Jamur lendir
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jamur lendir atau Myxomycota adalah sekelompok protista yang berpenampilan mirip jamur
namun berperilaku menyerupai amoeba[1]. Myxomycota berasal dari kata myxo yang artinya
lendir, dan mykes yang artinya cendawan[1].
Ciri umum myxomycota adalah memiliki fase soma berupa plasmodium[1]. Plasmodium yang
mengering membentuk sklerotium[1]. Fase reproduktifnya berupa sporangium yang berisi
miksospora[1]. Dinding sel sporangium disebut peridium[1].
Habitat cendawan ini adalah di tempat yang lembap, kayu busuk, daun mati, dan benda organik
lainnya[2]
Ciri “
Siklus
Plasmodium tumbuh dewasa dan membentuk jaringan agar mendapatkan makanan dan oksigen
lebih banyak.
2) Pada saat kondisi lingkungan kurang menguntungkan (misalnya saat kekeringan), plasmodium
dewasa membentuk sporangium bertangkai (stalk). Plasmodium dewasa memiliki kromosom
diploid (2n).
3) Di dalam sporangium terjadi pembelahan secara meiosis dan menghasilkan spora yang
haploid (n). Spora ini tahan terhadap kekeringan.
4) Bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk sel aktif yang
haploid (n).
5) Sel-sel aktif tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel ameboid
atau sel berflagela.
6) Terjadi singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami menghasilkan zigot
yang berkromosom diploid (2n).
7) Nukieus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai pembelahan
sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n).
1) Pada saat persediaan makanan tidak ada, sel-sel ameboid berkromosom haploid (n)
membentuk agregat.
3) Agregat menetap di suatu tempat untuk membentuk tubuh buah (fruiting body).
4) Beberapa sel mengering membentuk batang penyokong (stalk). Kemudian, sel-sel yang lain
bergerak merayap ke atas sel yang mengering; menjadi kumpulan spora yang haploid (n). Stalk
dengan kumpulan spora tersebut merupakan tubuh buah.
5) Spora bersifat resisten atau tahan terhadap kondisi lingkungan buruk (misalnya, kekeringan).
6) Bila spora jatuh di tempat yang menguntungkan, maka akan tumbuh menjadi sel ameboid
yang haploid (n).
7) Sel ameboid berada dalam tahap makan, hidup soliter, dan bergerak dengan pseudopodia.
8) Bila makanan sudah tidak tersedia, maka sel-sel ameboid mengeluarkan senyawa kimiawi
yang dapat rnerangsang sel ameboid lain untuk bergerak ke arah pusat agregat untuk membentuk
suatu unit.
9) Pada kondisi tertentu, sel ameboid dapat melakukan singami sehingga terbentuk zigot yang
diploid (2n).
10) Zigot yang diploid (2n) akan memakan sel ameboid lain dan tumbuh menjadi sel raksasa
yang dilindungi dinding sel yang resisten. Sel raksasa tersebut kemudian mengalami pembelahan
secara meiosis dan beberapa kali mitosis sehingga menghasilkan sel-sel ameboid yang haploid
(n) di dalamnya.
11) Bila dinding sel raksasa pecah, maka sel ameboid baru yang haploid (n) akan keluar dan
menjadi sel pemakan (misalnya memakan bakteri). Sel-sel ameboid hasil reproduksi generatif
juga dapat membentuk agregat bila di lingkungan tidak tersedia makanan yang memadai.
Ringkasan:
Ciri-ciri Acrasiomycota (jamur lendir seluler) antara lain bersifat heterotrof, memiliki fase soliter
dan agregat, reproduksi vegetatif (membentuk tubuh buah atau fruiting body) dan generatif
(singami sel ameboid)
Oomycetes
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Oomycetes
Oomycetes (dibaca seperti "o-o-mi-sétès"), dikenal juga dengan jamur air, adalah kelompok
protista bersel tunggal yang berfilamen. Anggota-anggotanya secara fisik mirip dengan fungi
(jejamuran), sehingga organisme ini pernah dimasukkan sebagai anggota fungi, bahkan hingga
sekarang kajian biologinya masih dimasukkan ke dalam mikologi (ilmu tentang biologi fungi).
Dalam bahasa Inggris, Oomycetes disebut juga sebagai water moulds ("jamur air") karena
kebiasaannya yang tumbuh dengan baik dalam kondisi kelembaban yang tinggi dan berair.
Ciri-ciri dari Oomycota