PENDAHULUAN
Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Apa definisi penurunan nilai?
Apa indikasi penurunan nilai?
Bagaimana pengukuran penurunan nilai?
Bagaimana pengakuan rugi penurunan nilai?
Bagaimana penurunan nilai pada unit penghasil kas?
Bagaimana pemulihan rugi penurunan aset?
Bagaimana penyajian dan pengungkapan?
1
C. Tujuan
Untuk mengetahui penurunan nilai.
Untuk mengetahui indikasi penurunan nilai.
Untuk mengetahui pengukuran penurunan nilai.
Untuk mengetahui pengakuan rugi penurunan nilai.
Untuk mengetahui penurunan nilai pada unit penghasil kas.
Untuk mengetahui pemulihan rugi penurunan aset.
Untuk mengetahui penyajian dan pengungkapan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penurunan Nilai
Dalam kondisi di mana suatu entitas menghadapi penurunan nilai dari asset-asetnya, maka banyak
entitas yang melakukan penghapusan (write-off) terhadap asset jangka panjangnya. Standar
akuntansi menyatakan bahwa suatu entitas harus mengevaluasi apakah terdapat suatu indikasi
penurunan nilai terhadap asset yang dimilikinya. Penurunan nilai dari asset merupakan suatu
kondisi di mana nilai tercatat dari asset melebihi jumlah terpulihkan.
PSAK 48 Penurunan Nilai Aset menyatakan bahwa pada setiap akhir periode pelaporan, suatu
entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu asset mengalami penurunan nilai. Dalam
menilai apakah terdapat indikasi bahwa asset mungkin mengalami penurunan nilai, entitas harus
mempertimbangkan minimum hal-hal berikut ini.
1. Selama periode tersebut, nilai pasar asset telah turun secara signifikan lebih dari yang
diharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal
2. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum tempat
entitas beroperasi atau dipasar tempat asset dikaryakan yang berdampak merugikan
terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat
3. Suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat selama periode
tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan memengaruhi tingkat diskonto yang
digunakan dalam menghitung niali pakai asset dan menurunkan nilai terpulihkan asset
secara material
4. Jumlah tercatat asset neto entitas melebihi kapasitas pasarnya
3
Informasi dari sumber-sumber internal, antara lain sebagai berikut.
Daftar indikasi penurunan nilai diatas tidak dimaksudkan untuk mencakup seluruh
indikasi. Entitas mungkin mengidentifikasi indikasi-indikasi lainnya bahwa suatu asset mungkin
mengalami penurunan nilai.
Terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai, entitas juga harus melakukan hal
berikut.
1. Menguji penurunan nilai asset takberwujud dengan masa manfaat tidak terbatas atau
asset takberwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan, terlepas apakah
terdapat indikasi penurunan nilai, dengan membandingkan nilai tercatatnya dengan
jumlah terpulihkannya. Pengujian penurunan nilai ini dapat dilakukan kapan saja dalam
suatu periode tahunan asalkan dilakukan pada saat yang sama setiap tahunnya. Asset
takberwujud yang berbeda dapat diuji penurunan nilainya pada waktu yang berbeda.
Namun, untuk asset takberwujud yang baru diakui dalam periode tahunan berjalan, asset
takberwujud tersebut diuji penurunan nilainya sebelum periode tahunan berjalan berakhir.
4
2. Menguji penurunan niali goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis secara
tahunan. Setiap tahun perusahaan harus melakukan pengujian penurunan nilai untuk
goodwill. Apabila terdapat penurunan nilai perusahaan harus mencatat impairment loss on
goodwill.
Namun, perhitungan terperinci terkini atas jumlah terpulihkan asset yang dilakukan
periode terdahulu dapat digunakan dalam menguji penurunan nilai untuk asset tersebut pada
periode berjalan, sepanjang semua kriteria berikut terpenuhi.
1. Jika asset takberwujud tidak menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan secara
berkelanjutan yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari asset-aset atau
kelompok asset.
2. Penghitungan terkini jummlah terpulihkan mengasilkan suatu jumlah yang melebihi
jumlah tercatat asset dengan margin yang substansial
3. Kecil kemungkinan bahwa penentuan jumlah terpulihkan saat ini akan lebih kecil dari
jumlah tercatat asset.
