Anda di halaman 1dari 7

Makalah Sistem Pelayanan Kesehatan Di

Negara Thailand

Disusun Oleh :
Bramantio Erlangga
Muhammad Sega Maulana
Siti Aqubah
Siti Noraina

STIKES BORNEO CENDEKIA MEDIKA PANGKALAN BUN


TAHUN AJARAN 2018/2019
JL.SUTAN SYAHRIR NO.11 PANGKALAN BUN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi seluruh warga negara. Setiap negara

memiliki kebijakan yang beragam dalam melaksakan sistem kesehatan. Jaminan kesehatan

diperlukan bagi setiap negara untuk menjamin kesehatan secara menyeluruh bagi warga

negaranya. Segala sistem jaminan kesehatan nasional yang dirancang sebaiknya mampu

diaplikasikan untuk melayani seluruh warga negaranya. Dalam perencanaan dan penerapan

program jaminan kesehatan nasional, pemerintah hendaknya melakukan observasi. Observasi

dapat dilakukan di lingkungan masyarakat terdekat, hingga keDalam artikel ini, penulis ingin

menggambarkan bagaimana peran dan dampak sistem kesehatan nasional di Thailand

khususnya di King Chulalongkorn Memorial Hospital (KCMH).


Metode penelitian dalam artikel ini menggunakan pendekatan deskriptif. Data yang

dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari observasi,

wawancara, dan diskusi. Observasi dilakukan pada salah satu rumah sakit pemerintah di

Thailand yaitu King Chulalongkorn Memorial Hospital. Wawancara dan diskusi dilakukan

dalam forum yang dihadiri oleh pejabat struktural KCMH. Data sekunder didapatkan dari

studi literatur yang diperoleh dari profil rumah sakit yang dikunjungi, jurnal nasional dan

internasional, serta buku teks. Pengumpulan data dilaksanakan di KCMH pada tanggal 9

Maret 2015. Diskusi ahli meliputi bagaimana sistem kesehatan nasional di Thailand

khususnya di KCMH dalam menjamin kesehatan warga negaranya dengan berpusat pada

pasien (Patient-centered care) sehingga dapat memberikan pelayanan yang berkualitas.


BAB II
PEMBAHASAN
Tahun 1995, kementrian kesehatan Thailand mulai membentuk agen netral untuk mencari
jalan keluar atas konflik yang terjadi pada kualitas dan biaya antara pelayanan kesehatan dengan
konsumen. Inisiatif ini kemudian berkembang menjadi proyek penelitian mengenai akreditasi
rumah sakit yang bertujuan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sebuah standar
rumah sakit yang komprehensif serta berfungsi sebagai dasar penilaian kualitas rumah sakit
(Sriratanaban 2010).
Program akreditasi rumah sakit di Thailand mulai menjadi suatu proyek penelitian yang
didukung oleh WHO, The Thailand Research Fund, dan Institut Penelitian Sistem Kesehatan.
Pada tahun 1996, ditemukan sebuah standar untuk menilai kualitas dari sistem kesehatan rumah
sakit yang berfungsi untuk menentukan standar akreditasi. Sistem tersebut diujicoba pada 35
rumah sakit umum dan swasta secara sukarela pada tahun 1997. Selama fase ini komite
penasehat menyarankan untuk bekerja dengan melibatkan berbagai sektor antara lain organisasi
profesi, pemberi pelayanan kesehatan, pemilik modal, dan konsumen. Selanjutnya dapat
terbentuk kolaborasi untuk pengembangan kualitas dan akreditasi rumah sakit (Sriratanaban
2010). Beberapa rekanan dari program tersebut antara lain:
 Funding agencies: Thailand Research Fund, Health Systems Research Institute, and the
World Health Organization (WHO).
 Professional bodies: Thai Medical Council, Thai nursing council, Thai Dental council,
Thai PharmaceuticalCouncil, Hospital Pharmaceutical Association of Thailand, Medical
Technologist Association of Thailand, Private Hospital Association of Thailand and
Medical Section of Christ Church of Thailand.
 Educational institutions: Consortium of Royal Colleges of Thailand, Consortium of
Medication Education, Mahidol University, Chulalongkorn University and Prince
Songkhla University.
 Social Security Office.
 international collaboration: Canadian Executive Service Organization, and Liverpool
School of Tropical Medicine.

