Disusun Oleh:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini tentang pakaian safety
(wearpack) dengan label oeko-tex standard 100
Paper ini telah penulis telah dengan maksimal menyusun dan mendapatkan bantuan dari
berbagai media dan pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan paper ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan bak
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapa memperbaiki paper ini.
Akhir kata penulis berhadap semoga paper ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.
1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana cara mendapatkan sertifikat Oeko-Tex standard 100 dengan
berdasarkan pengujian yang telah ditentukan, sehingga dapat mengetahui pengujian-pengujian
apa saja yang dilakukan pada pakaian safety atau wearpack.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 WEARPACK
Wearpack merupakan pakaian keselamatan kerja yang wajib dipakai pada beberapa bidang
pekerjaan, misalnya pada industri tekstil. Kecelakaan saat bekerja terkadang sulit untuk
dihindari. Pemicu utamanya adalah kurangnya kesadaran pekerja untuk mematuhi prosedur
yang berlaku ditempat kerja. Serta beberapa perlengkapan yang belum memenuhi standar
keselamatan kerja. Oleh karena itu, alat pelindung diri (APD) sangat diperlukan untuk
menjamin keselamatan kerja. Baju keselamatan kerja termasuk dalam alat pelindung diri yang
dimasukkan dalam kategori wajib dalam bekerja. Baju keselamatan kerja atau pakaian safety
(safety wear) lebih dikenal masyarakat sebagai wearpack.
Wearpack wajib digunakan pada pekerja yang memiliki profesi khusus yang tingkat
kesulitannya tinggi dan membutuhkan pengamanan khusus.
Fungsi Wearpack
Fungsi wearpack pada umumnya adalah untuk melindungi tubuh dari hal yang dapat
membahayakan atau mengakibatkan kecelakaan saat bekerja. Tingkat perlindungan yang
diberikan pun beragam sesuai dengan kebutuhan.
Selain berfungsi sebagai alat pelindung, pakaian keselamatan kerja juga mempunyai fungsi
lain yaitu sebagai identitas. Fungsi identitas bertujuan untuk menyeragamkan pekerja dan
menunjukkan identitas jabatan. Misalkan pakaian kerja dengan warna berbeda antara pekerja
las dengan pekerja elektrik. Dengan adanya identitas ini, maka divisi pekerjaan seseorang akan
dapat dibedakan. Untuk lebih memudahkan lagi. Pakaian kerja biasanya diberikan penambahan
bordir seperti logo perusahaan atau bordir tulisan pada bagian – bagian tertentu. Sehingga dapat
menunjukkan identitas sebuah perusahaan dan divisi pekerjaan.
a. Selulosa
Kandungan selulosa dalam kapas mentah berkisar antara 80% sampai 85 % sedangkan
dalam serat kapas yang telah dimasak dan dikelantang antara 99,5% sampai 99,5%.
b. Pektat
Jumlah pektin diperkirakan sekitar 0,6-1,2 %, Pektin adalah karbohidrat dengan berat
molekul tinggi dan struktur rantai seperti selulosa. Pektin dapat dihilangkan dalam
pemasakan kapas dengan larutan natrium hidroksida. Proses penghilngan pektin tidak
banyak mempengaruhi kekuatan maupun perusakan.
c. Zat-zat yang mengandung protein
Diperkirakan bahwa zat protein dalam kapas adalah sisa-sisa protoplasma yang
tertinggal didalam lumen setelah selnya mati ketika buahnya membuka. Kadar nitrogen
didalam serat kapas kira-kira 3% dan apabila dirubah menjadi protein dengan faktor 6,25
akan memberikan kadar protein 1,875%. Pemasakan kapas mengurangi kadar nitrogen
menjadi kira-kira 1/10 kadar aslinya.
d. Abu
Kadar abu kapas sekitar 2%-3%, yang terdiri dari magnesium, kalium karbonat atau
kalsium, fosfat,sulfat atau chlorida dan garam garam karbonat. Pemasakan dan pemutihan
akan mengurangi kadar abu kapas menjadi kurang dari 0,1%.
Gambar. Struktur Selulosa dengan Rantai Panjang Membentuk Bagian Kristalin dan
Amorf
Sumber: Maya Komalasari, Serat Tekstil 1, Sekolah tinggi Teknologi Tekstil, Bandung.
2. Sifat Kimia
a. Pengaruh asam
Serat kapas tahan terhadap asam lemah, sedangkan asam kuat akan mengurangi
kekuatan serat kapas karena dapat memutuskan rantai molekul selulosa (hidroselulosa).
Asam kuat dalam larutan menyebabkan degradasi yang cepat sedangkan larutan yang encer
apabila dibiarkan mengering pada serat akan menyebabkan penurunan kekuatan.
b. Pengaruh alkali
Alkali kuat pada suhu didih air dan pengaruh adanya oksigen dalam udara akan
menyebabkan terbentuknya oksiselulosa. Alkali pada kondisi tertentu akan
mengelembungkan serat kapas.
c. Pengaruh oksidator
Oksidator dapat menyebabkan terjadinya oksiselulosa yang mengakibatkan penurunan
kekuatan serat. Derajat kerusakan serat bergantung pada konsentrasi, pH dan suhu
pengerjaan.
d. Pengaruh mikroorganisme
Dalam keadaan lembab dan hangat, serat kapas mudah terserang jamur dan bakteri.
Tetapi pada kondisi kering, serat kapas mempunyai ketahanan yang cukup baik terhadap
jamur dan mikroorganisme.