Terlepas kapan Evaluasi atas indikasi penurunan nilai dilakukan, Konsep meterialitas
diterapkan dalam mengidentifikasi apakah jumlah terpulihkan suatu asset perlu diestimasi.
Sebagai contoh, jika penghitungan sebelumnya menunjukkan bahwa jumlah terpulihkan suatu
asset lebih besar secara signifikan dari jumlah tercatatnya, entitas tidak perlu mengestimasi ulang
jumlah terpulihkan asset tersebut jika tidak terdapat peristiwa yang akan menghapus selisih
tersebut.
Selain itu, suatu indikasi yang ada bahwa asset mungkin mengalami penurunan nilai dapat
juga mengindikasikan bahwa sisa manfaat, metode depresiasi (amortisasi) atau nilai residu asset
perlu ditelaah kembali. Apabila terdapat perubahan estimasi sisa manfaat metode depresiasi
(amortisasi) atau nilai residu asset maka suatu entitas harus melakukan perubahan tersebut dengan
sifat perubahannya sebagai perspektif (perubahan yang dilakukan secara ke depan, tanpa
melakukan restatement terhadap laporan keuangan sebelumya).
5
Pengukuran Penurunan Nilai
Setelah suatu entitas mengevaluasi adanya indikasi penurunan nilai, dan ternyata
menemukan adanya indikasi penurunan nilai maka harus dilakukan pengujian atas penurunan nilai.
Pengujan tersebut dilakukan dengan membandingkan antara jumlah tercatat dari asset dengan
jumlah terpulihkannya. Apabila jumlah tercatatnya lebih tinggi dari jumlah terpulihkan, maka
selisih antara keduanya tersebut diakui sebagai rugi penurunan nilai dan nilai tercatat asset
diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan tersebut. Apabila jumlah tercatatnya lebih rendah
dari jumlah terpulihkan, maka tidak terdapat penurunan nilai.
Nilai pakai ini mencerminkan nilai kini dari ekspektasi arus kas yang akan dihasilkan oleh asset
tersebut apabila digunakan dan nilai penjualan dari asset tersebut pada saat akhir masa manfaat
asset.
Sebagai ilustrasi PT Laut Baru pada tanggal 31 Desember 20X5 melakukan pengujian atas
penurunan nilai atas asset perusahaan yaitu bangunan akibat adanya krisis ekonomi yang
menurunkan nilai dari asset perusahaan. Berdasarkan pengujian maka didapat beberapa informasi
sebagai berikut.
6
Bangunan kantor tersebut diperoleh pada 1 januari 20X1 dengan biaya perolehan sebesar
Rp.400.000.000. PT Laut Baru memperkirakan masa manfaat dari bangunan tersebut adalah 20
tahun dan memiliki nilai residu RP.20.000.000. PT Laut Baru menggunakan metode garis lurus
dalam menyusutkan asset tetapnya.
20
Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka dapat dihitung nilai wajar dikurangi biaya penjualan
adalah sebesar Rp.342.000.000 (Rp.350.000.000 – Rp.8.000.000 ) dan nilai pakai Rp.342.000.000.
Jumlah tersebut masih lebih tinggi dari jumlah tercatat asset, sehingga tidak terjadi penurunan
nilai.
Apabila ilustrasi dari PT Laut Baru sama, kecuali bahwa nilai wajar dari asset adalah
sebesar Rp.250.000.000 (dengan biaya menjual yang sama) maka nilai wajar dikurangi biaya
penjualan adalah RP.242.000.000 (Rp.250.000.000 – Rp.8.000.000). Oleh karena itu, jumlah
terpulihkan asset menjadi sebesar nilai pakainya Rp.260.000.000, karena nilai pakai lebih besar
dari nilai wajar dikurangi biaya penjualan. Dalam contoh ini maka terjadi penurunan nilai asset
karena jumlah tercatat asset lebih besar dari jumlah terpulihkan dan perusahaan akan lebih
mengakui kerugian penurunan nilai yang dicatat sebagai berikut.
7
Pengakuan Rugi Penurunan Nilai
Bagi penurunan nilai aset yang tidak di revaluasi diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.
