Teori Teori Komunikasi
Teori Teori Komunikasi
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini
memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal
dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak
bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media
massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki
ketergantungan yang sama terhadap semua media.
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini
menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan
dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya
hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media,
sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan,
melainkan kondisi sosial.
Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada
beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan
riset etnografi.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin,
2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai
kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur
masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai
6
Cara berpikir aliran Frankfurt dapat dikatakan sebagai teori kritik masyarakat
atau eine Kritische Theorie der Gesselschaft. Maksud teori ini adalah
membebaskan manusia dari manipulasi teknokrasi modern. Khas pula
apabila teori ini berinspirasi pada pemikiran dasar Karl Marx, meskipun tidak
menutup kemungkinan bahwa inspirasi Teori Kritis banyak didialogkan
dengan aliran-aliran besar filsafat – khususnya filsafat sosial pada waktu itu.
„Teori kritis menyatakan bahwa ternyata faktor utama perubahan sosial tidak
terletak pada faktor ekonomi saja, tetapi ada faktor-faktor lain, seperti politik-
sosiologi dan kebudayaan yang turut juga mempengaruhi dinamika sosial
masyarakat dan individu. Aliran frankfrut ingin memperjelas secara rasional
struktur yang dimiliki oleh masyarakat pasca industri dan melihat akibat-
akibat struktur tersebut dalam kehidupan manusia dan dalam kebudayaan.
Teori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari
pemahaman rasio instrumental.Teori kritis ingin membangun teori yang
mengkritik struktur dan konfigurasi masyarakat aktual sebagai akibat dari
suatu pemahaman yang keliru tentang rasionalitas“.
Teori Kritis yang dibawa oleh para sarjana Jerman akhirnya berpindah di
beberapa universitas di Amerika pada tahun 1933. Tentu saja, pertemuan
dua tradisi intelektual tersebut menghasilkan kontroversi. Paradigma kritis
yang sangat kritis idealistik bertemu dengan tradisi keilmuan yang pragmatis.
Dalam sejarah perkembangannya, penelitian komunikasi di Amerika
dipengaruhi oleh kondisi sejarah sosial, politik dan budaya yang terjadi.
Komunikasi pada titik tertentu, di Amerika, berada dalam titik pragmatik yang
sangat komersial dan memunculkan diskursus klasik terhadap perubahan
sosial, terutama yang berkaitan dengan arus kesejahteraan yang bersifat
kapitalistik.
Ide pragmatisme sangat mewarnai penelitian komunikasi di Universitas
Chicago yang kajiannya sangat empirik. Paul Lazarfeld, Kurt Lewin, Harold
Laswell dan Carl Hovland. Studi yang dikembangkan oleh Wilbur Schramm
adalah studi kuantitatif dalam konteks anthropologi komunikasi.
Perspektif ekonomi politik kritis juga menganalisa secara penuh pada campur
tangan publik sebagai proses legitimasi melalui ketidaksepakatan publik atas
bentuk-bentuk yang harus diambil karena adanya usaha kaum kapitalis
mempersempit ruang diskursus publik dan representasi. Dalam konteks ini
dapat juga disebut adanya distorsi dan ketidakseimbangan antara
masyarakat, pasar dan sistem yang ada. Sedangkan kriteria-kriteria yang
dimiliki oleh analisa ekonomi politik kritis terdiri dari tiga kriteria. Kriteria
pertama adalah masyarakat kapitalis menjadi kelompok (kelas) yang
mendominasi. Kedua, media dilihat sebagai bagian dari ideologis di mana di
dalamnya kelas-kelas dalam masyarakat melakukan pertarungan, walaupun
dalam konteks dominasi kelas-kelas tertentu. Kriteria terakhir, profesional
media menikmati ilusi otonomi yang disosialisasikan ke dalam norma-norma
budaya dominan.
Studi Kajian Budaya Kritis juga menempatkan media sebagai salah satu aktor
budaya dalam melakukan imperialisme budaya. Aktor budaya dalam konteks
ini adalah konteks ideologi dominan maka media menjadi ideological
apparatus.
PERKEMBANGAN
13
Setelah Berger dan Calabrese mengemukakan teori ini (1975), dengan tujuan
untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi
ketidakpastian di antara orang asing yang terlibat dalam pembicaraan satu
sama lain untuk pertama kali. Berger dan Calabrese yakin bahwa ketika
orang asing pertama kali bertemu, utamanya mereka tertarik untuk
meningkatkan prediktabilitas dalam usaha untuk memahami pengalaman
komunikasi mereka. Teori ini kemudian sedikit diperjelas (Berger, 1979;
Berger & Bradac, 1982). Versi terbaru dari teori ini meyarankan bahwa
terdapat dua tipe ketidakpastian dari perjumpaan awal: kognitif dan perilaku.
