PENDAHULUAN
1
Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam pemicu yang telah diselesaikan
dalam kelompok
Mempelajari perpindahan kalor radiasi pada permukaan benda hitam dan
benda tak-hitam
Mempelajari faktor bentuk radiasi dan hubungan antara berbagai faktor
bentuk
Mempelajari perpindahan kalor radiasi antara gas dengan permukaan hitam
mapupun kelabu
Menggunakan prinsip perpindahan kalor dalam menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari
2
BAB II
ISI
2.1 Tugas A
1. Jelaskan mekanisme perpindahan kalor yang terjadi dalam sistem
pendinginan klinker
Jawab:
Pada proses pembuatan semen, klinker yang sudah diproses dari awal
sampai dipanaskan pada rotary kiln dengan temperatur ± 1800°C
selanjutnya akan diturunkan dari suhu ± 1450°C sampai klinker bersuhu ±
90-100°C untuk selanjutnya akan dipecahkan oleh grinder. Untuk keperluan
pendinginan tersebut digunakan alat yang disebut grate cooler. Pendinginan
klinker mempengaruhi struktur, komposisi mineral grindability, dan
kualitas semen yang dihasilkan. Kecepatan pendinginan klinker
mempengaruhi perbandingan antara kandungan kristal dan fase cair yang
ada di dalam klinker. Selama pendinginan lambat, seperti yang pada jenis
rotary cooler, kristal dari komponen klinker akan terbentuk sekaligus
menyebabkan sebagian fase cair memadat. Sementara pada pendinginan
cepat, seperti pada jenis grate cooler, dapat mencegah pertumbuhan lanjut
dari kristal yang terbentuk.
Pada grate cooler proses pendinginan klinker dilakukan dengan
mengalirkan udara dari sejumlah fan, yang selanjutnya dihembuskan
melalui celah – celah landasan (grate) yang bergerak mengantarkan klinker
menuju ke grinder untuk proses selanjutnya. Setelah melewati landasan
material, udara pendingin akan masuk kedalam kiln atau ruang bakar yang
mana akan digunakan sebagai udara sekunder untuk pemanasan awal pada
proses pembakaran. Selain itu juga akan dialirkan ke calciner, coal mills
dan dryers. Sebagian lagi dari udara hasil pendinginan akan dikeluarkan ke
atmosfer.
3
Kebutuhan udara yang diperlukan untuk pendinginan pada setiap
kompartemen grate cooler akan berbeda sehingga jumlah fan serta besar
daya fan yang dibutuhkan juga berbeda. Untuk kompartemen pertama di
mana klinker baru keluar dari rotary kiln akan membutuhkan pendinginan
yang lebih besar dibandingkan dengan kompartemen lain sesudahnya, oleh
karena itu dibutuhkan suplai udara yang lebih besar sehingga jumlah fan
yang digunakan lebih banyak. Klinker yang didinginkan harus mendapatkan
pendinginan secara merata pada setiap bagian agar temperatur akhir yang
diinginkan untuk setiap bongkahan klinker dapat tercapai sehingga tidak
merusak alat pada hammer crusher.
Untuk mengoperasikan grate cooler secara optimal maka seluruh
variabel yang mempengaruhi proses pendinginan klinker harus dapat diukur
dan diatur setiap saat agar terkendali. Sistem pengendalian dari grate cooler
dilakukan pada stasiun pengendali yang secara otomatis dapat mengukur
atau mengetahui kondisi yang terjadi pada grate cooler. Pada stasiun
pengendali ini kebutuhan udara dan jumlah klinker yang dimasukkan diatur
agar pendinginan yang dilakukan dapat lebih efektif.
4
dimana 𝜀 merupakan emisivitas permukaan. 𝐴𝑠 merupakan luas area transfer
panas antara benda dan lingkungan. Ts merupakan temperatur absolut dari
benda dan Tsurr merupakan temperatur lingkungan yang mengelilingi benda.
Emisivitas 𝜀
Emisivitas, yang nilainya berada dalam rentang 0 < 𝜀 <1, adalah ukuran
seberapa dekat permukaan mendekati blackbody memiliki nilai 𝜀 = 1.
Emisivitas bergantung pada jenis material dan juga pada warna material
tersebut. Untuk memperbesar nilai emisivitas pada grate cooler, maka
kita dapat menggunakan material grate cooler yang memiliki nilai
emisivitas tinggi. Nilai emisivitas beberapa material dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1. Nilai Emisivitas Material pada 300 K
(Sumber: Heat Transfer, Cengel, 2002)
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah mengecat peralatan grate cooler
dan sekitarnya dengan warna hitam untuk memperbesar nilai
absorptivitas α. Dengan mengecat peralatan grate cooler dengan warna
hitam akan menjadikan grate cooler mendekati keadaan blackbody.