Namun demikian. Kerugian penurunan nilai atas aset revaluasian diakui dalam pendapatan
komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah surplus revaluasi
untuk aset yang sama. Rugi penurunan nilai atas aset revaluasian mengurangi surplus revaluasi
untuk aset tersebut. Ketika jumlah estimasi rugi penurunan nilai lebih besar dari nilai tercatat aset
yang terkait, entitas mengakui liabilitas jika, dan hanya jika, hal ini diisyaratkan oleh standar
akuntansi lainnya. Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan (amortisasi) aset
disesuaikan di masa depan untuk mengalokasikan nilai tercatat aset revisian, setelah dikurangi
nilai sisa (jika ada), secara sistematis selama sisa masa manfaatnya.
Unit Penghasil Kas (UPK) aset adalah kelompok terkecil dari aset yang termasuk aset tersebut
dan menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk dari aset atau kelompok
aset lain. Jika terdapat indikasi bahwa suatu aset turun nilainya, jumlah terpulihkan diestimasi
untuk aset individual. Jika tidak mungkin untuk mengestimasi jumlah terpulihkan aset individual,
entitas menentukan nilai terpulihkan dari UPK yang mana aset tercakup (set dari unit penghasil
kas). Mengidentifikasi UPK memerlukan pertimbangan tersendiri. Jika jumlah terpulihkan tidak
dapat ditentukan untuk aset individual, entitas mengidentifikasi agregasi terendah atas aset yang
menghasilkan arus kas masuk yang berdiri sendiri. UPK diidentifikasi secara konsisten dari
periode ke periode untuk aset atau jenis aset yang sama, kecuali eprubahan dapat di justifikasi.
Berikut merupakan contoh dari UPK. Suatu entitas pertambangan memiliki jalur kereta api
pribadi untuk mendukung aktivitas pertambangannya. Jalur kereta api pribadi dapat dijual hanya
untuk nilai sisanya dan itu tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas
masuk dari aset lain pertambangan itu. Tidak dimungkinkan mengestimasi jumlah terpulihkan dari
jalur kereta pribadi itu karena nilai pakainya tidak dapat ditentukan dan kemungkinan berbeda dari
nilai sisanya. Oleh karena itu, entitas mengestimasi jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas di
mana jalur kereta pribadi tersebut tercakup, yaitu pertambangan itu secara keseluruhan.
Berdasarkan contoh ini maka agegasi teredah dari aset yang menghasilkan arus kas masuk adalah
8
pertambangan tersebut. Oleh karena itu, pertambangan dianggap sebagai suatu UPK yang akan
dievaluasi indikasi penurunan nilainya dalam satu satuan aset yaitu pertambangan.
Jumlah terpulihkan dari suatu aset individual tidak dapat ditentukan jika :
1. Nilai pakai aset tidak dapat diperkirakan mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan
(contoh, apabila arus kas masa depan dari penggunaan aset tidak dapat diperkirakan menjadi
tak berarti)
2. Aset tidak menghasikan arus kas masuk yang independen dari kelompok aset lain.
Entitas menggunakan estimasi terbaik manajemen mengenai harga masa depan yang dapat
dicapai dalam transaksi wajar dalam mengestimasi :
1. Arus kas masuk masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai aset atau nilai pakai
unit penghasil kas
2. Arus kas keluar masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai dari setiap aset atau
unit penghasil kas lan yang dipengaruhi oleh penetapan harga transfer internal.
Seperti halnya penjelasan sebelumnya di mana pengakuan rugi penurunan nilai dilakukan
apabila jumlah tercatat lebih tinggi dari jumlah terpulihkan. Sebagai contoh Water Park
Entertaiment Centre melakukan Leasing tanah kepada pemerintah daerah dan berjanji untuk
melakukan restorasi atas lahan tersebut ketika mengembalikan lahan kepada pemerintah Provisi
atas biaya restorasi tersebut sebesat Rp. 400 Juta. Karena adanya pembukaan taman bermain di
sekitar lokasi, maka Water Park Entertaiment Centre mengalami kerugian sejak 2008, karena itu
Water Park Entertaiment Centre menguji indikasi penurunan nilai. Terdapat penawaran atas
pembelian Water Park Entertaiment Centre pada nilai Rp. 1,8 miliar. (tidak termasuk biaya
restorasi). Jumlah tercatat dari Water Park Entertaiment Centre pada akhir 2007 adalah sebesar
Rp. 2 miliar.
