Anda di halaman 1dari 5

1.

Jelaskan mekanisme perpindahan kalor yang terjadi dalam sistem


pendinginan klinker.
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air
mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu
kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang
dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur
(CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit
(MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Rahadja, 1990). Klinker sendiri
merupakan sebutan untuk bahan baku yang mengandung bahan-bahan tersebut.
Tak jarang klinker disamakan dengan “batuan buatan manusia”.
Beberapa alasan mengapa klinker perlu didinginkan adalah:
 Klinker yang masih panas sulit ditransportasikan dan akan berpengaruh
tidak baik pada proses selanjutnya (grinding).
 Meemperoleh klinker yang bersifat amorf sehingga mmudah digiling.
 Pendinginan klinker yang baik dapat meningkatkan kualitas semen.
 Mencegah kerusakan alat-alat transportasi dan storage clinker, karena
material dengan suhu tinggi dapat merusak peralatan dan sulit penangannya.
 Panas yang terkandung pada klinker dimanfaatkan kembali sebagai
recovered heat sehingga dapat mengurangi biaya produksi.
 Agar kandungan C3S tidak terdekomposisi kembali menjadi C2S dan C.

Pada grate cooler, udara pendingin yang dihembuskan oleh fan masuk
melalui lubang-lubang plat dan melewati celah-celah bongkahan klinker dan
mendinginkannya. Sehingga perpindahan panas yang terjadi antara udara
pendingin dengan klinker tidak bisa diasumsi sebagai benda padat secara
keseluruhan tetapi merupakan porous medium. Pembakaran akan terus
berlangsung sampai terbentuk klinker dan akan keluar menuju clinker cooler.
Selama proses pembakaran, material akan melewati beberapa zona dalam kiln
dengan range suhu yang berbeda-beda seperti pada gambar di bawah ini,
sehingga dalam kiln akan terjadi reaksi kimia pembentukan senyawa penyusun
semen.
Gambar 2. Grate Cooler Per Section
(Sumber: https://media.neliti.com/media/publications/154595-ID-none.pdf)

Perpindahan panas dari klinker ke udara pendingin dianalisis terjadi secara


konveksi dan radiasi. Untuk menghitung besarnya perpindahan panas maka
perhitungan dibagi menjadi 3 bagian. Perhitungan jumlah klinker total tiap
section berdasarkan diameter klinker dan dimensi dari grate cooler, untuk
kemudian digunakan mencari rasio porositas atau perbandingan antara volume
ruang kosong di dalam tumpukan klinker (celah – celah yang dilewati udara)
dengan volume jika klinker itu padat. Sehingga dapat diperoleh konduktivitas
termal dan koefisien perpindahan porous medium.

Gambar 3. Perpindahan Kalor pada Pendinginan Klinker


(Sumber: http://www.cementkilns.co.uk/cooler_grate.html)
Pada gambar 3, perpindahan kalor berlanjut seiring pergerakan klinker
menuju section yang lebih dingin dimana diameter klinker dan dimensi dari
grate cooler sangat mempengaruhi perhitungan kalor selanjutnya. Perpindahan
kalor konduksi dari klinker menurun akibat kondisi dimana kalor dan suhu
menurun sepanjang perpindahan klinker menuju section berikutnya
(berdasarkan panjang). Suhu dinding menurun lebih cepat pada daerah yang
hangat dibandingkan daerah yang lebih dingin. Hal ini disebabkan oleh
hilangnya kalor akibat radiasi.

Bilangan Nusselt lokal dapat diperoleh menggunakan persamaan berikut:

𝑞 𝑥 𝑑𝜃
𝑚 𝑁𝑢𝑥 = =( ) 𝑃𝑒 1/2 = 0.564𝑃𝑒𝑥 1/2 (1)
𝑇0 − 𝑇∞ 𝑘 𝑑𝜂 𝜂=0 𝑥

Dengan merata-ratakan koefisien perpindahan panas pada panjang dinding


panas L, maka diperoleh:
𝐿
𝑁𝑢0−𝐿 = ℎ0−𝐿 = 1.13𝑃𝑒𝑥 1/2 (2)
𝐾
Untuk menghitung koefisien perpindahan panas porous medium, dapat
digunakan persamaan berikut:
𝑁𝑢𝑥 . 𝑘
ℎ= (3)
𝑥
Sehingga laju perpindahan panas secara konveksi dapat dihitung dengan :
𝑄𝑐 = ℎ. 𝐴(𝑇𝑘 − 𝑇𝐵 ) (4)
Di samping itu, terdapat pula kalor radiasi yang dilepaskan oleh klinker ke
udara yang dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝑄𝑐 = 𝜎. 𝐴. 𝜀(𝑇𝑐 4 − 𝑇∞ 4 ) (5)
Dengan demikian, total perpindahan kalor yang terjadi selama pendinginan klinker
adalah total dari kalor konveksi dan kalor radiasi yang terjadi.
2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya panas/kalor yang
hilang secara radiasi selama proses pendinginan klinker?