Kognitif merujuk pada keyakinan dan sikap yang kita dan orang lain anut.
Ketidakpastian kognitif (cognitive uncertainty), merujuk kepada tingkat
ketidakpastian yang dihubungkan dengan keyakinan dan sikap tersebut.
Ketidakpastian perilaku (behavioral uncertainty) merupakan ”batasan sampai
mana perilaku dapat di prediksi dalam sebuah situasi tertentu” (Berger &
bradac,1982) Lebih lanjut lagi, Berger dan calabrese beragumen bahwa
pengurangan ketidakpastian memiliki baik proses proaktif maupun retroaktif.
Pengurangan ketidakpastian proaktif terjadi ketika seseorang berpikir
mengenai pilihan-pilihan komunikasi sebelum melakukannya dengan orang
lain. Penguranagan ketidakpastian retroaktif terdiri atas usaha-usaha untuk
menjelaskan perilaku setelah perjumpaan itu sendiri. Pada tahun 1987 Lester
mengembangkan teori ini dengan mengaplikasikan proses sosialisasi dari
anggota-anggota suatu organisasi ketika pertama kali bergabung dengan
suatu organisasi.
cara seperti hukum. Perilaku manusia diatur oleh prinsip-prinsip umum yang
berfungsi dengan cara seperti hukum. Tujuan dari teori cakupan hukum
adalah untuk menghasilkan hukum yang akan menjelaskan bagaimana kita
berkomunikasi.
Lester:
1. Set pertama dalam suatu hubungan adalah menyinggung tentang aktivitas
yang berhubungan dengan organisasi. Anggota-anggota suatu organisasi
akan meningkatkan penilaian kepercayaan mereka sebagaimana mereka
menjadi lebih merasa pasti dalam organisasi tersebut.
3. Mendengar cerita dari organisasi lain atau cerita dari organisasi sendiri
yang bisa terbilang sukses dapat meningkatkan kepercayaan diri untuk setiap
pendatang baru.
4. Suatu organisai yang bersih dan tujuan organisasi yang jelas akan
meningkatkan suatu sikap yang pasti akan suatu organisasi. setiap anggota
dan membentuk sikap yang pasti.
KARAKTERISTIK
Setiap anggota kelompok yang baru bergabung menjadi anggota baru suatu
organisasai akan melakukan sosialisasi diri terhadap lingkungan barunya.
Organisasi sendiri baik faktor internal maupun eksternal juga sangat
16
IMPLEMENTASI
Ketika seorang anak baru saja menjadi murid baru disalah satui tempat les
bahasa inggris, dia akan mencoba untuk memprediksikan bagiamana mereka
akan berhasil dalam oranisasi tersebut. Baik ketika berkomunikasi dengan
anggota lainnya maupaun sikap yang sesuai dengan keadaan organisasi
tersebut. Lester percaya anggota-anggota baru di suatu orgnisasi akan
memiliki rasa percaya diri yang lebih dalam mempredikasi bagaiaman
mereka akan berhasil dalam suatu organisasi apabila diperlihatkan tentang
sikap dari organisasi yang bersangkutan (kepastian sikap).
kontrol dengan kondisi cahaya yang konstan. Dua kelompok pekerja dipilih
untuk melakukan pekerjaan mereka di dua tempat yang berbeda. Melalui
suatu periode waktu penerangan di ruangan eksperimen ditambah hingga
intensitas yang menyilaukan dan kemudian dikurangi hingga tingkat di mana
cahaya tidak ada. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut : ketika
banyaknya penerangan bertambah, bertambah juga efisiensi pekerja
diruangan eksperimen tetapi efisiensi pekerja di ruangan kontrol juga
bertambah. Ketika cahaya berkurang di ruangan tes, efisiensi kelompok tes
dan juga kelompok control bertambah dengan perlahan tetapi mantap. Ketika
penerangan setaraf dengan penerangan tiga lilin di ruangan tes, para
operator memprotes, mereka mengatakan bahwa mereka hampir tidak bisa
melihat apa yang sedang mereka kerjakan, pada saat itu angka produksi
berkurang. Hingga saat itu para pekerja dapat mempertahankan efisiensi
meskipun terdapat hambatan.
Sejarah Perkembangan :
Sadar akan banyaknya masalah dalam rangka memuaskan minat manusia
yang berlainan dan dalam rangka memenuhi tuntutan penting struktur
birokrasi. Bakke (1950) menyarankan suatu proses fusi. Ia berpendapat
bahwa organisasi, hingga suatu tahap tertentu, mempengaruhi individu,
sementara pada saat yang sama individu pun mempengaruhi organisasi.