Blackbody akan menyerap seluruh insiden radiasi di permukaannya.
Blackbody adalah penyerap sempurna (α = 1) karena merupakan emittor
sempurna.
5
Luas area transfer panas 𝐴𝑠
Luas area transfer panas merupakan luas area kontak antara benda dan
lingkungan yang mengelilinginya. Upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbesar luas area transfer panas 𝐴𝑠 pada grate cooler adalah
dengan memperkecil ketebalan tumpukan klinker (bed depth) pada
conveyor. Upaya lain adalah memperbaiki distribusi udara yang merata
terhadap material klinker pada grate cooler. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengatur pola lubang-lubang pada grate cooler. Upaya lain yang
dapat dilakukan adalah dengan memperkecil ukuran butiran klinker pada
grate cooler. Semakin kecil ukuran butiran klinker maka luas permukaan
kontak dengan udara akan semakin besar.
Selisih antara Ts dan Tsurr
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbesar suhu benda dan
lingkungan adalah memperkecil suhu udara sebelum masuk ke dalam
grate cooler dan berkontak dengan klinker. Upaya lain adalah
memperbesar laju alir udara yang dimasukkan ke dalam grate cooler.
Semakin banyak udara yang digunakan akan menjaga agar perubahan
temperatur lingkungan setelah berkontak dengan klinker menjadi sekecil
mungkin sehingga selisih antara temperature benda Ts dan lingkungan
Tsurr mengalami penurunan yang sekecil mungkin.
Eb = σT 4 ………………………………....... 2
di mana σ merupakan konstanta Stefan Boltzman sebesar
5,6697x10−8 [W/(m2 K 4 )] dan T merupakan suhu permukaan [K].
6
Umumnya setiap permukaan memancarkan jumlah energi yang berbeda
pada panjang gelombang yang tidak sama. Apabila Eλ melambangkan
daya emisi monokromatik pada panjang gelombang λ, maka daya emisi
total dapat dituliskan sebagai berikut:
∞
E = ∫0 Eλ dλ ……………...…………...… 3
sedangkan untuk benda hitam berlaku:
∞
Eb = ∫0 Ebλ dλ ……………….…………. 4
Terdapat pula daya emisi spectral blackbody yang merupakan jumlah
energi radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam pada suhu absolut (T)
per satuan waktu, per satuan luas permukaan, dan per satuan panjang
gelombang (λ). Hubungan untuk daya emisi spectral blackbody (Ebλ ),
dikenal sebagai hukum Planck.
C1
Ebλ (λ, T) = C ………………...…...… 5
λ [exp( 2 )−1]
5
λT
dimana:
T = Temperatur absolut permukaan (K)
λ = Panjang gelombang
C1 = 2πhc02 = 3.742x108 W. μm4 /m2
hc0
C2 = = 1.439x104 μm. K
k
Hubungan ini berlaku untuk permukaan dalam ruang hampa atau gas.
Untuk medium lain, diperlukan modifikasi dengan mengganti C1 oleh
C1 /n2 , dimana n adalah indeks pembiasan dari medium.
Irradiasi
Irradiasi atau incident radiation (G) adalah laju dimana radiasi terjadi per
satuan luas pada semua panjang gelombang dan dari semua arah ketika
radiasi terjadi pada medium semitransparan, bagian irradiasi dapat
dipantulkan (ρ), diserap (α), dan ditransmisikan (τ).
7
Transmisi (τ) mengacu pada radiasi yang melewati medium, seperti yang
terjadi ketika lapisan air atau piring kaca diradiasi oleh matahari.
