Anda di halaman 1dari 5

NAMA : RIZKY BAGAS ARDIANSYAH

NIM : 101511535024

1. - Judul jurnal : Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kejadian Postural Kifosis Pada
Pekerja Buruh Gendong Wanita Di Pasar Gede Solo Jawatengah
- Penulis : Siti Waryani
- Tahun Terbit : 2017
- Dalam jurnal Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kejadian Postural Kifosis
Pada Pekerja Buruh Gendong Wanita Di Pasar Gede Solo Jawatengah, penulis ingin
melihat apakah ada hubungan penyakit kelianan tulang belakang (kifosis) dengan
beban kerja yang diterima pekerja kuli gendang disana. Penelitian ini dilakukan
karena peneliti ingin membuktikan bahwa dalam penelitian sebelumnya menyebutkan
ada hubungan penyakit akibat kerja kifosis dengan sikap kerja serta beban kerja kuli
angkut. Penelitian ini dilakukan pada 65 orang wanita buruh gendong di pasar gede
solo. Pada penelitian ini peneliti juga ingin melihat hubungan usia pekerja dengan
kejadian penyakin kifosis. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif, Teknik pengumpulan data penelitian adalah dengan deteksi kifosis
mengunakan fleksi curve (meteran fleksibel) dan kuesioner.
- Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa terkait hubungan beban kerja
dengan kejadian penyakit kifosis, pekerjaan dengan berat beban 5 – 8 Kg , 20 orang
(30,8 %) kifosis , 16 orang (24,6 % ) tidak kifosis dengan jumlah total 36 orang
(55,4%). Kemudian dengan berat 9 – 12 Kg , 24 orang (36,9 %) kifosis , 5 orang (7,7
%) tidak kifosis dengan jumlah total 29 orang (44,6%). Sementara terkait hubungan
usia pekerja dengan kejadian penyakit kifosis, pekerja dengan usia 45-50 tahun
berjumlah 7 orang (10,8 %) mengalami kifosis, 8 orang (12,3 %) tidak kifosis, pada
usia 51 -55 tahun berjumlah 5 orang (7,7 % ) mengalami kifosis , 6 orang (9,2%)
tidak kifosis. Kemudian pada usia 56-60 tahun berjumlah 20 orang (30,8%) kifosis
dan 5 orang (7,7%) tidak kifosis , Pada usia 61-65 tahun berjumlah 12 orang (18,5%)
kifosis dan 2 orang (3,1%) tidak kifosis. Sehingga total keseluruhan sampel yang
didapatkan dari masing masing kejadian berjumlah 65 sampel , dengan total sampel
kifosis berjumlah 44 sampel dan 21 sampel tidak kifosis.
- Peneliti menyebutkan bahwa hal ini dapat terjadi karena faktor-faktor diantaranya
karena buruh gendong jarang melakukan peregangan pada saat istirahat maupun pada
saat akan memulai aktivitas gendong – mengendong, Pekerja yang harus
menyelesaikan pekerjaanya dengan posisi tubuh yang tidak nyaman misalnya harus
membungkuk dalam rentang waktu yang cukup panjang, atau pekerjaan yang harus
diselesaikan dengan menempatkan tangan yang selalu tertahan ke atas serta kepala
menengadahkan kepala dalam waktu yang lama, jarak beban yang diangkat dan
frekuensi aktifitas pemindahan, Kegiatan memindahkan beban secara manual dengan
frekuensi yang sering dan jangka waktu yang. Selain itu menurut Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. PER.01/Men/1978 tentang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja dalam bidang Penebangan dan Pengangkutan Kayu. Beban
angkat ditetapkan untuk aktivitas mengangkat yang dilakukan secara terus-menerus
laki-laki dewasa berat beban yang boleh diangkat adalah 15-18 kg, wanita dewasa
berat beban yang boleh diangkat adalah 10 kg, laki-laki muda berat beban yang boleh
diangkat adalah 10-15 kg, dan wanita muda berat beban yang boleh diangkat adalah
6-9 kg.
- Kesimpulan dari penelitian ini adalah peneliti melihat adanya hubungan beban
kerja dengan kejadian postural kifosis pada buruh gendong, dengan hasil p= 0,018
yang berarti p<0,05.