Serat poliester mulai pertengahan abad duapuluh merupakan serat buatan yang
paling banyak digunakan. Poliester dengan nama dagang Dacron dibuat dari asam
tereftalat dan etilena glikol, sedangkan Terylene dibuat dari dimetil tereftalat dan etilena
glikol, struktur Dacron dan Terylene:
Serat poliester adalah serat sintetik yang paling banyak digunakan untuk bahan
tekstil. Serat ini merupakan suatu polimer hasil reaksi antara monomer asam terftalat
dan etilena glikol.
Pada pembuatan serat poliester, etilena glikol direaksikan dimetil tereftalat atau
asam tereftalat yang dikenal dengan istilah PTA (pure terphthalate acid). Hasil reaksi
berupa ester dari etilena terftalat kemudian dipolimerisasikan pada suhu tinggi sehingga
terjadi reaksi polimerisasi membentuk polietilena tereftalat. Hasil polimerisasi di
Industri umumnya dibuat dalam bentuk butiran-butiran kasar yang disebut chips
poliester.
Chips poliester oleh industri pembuatan serat dipanaskan sampai meleleh kemudian
dipintal dengan menyemprotkan lelehan poliester melalui cetakan berbentuk lubang-
lubang kecil yang disebut spinneret. Hasil pemintalan berupa filamen filamen poliester.
Untuk membuat serat poliester agak suram agar mirip dengan serat alam, di dalam
pemintalannya dapat ditambahkan zat penyuram yang berupa oksida misalnya titanium
dioksida.
b. Proses Merserisasi
Proses merserisasi merupakan proses khusus yang hanya dilakukan pada serat selulosa
dan serat campurannya. Proses merserisasi adalah istilah khusus untuk perlakuan
perendaman bahan serat selulosa dan campurannya dalam larutan NaOH dengan konsentrasi
26-30oC sambil diberi peregangan. Proses merserisasi bertujuan untuk menaikkan
keunggulan sifat kain, yaitu :
Menambah kekuatan serat
Menambah daya serap bahan terhadap zat warna
Menambah kilau pada kain.
Proses merserisasi dapat dilakukan pada bahan berbentuk benang maupun kain,biasanya
dilakukan antara proses penghilangan kanji dan pemasakan atau pada bahan yang telah
dihilangkan kanji dan dimasak, dan kadang dilakukan pada bahan masih grey.
Merserisasi dapat dilakukan dalam keadaan grey maupun sesudah.Keduanya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Merserisasi grey membantu
menghilangkan sebagian malam (wax) pada kapas sehingga pemakaian soda kostik pada
pemasakan dapat dikurangi. Penghematan masih bisa dilakukan lebih jauh lagi dengan
cara menghilangkan tahap akhir pencucian dan penetralan pada proses merserisasi
sehingga sejumlah kecil alkali yang tertinggal pada bahan dapat dimanfaatkan untuk
membantu pemakaian soda kostik pada pemasakan. Daya serap dan reaktifitas yang lebih
tinggi terhadap zat-zat kimia juga membuka peluang untuk penghematan pada
pengelantangan. Keuntungan lain adalah bahwa merserisasi grey disebutkan memberikan
pegangan lebih lembut daripada merserisasi sesudah pengelantangan. Pada merserisasi grey
penetrasi alkali berlangsung lambat dan tidak merata sehingga disarankan untuk
mengerjakan bahan dengan air atau larutan alkali encer beberapa menit sebelum proses, atau
lebih baik lagi dengan menambahkan pembasah tahan alkali (1%) ke dalam larutan
merserisasi, untuk mempercepat pembasahan. Sedangkan benang atau kain dengan kekuatan
relatif rendah sebaiknya dimerser dalam keadaan grey.
Proses merserisasi dikerjakan pada kain kapas dalam larutan NaOH pada suhu kamar
dan diikuti dengan pencucian. Pengerjaan dengan kondisi tersebut memberikan hasil sebagai
berikut :
Kain mengkeret
Mulur bertambah
Kekuatan bertambah
Daya serap air naik
Afinitas terhadap zat warna bertambah
Daya reaksi dari selulosa bertambah pada suhu rendah
Kilau, salah satu karakteristik utama produk merserisasi, pada dasarnya merupakan efek
yang dihasilkan dari pemantulan cahaya yang jatuh pada permukaan serat, dan sangat
bergantung pada bentuk penampang lintang dan sifat permukaannya. Pada merserisasi
dengan tegangan penampang lintang serat kapas menjadi lebih bulat dan permukaannya
pun lebih halus sehingga cahaya yang jatuh di atasnya akan dipantulkan secara lebih
teratur dan menimbulkan kilau yang lebih baik daripada merserisasi tanpa tegangan.
Namun demikian harus diingat pula bahwa penampang lintang bulat bukanlah satu
satunya penyebab timbulnya kilau, karena serat sutera yang berpenampang lintang segitiga
dan hasil penyempurnaan kalender juga memiliki kilau tinggi. Salah satu faktor yang turut
menentukan kilau serat namun nampaknya jarang disinggung adalah jenis serat. Pengamatan
dengan mikroskop memperhatikan bahwa serat panjang (long staple) memiliki kerataan
yang lebih tinggi sehingga dengan sendirinya memiliki kilau yang lebih baik.
Faktor tegangan juga menjadi penyebab rendahnya kilau benang yang terbuat dari serat
pendek. Pada benang dari serat pendek gaya kohesi antar seratnya rendah sehingga masing-
masing serat tersebut menjadi lebih mudah bergeser satu sama lain (slip) pada penarikan dan
menurunkan efek tegangan. Kain yang terbuat dari anyaman satin atau keper umumnya akan
menimbuikan efek kilau yang tinggi, terutama karena kain semacam ini memiliki banyak
benang timbul pada permukaannya yang akan melipatgandakan efek kilau hasil merserisasi.
