Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL KRITIK SASTRA

PUISI “PENGEMIS”

DENGAN PENDEKATAN STRUKTURALISME

oleh:
WINDA

NPM. 8820111155

Kelas III-C PBSI

ABSTRAK

Puisi merupakan suatu karangan yang mengandung irama. Irama merupakan


cirri puiai yang membedakannya dengan prosa. Perbandingan puisi dan prosa
diibaratkan dengan yang menari dan berjalan biasa (H.B. Yassin).

Puisi merupakan peluapan spontan dari perasaan yang penuh daya yang
berpangkal pada emosi yang bberpadu kembali dalam kedamaian (Tarigan).

Puisi merupakan karangan terindah dari yang terindah. Penyair memilih kata-
kata setepat-tepatnya, disusun dengan sebaik-baiknya, seimbang, seirama, senada,
antar unsure saling menyatu, mengikat, hingga menjadi suatu karang yang utuh
(Coleridge).

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa wujud puisi itu adalah bahasa yang
padat (sedikit kata-kata tetapi mengandung banyak makna sekalipun dalam bentuk
yang prosaic). Keindahan struktur bahasa yang digunakan sangat diperhatikan (rima,
ritme, dan musikalitas) apa yang tersembunyi di balik bahasa yang digunakan itu
adalah makna yang ingin disampaikan. Makna yang dikandungnya tersebut dapat
berupa pikiran, perasaan, pendapat, kritikan, dan lain-lain.

Dari data-data di atas dapat didefinisikan bahwa puisi adalah ungkapan


pikiran dan perasaan yang disampaikan melalui bahasa yang intens (padat).
Pemadatan di dalam puisi adalah pengintensifan segala unsure bahasa. Unsure-unsur
bahasa tersebut di dalam penyusunannya dirapikan, diperbagus, diatur sebaik-baiknya
dengan memperhatikan keindahan bunyi (rima, ritma, dan musikalitas).

Selain itu, puisi juga merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti
bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara
unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi,
kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-
hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat,
saling berkaitan, dan saling bergantung.

Dalam pengertian struktur ini (Piaget via Hawkes, 1978:16) terlihat adanya
rangkaian kesatuan yang meliputi tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi,
dan ide diri sendiri (self-regulation).
Strukturalisme itu pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang
terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-stuktur seperti
tersebut di atas. Menurut pikiran strukturalisme, dunia (karya sastra merupakan dunia
yang diciptakan pengarang) lebih merupakan susunan hubungan daripada susunan
benda-benda. Oleh karena itu, kodrat tiap unsur dalam stuktur itu tidak mempunyai
makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan oleh hubungannya dengan
semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu (Hawkes, 1978:17-18).
Dengan pengertian seperti itu, maka analisis struktural sajak adalah analisis
sajak ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam struktur sajak dan penguraian
bahwa tiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur
lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam stuktur.
Setiap puisi pasti berhubungan dengan penyairnya karena puisi diciptakan
dengan mengungkapkan diri penyair sendiri. Si dalam puisi, aku lirik memberikan
tema, nada, perasaan, dan amanat. Rahasia dibalik majas, diksi, imaji, kata konkret,
dan versifikasi akan dapat ditafsirkan dengan tepat jika berusaha memahami rahasia
penyairnya.
Oleh karena itu pada tugas ini akan menganalisis puisi berjudul “Pengemis
dengan pendekatan strukturalisme.

KATA KUNCI

 Puisi
 Pengemis
 Pendekatan strukturalisme
 Struktur batin
 Struktur lahir
 Diksi
 Imageri
 Kata konkret
 Bahasa Figuratif
 Verifikasi
 Tema
 Rasa
 Nada dan suasana
 Amanat
PENDAHULUAN

Puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua. Sejak kelahirannya, puisi
memang sudah menunjukan ciri-ciri yang khas seperti kita kenal sekarang, meskipun
puisi telah mengalami perkembangan dan perubahan tahun demi tahun.bentuk karya
sastra puisi memang dikonsep oleh penulis atau penciptanya sebagai puisi dan bukan
bentuk prosa yang kemudian dipuisikan. Konsep pemikiran pencipta sesuai dengan
bentuk yang terungkapkan. Sejak di dalam konsepnya, seorang penyair telah
mengkonsentrasikan segala kekuatan bahasa dan mengkonsentrasikan gagasannya
untuk melahirkan puisi. Penyair bukan memulai karyanya dengan konsep prosa.
Perencanaan konsep dasar penciptaan sudah sejak dalam pikirannnya. Hal ini juga
berakibat bahwa seorang penyair belum tentu mampu menjadi pengarang prosa,
sebaliknya seorang pengarang prosa belum tentu mampu menjadi penyair.

