Oleh:
YULIANTI UMURAH
(201410461011036)
LEMBAR PENGESAHAN
Malang,
November 2015
Mahasiswa
Yulianti Umurah
S.Kep
201410461011036
Mengetahui,
(………………………) (………………………)
LAPORAN PENDAHULUAN
I. PENGERTIAN
Infark Miokard Akut (IMA) adalah terjadinya nekrosis
miokard yang cepat disebabkan oleh karena
ketidakseimbangan yang kritis antara aliran darah dan
kebutuhan darah miokard. (M. Widiastuti Samekto, : 2001)
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya
jaringanjantung akibat suplai darah yang tidak adekuat
sehingga aliran darah koroner berkurang. (Smetzler Suzanne C
& Brenda G. Bare, : 2002)
Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat
aliran darah ke otot jantung terganggu. (Noer H. M Sjaifullah,
1999)
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan
jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran
darah koroner berkurang. (Brunner & Sudarth, 2002).
Dari keempat pengertian diatas maka dapat disimpulakan
bahwa Akut Miokard Infark (AMI) merupakan suatu keadaan
dimana terjadi kerusakan atau kematian otot jantung yang
disebabkan oleh karena berkurangnya atau terhambatnya
aliran darah koroner secara tiba-tiba atau secara tiba-tiba
kebutuhan oksigen meningkat tanpa disertai perfusi arteri
koroner yang cukup.
II. ETIOLOGI
1. Penyebab utama adalah rupture plak aterosklerosis dengan
akibat spasme dan pembentukan gumpalan.
2. Hipertropi Ventrikel Kiri (HVK), idiopathic hypertropic
subaortic stenosis (IHSS).
3. Hipoksia yang disebabkan keracunan karbon monoksida
atau gangguan paru akut. Infark pada keadaan ini biasanya
terjadi bila kebutuhan miokard secara dramatic relative
meningkat dibandingkan aliran darah.
4. Emboli arteri koroner, yang mungkin disebabkan oleh
kolesterol atau infeksi.
5. Vasopasm arteri koroner.
6. Arteritis.
7. Abnormalitas Koroner, termasuk anurisyma arteri koroner.
8. Kokain, amfetamin, dan efedrin. Meningkatnya afterload
atau perubahan inotropik, yang menyebabkan kenaikkan
kebutuhan miokard.
9. Vasospasm primer dari arteri koroner.
Faktor risiko untuk terjadinya pembentukan plak
aterosklerosis termasuk :
1. Umur laki-laki < 70 tahun
2. Merokok
3. Hiperkolesterol dan hipertrigliseridemia
4. Diabetes militus
5. Hipertensi tak terkontrol
6. Kepribadian tipe A
7. Riwayat keluarga
8. Sadentary lifestyle
III.KLASIFIKASI
Berdasarkan lapisan otot yang terkena Akut Miokard Infark
dapat dibedakan :
1. Akut Miokard Infark Transmuralmengenai seluruh
lapisan otot jantung (dinding ventrikel).
2. Akut Miokard Infark Non Transmural / Subendokardial
Infark infark otot jantung bagian dalam (mengenai
sepertiga miokardium).
Berdasarkan tempat oklusinya pada pembuluh darah
koroner :
1. Akut Miokard Infark Anterior.
2. Akut Miokard Infark Posterior.
3. Akut Miokard Infark Inferior.
V. PATOFISIOLOGI
Infark miokard akut merupakan suatu proses nekrosis
miokard yang dicetuskan oleh sumbatan pada arteri koroner.
Sumbatan ini paling banyak disebabkan karena trombus yang
terbentuk akibat proses disrupsi atau erosi plak aterosklerosis.
Apabila plak aterosklerosis tidak stabil maka akan mengalami
erosi. Erosi plak ini kemudian akan menimbulkan aktivasi dan
agregasi trombosit, pengaktivasian jalur koagulasi dan
vasokonstriksi endotel. Hal ini akan memicu terbentuknya
trombus dan oklusi arteri koroner. Penyebab lain selain
aterosklerosis yang dapat menyebabkan sumbatan atau
hambatan aliran darah koroner berupa spasme pembuluh
darah, emboli koroner, dll.
Sumbatan koroner yang terjadi kemudian akan diikuti
dengan penurunan suplai oksigen ke otot jantung. Penurunan
suplai yang diikuti dengan peningkatan kebutuhan oksigen
miokard akan menimbulkan iskemia. Iskemia yang timbul pada
otot jantung kemudian akan memicu metabolisme anaerob.
Apabila terjadi metabolisme anaerob, maka sejumlah ATP akan
terdegradasi menjadi adenosin monophosphat (AMP) dan
akumulasi asam laktat. Terbentuknya AMP ini akan
menimbulkan stimulasi pada reseptor alpha-1 pada ujung saraf
jantung yang kemudian menimbulkan perasaan nyeri.
Sedangkan asam laktat yang terbentuk akan terdisosiasi
menjadi laktat dan asam (H+). Peningkatan jumlah asam
seiring dengan peningkatan asam laktat akan menimbulkan
kebocoran saluran kalsium (Ca – channel) yang dapat memicu
kelelahan (musle fatigue).