Pemberian tegangan selama merserisasi, seperti telah disinggung di muka, juga akan
menaikkan kekuatan tarik secara sangat berarti. Namun sebagai konsekuensinya mulur serat
sebelum putus akan berkurang. Pertambahan mulur yang besar dapat dicapai dengan
merserisasi tanpa tegangan.
Mekanisme
Bahan kapas yang direndam dalam larutan NaOH dengan konsentrasi tinggi akan
menggembungkan serat kearah melintang dan menciut kearah membujur. Penampang
melintang serat kapas yang awalnya berbentuk ginjal akan berubah menjadi elips dan
kemudian menjadi bundar, hal ini mengakibatkan meningkatnya kemampuan serat dalam
memantulkan cahaya sehingga bahan akan kelihatan lebih berkilau
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil merserisasi, yaitu :
Zat yang dipakai
Zat yang biasa digunakan adalah NaOH 28-36 oBe atau kira-kira 25 % larutan NaOH,
kadang-kadang ditambahkan zat pembasah yang tahan terhadap alkali.Sebenarnya konsetrasi
yang menimbulkan penggelembungan serat terbesar ialah 18 % larutan NaOH.
Suhu pengerjaan
Suhu yang lebih rendah memberikan hasil merserisasi yang lebih baik. Hasil yang terbaik
didapat pada suhu yang tetap, seperti juga konsentrasi yang tetap akan menghasilkan kilap yang
rata. Selama pengerjaan timbul panas, maka karena itu larutan NaOH harus selalu didinginkan
sehingga suhunya selalu tetap. Pada suhu 30 oC NaOH akan merusak selulosa.
Waktu atau lamanya pengerjaan
Pengerjaan merserisasi berlangsung ± 40 detik, yaitu waktu yang diperlukan penyerapan
NaOH (kostik soda) kedalam serat. Pengerjaan yang lebih lama tidak memberikan hasil yang
lebih baik.
Kualitas bahan
Hasil yang baik akan didapat apabila bahan dimasak terlebih dahulu sebelum dilakukan
proses merserisasi.Untuk bahan yang telah dimasak tetapi belum diputihkan akan memberikan
pegangan yang lebih lunak, bila dibandingkan dengan kain yang diputihkan terlebih dahulu.
Bahan yang dimerser mengalami perubahan sebagai berikut :
Kekuatan : 25-30 % lebih kuat
Shrinkage (mengkeret) : 15-20 % (tanpa tegangan)
Tegangan dan tanpa tegangan.
Tegangan atau tanpa tegangan berpengaruh pada kilau,efek mengkeret serta daya serap
terhadap zat – zat kimia.
Zat-zat Pemasak
Pada dasarnya proses pemasakan serat-serat alam dilakukan dengan alkali seperti
natrium hidroksida (NaOH), natrium carbonat (Na 2 CO 3 ) dan air kapur, campuran natrium
carbonat dan sabun, amoniak dan lain-lain. Sedangkan pemasakan serat buatan (sintetik)
dapat dilakukan dengan zat aktif permukaan yang bersifat sebagai pencuci (detergen). Pada
proses pemasakan bahan dari serat kapas terjadi hal-hal sebagai berikut :
- Safonifikasi minyak menjadi garam-garam larut.
- Pektin dan pektosa berubah menjadi garam-garam yang larut.
- Protein akan pecah menjadi asam amino asam amonia.
- Mineral-mineral dilarutkan
- Minyak-minyak yang tidak tersafonifikasi diemulsikan oleh sabun yang terbentuk.
- Kotoran-kotoran lain disuspensikan oleh sabun yang terbentuk.
- Zat-zat penguat yang terdapat pada serat akan terlepas.
- Kotoran-kotoran yang disuspensikan oleh sabun yang terbentuk.
- Kotoran-kotoran luar, sisa daun, sisa biji dapat dihilangkan secara mekanik pada
mesin-mesin tertentu dengan menggunakan alkali kuat.
Teknik Pemasakan
Ditinjau dari sistem yang digunakan, proses pemasakan dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu pemasakan sistem tidak kontinyu (discontinue) contohnya pemasakan dengan
bak, mesin Jigger, mesin Haspel, mesin Clapbau, mesin Kier Ketel dan pemasakan sistem
kontinyu (continue) contohnya pemasakan dengan mesin padd roll Artos, Roller Bed.
Sedangkan kalau ditinjau dari tekanan mesin yang digunakan, proses pemasakan dibagi
menjadi 2 macam, yaitu pemasakan tanpa tekanan misalnya menggunakan bak, mesin
Jigger, Haspel, Clapbau, J-Box dan L-Box dan pemasakan dengan tekanan, misalnya
menggunakan mesin Kier Ketel, Jigger Tertutup.
Pemasakan Serat Kapas
Pemasakan serat kapas dapat dilakukan dengan cara tidak kontinyu, maupun cara
kontinyu, juga dapat dilakukan dengan tekanan dan tanpa tekanan, sedangkan zat yang
digunakan untuk proses pemasakan bahan kapas antara lain soda kostik (NaOH), soda abu
(Na2CO3) dan campuran air kapur dan soda abu.
Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa polimer selulosa
dengan derajat polimerisasi yang bervariasi, contoh DP rayon 500-700, sedangkan DP
kapas sekitar 3000.makin rendah DP maka daya serap airnya semakin besar. Gugus OH
primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan untuk mengadakan ikatan
dengan zat warna reaktif panas berupa ikatan kovalen. Serat selulosa umumnya lebih
tahan alkali tapi kurang suasana asam, sehingga pengerjaan proses pencelupannya
dilakukan dalam suasana asam. Gugus -OH primer pada selulosa merupakan gugus
fungsi yang berperan untuk mengakakan ikatan degan zat waran reaktif panas berupa
ikatan kovalen.
Zat warna reaktif panas merupakan zat warna yang larut dalam air dan berikatan
dengan selulosa melalui ikatan kovalen sehingga tahan luntur warna hasil celupnya baik.
Zat warna reaktif panas antara lain procion H, Drimarene X, sumifik, remazol,
sumifik supra dan Drimarene Cl. Zat warna procion H dan Drimarene x yang masing-
masing mempunyai sistem reaktif triazin dan primidin termasuk zat warna reaktif yang
bereaksi dengan serat melalui mekanisme substitusi nukleofilik (SN)2.
Kelemahan zat warna reaktif selain mudah rusak terhidrolisis juga hasil celupnya
kurang tahan terhadap pengerjaan asam, sebagai contoh bila hasil celup dilakukan
proses penyempurnaan resin finish dalam suasana asam maka ketuaan warna hasil
celupnya akan sedikit turun. Zat warna reaktif yang kelompok kedua yaitu sumifik dan
remazol merupakan jenis zat warna reaktif yang bereaksi dengan serat melalui
mekanisme adisi nukleofilik.
Zat Pembantu
Zat pembantu (auxiliaries) adalah zat tambahan selain zat warna yang digunakan
pada proses pencelupan agar menghasilkan celupan yang penyerapan zat warnanya
maksimum, warnanya rata dan sesuai target warna yang diinginkan, serat tahan luntur
warnanya baik. Zat pembantu ini meliputi zat pengatur pH, zat pendispersi, zat perata,
zat anti crease mark dan zat anti sadah.
Zat Pengatur pH
Zat Pendispersi
Zat warna dispersi bersifat hidrofob dan kelarutannya di dalam air sangat kecil
sekali, oleh karena itu partikel zat warna disperse yang tidak larut tersebut harus
didispersikan secara homogen di dalam larutan. Untuk menjamin kestabilan
pendispersian dan mencegah agregasi zat warna pada suhu tinggi perlu dibantu dengan
zat pendispersi. Zat ini berupa suatu senyawa surfaktan anionik atau senyawa
polielektrolit anionik (turunan lignosulfat) yang tahan suhu tinggi dan bekerja dengan
cara bagian hidrofob dari zat pendispersi menarik partikel zat warna bagian hidrofil
yang bermuatan negatif mengarah ke larutan dan menjaga jarak antar partikel zat warna
agar tidak beragregasi sehingga partikel zat warna tetap terdispersi secara homogen di
dalam larutan.
Zat perata yang digunakan adalah jenis leveler yang bekerja memperbesar migrasi
zat warna di dalam serat serta memperbaiki pendispersian zat warna. Zat perata yang
digunakan dapat berupa campuran pendispersi anionik dan nonionik serta zat perata
yang mengandung carrier (campuran zat pendispersi anionik + pendispersi nonionik +
carrier). Leveler yang tidak mengandung carrier ditujukan untuk mengatasi belang spot
akibat pendispersian yang kurang sempurna, sedangkan leveler yang mengandung
carrier digunakan untuk mengatasi belang akibat efek barrier.
Zat ini digunakan untuk pencelupan kain dalam bentuk rope pada mesin jet dyeing
dimana bisa terjadi belang pada lipatan kain dan timbul bulu pada kain akibat adanya
gesekan kain dengan nozzle. Zat anti crease mark ini mengandung koloid pelindung
untuk meminimumkan gesekan antara kain dengan nozzle serta mengandung zat
penetrasi sehingga zat warna bisa masuk dengan baik ke bagian lipatan kain yang lebih
rapat.
Air proses yang mengandung logam Ca2+, Mg2+, Fe2+, Mn2+, Cu2+, Zn2+ dapat
mengganggu kerja pendispersi anionik sehingga pendispersian zat warna tidak
sempurna (tidak terdispersi secara monomolekuler) maka zat warna menjadi terdispersi
dalam bentuk agregat sehingga molekulnya menjadi besar. Hal tersebut akan
menggangu proses difusi zat warna kedalam serat sehingga akan terbentuk ring dyeing
(pencelupan cincin) yang tahan lunturnya jadi lebih rendah dan warnanya menjadi lebih
suram. Zat anti sadah yang sering digunakan adalah jenis EDTA (Ethylene Diamine
Tetra Acetic Acid) yang relatif stabil pada kondisi proses pencelupan metode HT/HP.
Mekanisme Pencelupan
Serat poliester adalah serat dengan derajat kristalinitas yang tinggi. Hal tersebut
menjadikan serat poliester sebagai serat yang hidrofob dan sulit bereaksi dengan zat
kimia. Untuk mencelup serat yang bersifat hidrofob diperlukan zat wana yang bersifat
hidrofob pula. Zat warna dispersi adalah zat warna yang bersifat hidrofob dimana
kelarutannya dalam air sangat kecil dan meupan larutan terdispersi. Dilihat dari bentuk
kimianya, zat warna dispersi merupakan senyawa azo atau antrakuion dengan berat
molekul yang kecil dan mengandung gugus pelarut. Zat warna dispersi memiliki
afinitas-afinitas yang tinggi terhadap poliester dibanding terhadap larutan sehingga zat
warna dapat bermigrasi kedalam serat dan membentuk suatu larutan pada (solid
solution) didalam serat poliester.
Kecepatan difusi zat warna dispersi sangat rendah sehinga waktu pencelupannya
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk meningkatkan kecepatan difusinya, maka
pencelupan dengan suhu dan tekanan tinggi atau pencelupan dengan bantuan zat
pengemban merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk mencelup poliester.
Pencelupan dengan suhu tinggi selalu disertai dengan tekanan tinggi. Tekanan
berfungsi untuk menaikkan suhu proses dan membantu difusi zat warna ke dalam serat.
Pencelupan dilakukan pada mesin tertutup tanpa bantuan zat pengemban. Pencelupan
metoda ini banyak dilakukan pada serat poliester karena dianggap efektif akibat:
Perpindahan atau pergerakan rantai molekul serat poliester mulai aktif pada suhu tinggi
(120-130oC) sehingga memberi ruang bagi molekul-molekul zat warna untuk
meningkatkan penyerapan zat warna ke dalam serat.
Kecepatan difusi zat warna dispersi mulai meningkat pada suhu tinggi (120-130oC) dan
kecepatan penyerapan serta migrasi zat warna menjadi lebih besar sehingga akan
mempercepat proses.
Pencelupan mulai lebih cepat karena kelarutan zat warna dispersi pada suhu tinggi
(120-130oC) mulai meningkat.
Beberapa keuntungan penggunaan metoda ini adalah dapat mencelup warna tua,
hemat bahan, waktu dan biaya proses, adsorbsi lebih cepat, kerataan lebih baik,
ketahanan luntur baik, penetrasi lebih baik, dan dapat menggunakan zat warna dispersi
dengan ketahanan sinar yang lebih baik dan sukar menguap tetapi hanya terserap sedikit
pada pencelupan di bawah temperatur 100 C.
o
Mekanisme lain menjelaskan demikian: zat warna dispersi berpindah dari keadaan
agregat dalam larutan celup masuk kedalam serat sebagai bentuk molekuler. Pigmen zat
warna dispersi larut dalam jumlah yang kecil sekali, tetapi bagian zat warna yang
terlarut tersebut sangat mudah terserap oleh bahan. Sedangkan bagian yang tidak larut
merupakan timbunan zat warna yang sewaktu-waktu akan larut mempertahankan
kesetimbangan.
Bagian zat warna dalam bentuk agregat, pada suatu saat akan terpecah menjadi
terdispersi monomolekuler. Zat warna dispersi dalam bentuk ini akan masuk ke dalam
serat melalui pori-pori serat.
Pencelupan dimulai dengan adsorpsi zat warna pada permukaan serat, selanjutnya
terjadi difusi zat warna dari permukaan ke dalam serat. Adsorpsi dan difusi zat warna
ke dalam serat dapat dipercepat dengan menaikkan temperatur proses.
3. Penetrasi
Melalui celah-celah serat, benang dan ruang kapiler yang banyak terdapat pada kain air
dapat secara spontan melewati kain. Keadaan tersebut dinamakan penetrasi dan berlangsung
bila ada suatu tekanan tertentu yang membantunya. Makin besar tekanan yang dibutuhkan
berarti semakin besar ketahanan air suatu bahan terhadap penetrasi. Konstruksi kain
mempunyai pengaruh besar terhadap sifat tolak air, jenis serat, konstruksi benang serta
karakteristik anyaman. Serat-serat yang hidrofob akan menghasilkan kain dengan sifat tolak
air yang baik. Konstruksi benang longgar lebih efisien dibandingkan dengan yang rapat.
Senyawa Fluorokarbon
Fluorokarbon adalah senyawa yang mengandung gugus fluor dan karbon. Struktur
fluorokarbon hampir sama dengan hidrokarbon, tetapi dengan sifat yang sama sekali berbeda.
Fluorokarbon tidak reaktif, sulit mengoksidasi atau menyerang zat-zat kimia lainnya. Senyawa
fluorokarbon pada dasarnya berfungsi menurunkan energi permukaan bahan tekstil.
Umumnya senyawa fluorokarbon dibawa oleh senyawa polyakrilat. Polimer akrilat
biasanya dibentuk dari monomer akrilat yang mempunyai gugus ester atau turunan lain.
Monomer-monomer tersebut, secara tunggal maupun bersama-sama akan mengalami
polimerisasi adisi membentuk rantai polimer dengan panjang tertentu. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa ester merupakan gugus yang utama dari polimer akrilat ini. Pemilihan gugus
ini penting mengingat pengaruhnya terhadap sifat kekakuan, daya tolak air, dan bentuk ikatan
hasil polimerisasi.
Untuk mendapatkan ikatan silang yang diperlukan guna meningkatkan daya tahan cuci,
daya basah, dan adhesi-kohesinya umumnya digunakan monomer akrilat yang reaktif yang
dapat membentuk ikatan tiga dimensi, misalnya monomer karbosiklik, amida dan amino,
epoksi, dan monomer hidroksil.
Senyawa fluoro memiliki sifat khas, yaitu dapat memberikan suatu energi bebas
permukaan yang sangat rendah pada permukaan suatu padatan termasuk serat tekstil. Pada
pemanas awetan senyawa ini akan membentuk suatu lapisan film tipis atau film yang tersusun
dari gugus-gugus CF2 yang sangat rapat. Lapisan ini memiliki energi permukaan yang sangat
rendah, sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan kritis (CST) bahan tekstil. Turunnya
CST bahan tekstil membuatnya bersifat tolak air sekaligus tolak minyak.
BAB III
PENGUJIAN
3.1.2 Bahan
Contoh uji
Air
3.2 Cara Uji kadar Formaldehida bebas pada bahan tekstil (SNI 08-7036-2004)
3.2.1 Alat
Stoples mason lengkap dengan tutupnya
Keranjang kasa dan kawan tahan karat atau alat lain yang dapat menahan karat di
atas permukaan air di dalam stoples
Neraca analitik kapasitas 200 g ketelitian 0,1 mg
Tungku pemanas yang dilengkapi dengan pengatur suhu
Penangas air dengan pengocok
Spektrofotometer
Kaca masir
Peralatan gelas
3.2.2 Bahan
Contoh uji sekitar 1 gram
Pereaksi schiffs
Pereaksi mash
Asetil aseton
Larutan formaldehida 37%
Larutan dimedon etil alkohol
Dengan:
A adalah kadar formaldehida bebas dalam larutan hasil perhitungan
3. Langkah-langkah pengujian
Masukkan 50 air suling masing-masing kedalam stoples
Masukkan keranjang kawat yang berisi masing-masing sebuah contoh uji yang
telah ditimbang ke dalam stoples kemudian tutup rapat
Masukkan masing-masing stoples berisi contoh uji tersebut di atas ke dalam
tungku pengering pada suhu 49OC selama 20 jam
Keluarkan stoples dari dalam tungku pengering dan dinginkan
Keluarkan masing-masing contoh uji dari dalam stoples. Tutup stoples rapat-
rapat dan kocok secara perlahan dan hati-hati sehingga embun yang terbentuk di
dinding masing-masing stoples tercampur rata
Ambil 5 ml dari masing-masing stoples dengan pipet volume ke dalam tabung
reaksi yang berbeda. Untuk larutan blanko, pipet 5 ml air suling dan masukkan
ke dalam tabung reaksi yang berbeda
Tambahkan ke dalam masing0masing tabung reaksi di atas 5 ml pereaksi nash
menggunakan pipet volume, kemudian tutup dan kocok. Diamkan pada suhu
58OC selama 6 menit dalam keadaan tertutup
Ukur absorbansi masing-masing larutan menggunakan spektroforometer pada
panjang gelombang yang telah ditentukan dengan larutan blanko sebagai titik
nol, kemudian dengan menggunakan persamaan tentukan konsentrasi
formaldehida bebas dalam larutan uji misalnya B ppm
Hitung kadar formaldehida dalam setiap bahan:
𝐵 𝑥 50
Kadar formaldehida bebas / g contoh =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 (𝑔) ppm
Dengan:
B adalah kadar formaldehida bebas dalam larutan hasil perhitungan
3. Langkah-langkah pengujian
Potong contoh uji menjadi bagian-bagian kecil 1 cm3 dan timbang sekitar 1 g
Masukkan contoh uji tersebut di atas dalam “shaker water bath” selama 1 jam
Saring larutan tersebut menggunakan kaca masir G2
Pipet masing-masing 5 ml larutan contoh uji dan 5 ml larutan formaldehida
standar ke dalam tabung reaksi yang berbeda
Bila larutan contoh berwarna akibat lunturan zat warna dari kain tambahkan 1
ml dimedon etil alkohol
Tambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut 5 ml larutan asetil
aseton, kemudian tutup dan kocok
Panaskan tabung-tabung tersebut pada “shaker water bath” dengan suhu 40±2OC
selama 30 menit
Biarkan selama 30 menit pada suhu kamar
Ukur absorbansi masing-masing larutan tersebut diatas panjang gelombang 415
nm dengan larutan blanko 5 ml air suling ditambah 5 ml asetil aseton. Dari
pengukuran ini didapat absorbansi untuk contoh uji dan absorbansi untuk larutan
formaldehida standar
Secara terpisah masukkan 5 ml larutan contoh uji ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan 5 ml air suling, dengan cara yang sama seperti diatas, ukur absorbansi
Hitung kadar formaldehida bebas pada bahan dengan rumus:
𝐴−𝐴𝑜 1
Kadar formaldehida bebas/ g contoh uji =K x 100𝑥 𝑤ppm
𝐴𝑠
Dengan
K adalah konsentrasi larutan formaldehida standar (ppm)
W adalah berat contoh uji (g)
A adalah absorbansi larutan contoh uji dengan air suling
Ao adalah absorbansi larutan contoh uji dengan air suling
As adalah absorbansi larutan formaldehida standar
3.3.2 Bahan
Kalsium klorida anhidrat atau bahan sejenisnya
Gas butana
Sabun standar ECE atau AATCC
Pelarut tetrakloroetana untuk komersial
Sabun standar cuci kering, jenis amina sulfonat
Benang jahit kapas nomor 50 yang sudah dimerserisasi atau yang setara
Contoh uji
3.4 Cara Uji Tahan luntur warna terhadap pencucian rumah tangga dan komersial
(ISO 105-C06 2010)
3.4.1 Alat
Mesin cuci
Bola anti karat (baja)
Kain pelapis
3.4.2 Bahan
Deterjen (AATCC atau ECE)
Natrium karbonat (Na2CO3)
Natrium hipoklorit atau lithium hipoklorit
Grey scale for assessing staining
Spektrofotometer or colorimeter dor assesing chage in colour and staining
Asam asetat
Contoh uji
3.5 Cara Uji Tahan Luntur Warna terhadap Keringat (ISO 105-E04 2013)
3.5.1 Alat
Alat uji
Oven tanpa kipas sirkulasi
Gray scale ISO 105-A02
Staining Scale 105 105-A03
Spektrofotometer atau colorimeter
11 gelas atau kaca dari resin akrilik
3.5.2 Bahan
Larutan keringat asam
Larutan keringat basa
Kain pelapis
3.6 Cara Uji Tahan Daya Serap Bahan Tekstil (SNI 08-0279-2013)
3.6.1 Alat
Lingkaran penyulam (embroidery hoop) dengan diameter 15 cm atau lebih
Buret dengan jumlah tetesan 15-25 per ml
Stopwatch
3.6.2 Bahan
Contoh uji
Air
3.6.3 Cara Uji
Contoh uji dipasang pada lingkaran penyulam sedemikian sehingga
permukaannya tegang. Kemudian dipasang 1 cm di bawah ujung tetesan buret
dan setetes air diteteskan pada contoh uji tersebut. Buret yang berisi air suling
diatur sedemikian sehingga kira-kira setiap 5 sekon meneteskan satu tetes air
pada suhu 27 ± 3OC
Waktu menghilangnya pantulan langsung dari tetesan air, diukur dengan
stopwatch. Waktu tersebut ditentukan dengan kedudukan lingkaran penyulam
terletak diantara pengamat dan sumber cahaya (misalnya jendela) dengan sudut
sedemikian sehingga pantulan langsung cahaya dari permukaan tetesan air
yang menjadi rata dapat dilihat dengan jelas. Pada saat tetesan air tersebut
terserap, sedikit demi sedikit daerah yang berkilauan menghilang dan akhirnya
lenyap sama sekali meningkalkan bekas yang basah. Tepat pada itu stop watch
dihentikan
3.8 Cara Uji Soil Release: Oily Stain Release Method (AATCC Test Method 130-2000)
3.8.1 Alat
Kertas AATCC White textile blotting
Kertas kaca atau yang setara
Timer
Pemberat
Botol
Washer
Pengering
Termometer
Stain release replica
3.8.2 Bahan
Deterjen
Ballast (potongan-potongan kain yang sudah diputihkan)
Minyak jagung
Prosedur pencucian
Isi mesin cuci dengan air periksa dengan termometer
Tambahkan 100 g detergen ke dalam mesin cuci
Mulai pengadukan air, letakkan bal dan kemudian uji spesimen di mesin cuci
membuat total muatan 1,80 ± 0,07 kg
Atur dial pada mesin cuci untuk cuci normal untuk dijalankan selama 12 menit
diukur waktu dan memungkinkan siklus untuk berjalan
Pada akhir putaran, tempatkan seluruh beban, uji spesimen dan ballast, ke dalam
pengering
Keringkan pada pengaturan norman pada waktu 45 menit atau sampai kering
Hapus spesimen dari pengeringan lalu nilai sisa noda dalam 4 jam setelah
pengeringan
3.8.4 Evaluasi
Pasang replika pelepasan noda pada papan pemasangan, dengan pusat standar 114
± 3 cm dari lantai
Tempatkan spesimen uji datar pada meja hitam diatasnya dengan satu ujung meja
menyentuh papan pemasangan. Kain harus diputar untuk dilihat dari arah yang
menghasilkan yang terendah
Jarak pandang adalah 76 ± 3 cm dari pemasangan belakang papan. Penilai
seharusnya berdiri tepat di depan spesimen. Memvariasikan sudut pandang baik
horizontal perhitungan atau vertikal dapat mempengaruhi nilai pada beberapa kain
Setiap penilai harus secara independen dari sisa noda pada spesimen uji dengan
noda pada pelepasan noda replika dan beli nilai setiap spesimen uji pada 0,5 kelas
terdekat menurut tabel
BAB IV
DISKUSI
(Cara mendapatkan sertifikat Oekotex Standard 100)
Untuk mencapai tujuan menjadi label produk yang dipercaya oleh konsumen dan standar
keamanan produk yang seragam dalam menilai zat-zat berbahaya bagi produsen tekstil dan
pakaian, maka sistem Oeko-tex memiliki komponen sebagai berikut:
Kriteria pengujian yang sesuai dengan hubungan antara tekstil dan manusia dengan
lingkungan yang memiliki dasar ilmiah bersifar seragam secaraglobal
Evaluasi ulang tahunan dan pengembangan lebih lanjut nilai-nilai batas dan kriteria
yang telah ditetapkan
Pengujian dan sertifikasi produk tekstil oleh lembaga penguji independen dengan
keahlian yang sesuai
Pengujian bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi tekstil di semua tahapan
produksi (prinsip modular) yaitu pengujian dan sertifikasi dapat dilakukan paada setiap
tahap pengolahan produk tekstil
Pemakaian bahan baku yang disertifikasi oeko-tex akan menimbulkan efek sinergi
dalam pengujian, termasuk pengurangan biaya pengujian
Kesesuaian produk sebagai hasil manajemen mutu operasional perusahaan
Audit perusahaan untuk memastikan rosedur sertifikasi yang optimal serta memberi
dukungan terarah bagi jaminan mutu operasional perubahaan
Pengawasan produk dengan cara tes pengendalian secara berkala di pasar dan
pemeriksaan lokasi produksi oleh auditor endependen dari asosiasi oeko-tex
Untuk mendapatkan label atau sertifikasi oeko-tex yaitu dengan cara mengajukan
permohonan secara tertulis dari pihak produsen kepada salah satu lembaga penguji yang
berwenang atau kantor resmi diseluruh dunia lalu sampel dikirim dan akan di uji secara ekslusif
di lembaga anggota oeko-tex di Eropa dan Jepang untk memastikan konsistensi dan tingkat
pengujian yang tnggi. Persyaratan awal untuk pemberian sertifikat oleh lembaga penguji atau
pusat sertifikasi yang bersangkutan adalah adanya pernyataan kesesuaian dari pihak produsen
bahwa sampel produk tekstil yang lolos pengujian akan selalu sama dengan kualitas produk
yang dihasilkan atau dijual selama dua belas bulan masa berlakunya lisensi. Jika sudah
mengajukan permohonan maka langkah selanjurnya yaitu audit perusahaan dimana dalam
pengauditan ini, auditor dari lembaga pengujian oeko-tex bersama-sama dengan perusahaan
yang mengajukan peermohonan memeriksa proses produksi dan jaminan mutu perusahaan
untuk megoptimalkan persyaratan sertifikasi serta untuk memastikan mutu produk yang
berkaitan dengan ekologi manusia selama masa sertifikasi.
Sedangkan untuk biaya terdiri atas biaya lisensi, biaya audit perusahaan oleh lembaga
penguji yang ditunjuk serta biaya laboratorium dan perluasan sertifikat akan dikenai biaya
pemrosesan dan tergantung pada pengujian yang diperlukan untuk produk yang ditambahkan
Pengujian di laboratorium akan dilaksanakan setelah catatan data produk dan produksi
yang sistematis tersedia, lembaga pengujian yang ditunjuk menyusun rencana pengujian untuk
produk yang diuji lalu tekstil akan diperiksa dengan metode kasus-kasus terburuk yang
didefinisikan dengan tepat berdasarkan parameter katalog kriteria oeko-tex yang juga diuji
misalnya jumlah penyempurna yang tinggi. Pengujian laboratorium ini dilakukan baik secara
fisika maupun kimia dengan standard yang berkembang baik secara nasional maupun
internasional misalnya ISO , dll..
Setelah dilakukan pengujian laboratorium terhadap sampel produk dari pemohon,
lembaga penguji yang bersangkutan membuat laporan pengujian yang menjelaskan bahwa
sampel uji dianggap mewakili produk yang akan disertifikasi. Laporan pengujian
mendokumentasikan hasil pengujian secara terperinci dan secara khusus mengidentifikasi
penyimpangan serta upaya perbaikan terhadap penyimpangan tersebut. Sesuai dengan
permohonan yang diajukan oleh perusahaan, pengujian dilakukan menurut pesyaratan kelas
yang dipilih. Wearpack merupakan kelas II dimana produk tekstil langsung bersentuhan dengan
kulit. Nilai batas-batas yang sesuai untuk kelas produk masing-masing digunakan sebagai
kriteria penilaian. Laporan pengujian disertai rekomendasi dari lembaga penguji untuk
mengeluarkan sertifikat bagi kelompok produk yang diinginkan beserta keterangan umum
tentang kelas produk berdasarkan hasil pengujian. Biaya pelaksanaan pengujian dan pembuatan
laporan pengujian akan ditagihkan oleh lembaga penguji.
Agar bisa melabeli atau mengiklankan produk-produk yang telah lolos pengujian dengan
label oeko-tex pemohon harus membuat pernyataan kesesuaian secara tertulis sesuai dengan
EN 45014 sebelum diterbitkannya sertifikat, bahwa selama 12 bulan masa berlakunya sertifikat,
kualitas produk mereka yang berhubungan dengan manusia dan lingkugan yang bersasal dari
produksi saat ini akan selalu sama dengan kualitas sampel yang diserahkan, dengan kata lain
kualitas produk akan selalu konsisten. Persyaratan awal untuk hal ini adanya sistem jaminan
mutu (OA) operasional yang sesuai yang harus diakui oleh lembaga yang berwenang. Dengan
menyerahkan pernyataan kesesuaian, pemohon bertanggung jawab penuh atas kualitas produk
yang mereka produksi. Selain itu dalam pernyataan kesesuaian tertulis, pemohon yang
mengakui bahwa asosiasi oeko-tex berhak melaksanakan tes pengendalian pada produk tersebut
selama masa berlakunya sertifikat guna memastikan kepatuhan terhadap jaminan produk
Bagian selanjutnya dari sertifikasi selain dokumentasi tertulis dan pemeriksaan
laboratorium terhadap sampel pengujian yang dikirimkan adalah audit perusahaan di lokasi
perusahaan pemohon yang merupakan tempat produk yang akan disertifikasi diproduksi. Untuk
sertifikasi baru pelaksanaan kunjungan perusahaan oleh auditor dari lembaga anggota oeko-tex
yang ditunjuk berdekatan dengan saat pelaksanaan sertifikasi. Secara umum kunjungan
perusahaan dilakukan setiap tiga tahun sekali. Tujuan audit perusahaan adalah untuk
memastikan persyaratan sertifikasi yang optimal baik untuk lembaga penguji yang ditunjuk
(verifikasi persyaratan teknis) maupun untuk perusahaan pemohon (penentuan biaya, manfaat,
pengeluaran yang optimal melalui konsultasi sistematis mengenai pemilihan bahan sampel,
deksripsi kelompok produk, versi sertifikat, penggunaan label, langkah-langkah manajemen
mutu dan lain-lain.
Jika persyaratan dan hasil pengujian sudah tercapai atau sudah lolos seleksi maka
sertifikat akan diberikan, namun akan terjadi pemeriksaan kembali atau audit dari oeko-tex dan
jika produk tersebut tidak sesuai maka sertifikat tersebut akan dicabut oleh lembaga oeko-tex.
BAB V
KESIMPULAN
Label oeko-tex didapatkan dalam waktu yang panjang, biaya yang tinggi dengan
persyaratan yang begitu ketat, namun jika sudah memiliki produk dengan label atau sertifikat
oeko-tex maka akan memperoleh keuntungan yaitu meningkatkan peluang penjualan produk
perusahaan karena saat ini sejumlah besar pembeli dalam rantai produksi tekstil memerlukan
kriteria oeko-tex sebagai bagian integral dari persyaratan dan ketentuan pengiriman dan yang
paling penting adalah tanggung jawab akan keselamatan manusia dan lingkungan yang menjadi
kewajiban bagi setiap produsen untuk memperhatikan dua aspek penting ini. Dan juga bahan-
bahan yang sudah disertifikasi pengeluaran finansial untuk pengujian ganda bisa dihindari
karena hanya dilakukan terhadap apapun yang ditambahkan pada masing-masing tahapan
produksi.
DAFTAR PUSTAKA
www.oeko-tex.com
www.galerikonveksi51.com/blog/jenis-bahan-kain-wearpack/
alatsafety.net/pentingnya-mengenakan-wearpack/
ISO 105-E04:2013
ISO 105-C06:2010
SNI 08-7036-2004
SNI 0989;2011
ISO 4920:2012
LAMPIRAN