Hasilnya adalah suatu organisasi yang dipersonalisasikan oleh setiap individu
pegawai dan individu-individu yang disosialisasikan oleh organisasi. Karena
itu setiap pegawai menunjukkan ciri-ciri organisasi, dan setiap jabatan
tampak unik seperti individu yang mendudukinya. Setelah fusi, setiap
pegawai tampak lebih menyerupai organisasi, dan setiap jabatan dalam
organisasi dimodifikasi sesuai dengan minat khusus individu.
Kemudian, Argyris (1957), seorang rekan Bakke di Universitas Yale,
memperluas dan menyempurnakan karya Bakke. Ia berpendapat bahwa ada
suatu ketidaksesuaian yang mendasar antara kebutuhan pegawai yang
matang dengan persyaratan formal organisasi. Organisasi mempunyai tujuan
yang berlawanan dengan tujuan pegawai perseorangan. Para pegawai
mengalami frustrasi sebagai akibat dan ketidaksesuaian tersebut; sebagian
pegawai mungkin meninggalkan tempat kerja mereka, menjadi apatis dan
acuh tak acuh.
Melalui konflik ini para pegawai lainnya menyadari untuk tidak mengharapkan
kepuasan dari pekerjaan mereka. Banyak orang mengetahui berdasarkan
pengalaman pribadi bahwa penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan suatu
19
organisasi formal tidak mudah dan tidak dapat diharapkan terjadi secara
otomatis.
Ada sejumlah “akibat yang tak diharapkan”, dari interaksi antara kebutuhan
orang-perseorangan dan kebutuhan organisasi. Kedua perangkat kebutuhan
itu diadaptasikan atau dikecewakan, dan timbulah organisasi informal dengan
norma-norma yang cocok bagi orang-perseorangan yang frustasi dan apatis.
Dengan demikian perilaku organisai sepenuhnya adalah suatu fungsi
interaksi kebutuhan kelompok-kelompok informal dan kebutuhan organisasi.
Selanjutnya, menurut teori lain, salah satu hal yang dapat membuat
anggota/karyawan tetap merasa betah adalah dengan memotivasi mereka
dan atau mengenal motivasi mereka dalam bekerja. Motivasi atau motif/
kebutuhan / desakan/ keinginan atau dorongan adalah kata yang sering
digunakan untuk menyebut kata motivasi. motivasi bisa bersumber dari
dalam diri orang atau bersumber dari luar diri orang.
Karakteristik Teori :
Implementasi Teori:
Sebuah Perusahaan terkenal membangun kantor cabang di lokasi yang
strategis dan berniat untuk memilih manager di kantor cabang tersebut,
seorang pegawai merasa yakin ia akan dipilih menjadi manager karena
merasa dirinya turut membesarkan perusahaan itu. Ia tahu benar siapa
rivalnya. Rivalnya adalah seorang pegawai yang digambarkan self moving
nya sebagai manusia yang lamban, egois, tidak peduli pada ingkungan, dan
moody. Pegawai Pertama yang sudah sangat yakin akan diangkat menjadi
manajer ternyata pada kenyataannya tidak diangkat menjadi manager
dengan alasan pemilik perusahaan menganggap dirinya masih terlalu muda
dan tidak mempunyai cukup pengalaman untuk memimpin perusahaan,
kecewa dengan keputusan atasannya.
Prediksi Bakke dan Argyris tepat, Pegawai Pertama pun menjadi frustrasi dan
memilih untuk meninggalkan perusahaan dan mencari perusahaan yang tidak
memangdang umur dan pengalaman, melainkan etos dan kinerja seseorang.
Pilihan seorang pegawai untuk keluar atau menetap di oganisasi dengan
21
Sejarah
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20,
tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde,
memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve).
Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi
seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini
ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi
dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa
menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi.
Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current
importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”.
Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian
penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.
Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross,
mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para
petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus
menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan
penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the
22
Asumsi dasar
Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana
suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu
sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal
tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the
process by which an innovation is communicated through certain channels
over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan
bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan
dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam
istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea
from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat
4 (empat) elemen pokok, yaitu:
(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif
menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide
dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu.
Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
23
sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change
agents).
Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi
mencakup:
1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu
(atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami
eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi
berfungsi
2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil
keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik
3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit
pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada
pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.
4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit
pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit
pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan
penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
Kategori Adopter
Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok
adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan
dalam menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan
rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji
oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi.
Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan
ekonomi tinggi
25
Implementasi
Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya,
teori Difusi Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan
masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan
perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan
masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses
difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial
adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem
sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) Penemuan
(invention), (2) difusi (diffusion), dan (3) konsekuensi (consequences).
Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau
dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru
dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi
adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau
penolakan inovasi.
Sejak tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di
mana fokus kajian tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial
dalam pengertian sempit. Topik studi atau penelitian difusi inovasi mulai
26
TEORI DRAMATURGI
Kenneth Duva Burke(May 5, 1897 – November 19, 1993) seorang teoritis
literatur Amerika dan filosof memperkenalkan konsep dramatisme sebagai
metode untuk memahami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai
pentas simbolik kata dan kehidupan sosial. Tujuan Dramatisme adalah
memberikan penjelasan logis untuk memahami motif tindakan manusia, atau
kenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan (Fox,
2002).Dramatisme memperlihatkan bahasa sebagai model tindakan simbolik
ketimbang model pengetahuan (Burke, 1978). Pandangan Burke adalah
bahwa hidup bukan seperti drama, tapi hidup itu sendiri adalah drama. 1959:
The Presentation of Self in Everyday Life Tertarik dengan teori dramatisme
Burke, Erving Goffman (11 Juni 1922 – 19 November 1982), seorang
sosiolog interaksionis dan penulis, memperdalam kajian dramatisme tersebut
dan menyempurnakannya dalam bukunya yang kemudian terkenal sebagai
salah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosial The Presentation of Self
in Everyday Life. Dalam buku ini Goffman yang mendalami fenomena
interaksi simbolik mengemukakan kajian mendalam mengenai konsep
Dramaturgi.
Menihilkan “kemasyarakatan”
Teori ini juga dianggap tidak mendukung pemahaman bahwa dalam tujuan
sosiologi ada satu kata yang seharusnya diperhitungkan, yakni kekuatan
“kemasyarakatan”. Bahwa tuntutan peran individual menimbulkan clash bila
berhadapan dengan peran kemasyarakatan. Ini yang sebaiknya dapat
disinkronkan.
ANALISA DRAMATURGI
Dramaturgis masuk dalam Perspektif Obyektif
Dramaturgis dianggap masuk ke dalam perspektif obyektif karena teori ini
cenderung melihat manusia sebagai makhluk pasif (berserah). Meskipun,
pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki kemampuan
untuk menjadi subyektif (kemampuan untuk memilih) namun pada saat
menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku natural,
37
[2] Aristoteles mengartikan kata ini sebagai “perubahan perilaku dari acuh
menjadi butuh karena perkembangan cerita (mengetahui yang
sesungguhnnya), tumbuhnya rasa cinta atau benci yang timbul antar karakter
yang ditakdirkan oleh alur cerita”. Contohnya, pangeran dalam cerita
Cinderella sebelum tidak peduli pada gadis-gadis yang memiliki sepatu kaca,
tapi begitu ia mengetahui bahwa gadis misteriusnya memakai sepatu kaca,
maka ia mencari gadis-gadis yang muat dengan sepatu kacanya.
[3] Kata ini mengacu kepada sensasi, atau efek turut terbawanya alur cerita
ke dalam hati. Perasaan ini seyogyanya muncul di hati para penonton seusai
menonton drama yang mengena. (contohnya, turut menangis,tertawa, atau
perasaan iba terhadap karakter drama).
[4] Positifisme dirunut dari asalnya berasal dari pemikiran Auguste Comte
pada abad ke 19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang
dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains.
Riset Eksperimen
Riset eksperimen (experimental research) merupakan pengujian terhadap
efek media dibawah kondisi yang dikontrol secara hati-hati. Walaupun
penelitian yang menggunakan riset eksperimen tidak mewakili angka statistik
secara keseluruhan, namun setidaknya hal ini bisa diantisipasi dengan
membagi obyek penelitian ke dalam dua tipe yang berada dalam kondisi
yang berbeda.
Survey
Metode survey sangat populer dewasa ini, terutama kemanfaatannya untuk
dimanfaatkan sebagai metode dasar dalam polling mengenai opini publik.
Metode survey lebih memiliki kemampuan dalam generalisasi terhadap hasil
riset daripada riset eksperimen karena sampelnya yang lebih representatif
dari populasi yang lebih besar. Selain itu, survey dapat mengungkap lebih
banyak faktor daripada manipulasi eksperimen, seperti larangan untuk
menonton tayangan kekerasan seksual di televisi dan faktor agama. Hal ini
akan diperjelas dengan contoh berikut.
Riset Ethnografi
Riset etnografi (ethnografic research) mencoba melihat efek media secara
lebih alamiah dalam waktu dan tempat tertentu. Metode ini berasal dari
antropologi yang melihat media massa dan khalayak secara menyeluruh
(holistic), sehingga tentu saja relatif membutuhkan waktu yang lama dalam
aplikasi penelitian.