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan
bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya (Waluyo).
Wujud puisi adalah bahasa yang padat (sedikit kata-kata dan mengandung banyak
makna sekalipun dalam bentuk yang prosais). Keindahan struktur bahasa yang
digunakan sangat diperhatikan (rima, ritme, musikalitas). Apa yang tersembunyi di
balik bahasa yang digunakan itu adalah makna yang ingin disampaikan.makna yang
terkandungnya tersebut dapat berupa pikiran, perasaan, pendapat, kritikan, dan lain-
lain. Hal tersebut merupakan latar belakang pembahasan laporan ini, dalam isi
laporan ini akan dibahas mengenai analisi puisi yang berjul “Pengemis” karya
Muhammad Ali Hasjim. Ada pun tujuan penulis laporan ini yakni untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Kajian dan Apresiasi Puisi, dan menganalisis puisi
“Pengemis”. Dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana identitas
sajak?, (2) Bagaimana unsurl ahir dan unsur batin pada puisi “Pengemis” ini?, (3)
temasuk jenis puisi apakah puisi “Pengemis” ini? Dan termasuk aliran apa puisi
“Pengemis” ini.
Struktur merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang
membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Berikut ini ada
beberapa pendapat para ahli mengenai pendekatan struktural, yaitu satu metode atau
cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada
salah satu unsure sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan
ditujukkan pula kepada hubungan antar unsurnya (Fokemma, 1977 : 21). Analisis
struktural merupakan tugas prioritas atau yugas pendahuluan. Sebab karya sastra
mempunyai kebulatan makna intrinsic yang dapat digali dari karya itu sendiri (A.
Teew. 1984 : 135).

Prinsif dasar dari pendekatan struktural, menurut Teeuw (1984:135-136)


adalah (a) pendekatan struktur bertujuan membongkar dan memaparkan secermat
mungkin keterkaitan unsure-unsur karya sastra yang membentuk makna menyeluruh,
(b) pendekatan struktural tidak menjumlahkan unsur-unsur, (c) pendekatan struktural
berusaha menyematikan termasuk menyematikan gejala bunyi dalam karya puisi, dan
(d) pendekatan struktural menganggap bahwa keseluruhan makna karya sastra berada
dalam keterpaduan struktur total.

Aris Toteles dalam Teeuw (1984-66) menyebut empat sifat struktur, yakni (a)
order (urutan teratur), (b) amplitude (keluasan yang memadai, (c) Complexity
(masalah yang kompleks, (d) unity (kesatuan yang bulat). Kelemahan metode
strukturalisme adalah keyakinannya yang terlalu berlebihan terhadap otonomi karya
satra. Akibatnya terabaikanlah dua hal pokok yang penting dipertimbangkan dalam
rangka mencari dan menemukan makkna karya sastra, yakni kerangka sejarah dan
kerangka social budaya ang mengitari karya sastra tersebut. Sedangkan keuntungan
metode strukturalisme yang memegang teguh kelengkapan, keterjalinan struktur dan
otonomi karya sastra.
ISI

Analisis Puisi “Pengemis” Menggunakan Pendekatan Strukturalisme

a. Analisis Berdasarkan Strutur Lahir


 Diksi

Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat, padat, dan kaya akan nuansa
makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya
imajinasi pembaca. Hal yang harus dipahami dalam diksi adalah: pembendaharaan
katanya, urutan katanya, dan daya sugesti katanya.

Pada puisi “Pengemis” ini pembendaharaan kata sudah cukup baik untuk
menguatkan kekuatan ekspresi. Urutan kata bersifat beku, urutan kata tersebut tidak
dapat dipindahkan tempatnya. Dalam puisi ini pemilihan kata dan penempatannya
yang tepat seolah-olah memberikan daya gaib yang menimbulkan sugesti kepada para
pembacanya.

 Pengimajian

Pengimajian adalah kata atau sususnan kata yang dapat mengungkapkan


pengalaman sensoris, seperti: penglihatan, pendengaran, dan perasaan.