Apabila proses iskemia berlangsung lebih lama, maka
otot jantung akan mengalami nekrosis sehingga terjadilah
infark miokard akut. Infark pada miokard ini akan
menyebabkan kontraksi miokard akan menurun dan tidak
efektif untuk memompa darah. Hal ini akan menimbulkan
penurunan stroke volume dan akhirnya terjadi penurunan
curah jantung.
Penurunan kontraktilitas miokard pada ventrikel kiri
(apabila terjadi infark di daerah ventrikel kiri) akan
menyebabkan peningkatan beban ventrikel kiri. Hal ini
disebabkan karena penurnan kontraktilitas miokard disertai
dengan peningkatan venous return (aliran balik vena). Hal ini
tentunya akan meningkatkan bendungan darah di paru – paru.
Bendungan ini akan menimbulkan transudasi cairan ke
jaringan dan alveolus paru sehingga terjadilah oedema paru.
Oedema ini tentunya akan menimbulkan gangguan pertukaran
gas di paru – paru.
Sedangkan apabila curah jantung menurun, maka
secara fisiologis tubuh akan melakukan kompensasi melalui
perangsangan sistem adrenergik dan RAA untuk
mempertahankan curah jantung ke arah normal. Sedangkan
apabila tubuh tidak mampu lagi melakukan kompensasi, maka
penurunan curah jantung akan memicu penurunan aliran darah
ke jaringan berlanjut. Apabila terjadi penurunan aliran darah
ke ginjal, akan memicu retensi garam dan air oleh sistem renin
angiotensin aldosteron. Retensi ini akan menjadi lebih
progresif karena tidak diimbangi dengan peningkatan tekanan
atrium kanan akibat proses dekompensasi, sehingga terjadi
kelebihan volume cairan yang berujung pada oedema perifer.
Selain itu, penurunan aliran darah ke otak juga dapat terjadi.
Hal ini akan menyebabkan hipoksia serebral yang berujung
pada penurunan kesadaran. Jadi, patofisiologi infark miokard
beserta komplikasinya sangat tergantung pada luas serta
tempat infark terjadi pada otot jantung.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
2. Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi,
Q. patologis
3. Enzim jantung
a. Peningkatan kadar kreatinin kinase miokard (CK-MB).
Peningkatan ini terjadi dalam 3-12 jam dari onset nyeri
dada dan mencapai puncaknya dalam 24 jam.
b. Peningkatan kadar Troponin jantung (Troponin-T dan
Troponin-I). Peningkatan terjadi dalam 3-12 jam dari
onset nyeri dada dan mencapai puncaknya dalam 24-48
jam.
c. Peningkatan kadar LDH dalam 12-24 jam, memuncak
dalam 12-48 jam, dan memakan waktu yang lama untuk
kembali normal.
d. AST ( aspartat amonitransferase ) meningkat terjadi
dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam dan kembali
normal dalam 3-4 hari.
4. Elektrolit
5. Ketidak seimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan
kontraktilitas, misalnya hipikalemi, hiperkalemi.
6. Sel darah putih
Leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi.
7. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA,
menunjukkan inflamasi.
8. Kimia
Mungkin normal, tergangtung abnormalitas fungsi atau
perfusi organ akut atau kronis.
9. GDA
Dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut
atau kronis.
10. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab
IMA.
11. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung
diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
12. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menetukan dimensi serambi, gerakan katup
atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
13. Pemeriksaan pecitraan nuklir
a. Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status
sel miocardia missal lokasi tau luasnya IMA
b. Technetium : terkumpul dalam sel eskemi di sekitar area
nekrotik.
14. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi daerah penampilan ventrikel khusus dan
umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran
darah)
15. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.
Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran
tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi
ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pada fase IMA
kecuali mendekati bedah jantung atau angioplasty atau
energensi.
16. Digital subtarksion angigrafi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan
17. Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung
atau katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area
nekrosis atau infark dan bekuan darah.
18. Tes stress olah raga
Menetukan respon kardivaskuler terhadap aktifitas atau
sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada
fase penyembuhan.
VII. KOMPLIKASI
Perluasan infark dan iskemia pasca infark, aritmia (sinus
bradikardi, supraventrikular, takiaritmia, aritmia ventricular,
gangguan konduksi), disfungsi otot jantung (gagal jantung kiri,
hipotensi), infark ventrikel kanan, defek mekanik, rupture
miokard, aneurisma ventrikel kiri, perikarditis, dan thrombus
mural.
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Rawat ICCU, puasa 8 jam
2. Tirah baring, posisi semifowler
3. Monitor EKG
4. Infuse D5 10% 10-12 tetes/menit
5. Oksigen 2-4 liter/menit
6. Analgesic : morphin 5 mg atau petidin 25-50 mg
7. Obat sedative : diazepam 2-5 mg
8. Bowel care : laksadin
9. Anti koagulan : heparin tiap 4-6 jam/infuse
10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
11. Psikoterpi untuk mengurangi cemas.