Negara Thailand
Disusun Oleh :
Bramantio Erlangga
Muhammad Sega Maulana
Siti Aqubah
Siti Noraina
memiliki kebijakan yang beragam dalam melaksakan sistem kesehatan. Jaminan kesehatan
diperlukan bagi setiap negara untuk menjamin kesehatan secara menyeluruh bagi warga
negaranya. Segala sistem jaminan kesehatan nasional yang dirancang sebaiknya mampu
diaplikasikan untuk melayani seluruh warga negaranya. Dalam perencanaan dan penerapan
dapat dilakukan di lingkungan masyarakat terdekat, hingga keDalam artikel ini, penulis ingin
dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari observasi,
wawancara, dan diskusi. Observasi dilakukan pada salah satu rumah sakit pemerintah di
Thailand yaitu King Chulalongkorn Memorial Hospital. Wawancara dan diskusi dilakukan
dalam forum yang dihadiri oleh pejabat struktural KCMH. Data sekunder didapatkan dari
studi literatur yang diperoleh dari profil rumah sakit yang dikunjungi, jurnal nasional dan
internasional, serta buku teks. Pengumpulan data dilaksanakan di KCMH pada tanggal 9
Maret 2015. Diskusi ahli meliputi bagaimana sistem kesehatan nasional di Thailand
khususnya di KCMH dalam menjamin kesehatan warga negaranya dengan berpusat pada
Setelah proyek penelitian dan pengembangan berakhir tahun 1999, kolaborasi tersebut
berubah menjadi “Institute of Hospital Quality Improvement and Accreditation”. Institut ini
merupakan agen independen yang bergerak di bawah supervisi institut penelitian sistem
kesehatan. Program itu berkembang dari yang bermula hanya untuk 35 rumah sakit hingga
menjadi skala nasional. Pada tahun 2009, lebih dari 350 rumah sakit telah diakreditasi dan
ratusan rumah sakit lainya secara sukarela mengikuti program dan dalam proses pengaplikasian
sistem manajemen tersebut. Saat ini institut tersebut telah berubah menjadi organisasi publik
yang bernama “Healthcare Accreditation Institute” (Sriratanaban 2010).
Program akreditasi rumah sakit Thailand bukan sekedar sertifikasi atau sebuah program
akreditasi, namun lebih kepada mekanisme untuk mendorong peningkatan kualitas rumah sakit
secara total, sistematis, dan sesuai standar. Program ini menekankan pada prinsip self-assesment,
jaminan kualitas, peningkatan kualitas yang berkelanjutan yang berfokus pada pelanggan
(Customer Focused Countinous Improvement/CQI) dan manajemen mutu secara total (Total
Quality Management/TQM). Akreditasi ini dimaksudkan untuk mendorong rumah sakit
meningkatkan dan mengkonfirmasi seberapa baik rumah sakit melaksanakan kegiatannya sesuai
standar dibandingkan sebagai sebuah audit kualitas eksternal atau inspeksi kemampuan rumah
sakit menjalankan standar minimal. Dengan terakreditasinya rumah sakit tersebut, berarti telah
menunjukkan komitmen peningkatan kualitas berbasis pasien serta menunjukkan bahwa rumah
sakit mempunyai sistem kualitas yang baik untuk meminimalkan resiko dan menjamin kualitas.
Sistem akteditasi mengawasi agar etik dan layanan profesional tetap sesuai, dan menunjukkan
kemampuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan (Sriratanaban 2010).
Secara umum, akreditasi rumah sakit dilihat sebagai sistem mekanisme yang membantu
membatasi perilaku provider dalam sistem pelayanan kesehatan. Rumah sakit perlu memenuhi
standar akreditasi rumah sakit, dimana hal ini termasuk kebutuhan struktural dan kebutuhan
untuk proses utama. Mereka juga merupakan pedoman untuk dilakukannya assessment dan
survei secara periodik. Status akreditasi diperlukan rumah sakit agar mereka mampu mengikuti
program
dan aktifitas di masyarakat. Kebutuhan akan hukum, seperti surat izin operasional tidak terlalu
dibutuhkan (Sriratanaban 2010) .
Menurut Sriratanaban (2010), beberapa aktivitas dalam mengimplementasikan program
akreditasi rumah sakit di Thailand antara lain:
1. Membentuk tim penelitian dan pengembangan.
2. Membentuk tim khusus akreditasi dan pengembangan kualitas rumah sakit.
3. Melibatkan berbagai organisasi profesional dan rumah sakit untuk membentuk standar profesi
dan mengaplikasikannya.