Dalam puisi “Pengemis” ini penyair cukup mahir merangkai kata-kata untuk
menciptakan imaji, sehingga pembaca seolah-olah menghayati penderitaan seorang
anak yang menjadi pengemis secara visual maupun secara taktil.

Imaji visual:

“Lihatlah, tuan, umtumh kami,


Pondok tiada, huma tiada,
Bermandi hujan, bernapas hari,
Ditengah jalan terlunta-lunta.
Imaji Taktil:

“Beri hamba sedekah, o tuan,


Belum makan dari pagi,
Tolonglah patik, wahai tuan,
Seteguk air, sesuap nasi.

 Kata Konkrek

Untuk membangkitkan imaji (daya baying) pembaca, maka kata-kata yang


digunakan dlam puisi harus diperkonkret. Begitu juga dalam puisi “Pengemis” ini
penyair memperkonkret kata-katanya untuk menimbulkan imaji pembaca. Untuk
menyatakan kesengsaraan hidupnya yakni tidak memiliki tempat tinggal walaupun
hanya sepetak tanah, dan ketika hujan mengguyur serta terik matahari yang
menyengat bocah pengemis itu terlunta-lunta ditengah jalan, penyair menuangkan
dalam puisinya dengan larik berikut:

“Pondok tiada, huma tiada, bermandi hujan, bernafas hari”.

 Majas

Majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu


dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna.

Pada puisi “Pengemis” untuk melambangkan suasana yang menyedihkan


penyair mengungkapkannya dengan bahasa yang lain. Misalnya: “Tolonglah patik,
wahai tuan”, penyair menggunakan kata patik untuk melambangkan sapaan dirinya
sendiri terhadap Sang Tuan agar terkesan merendah untuk meminta-minta dan
mengagungkan Sang Tuan.

Selain itu pada puisi “Pengemis” ini juga terdapat kiasan yakni ditusuk hati
pada peda penggalan larik “Cukup sudah sengsara badan, jangan lagi ditusuk hati”
yang maksudnya jangan menambah kesengsaraan yang sudah cukup banyak
menyiksa badannya dengan menykiti hatinya.

 Versifikasi (Rima, Ritma)

Bunyi di dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan
bunyi di dalam puisi, sedangkan ritma adalah suatu bentuk irama, yakni suatu gerak
yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan menimbulkan veriasi bunyi yang
menciptakan gerak yang hidup.

Pada puisi “Pengemis” ini pengulangan bunyi di dalam puisi terdapat pada
bait ke-2 dan ke-3, yakni pada awal kedua bait ini di awali dengan kalimat “Lihatlah,
tuan”. Pada setiap akhir larik dalam puisi ini pun berbunyi sama yakni pada bait
pertama berbunyi n-i-n-i, pada bait ke-2 dan ke-3 berbunyi i-a-i-a, pada bait ke-4
berbunyi ng-i-ng-I dan pada bait terakhir berbunyi n-i-n-i pula.

 Tata Wajah (Tipografi dan Enjabemen)

Tipografi adalah tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi. Sedangkan
enjabemen adalah pemotongan kalimat atau frase diakhir larik kemudian
potongannya diletakkan pada larik berikutnya.

Puisi “Pengemis” ini terdiri dari lima bait, tatanan larik setiap bait seperti
pantun yakni berbunyi AB-AB. Pada setiap awal bait terdapat tanda baca, yakni tanda
baca kutip (“), pada akhir setiap larik terdapat tanda baca koma (,), setiap akhir bait
diakhiri dengan tanda baca titik (.), dan pada bait puisi yang paling akhir diakhiri
dengan titik banyak.

b. Analisis Berdasarkan Struktur Batin


 Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan penyair. Gagasan pokok
tersebut begitu kuat mempengaruhi penyair, sehingga meniadi lanndasan utama
pengucapannya.

Tema yang terkandung dalam puisi “Pengemis” ini yakni tema kemanusiaan,
karena dalam puisi ini penyair menceritakan seorang anak yang menjadi pengemis
yang memelas kasihan pada seorang tuan. Sehingga dalam puisi ini menimbulkan
rasa kemanusiaan yang ditunjukkan belas kasihan terhadap seorang pengemis dalam
puisi ini.