Untuk menentukan apakah perlu diakui kerugian penurunan nilai maka perlu ditentukan nilai
wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai dan dibandingkan dnegan jumlah tercatat.
Berdasarkan informasi di atas maka nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah sebesar Rp. 1,8
miliar dan nilai pakai Water Park Entertaiment Centre adalah Rp. 1,4 miliar (Rp. 1,8 miliar – Rp.
400 juta). Jumlah terpulihkan adalah sebesar Rp. 1,8 miliar dan nilai tersebut masih lebih tinggi
dari jumlah tercatatnya. Oleh karena itu, tidak ada rugi penurunan nilai yang diakui.
9
Goodwill
Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis harus,
sejak tanggal diakuisisi, dialokasikan pada setiap unit penghasil kas pihak pengakuisisi, (atau
kelompok unit penghasil kas) yang diharapkan memberikan manfaat dari sinergi kombinsi,
terlepas dari apakah aset atau liabilitas lain dari pihak yang diakuisisi yang ditetapkan ke unit-unit
atau kelompok unit-unit tersebut. Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk menurunkan jumlah
tercatat dari aset dengan tahapan sebagai berikut :
1. Menurunkan jumlah tercatat dari goodwill yang telah dialokasikan pada UPK.
2. Mengalokasikan pada aset lainnya pada UPK secara prorata dari jumlah tercatat pada masing-
masing aset dalam UPK.
Sebagai ilustrasi, PT Lolipop melakukan pengujian atas penurunan nilai UPK Z dan
memperoleh informasi sebagai berikut.
Jumlah Tercatat
10
Pertama, kerugian penurunan nilai yang diakui adlah terhadap property investasi yang memliki
nilai wajar yang jelas yaitu Rp. 2.000.000.000 sehingga diakui penurunan nilai sebesar Rp.
500.000.000. Jurnal untuk mengakui penurunan nilai adalah sebagai berikut.
Kedua, membandingkan jumlah tercatat dengan jumlah terpulihkan. Nilai tercatat UPK 2
kini adalah Rp 10.870.000.000 (Rp. 11.370.000.000 – Rp. 500.000.000). Nilai tersebut lebih tinggi
dari jumlah terpulhkan, sehingga PT Lolipop akan mengakui kerugian penurunan nilai pada UPK
Z. Sebesar Rp Rp 2.870.000.000 (Rp Rp 10.870.000.000 - Rp 8.000.000.000. Jumlah kerugian
tersebut hanya dialokasikan pada aset tetap dan aset takterwujud karena properti ivestasi telah
diturunkan nilainya menjadi sebesar jumlah terpulihkan dan aset selain aset tetap dan aset terwujud
diluar dari ruang ingkup PSAK 48. Alokasi kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut.
Pertama, dialokasikan terlebih dahulu pada nilai goodwill yaitu sebesar Rp 100.000.000. kedua,
dilakukan pada aset tetap dan aset takterwujud.
11
Alokasi terhadap aset tetap adalah sebagai berikut.
Alokasi Kerugian Nilai pada Aset Tetap
= Rp. 1.122.000.000
= Rp. 748.000.000
Aset Korporat
Aset korporat termasuk aset kelompok atau divisi seperti bangunan pusat atau divisi dari
entitas,EDP, atau pusat penelitian. Karakteristik khusus aset korporat adalah bahawa aset korporat
tidak menghasilkan arus kas masuk secara independen dari aset atau kelompok aset lain dan jumlah
tercatatnya tidak dapat sepenuhnya diatribusikan ke unit penghasil kas yang sedang ditelaah.
Dalam menguji rugi penurunan nilai sesuatu unit penghasilan kas, entitas, mengidentifikasi semua
aset korporat yang terkait dengan unit penghasilan kas yang sedang ditelaaah . jika sebagian dari
jumlah yang tercatat aset korporat, adalah sebagai berikut :
12
1. Dapat dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten terhadap unit tersebut, entitas
membandingkan yang tercatat dari unit (termasuk porsi dari jumlah tercatat aset korporat
yang dialokasikan ke unit tersebut) dengan jumlah terpulihkan. Entitas harus mengakui
setiap rugi penurunan nilai .
2. Tidak dapat dialokasikan pada suatu dasar yang layak dan konsisten ke unit itu, entitas
harus:
a) membandingkan jumlah tercatat unit, diluar aset korporat, dengan jumlah
terpulihkan dan mengakui setiap rugi penurunan nilai
b) mengidentifikasi kelompok dari unit peghasilan kas yang mencangkup unit
penghasil kas yang ditelaah dan sebagian dari jumlah tercatat aset korporet dapat
dialokasikan atas dasat yang layak dan konsisten, dan
c) membandingkan jumlah tercatatdari kelompok unit penghasil kas tersebut
(termasuk bagian dari jumlah tercatat aset korporat yang dialokasian ke kelompok
dari unit tersebut) dengan jumlsh terpulihkan dari kelompok unit itu. Setiap rugi
penurunan nilai diakui.
Entitas menilai pada akhir setiap periode pelaporan apakah terdapat indikasi bahwa rugi
penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk asset (selain goodwill, karena
untuk goodwill tidak di perbolehkan adanya pemulihan rugi penurunan nilai) mungkin tidak ada
lagi atau mungkin telah menurun. Misalkan pada akhir periode 2007 menjadi krisis ekonomi yang
berkepanjangan sehingga menyebabkan perusahaan harus melakukan penurunan nilai atas
asetnya. Namun pada tahun 2009 terjadi perbaikan kondisi perekonomian sehingga terdapat
indikasi kondisi pemulihan penurunan nilai. Jika indikasi di maksud di temukan, entitas
mengestimasi jumlah terpulihkan tersebut. Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi
penurunan nilai yang telah di akui pada periode-periode sebelumnya untuk asset (goodwill)
mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. Entitas mempertimbangkan, minimal,
indikasi sebagai berikut :
1. Nilai wajar asset telah meningkat secara signifikan selama periode tersebut.
13
2. Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah terjadi selama
periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat, dalam hal teknologi, pasar, kondisi
ekonomi maupun legal tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat asset itu di
dedikasikan.
3. Suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang telah turun selama
periode itu, dan penurunan itu sepertinya akan mempengaruhi tingkat diskonto yang di
gunakan dalam menghitung nilai pakai asset sehingga meningkatkan jumlah terpulihkan
secara material.
Rugi penurunan nilai yang telah di akui dalam periode-periode sebelumnya untuk asset selain
goodwill harus di balik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk
menetukan jumlah terpulihkan atas asset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui. Jika
kasusnya seperti ini, jumlah tercatat asset, dinaikkan ke jumlah terpulihkannya. Kenaikan ini
merupakan suatu pembalikkan rugi penurunan niai. Jumlah tercatat asset yang meningkat (selain
goodwill), yang di sebabkan pembalikan rugi penurunan nilai,tidak boleh melebihi jumlah tercatat
(neto setelah amortisasi atau depresiasi) seandaiya asset tidak mengalami rugi penurunan nilai di
tahun-tahun sebelumnya. Pembalikkan rugi penurunan nilai untuk asset (selain goodwill) di akui
segera dalam laba rugi. Setiap pemulihan rugi penurunan nilai revalusian harus di perlakukan
sebagai kenaikan penilaian kembali sesuai dengan PSAK terkait.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penurunan nilai akan membuat aset entitas mencerminkan manfaat ekonomi di masa depan
dan tidak akan dicatat melebihi potensi manfaat ekonomi yang akan diterima entitas di
masa mendatang. Penurunan nilai didasarkan pada konsep konservatif, kehati-hatian dan
relevansi informasi. Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa asset mungkin
mengalami penurunan nilai, entitas harus mempertimbangkan informasi dari sumber
eksternal dan internal. Unit Penghasil Kas (UPK) aset adalah kelompok terkecil dari aset
yang termasuk aset tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus
kas masuk dari aset atau kelompok aset lain.
Daftar Pustaka
Martani, Dwi., Siregar, Sylvia Veronica., Wardhani, Ratna., Farahmita, Aria., Tanujaya,
Edward. 2016. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasisi PSAK Edisi 2 Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat
15