2. - Judul jurnal : Hubungan Riwayat Pajanan Kromium dengan Gangguan Fungsi Ginjal
pada Pekerja Pelapisan Logam di Kabupaten Tegal
- Penulis : Eka Sudarsana, Onny Setiani, Suhartono
- Tahun Terbit : 2013
- Dalam jurnal Hubungan Riwayat Pajanan Kromium dengan Gangguan Fungsi
Ginjal pada Pekerja Pelapisan Logam di Kabupaten Tegal, penulis ingin melihat
apakah ada hubungan penyakit gangguan fungsi ginjal dengan riwayat pajanan yang
diterima pekerja disana. Penelitian ini dilakukan pada 31 orang Sampel yang bekerja
pada industri pelapisan kromium di kabupaten tegal, dengan kriteria usia 18 – 45
tahun, tidak sedang dalam keadaan hamil, serta tidak memiliki riwayat DM dan
penyakit ginjal kronis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian
untuk mempelajari dinamika antara faktor-faktor resiko dengan efek, secara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja industri pelapisan kromium
yang berada di Kabupaten Tegal.
- Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa :
a. Ada hubungan kadar kromium (Cr) dalam urin gangguan fungsi ginjal pada
pekerja pelapisan logam di Kabupaten Tegal.
b. Kadar kromium dalam urin pada pekerja pelapisan logam kromium berkisar
antara 6,00 – 110,0 µg/l.
c. Kadar kreatinin dalam serum pada pekerja pelapisan logam kromium berkisar
antara 0,71 – 1,53 mg/dl
d. Kadar ureum dalam serum pada pekerja pelapisan logam kromium berkisar antara
11,40 – 32,70 mg/dl.
e. Gangguan fungsi ginjal 15 orang atau 50% dari 30 responden.
f. Ada hubungan kadar kromium dalam urin dengan kadar kreatinin serum .
g. Tidak ada hubungan kadar kromium dalam urin dengan kadar ureum serum
h. Ada perbedaan rata-rata kadar kreatinin serum antara pekerja kromium “rendah”
dengan pekerja kromium “tidak normal”atau tinggi di pelapisan logam di
Kabupaten Tegal dengan uji t test.
i. Tidak ada perbedaan rata-rata kadar Ureum serum antara pekerja kromium
“rendah” dengan pekerja kromium “tinggi” di pelapisan logam di Kabupaten
Tegal dengan uji t test
j. Ada perbedaan proporsi gangguan ginjal antara pekerja dengan kromium urin
“tinggi” (> 39,20 µg/ l) 80% dengan kelompok pekerja kromium “rendah” ( <
39,20 µg/l ) 20% .
k. Ada hubungan yang signifikan antara kromium dalam urin dengan gangguan
fungsi ginjal dengan uji Chi-Square.
l. Prevaelensi Rasio(PR) : 6.00 dengan lower CI 95% (2,136 – 16,857) yang
artinyaPekerja yang mengandung kromium dalam urin tidak normal atau tinggi (>
39,20 µg/l ) mempunyai resiko 6 kali untuk mengalami gangguan fungsi ginjal
dibandingkan pekerja yang kadaran kromium dalam urin rendah atau normal.
3. - Judul jurnal : Faktor Risiko Rinitis Akibat Kerja Pada Pekerja Pengecatan Mobil
Pengguna Cat Semprot (Studi pada Bengkel Pengecatan Mobil di Kota Semarang)
- Penulis : Andhita Restu Damayanti, Willy Yusmawan, Zulfikar Naftali
- Tahun Terbit : 2016
- Dalam jurnal Faktor Risiko Rinitis Akibat Kerja Pada Pekerja Pengecatan Mobil
Pengguna Cat Semprot (Studi pada Bengkel Pengecatan Mobil di Kota Semarang),
penulis ingin mengetahui faktor-faktor risiko yang terkait dengan rinitis akibat kerja
(RAK) yang disebabkan oleh pajanan cat semprot pada pekerja bengkel pengecatan
mobil. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan
belah lintang yang menggunakan pekerja bengkel pengecatan mobil pengguna cat
semprot sebagai subjek penelitian. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret –
April tahun 2016 di beberapa bengkel pengecatan mobil di kecamatan Semarang Barat,
Semarang Selatan, dan Semarang Timur kota Semarang. Subjek penelitian adalah
pekerja pengecatan mobil pengguna cat semprot pada bengkel pengecatan mobil di kota
Semarang yang memenuhi kriteria yaitu pekerja pengecatan mobil pengguna cat
semprot di Kota Semarang yang bersedia mengikuti penelitian. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan 49 orang sebagai subjek penelitian. Variabel bebas penelitian
adalah usia, lama paparan per hari, kepemilikan ruang khusus pengecatan, dan
penggunaan masker. Variabel terikat penelitian adalah rinitis akibat kerja yang diukur
menggunakan skor dari hasil wawancara kuisioner.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa ada hubungan antara variabel
kepemilikan ruang khusus pengecatan dan variable penggunaan masker dengan
kejadian rinitis akibat kerja. Pada variabel usia dan lama paparan per hari bukan
merupakan faktor risiko rinitis akibat kerja karena didapatkan hasil tidak bermakna.
Meskipun usia secara statistik dinilai tidak bermakna, namun apabila dilihat dari angka
kejadiannya, kejadian rinitis akibat kerja lebih banyak terdapat pada usia diatas 30 tahun
daripada usia 30 tahun ke bawah. Usia 30 tahun ke atas merupakan usia produktif dalam
bekerja sehingga angka kejadian rinitis akibat kerja lebih banyak dibandingkan dengan
usia 30 tahun ke bawah. Sementara variabel lama paparan per hari juga dinilai tidak
bermakna secara statistik. Meskipun lama paparan per hari secara statistik dinilai tidak
bermakna, namun apabila dilihat dari angka kejadiannya, kejadian rinitis akibat kerja
lebih banyak terdapat pada pekerja yang bekerja 8 jam atau lebih per hari daripada
pekerja yang bekerja kurang dari 8 jam per hari.

Kejadian penyakit akibat kerja di Indonesia masih sangat tinggi, namun hal ini tidak
banyak diketahui khalayak umum karena memang sistim pelaporan yang masih kurang
baik. Banyak kejadian penyakit akibat kerja yang ditutup-tutupi oleh perusahaan karena
alasan tidak ingin cinta perusahaan jelek dan sebagainya. Pemerintah melalui
kementrian ketenaga kerjaan dan transmigrasi juga belum ada tindakan yang bisa
mendisiplinkan semua perusahaan di Indonesia. Banyak gelar dikeluarkan oleh
pemerintahan bahwa perusahaan telah mencapai zero accident, padahal fakta dilapangan
tidak demikian, masih banyak kecelakaan akibat kerja dan juga penyakit akibat kerja.
Perusahaan sektor formal seperti sulit ditembus rahasia-rahasianya oleh masyarakat
umum maupun pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai