.
1000
900
800
700
USD / Ton
600
500
100
0
Jun-11 Jul-11 Agt-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12
COREX
FINEX FB besi tua
(Finmet,
Circofer)
BF gas reduktor
batubara udara RK (SL/RN,
SF(MIDREX,
halus HyL)
Krupp-Codir,
oksigen DRC, ACCAR/
besi wantah RHF (Fastmet, OSIL, TDR, Jindal)
besi wantah
(pig iron) Inmetco, ITmk3)
(pig iron)
oksigen besi tua oksigen besi tua besi spons (DRI, HBI)
besi tua
Teknologi Blast Furnace Smelting Reduction Direct Redution Daur ulang besi tua
Tahun 2000 519,59 juta ton 3,08 juta ton 38,27 juta ton 249,12 juta ton
Tahun 2010 984,08 juta ton 4,51 juta ton 62,95 juta ton 347,77 juta ton
Daur ulang
Daur ulang
besi tua
besi tua
(24,85%)
(30,75%)
Direct
Direct Redution
Redution (4,50 %)
(4,72 %)
Smelting
Smelting Blast Reduction,
Reduction, Furnace (0,32%)
(0,38%) (64,14%) Blast
Furnace
(70,33%)
2000
2010
100
Produksi Besi Spons (Juta Ton)
10 HyL/Energiron
2011
Fluidized Bed
15% 1%
1 Midrex
Rotary Kiln
HyL/Energiron
Fluidized Bed
Rotary Kiln
Rotary Hearth digunakan untuk recycling
waste yang mengandung besi 24%
0.1 Midrex
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 60%
Kontribusi teknologi rotary kiln dalam banyak dan lebih mudah didapatkan di
menghasilkan besi spons memperlihatkan Indonesia.
peningkatan yang signifikan dari 3,18 juta Sejak tahun 2009, teknologi rotary
ton pada tahun 2001 menjadi 17,34 juta ton hearth tidak digunakan untuk
pada tahun 2011. Negara yang paling memproduksi besi spons dari bijih besi.
dominan menggunakan teknologi ini Teknologi ini lebih banyak digunakan
adalah India. Proses pembuatan besi spons untuk mengambil kembali logam besi yang
di rotary kiln lebih simpel dibandingkan terdapat dalam limbah (waste) di industri
dengan proses lainnya. Rentang ukuran besi baja. Jumlah besi spons yang
bijih yang lebih besar yang bisa dihasilkan dengan teknologi fluidized bed
diumpankan baik dalam bentuk bongkahan memperlihatkan kecenderungan menurun
maupun pelet merupakan kelebihan dari dari tahun 2001 hingga lebih kecil dari 0,6
teknologi ini. Batubara yang digunakan juta ton pada tahun 2009-2011.
adalah batubara berkalori minimum 5000 Dari data-data tersebut dapat
kcal/kg. Batubara jenis ini tentunya lebih disimpulkan bahwa teknologi direct
(-) Membutuhkan coking coal (coke) (+) Tidak membutuhkan coking coal
(-) Biaya investasi lebih tinggi (+) Biaya investasi lebih rendah
(-) Biaya produksi lebih tinggi (+) Biaya produksi lebih rendah
(+) Metal dan terak (slag) terpisah selama (-) Oksida tidak dapat dipisahkan dengan
proses, produk blast furnace dalam sempurna, produk dalam keadaan padat
keadaan liquid (hot metal) (sponge)
$500 60
50
$400
$100
10
$50
$0 0
Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agt-12
Gambar 11. Harga bahan baku pembuatan besi serta produk besi spons dan pig iron[9, 12-13]
Pembuatan besi dan baja membutuhkan biaya untuk konstruksi coke oven (coking
bahan baku utama bijih besi, reduktor baik plant) untuk membuat kokas serta sinter
dalam bentuk batubara maupun gas alam plant untuk aglomerasi bijih besi. Oleh
serta sumber energi (listrik, batubara, karenanya, biaya investasi blast furnace
minyak, gas alam). Harga bahan baku dan lebih besar dibandingkan dengan rotary
energi tersebut serta harga produk (besi kiln.
spons dan pig iron) selama sembilan bulan Untuk menentukan biaya operasi (opex,
terakhir diperlihatkan pada Gambar 11. operational expenditure), data-data
Teknologi yang disarankan untuk konsumsi per ton produk diberikan pada
mengolah bijih besi adalah rotary kiln dan Tabel 7. Konsumsi bijih besi rotary kiln
blast furnace. Perkiraan biaya investasi lebih sedikit dibandingkan dengan blast
peralatan utama dan infrastruktur furnace karena dalam produk rotary kiln
pembangunan pabrik (capex, capital masih mengandung oksida-oksida
expenditure) dari kedua teknologi tersebut pengotor (SiO2, Al2O3, dan lain-lain) serta
untuk menghasilkan 300 ribu ton produk besi oksida (FeO) dari metalisasi sekitar
per tahun diberikan pada Tabel 6. 90%. Harga-harga material-material
Perkiraan capex ini tidak termasuk biaya tersebut yang digunakan untuk
pelabuhan, jalan, perumahan karyawan dan menentukan biaya operasi ditabulasikan
fasilitas lainnya. Biaya investasi untuk pada Tabel 8. Biaya produksi per ton
blast furnace sudah memperhitungkan produk ditunjukkan pada Tabel 9.
Tabel 6. Bijih besi dan teknologi pembuatan besi dan baja[9, 14-15]
Coke
27%
Teknologi Capex (Juta USD) Opex (USD) Produk (USD) Produk - Opex (USD)
Harga bahan baku bijih besi merupakan Perbandingan biaya produksi baja
komponen yang paling besar yang dengan menggunakan jalur proses “RK
menentukan biaya operasi yang diikuti (rotary kiln) – EAF (electric arc furnace)
oleh batubara atau kokas metalurgi sebagai dan “BF (blast furnace) – BOF (basic
reduktor dan sumber energi, Gambar 12. oxygen furnace)” diberikan pada Tabel 11
Harga jual produk besi spons dan pig iron dan 12 secara berurutan. Pembuatan baja
adalah 341 dan 465 USD/ton per ton dengan rute RK-EAF dan BF-BOF
produk. Selisih harga jual dengan biaya memberikan biaya produksi per ton produk
operasi diperlihatkan pada Tabel 10. baja yang hampir sama (sekitar 500
Tabel 11. Biaya produksi baja dengan jalur proses RK-EAF (diolah kembali dari data www.steelonthenet[9])
Tabel 12. Biaya produksi baja dengan jalur proses BF-BOF (diolah kembali dari data www.steelonthenet[9])
RIWAYAT PENULIS