Dari persamaan (5) di atas, maka dapat disimpulkan bawa faktor-faktor


yang mempengaruhi kalor radiasi adalah:

 Luas area yang mengalami perpindahan kalor radiasi


Luas area yang dimaksud berkaitan dengan ketebalan lapisan klinker
(clinker bed depth), rata-rata ukuran atau diameter klinker, serta panjang
lintasan klinker pada suatu section. Semakin tebal lapisan klinker, maka
udara dingin akan sulit menembus dan pendinginan akan kurang maksimal.
Semakin halus atau semakin kecil diameter partikel klinker, maka rongga
antar partikel semakin kecil dan membentuk suatu ketahanan yang lebih
tinggi terhadap aliran udara sehingga udara akan bekerja lebih keras untuk
mencari celah yang menyebabkan terjadinya ‘Red-River Phenomena’ yang
dapat merugikan. Untuk mencegah hal ini, pengaturan ketebalan klinker
menjadi parameter yang perlu diperhatikan seiring dengan pengaturan
kecepatan gerakan grate.
 Efisiensi termal grate cooler (𝜂)
Efisiensi termal dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
∑ 𝐸𝑜𝑢𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦 − 𝑒𝑥ℎ𝑎𝑢𝑠𝑡 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦
𝜂= = (6)
∑ 𝐸𝑖𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦
Untuk mengetahui energi yang masuk dan keluar, maka dapat dilihat dari
neraca berikut ini.
Gambar 5. Flor Schematic of The Clinker Cooler System
(Sumber:
https://pdfs.semanticscholar.org/5470/d39cdd4aa4fa848249cec77b38ed6301ebdf.
pdf)
 Suhu Klinker
Naiknya suhu klinker akan membutuhkan volume udara pendingin yang
lebih banyak sehingga dapat mengakibatkan naiknya bed resistance.

LATAR BELAKANG
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau biladua sistem yang
suhunya berbeda disinggungkan,maka akanterjadi perpindahan energi. Proses ini
disebut sebagai perpindahan panas (heat transfer). Dari titik pandang teknik
(engineering), Analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir biaya,
kelayakan, dan ukuran karakteristik peralatan yang diperlukan untuk memindahkan
sejumlah panas tertentu dalam waktu yang ditentukan. Perpindahan panas dibagi
menjadi tiga jenis berdasarkan cara perpindahannya, yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi. Karena pada makalah sebelumnya penulis sudah menjelaskan mengenai
konduksi dan konveksi, maka penulis ingin memberikan penjelasan mengenai
perpindahan kalor radiasi melalui tulisan makalah ini.
Radiasi merupakan perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat ke
zat yang lain. Semua benda memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti
setelah suhu meningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan kalor radiasi
terjadi dengan perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnetik. Terdapat
dua teori yang berbeda untuk menerangkan bagaimana proses radiasi itu terjadi.
Semua bahan pada suhu mutlak tertentu akan menyinari sejumlah energi kalor
tertentu sehingga semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin tinggi pula energi
kalor yang disinarkan. Proses radiasi adalah fenomena yang terjadi pada
permukaan dan tidak terjadi pada bagian dalam suatu bahan.

Salah satu prinsip perpindahan kalor radiasi yang terjadi pada dunia industri
adalah pendinginan klinker dalam produksi semen. Klinker (bahan baku semen)
harus mengalami proses pendinginan setelah mengalami pemanasan suhu tinggi
karena berbagai alasan yang dapat mempengaruhi kondisi dan kemampuan mesin
serta kualitas produk yang ingin dihasilkan. Dengan mengetahui prinsip dasar dari
radiasi, maka sebagai mahasiswa teknik proses, penulis dapat memperhitungkan
faktor-faktor seperti karakteristik bahan dan rangkaian sistem yang memanfaatkan
radiasi sehingga proses dan produk berkualitas dapat dihasilkan dengan lebih
efektif, efisien, dan ekonomis.
KESIMPULAN

 Klinker perlu didinginkan dengan alat cooler agar mencegah kerusakan


sistem peralatan, mempermudah proses selanjutnya, serta menghasilkan
produk (semen) yang lebih berkualitas.
 Pendinginan klinker memanfaatkan perpindahan kalor secara konduksi,
konveksi, dan radiasi.
 Klinker mampu melepaskan kalor radiasi ke udara.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Clinker Cooling. [ONLINE] tersedia di


http://www.cementequipment.org/home/kiln-and-cooler/clinker-
cooling/. [Diakses pada 2 Mei 2018].
Budi Setyawan. 2007. Analisis Unjuk Kerja Grate Clinker Cooler pada
Proses Produksi Semen. [ONLINE] tersedia di
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi/article/download/2445/
2163. [Diakses pada 2 Mei 2018].
Dylan Moore. 2017. Grate Coolers. [ONLINE] tersedia di
http://www.cementkilns.co.uk/cooler_grate.html. [Diakses pada 2
Mei 2018].
Khairil Anwar. 2011. Analisis Perpindahan Panas pada Grate Cooler
Industri Semen. [ONLINE] tersedia di
https://media.neliti.com/media/publications/154595-ID-none.pdf.
[Diakses pada 2 Mei 2018].

Anda mungkin juga menyukai