Anda di halaman 1dari 3

Pendekatan Whole Language merupakan salah satu pendekataan pembelajaran

bahasa yang mulai diperkenalkan di Indonesia. Keampuhan pendekataan ini telah banyak

dibuktikan oleh beberapa negara yang menggunakan di kelas.

Menurut Brenner (1990) berpendapat bahwa Whole Language adalah cara mengajarkan
prapembaca, membaca dan keterampilan bahasa lainnya melalui keseluruhan proses yang
melibatkan bahasa, menulis, berbicara, mendengarkan cerita, mengarang cerita karya
seni, bermain drama, maupun melalui cara-cara yang lebih tradisional.

Berdasarkan pendapat tokoh di atas, maka pembelajaran bahasa berdasarkan

pendekatan bahasa menyeluruh mempunyai ciri-ciri: menyeluruh (Whole/Cooperative

Eksperances), bermakna (Meaningfull), berfungsi (Function), alamiah (Natural /

Authentic),

Whole Language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang

pembelajaran dan tentang orang-orang yang dimaksud adalah siswa yang terlibat dalam

pembelajaran. Dalam hal ini orang-orang yang dimaksud adalah siswa dan guru. Whole

Language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara

utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan

secara terpadu. Menerapkan Whole Language memang agak sulit karena tidak ada acuan

yang benar-benar mengaturnya.

asil Belajar

Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian

terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas

dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian

terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran.


Hasil belajar merupakan suatu prestasi yang dicapai seseorang dalam mengikuti

proses pembelajaran, dengan kata lain hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi

dalam diri individu yang belajar. Perubahan yang diperoleh dari hasil belajar adalah

perubahan secara menyeluruh terhadap tingkah laku yang ada pada diri individu. Hasil

belajar itu mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sesuai menurut Bloom yang

dikutip Djaafar (2001:83) menyatakan hasil belajar dibagi dalam tiga ranah atau kawasan

yaitu (1) Ranah Kognitif, (2) Ranah Afektif dan (3) Ranah Psikomotor.

Masing-masing ranah menghasilkan kemampuan tertentu. Hasil belajar ranah

kognitif berorientasi kepada kemampuan “berpikir” yang mencakup kemampuan

memecahkan suatu masalah. Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan perasaan,

emosi, sistem nilai dan sikap hati-hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakkan

terhadap sesuatu. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotorik yang berhubungan dengan

anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan membaca dalam hati dengan pendekatan

whole language dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi memahami

teks pada siswa kelas V sekolah dasar. Dengan membaca siswa dapat membuka jendela
dunia. Pada pendekatan whole language bukan hanya membaca, melainkan

menggabungkan semua aspek dari mendengarkan, menulis dan berbicara.

B. Saran
Diharapkan pada siswa, agar sering berlatih membaca yang diberikan oleh guru

dengan baik. Bagi guru-guru agar dapat merancang dan mengoptimalkan penerapan

pendekatan whole language dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terutama dalam materi

membaca..

Disamping itu, dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan mutu pendidikan

diharapkan agar para orang tua dan masyarakat pro aktif terhadap pihak sekolah demi

tercapinya tujuan pendidikan nasional. Contoh/alternative bagi pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar guru di sekolah (di kelas).

Anda mungkin juga menyukai