Penyerapan (α) terjadi ketika radiasi berinteraksi dengan medium,
menyebabkan peningkatan energi termal internal medium. Refleksi (ρ)
adalah proses radiasi yang diarahkan keluar dari permukaan, tanpa efek
pada medium. Karena semua irradiasi harus dipantulkan, diserap, atau
ditransmisikan, maka Irradiasi dapat dirumuskan dengan
Jika suatu media yang tidak mengirimkan tidak dapat mengirimkan atau
mentransmisi (τ) radiasi elektromagnetik dari jenis tertentu, media ini
disebut sebagai opaque/buram dan dapat dirumuskan menjadi:
1 = α + ρ ………………….…………… 7
Radiositas
Radiositas (J) adalah laju radiasi yang meninggalkan permukaan per
satuan luas. Untuk permukaan opaque/buram, termasuk emisi dan bagian
yang dipantulkan dari irradiasi:
J = E + Greff = E + ρG ………..……….... 8
q"rad = J − G ……………………..…….... 9
Total fluks radiasi untuk permukaan buram yaitu:
8
Intensitas Radiasi
Intensitas radiasi didefinisikan sebagai pancaran energi per satuan waktu
dan per satuan luas. Laju energi radiasi dipancarkan pada panjang
gelombang λ dalam arah (θ, ϕ), per satuan luas permukaan pemancar
normal ke arah ini, per satuan sudut padat arah ini, dan per satuan panjang
gelombang dengan interval dλ dan λ dapat dirumuskan dengan:
dq
Iλe (λ, θ, ϕ) =
dA1 cos θ . dω. dλ
dqλ = Iλe θ, ϕ) dA1 cos θ . dω. dλ ……………...……. 11
(λ,
∞ 2π π/2
Eλ (λ) = ∫0 ∫0 ∫0 Iλ,e (λ, θ, ϕ) cosθ. sinθ. dθ. dϕ . dλ …...…… 12
Ketika istilah “daya emisi” mengartikan emisi ke seluruh arah, maka total
daya emisi (E) dapat dirumuskan menjadi:
E = πIe ……………………..…………... 13
Irradiasi spektral Gλ didefinisikan sebagai laju di mana radiasi
gelombang panjang λ terjadi pada permukaan, per satuan luas permukaan
dan per satuan panjang gelombang interval dλ dan λ dapat dirumuskan
dengan:
∞ 2π π/2
Gλ (λ) = ∫0 ∫0 ∫0 Iλ,i (λ, θ, ϕ) cosθ. sinθ. dθ. dϕ . dλ ………. 14
9
Ketika istilah “irradiasi” mengartikan irradiasi ke seluruh arah, maka
total radiasi (G) dapat dirumuskan menjadi:
G = πIi ………………...……………...… 15
Irradiasi spektral Jλ didefinisikan sebagai laju dimana radiasi gelombang
panjang λ terjadi pada permukaan, per satuan luas permukaan, dan per
satuan panjang gelombang interval dλ dan λ dapat dirumuskan dengan:
∞ 2π π/2
Jλ (λ) = ∫0 ∫0 ∫0 Iλ,e+r (λ, θ, ϕ) cosθ. sinθ. dθ. dϕ . dλ ........... 16
J = πIe+r ………………………... 17
∞ 2π π/2
q"𝐫𝐚𝐝 = ∫0 ∫0 ∫0 Iλ,e+r (λ, θ, ϕ) cosθ. sinθ. dθ. dϕ . dλ −
∞ 2π π/2
∫0 ∫0 ∫0 Iλ,i (λ, θ, ϕ) cosθ. sinθ. dθ. dϕ . dλ ..……... 18
dimana:
JK
K : konstanta Boltzmann = 1,38066 × 10−23 molekul
E = h v ………………………………..… 20
dimana:
10
h = konstanta Planck (6.625 x 10-34 J.s)
E
ε= …………………..………...……...… 21
Eb
11
Fi-j = fraksi energi yang meninggalkan permukaan i yang mencapai
permukaan j
Eb1A1F12 …………………………...……. 22
Jika kedua permukaan berada pada suhu yang sama, maka tidak akan ada
pertukaran panas, artinya Q1−2 = 0 juga untuk T1 = T2
Q1−2 = A1F12 (Eb1 - Eb2) = A2F21 (Eb1 - Eb2) ……………. 25
12
Gambar 8. Tampilan Elevasi Area pada Gambar [7]
(Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer 10 th Edition. New York: McGraw-Hill)
Sekarang kita ingin menentukan persamaan umum untuk F12 (atau F21).
Untuk itu, kita perhatikan unsur daerah dA1 dan dA2 pada gambar [7]. Sudut
ø1 dan ø2 diukur antara garis normal (tegak-lurus) terhadap bidang
permukaan dengan garis yang menghubungkan kedua unsur luas tersebut.
Proyeksi dari dA1 pada garis antara kedua pusat adalah
dA1 cos ø1 ……………………….. 26
Ini dapat dilihat lebih jelas dalam gambar elevasi yang ditunjukkan pada
gambar [8]. Kita berasumsi bahwa kedua permukaannya bersifat baur, yaitu
intensitas radiasi sama ke segala arah. Intensitasnya adalah radiasi yang
dipancarkan per satuan luas dan per satuan sudut pada suatu arah tertentu.