Setelah proyek penelitian dan pengembangan berakhir tahun 1999, kolaborasi tersebut
berubah menjadi “Institute of Hospital Quality Improvement and Accreditation”. Institut ini
merupakan agen independen yang bergerak di bawah supervisi institut penelitian sistem
kesehatan. Program itu berkembang dari yang bermula hanya untuk 35 rumah sakit hingga
menjadi skala nasional. Pada tahun 2009, lebih dari 350 rumah sakit telah diakreditasi dan
ratusan rumah sakit lainya secara sukarela mengikuti program dan dalam proses pengaplikasian
sistem manajemen tersebut. Saat ini institut tersebut telah berubah menjadi organisasi publik
yang bernama “Healthcare Accreditation Institute” (Sriratanaban 2010).
Program akreditasi rumah sakit Thailand bukan sekedar sertifikasi atau sebuah program
akreditasi, namun lebih kepada mekanisme untuk mendorong peningkatan kualitas rumah sakit
secara total, sistematis, dan sesuai standar. Program ini menekankan pada prinsip self-assesment,
jaminan kualitas, peningkatan kualitas yang berkelanjutan yang berfokus pada pelanggan
(Customer Focused Countinous Improvement/CQI) dan manajemen mutu secara total (Total
Quality Management/TQM). Akreditasi ini dimaksudkan untuk mendorong rumah sakit
meningkatkan dan mengkonfirmasi seberapa baik rumah sakit melaksanakan kegiatannya sesuai
standar dibandingkan sebagai sebuah audit kualitas eksternal atau inspeksi kemampuan rumah
sakit menjalankan standar minimal. Dengan terakreditasinya rumah sakit tersebut, berarti telah
menunjukkan komitmen peningkatan kualitas berbasis pasien serta menunjukkan bahwa rumah
sakit mempunyai sistem kualitas yang baik untuk meminimalkan resiko dan menjamin kualitas.
Sistem akteditasi mengawasi agar etik dan layanan profesional tetap sesuai, dan menunjukkan
kemampuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan (Sriratanaban 2010).
Secara umum, akreditasi rumah sakit dilihat sebagai sistem mekanisme yang membantu
membatasi perilaku provider dalam sistem pelayanan kesehatan. Rumah sakit perlu memenuhi
standar akreditasi rumah sakit, dimana hal ini termasuk kebutuhan struktural dan kebutuhan
untuk proses utama. Mereka juga merupakan pedoman untuk dilakukannya assessment dan
survei secara periodik. Status akreditasi diperlukan rumah sakit agar mereka mampu mengikuti
program
dan aktifitas di masyarakat. Kebutuhan akan hukum, seperti surat izin operasional tidak terlalu
dibutuhkan (Sriratanaban 2010) .
Menurut Sriratanaban (2010), beberapa aktivitas dalam mengimplementasikan program
akreditasi rumah sakit di Thailand antara lain:
1. Membentuk tim penelitian dan pengembangan.
2. Membentuk tim khusus akreditasi dan pengembangan kualitas rumah sakit.
3. Melibatkan berbagai organisasi profesional dan rumah sakit untuk membentuk standar profesi
dan mengaplikasikannya.
4. Proses survei dikembangkan dan diuji dengan rumah sakit percontohan.
5. Secara berkala melakukan publikasi melalui koran, artikel, buku, dan forum nasional.
6. Dilakukan penelitian secara kualitatif mengenai perilaku organisasi dan evaluasi program
akreditasi.
7. Setelah program percontohan selesai, Thailand Hospital Accreditation dijadikan organisasi
yang independen.