4. Proses survei dikembangkan dan diuji dengan rumah sakit percontohan.
5. Secara berkala melakukan publikasi melalui koran, artikel, buku, dan forum nasional.
6. Dilakukan penelitian secara kualitatif mengenai perilaku organisasi dan evaluasi program
akreditasi.
7. Setelah program percontohan selesai, Thailand Hospital Accreditation dijadikan organisasi
yang independen.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kebanyakan negara - negara berkembang sampai negara maju, telah menerapkan sistem
kesehatan nasionalnya. Tetapi kebijakannya berbeda - beda negara satu dengan yang lainnya.
Diperlukan adanya indikator dan pembanding Hospital Visit : Thailand - Maret 2015 13
mengenai sistem kesehatan nasional di sebuah negara sehingga kita dapat menemukan
kekurangan atau kelebihan suatu sistem di suatu negara. Dengan gambaran sistem kesehatan
nasional di Thailand kita dapat melihat bagaimana sistem kesehatan nasional tersebut berjalan di
salah satu contoh rumah sakit pemerintah.
Dari hasil kunjungan rumah sakit di Thailand dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi
sistem kesehatan nasional di Thailand merupakan salah satu hasil usaha pemerintah Thailand
untuk memajukan negaranya. Sistem kesehatan nasional ini memerlukan waktu lebih dari 10
tahun untuk mencapai 99% Universal Health Coverage. Dalam kurun waktu tersebut salah satu
yang diperkuat adalah sistem informasi untuk mengumpulkan data secara akurat dan tepat,
sehingga data ini kemudian menjadi dasar untuk memutuskan besarnya kapitasi untuk pelayanan
kesehatan primer di puskesmas dan rumah sakit, serta besarnya biaya perlayanan per kasus di
RS.
Di Indonesia, sistim informasi kesehatan masih belum berjalan dengan baik. Untuk biaya
pelayanan, yang berlaku di Indonesia adalah tarif Perda yang ditentukan dari unit cost, bukan
real cost seperti di Thailand. Hal ini juga memerlukan dukungan teknologi informasi yang kuat
sehingga suatu saat Indonesia juga bisa memiliki sistem kesehatan nasional berbasis data.
Hospital Visit : Thailand - Maret 2015 14
Daftar Pustaka
Conrad, S., Waldrip, G 2002."Using Kaizen to reduce waste and prevent pollution".
Environmental Quality Management. 23-37. diakses dari :
http://www.epa.gov/lean/environment/methods/kaizen.htm pada tangga 15 Maret 2015
Kementrian Kesehatan RI 2013, Buku Saku BPJS Kesehatan
Lestari, N. P., Sunjaya, D. K., Syaefullah, A. 2014. Konsep Manajemen Keselamatan Pasien
Berbasis Program di RSUD Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Diakses dari :
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/01/KONSEP-MANAJEMEN-
KESELAMATAN-PASIEN-BERBASIS-PROGRAM.pdf\ pada tanggal 16 Maret 2015
Manajemen Rumah Sakit 2010. Belajar dari Thailand : Implementasi Universal Coverage di
Rumah Sakit. Diakses dari : http://manajemenrumahsakit.net/2012/10/belajar-dari-thailand-
implementasi universal-coverage-di-rs/ pada tanggal 18 Maret 2015
Sriratanaban, J. 2010. A Case Study on Hospital Accreditation in Thailand and Quality
Improvement at King Chulalongkorn Memorial Hospital: Part 1. Chulalongkorn University.
Thailand. Diakses dari : http://www.ps4h.org/docs13_qual/Background%20Case%20study
%20Singapore%202004_1.pdf pada tanggal 15 Maret 2015.
Sriratanaban, J. 2010. Hospital Accreditation as a System Regulatory Mechanism: A case of
Thailand. Chulalongkorn University. Thailand. Diakses dari : http://ps4h.org/baliday3r/Jiruth
%20Sriratanaban_Case%20(BARU)_Session%204.pdf pada tanggal 15 Maret 2015
Sriratanaban, J., Pongpirul, K., Sriratanaban, A. (n.d). Improvement of Hospital
Management in the Context of Health Sector Reform and its Linkage to Primary Care in
Thailand : Rapid Situation Assesment and Reccomendation. National Health Security Office,
Thailand. Diakses dari :
http://www.academia.edu/248995/Improvement_of_hospital_management_in_the_context_of_he
alth_sector_reform_and_its_linkages_to_primary_care_in_Thailand_Rapid_situation_assessmen
t_and_recommendations pada tanggal 15 Maret 2015