 Rasa (Feeling)

Rasa (Feeling) adalah sikap penyair terhadap subjek atau pokok persoalan
yang terdapat di dalam puisi. Sikap penyair yang timbul pada puisi ini adalah kasihan
terhadap bocah yang hidupnya tidak bersaudara, tinggal dijalanan, dan harus
meminta-minta dengan memelas kepada orang-orang yang dijumpainya yang
dianggapnya adalah Tuan.

 Nada dan Suasana

Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca, apakah ingin bersikap


menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas. Sedangkan
suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut atau akibat
psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca.

Sikap penyair terhadap pembaca dalam puisi “Pengemis” ini bersikap lugas
sekaligus sedikit menasehati supaya tidak mencibir pengemis yang meminta-minta
jika tidak akan memberikan sedekahnya terlihat pada bait terakhir yakni “O, tuan,
janganlah kami dicibirkan, jika sedekah tidak diberi,…”. Nada yang disampaikan
penyair terkesan duka sehingga menimbulkan suasana iba hati terhadap pembacanya.

 Amanat
Amanat atau pesan sering juga disebut tujuan, yakni tujuan penyair dengan
menciptakan sajak atau puisi tersebut. Amanat penyair dengan menciptakan puisi
“Pengemis” ini supaya pembaca tau dan menyadari betapa sengsaranya anak-anak
kecil yang terlunta-lunta hidup dijalanan, mereka tidak bersaudara dan tidak
bertempat tinggal. Dan penyair juga menasehati agar tidak mencibirnya jika tidak
memberikan sedekahnya karena akan hanya menambah kesengsaraan hidupnya telah
menyakiti hatinya.

KOMENTAR

Puisi yang berjudul “Pengemis” ini adalah salah satu puisi karya A. HASJMIJ
(nama sebenarnya adalah Muhammad Ali Hasjim) lahir di Mukim Montasik
(Seulimeun, Aceh Besar) 27 januari 1914, Puisi ini berisi pesan kamanusian yang
tersisihkan yakni pengemis, dalam puisi ini penulis menggambarkan kesengsaraan
hidup para pengemis sehingga menimbulkan rasa iba dan kasihan terhadap para
pembacanya.

Berdasarkan analisis dengan pendekatan struktural, menurut saya puisi yang


berjudul Pengemis karya M. Ali Hasjim ini merupakan puisi kemanusiaan yang
menimbulkan rasa iba terhadap pengemis kepada para pembacanya. Puisi ini
termasuk kepada jenis puisi naratif yakni puisi balada, karena dalam puisi ini penyair
menceritakan tentang orang-orang yang menjadi pusat perhatian atau orang-orang
yang harkat kemanusiaannya tersisihkan yakni pengemis. Puisi ini juga bisa disebut
puisi Fisikal karena puisi ini merupakan puisi realistis yang menggambarkan
kenyataan apa adanya.

PENUTUP

Struktural merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang


membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktural itu. Analisis struktural
merupakan tugas prioritas atau tugas pendahuluan. Sebab karya sastra mempunyai
kebulatan makna intiristik yang dapat digali dari karya itu sendiri.

Puisi Pengemis ini menggambarkan seorang pengemis yang tengah memelas


kasihan kepada sang tuan dengan memohon-mohon untuk memberinya sedekah.
Dengan berbagai kalimatnya dalam puisi ini penyair menggambarkan kesengsaraan
pengemis yang tidak mempunyai saudara dan tempat tinggal, hidupnya hanya
terlunta-lunta dijalanan. Menurut mereka tidak ada yang bisa disalahkan atas
keadaannya yang seperti itu termasuk orang tuanya yang telah mengandung nya
sekalipun, menurut mereka itu adalah nasib, seehingga para pengemis berharap agar
mereka tidak dicibir jika tuan-tuan tidak memberi sedekahnya karena hal itu sangat
menyakitkan hatinya dan menambah kesengsaraan hidupnya.

Setelah dianalisis dengan menggunakan pendekatan struktural, akhirnya telah


diketahui bagaimana tema, rasa, nada dan suasana, serta amanat yang terkandung
dalam puisi yang berjudul Pengemis ini.

REFERENSI

Ristiani, Iis. (2012). Kajian dan Apresiasi Puisi dan Prosa. Yogyakarta; Aswaja
Pressindo

Anda mungkin juga menyukai