Jadi, untuk memperoleh energi yang dipancarkan oleh unsur daerah dA1 ke
suatu arah tertentu, kita harus mengalikan intensitas dengan proyeksi dA1
dalam arah yang ditentukan. Sehingga energy yang meninggalkan dA1 ke
arah yang diberikan oleh sudut ø1 adalah
Ib dA1 cos ø1 …………………….. 27
dimana Ib adalah intensitas benda-hitam. Radiasi yang sampai ke suatu area
dAn pada jarak r dari A1 adalah
dAn
Ib dA1 cos ø1 ………………………... 28
𝑟²
13
Gambar 9. Sistem Koordinat Bola
(Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer 10th Edition. New York: McGraw-Hill)
dAn = 𝑟² sin ø dψ dø
2𝜋 𝜋/2
Eb dA1 = Ib dA1 ∫0 ∫0 sin ø cos ø dø dψ = π Ib dA1
Eb = π Ib ……………….……………….. 29
Integral tersebut adalah A1F12 atau A2F21 menurut persamaan [25]. Untuk
mengevaluasi integral diatas, geometri spesifik permukaan A1 dan A2 harus
diketahui. Perhitungan faktor bentuk dapat diperluas ke bentuk geometri yang
lebih kompleks, seperti yang ditunjukkan dalam gambar dibawah.
14
Gambar 10. Faktor Bentuk Radiasi untuk Radiasi antara Siku-Empat Sejajar
(Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer 10th Edition. New York: McGraw-Hill)
15
Intensitas radiasi pada gas akan berkurang sesuai dengan ketebalan lapisan
dan intensitas radiasi pada titik tersebut. Fenomena tersebut dapat
digambarkan dalam Hukum Beer, yang dapat dituliskan menjadi:
Iλ x
τλ = = e−aλ x …………………….. 34
Iλ 0
Jika gas yang terlibat dalam radiasi tersebut tidak memantulkan radiasi yang
diterimanya, maka absorpsi gas tersebut dapat dinyatakan dengan:
aλ = 1 − e−aλx …………………….… 35
Emisivitas gas merupakan fungsi dari suhu, tekanan dan ketebalan lapisan
gas. Emisivitas CO2 dan H2O dapat dicari dengan menggunakan persamaan
berikut:
εx = cx εx,1 atm ……………….…………. 36
dengan cx adalah faktor koreksi tekanan. Nilai emisivitas pada P = 1 atm
bisa didapatkan dari grafik berikut:
16
Gambar 11. Emisivitas (a) H2O dan (b) CO2 pada 1 atm
(Sumber: Cengel, Y.A. 2009. Heat Transfer: A Practical Approach, Second Edition)
Untuk campuran gas CO2 dan H2O, emisivitasnya dapat dicari dengan
persamaan:
εg = cH2 O εH2 O,1 atm + cCO2 εCO2,1 atm − Δε ……..……... 37
Gambar 12. Grafik Faktor Koreksi Emisivitas untuk Campuran Gas CO2 dan H2O
(Sumber: Cengel, Y.A. 2009. Heat Transfer: A Practical Approach, Second Edition)
17
Emisivitas gas juga bergantung pada jarak rata-rata yang dilalui pancaran
radiasi sebelum mencapai permukaan sehingga bentuk dan ukuran
berpengaruh terhadap emisivitas gas. Hubungan antara emisivitas dan
bentuk dapat digambarkan dengan variabel mean beam length (L) yang
merepresentasikan jari-jari permukaan yang ekivalen. Variabel L untuk
masing-masing geometri dapat dilihat dalam tabel berikut:
0,45
αH2 O = cH2 O . (Tg ⁄Ts ) . εH2 O (Ts , PH2O L Ts ⁄Tg ) ..….… 39
dengan Ts adalah suhu sumber radiasi dan Tg adalah suhu gas. Untuk
campuran CO2 dan H2O, absorpsivitasnya dapat dihitung dengan
persamaan:
αg = αCO2 + αH2 O − Δα ………….……. 40
dengan Δα adalah faktor koreksi absorpsivitas. Nilai Δα dengan faktor
koreksi emisivitas. Setelah mengetahui emisivitas dan absorpsivitas gas,
kita dapat menghitung laju radiasi dari gas yang dapat dituliskan sebagai
berikut:
Q̇ = σεg Tg4 ………………………..…..… 41
Dengan mengasumsikan bahwa permukaan benda mengemisi radiasi tanpa
ada pemantulan dan gas akan mengabsorpsi radiasi tersebut, maka laju
18
perpindahan kalor antara gas dan benda hitam dapat dicari dengan
persamaan:
Q̇net = As σ(εg Tg4 − αg Ts4 ) …..……….… 42
dengan As adalah luas permukaan benda hitam dan σ adalah konstanta
Stefan-Boltzmann. Untuk radiasi gas dengan benda tidak hitam yang
emisivitasnya lebih dari 0,7, maka dapat digunakan persamaan:
ε +1
Q̇net,gray = s2 As σ(εg Tg4 − αg Ts4 ) …………… 43
2.2 Tugas B
1. Hitunglah besarnya pertukaran kalor radiasi yang terjadi antara 2
permukaan A1 dan A2. Suhu permukaan A1 dan A2 berturut-turut
adalah 3600 R dan 2000 R. Kedua permukaan diasumsikan sebagai
benda hitam dengan luas 10x10 ft2 dan berjarak 10 ft satu sama lain.
Ilustrasi sistem
Diketahui:
A1 = A2 = 10 ft x10 ft = 100 ft2 = 9.2903 m2
X = Y = D = 10 ft
T1 = 3600 R = 2000 K
T2 = 2000 R = 1111.111 K
𝜀𝐴 = 𝜀𝐵 = 1
Asumsi:
19
Jawab:
𝜎(𝑇14 − 𝑇24 )
𝑞𝑛𝑒𝑡 =
1 − 𝜀𝐴 1 1 − 𝜀𝐵
+ +
𝜀𝐴 𝐴1 𝐴1 𝐹12 𝜀𝐵 𝐴2
Karena nilai 𝜀𝐴 = 𝜀𝐵 = 1 maka persamaan diatas menjadi
𝜀 s = 0,8
Ditanya: 𝑞𝑛𝑒𝑡 = ?
Asumsi:
20
ε +1
Q̇net,gray = s2 As σ(εg Tg4 − αg Ts4 )
ε +1
Q̇net,gray = s2 As σ(εg Tg4 − αg Ts4 )
0,8+1
Q̇ net,gray = 2 . π. 0,30482 . 5,669x10−8 . (0,7 . 6444 −
0,3626 . 2777,54 )
= -319390,9 W = -3,194 kW
BAB III
21
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Radiasi termal merupakan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan benda
karena perbedaannya dengan temperatur lingkungan.
Radiasi termal memiliki sifat-sifat spesifik, karakteristik dan sifat-sifat yang
digunakan untuk menggambarkan material yang mengalami radiasi.
Bila energi radiasi mengenai permukaan suatu bahan, maka sebagian dari
radiasi itu akan dipantulkan (refleksi), sebagian diserap (absorbsi), dan
sebagian lagi diteruskan (transmisi).
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor secara
radiasi, diantaranya konstanta Stefan-Boltzmann (σ), Luas permukaan (A),
suhu (T), dan emisivitas (ɛ).
Radiasi mempunyai tiga sifat, yaitu pada benda hitam, dan benda tak hitam
(benda abu-abu) dan benda putih sempurna.
Benda hitam adalah benda yang tidak memantulkan radiasi.
Benda tak hitam adalah benda yang tidak menyerah semua energi radiasi,
melainkan dapat dipantulkan.
Benda hitam memiliki nilai emisivitas sama dengan satu (ɛ=1).
Benda tak hitam memiliki nilai emisivitas sama dengan nol (ɛ=0).
Radiasi antara dua permukaan dapat terjadi pada dua permukaan benda
hitam, dua permukaan benda tak hitam, dan dua permukaan benda tak
berhingga. Setiap kondisi memiliki rumus perpindahan kalor radiasi yang
berbeda-beda.
Faktor bentuk radiasi didefinisikan sebagai bentuk dari suatu permukaan
benda yang mempengaruhi proses perpindahan kalor radiasi dari suatu
permukaan ke permukaan lainnya yang memiliki gradient suhu.
Faktor bentuk radiasi dapat menunjukkan besarnya fraksi energi yang
meninggalkan sebuah permukaan i dan diterima oleh permukaan lain, yaitu
permukaan j.
Penurunan intensitas akibat peristiwa absorbsi sebanding dengan ketebalan
lapisan gas dan intensitas radiasi pada titik tersebut.
Radiasi yang terjadi antara permukaan suatu benda dengan gas jauh lebih
kompleks dibandingkan dengan zat padat.
Perisai radiasi tidak memberikan dan tidak mengambil kalor dari sistem
keseluruhan, tetapi hanya menambahkan suatu tahanan lagi dalam lintas
aliran-faktor, sehingga memperlambat perpindahan kalor menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
22
Cengel, Yunus A. 2006. Heat Transfer 2nd Edition. USA: Mc Graw-Hill.
Incropera, F.P., and Dewitt, D.P. 2002. Fundamentals of Heat and Mass
Transfer. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
23