Sistem jaminan kesehatan di Thailand dapat dijadikan acuan untuk menyempurnakan


sistem jaminan kesehatan di Indonesia. Thailand melakukan penelitian lebih dari untuk sistem
kesehatan nasionalnya. Dan Di Indonesia sudah menerapkan sistem jaminan kesehatan nasional,
namun pada pelaksanaanya masih mengalami berbagai kendala. Berbagai macam usaha perlu
dilakukan oleh pemerintah Indonesia agar dapat menciptakan sistem kesehatan nasional yang
mampu mengcover seluruh warga negaranya dengan tetap memperhatikan keselamatan pasien
dan mutu layanan. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan perbedaan sistem jaminan
kesehatan nasional di Thailand dan Indonesia.
Sistem jaminan kesehatan nasional di Thailand dan Indonesia memiliki beberapa
perbedaan. Jika dilihat dari jenis asuransi kesehatan di indonesia sudah terpusat dalam program
Jaminan Kesehatan Nasioanal (JKN) dan dikelola oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan sosial
Kesesehatan (BPJS Kesehatan) sedangkan pada Thailand Jenis Asuransi dibedakan menjadi tiga
yaitu Social Security Scheme, Civil Servant’s Medical Benefit Scheme, dan Medical Welfare
Scheme.
Kepersertaanya, sistem asuransi kesehatan di Indonesia bersifat wajib, sedangkan di Thailand
secara otomatis setiap warga negara baik yang bekerja ataupun tidak bekerja mempunyai hak
yang sama dalam mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah. Komposisi
Peserta di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang dibiayai oleh
Pemeritah melalui APBN, dan Non Penerima Bantuan Iuran yang dibiayai oleh iuran
perseorangan dan badan usaha, sedangkan di Thailand Komposisi peserta sesuai dengan jenis
asuransi yang diikuti dengan sistem pembiayaan terbagi menjadi dua yaitu Pajak (jenis asuransi
SSS, CSMBS, dan MWS) dan Premi (jenis Asuransi VHI).
Model Pembayaran Pelayanan Kesehatan di indonesia terbagi menjadi dua yaitu Kapitasi
untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer (FKTP) dan CBG’s untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat
sekunder dan tersier. Thailand mempunyai dua model pembayaran palayanan kesehatan yaitu
Kapitasi dan DRG sesuai dengan jenis asuransi yang diikuti.
Jenis Pelayanan Kesehatan di indonesia bersifat Komperhensif (Promotif, Preventif, kuratif dan
Rehabilitatif) yang dilaksanakan di semua fasilitas kesehatan (puskesmas, klinik pratama, RS
Pemerintah, RS Swasta dan dokter keluarga yang terlah bekerja sama dengan pihak BPJS)
sedangkan di Thailand Jenis pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan bersifat terbatas sesuai
dengan jenis asuransi yang diikuti.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kebanyakan negara - negara berkembang sampai negara maju, telah menerapkan sistem
kesehatan nasionalnya. Tetapi kebijakannya berbeda - beda negara satu dengan yang lainnya.
Diperlukan adanya indikator dan pembanding Hospital Visit : Thailand - Maret 2015 13
mengenai sistem kesehatan nasional di sebuah negara sehingga kita dapat menemukan
kekurangan atau kelebihan suatu sistem di suatu negara. Dengan gambaran sistem kesehatan
nasional di Thailand kita dapat melihat bagaimana sistem kesehatan nasional tersebut berjalan di
salah satu contoh rumah sakit pemerintah.
Dari hasil kunjungan rumah sakit di Thailand dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi
sistem kesehatan nasional di Thailand merupakan salah satu hasil usaha pemerintah Thailand
untuk memajukan negaranya. Sistem kesehatan nasional ini memerlukan waktu lebih dari 10
tahun untuk mencapai 99% Universal Health Coverage. Dalam kurun waktu tersebut salah satu
yang diperkuat adalah sistem informasi untuk mengumpulkan data secara akurat dan tepat,
sehingga data ini kemudian menjadi dasar untuk memutuskan besarnya kapitasi untuk pelayanan
kesehatan primer di puskesmas dan rumah sakit, serta besarnya biaya perlayanan per kasus di
RS.
Di Indonesia, sistim informasi kesehatan masih belum berjalan dengan baik. Untuk biaya
pelayanan, yang berlaku di Indonesia adalah tarif Perda yang ditentukan dari unit cost, bukan
real cost seperti di Thailand. Hal ini juga memerlukan dukungan teknologi informasi yang kuat
sehingga suatu saat Indonesia juga bisa memiliki sistem kesehatan nasional berbasis data.
Hospital Visit : Thailand - Maret 2015 14
Daftar Pustaka
Conrad, S., Waldrip, G 2002."Using Kaizen to reduce waste and prevent pollution".
Environmental Quality Management. 23-37. diakses dari :
http://www.epa.gov/lean/environment/methods/kaizen.htm pada tangga 15 Maret 2015
Kementrian Kesehatan RI 2013, Buku Saku BPJS Kesehatan
Lestari, N. P., Sunjaya, D. K., Syaefullah, A. 2014. Konsep Manajemen Keselamatan Pasien
Berbasis Program di RSUD Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Diakses dari :
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/01/KONSEP-MANAJEMEN-
KESELAMATAN-PASIEN-BERBASIS-PROGRAM.pdf\ pada tanggal 16 Maret 2015
Manajemen Rumah Sakit 2010. Belajar dari Thailand : Implementasi Universal Coverage di
Rumah Sakit. Diakses dari : http://manajemenrumahsakit.net/2012/10/belajar-dari-thailand-
implementasi universal-coverage-di-rs/ pada tanggal 18 Maret 2015
Sriratanaban, J. 2010. A Case Study on Hospital Accreditation in Thailand and Quality
Improvement at King Chulalongkorn Memorial Hospital: Part 1. Chulalongkorn University.
Thailand. Diakses dari : http://www.ps4h.org/docs13_qual/Background%20Case%20study
%20Singapore%202004_1.pdf pada tanggal 15 Maret 2015.
Sriratanaban, J. 2010. Hospital Accreditation as a System Regulatory Mechanism: A case of
Thailand. Chulalongkorn University. Thailand. Diakses dari : http://ps4h.org/baliday3r/Jiruth
%20Sriratanaban_Case%20(BARU)_Session%204.pdf pada tanggal 15 Maret 2015
Sriratanaban, J., Pongpirul, K., Sriratanaban, A. (n.d). Improvement of Hospital
Management in the Context of Health Sector Reform and its Linkage to Primary Care in
Thailand : Rapid Situation Assesment and Reccomendation. National Health Security Office,
Thailand. Diakses dari :
http://www.academia.edu/248995/Improvement_of_hospital_management_in_the_context_of_he
alth_sector_reform_and_its_linkages_to_primary_care_in_Thailand_Rapid_situation_assessmen
t_and_recommendations pada tanggal 15 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai