Mekanisme Transportasi Sedimentasi
Mekanisme Transportasi Sedimentasi
1.GRAVITASI
Kasus paling sederhana mengenai transportasi sedimen yang tidak signifikan melibatkan media
di sekitarnya adalah jatuhan partikel dari tebing atau lereng akibat gravitasi. Jatuhan batuan (rock
falls) menghasilkan gundukan sedimen di dasar lereng, biasanya secara umum terdiri
dari debris kasar yang kemudian tidak mengalami proses sedimentasi kembali (rework).
Akumulasi ini terlihat sebagai scree (akumulasi debris batuan di dasar tebing, bukit, atau lereng
gunung, sering membentuk timbunan) di sepanjang sisi-sisi lembah di daerah pegunungan.
Akumulasi ini membentuk kerucut talus (talus cone) dengan suatu permukaan pada sudut diam
(angle of rest) kerikil, sudut maksimum dimana material akan tetap stabil dan klastik tidak akan
jatuh menuruni lereng. Sudut ini bervariasi dengan bentuk dan distribusi ukuran butir, tetapi
biasanya antara 30 dan 35 derajat dari bidang horizontal. Endapan scree berada di daerah
pegunungan dan terkadang di sepanjang pantai: endapan ini jarang terawetkan di dalam rekaman
stratigrafi.
Gravitasi merupakan agen utama yang mengakibatkan transportasi pada landslides dan
massflow. Pada pergerakan masa subaeria (falls, slides, slumps, avalanches, mudflows, dan
subaerial debris flows) dan submarine debris flow transportasi terjadi ketika gaya yang menahan
(resisting force) terlampaui. Pada falls, slides, slumps dan avalanches, retakan dihasilkan ketika
batuan kehilangan gaya kohesi antara partikelnya yang kemudian bergerak dan berhenti ketika
energinya habis. Sedimen yang dihasilkan berupa breksi yang terpilah buruk, tidak berlapis.
Pada transportasi ini partikel sediment tertransport langsung oleh pengaruh gravitasi, disini
material akan bergerak lebih dulu baru kemudian medianya. Jadi disini partikel bergerak tanpa
batuan fluida, partikel sedimen akan bergerak karena terjadi perubahan energi potensial gravitasi
menjadi energi kinetik. Yang termasuk dalam sediment gravity flow antara lain adalah debris
flow, grain flow dan arus turbid. Deposisi sediment oleh gravity flow akan menghasilkan produk
yang berbeda dengan deposisi sediment oleh fluida flow karena pada gravity flow transportasi
dan deposisi terjadi dengan cepat sekali akibat pengaruh gravitasi. Batuan sedimen yang
dihasilkan oleh proses ini umumnya akan mempunyai sortasi yang buruk dan memperlihatkan
struktur deformasi.
Pada debris flows, mudflows dan olisostrom seluruh masa diendapkan sekali. Pergerakannya
biasanya berlangsung ketika terdapat air yang mengakibatkan gaya gesek antar partikel mengecil
dan mengakibatkan massa meluncur dan terendapkan dengan tidak beraturan. Produk yang
dihasilkan terpilah buruk, banyak material lumpur dan lapisan biasanya tebal serta massive.
Sedimen yang bergerak karena pengaruh gaya gravitasi ini, ada 4 macam sedimen :
• Debris flows (umumnya mud flows)
• Grain flows
• Fluidized flows
1
• Turbidity Current
- Fluidized flows
Aliran cairan kental terjadi apabila material sedimen lepas mengalir bersama dengan cairan
sebagai suspensi dan membentuk cairan dengan kekentalan tinggi. Cairan ini dapat mengalir
dengan kecepatan tinggi pada kemiringan sekitar 3 derajat.
Ciri sedimennya:
• tebal, non-graded clean sand
• bersortasi jelek
• batas atas dan bawahnya kabur
2
• umumnya terdapat struktur sedimen dish structures, pipes, dan sand volcano.
- Turbidity Current
Turbidity current merupakan arus gravitasi yang meluncur dari suatu lereng di dalam tubuh air
(laut atau danau). Mekanisme terbentuknya ada dua yaitu :
- Arus turbid terbentuk pada tepian kontinen akibat adanya gempa bumi atau badai yang
terjadi pada paparan benua (continental shelves).
- Arus turbid terjadi akibat aliran tetap uniform (steady uniform flow) dari fluida yang
densitasnya besar dan mengalir di bawah fluida yang densitasnya lebih kecil.
2.AIR
Transportasi partikel di dalam air sejauh ini merupakan mekanisme transportasi yang paling
signifikan. Air mengalir di permukaan lahan di dalam channel dan sebagai aliran permukaan
(overland flow). Arus-arus di laut digerakkan oleh angin, tidal dan sirkulasi samudra. Aliran-
aliran ini mungkin cukup kuat untuk membawa material kasar di sepanjang dasarnya dan
material yang lebih halus dalam suspensi. Material dapat terbawa di dalam air sejauh ratusan
atau ribuan kilometer sebelum terendapkan sebagai sedimen. Mekanisme air yang menggerakkan
material ini akan dibahas di bawah.
3.UDARA
Setelah air, udara adalah media transportasi terpenting. Angin berhembus di atas lahan
mengangkat debu dan pasir kemudian membawanya sampai jarak yang jauh. Kapasitas angin
untuk mentransportasikan material dibatasi oleh densitas rendah dari udara. Perbedaan densitas
antara media dan klastik berpengaruh terhadap keefektifan media dalam menggerakkan sedimen.
4.ES
Air dan udara adalah media fluida yang jelas, tapi kita juga dapat mempertimbangkan es sebagai
media fluida karena selama periode yang panjang es bergerak melintasi permukaan lahan,
meskipun sangat lambat. Es adalah fluida berviskositas tinggi yang mampu mentransportasikan
sejumlah besar debris klastik. Pergerakan detritus oleh es penting pada daerah di dalam dan di
sekitar tudung es kutub dan daerah pegunungan dengan gletser semipermanen atau permanen.
Volume material yang digerakkan es sangat besar ketika meluasnya es (glaciation).
3
SEDIMEN PADAT (DENSE SEDIMENT) DAN CAMPURAN AIR (WATER MIXTURES)
Ketika ada sedimen berkonsentrasi tinggi di dalam air, campurannya akan membentuk
aliran debris, yang dapat kita pikirkan seperti campuran larutan air dengan material yang tidak
dapat terlarut (slurry) yang kekentalannya serupa dengan beton basah. Campuran padat ini
digerakkan oleh gravitasi di permukaan lahan maupun di bawah air, perilakunya berbeda bila
dibandingkan dengan sedimen yang tersebar di dalam tubuh air. Campuran yang lebih encer juga
mungkin digerakkan oleh gravitasi di dalam air sebagai arus turbidit. Mekanisme aliran yang
digerakkan gravitasi ini adalah mekanisme penting dalam mentransportasikan material kasar
hingga ke samudra dalam.
4
kinematik fluida) dan ‘karakter panjang atau jarak’ (l, diameter pipa atau kedalaman aliran di
dalam channel terbuka). Persamaan angka Reynold tersebut didefinisikan sebagai berikut :
Re = ul / v
Aliran fluida di dalam pipa dan channel ditemukan laminar ketika angka Reynoldnya rendah
(kurang dari 500) dan turbulen pada nilai yang lebih tinggi (lebih besar dari 2000). Dengan
meningkatnya kecepatan, aliran akan menjadi turbulen dan di dalam fluida terdapat peralihan
dari laminar menuju turbulen. Fluida dengan viskositas kinematik yang rendah, seperti udara,
mengalir turbulen pada kecepatan rendah, jadi semua aliran angin alamiah yang dapat membawa
partikel dalam suspensi adalah aliran turbulen. Air hanya mengalir laminar pada kecepatan yang
rendah atau kedalaman air yang sangat dangkal, jadi aliran turbulen sangat umum pada proses
transportasi dan pengendapan sedimen di air (aqueous). Aliran laminasi terjadi pada beberapa
aliran debris, pergerakan es dan aliran lava, dan semua yang memiliki viskositas kinematik yang
lebih besar dari air.
Hampir semua aliran di dalam air dan udara yang membawa volume sedimen dalam jumlah yang
signifikan adalah aliran turbulen. Perilaku partikel di dalam aliran ini akan dibahas sekarang.
5
1.1.2 Transportasi Partikel di dalam Fluida
Partikel semua ukuran digerakkan di dalam fluida oleh salah satu dari tiga mekanisme (Gambar
1.2). Pertama, partikel dapat bergerak menggelinding (rolling) di dasar aliran udara atau air tanpa
kehilangan kontak dengan permukaan dasar. Kedua, partikel dapat bergerak dalam serangkaian
lompatan, secara periode meninggalkan permukaan dasar dan terbawa dengan jarak yang pendek
di dalam tubuh fluida sebelum kembali ke dasar lagi; ini dikenal sebagai saltasi (saltation).
Terakhir, turbulensi di dalam aliran dapat menghasilkan gerakan yang cukup untuk menjaga
partikel bergerak terus di dalam fluida; dikenal sebagai suspensi (suspension).
Ada sejumlah faktor yang mengontrol gerakan partikel di dalam fluida turbulen. Pertama, karena
kecepatan aliran meningkat, energi kinetik di dalam fluida menjadi lebih besar sehingga
mengangkat partikel dari permukaan dasar dan menggerakkan secara saltasi. Kedua, turbulensi
yang meningkat juga menyediakan gaya yang cukup kuat untuk menjaga partikel tetap
tersuspensi. Ketiga, partikel dengan massa yang lebih besar memerlukan energi lebih untuk
terangkat dan tersaltasi dan menjaga partikel agar tetap tersuspensi. Terakhir, partikel dengan
luas permukaan relatif lebih besar dari massanya (contoh, mineral berbentuk lempengan / ‘platy’
seperti mika) memiliki kecepatan pengendapan yang lebih rendah (perlu waktu lebih lama untuk
tenggelam) dan dapat tetap (permanen atau sementara) tersuspensi dengan lebih mudah.
6
Gambar 1.2 Mekanisme transportasi partikel di dalam aliran: rolling dan saltasi (bedload); dan
suspensi (suspended).
Pada kecepatan arus rendah hanya partikel halus (lempung) dan partikel berdensitas rendah yang
tetap tersuspensi, dengan partikel berukuran pasir bergerak rolling dan beberapa tersaltasi. Pada
tingkat aliran yang lebih tinggi semua lanau dan beberapa pasir dapat tetap tersuspensi, dengan
butiran (granules) dan kerakal halus (fine pebble) tersaltasi dan material lebih kasar
bergerak rolling.
Proses-proses ini secara esensial serupa baik di udara maupun di air, tapi di udara diperlukan
kecepatan yang lebih tinggi untuk menggerakkan partikel tertentu karena densitas dan viskositas
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan air (Tabel 1.1). Konsekuensi dari viskositas udara
yang rendah adalah butiran yang tersaltasi mendaratkan efek bantalan (cushioning effect)
medium fluida yang relatif sedikit, dan butir-butir mempunyai momentum yang cukup untuk
menumbuk butir-butir ke dalam aliran yang mengalir bebas. Efek ini tidak begitu nyata di dalam
air karena gesekan antara butir yang bergerak dan fluida energinya telah habis sebelum
7
mendarat. Zat particulate (substansi yang terdiri dari partikel-partikel yang terpisah) yang
terbawa oleh aliran biasanya diistilahkan bedload (partikel yang rolling dan tersaltasi)
dan suspended load (material dalam suspensi), juga terkadang disebut
sebagai washload (Gambar 1.2).
8
Gambar 1.3 Efek Bernoulli diilustrasikan oleh fluida yang melintasi tabung menyempit.
Hal selanjutnya yang dipertimbangkan adalah menjaga massa dan energi di sepanjang tabung.
Variabel-variabel yang dilibatkan dapat dilihat dalam persamaan Bernoulli:
Energi total = ρgh + (ρu2 / 2) + P
dimana ρ adalah densitas fluida, u adalah kecepatan, g adalah percepatan gravitasi, h perbedaan
ketinggian dan P adalah tekanan. Tiga istilah dalam persamaan ini adalah energi potensial (ρgh),
energi kinetik (ρu2 / 2) dan energi tekanan (P). Persamaan ini dianggap tidak kehilangan energi
karena efek gesekan, jadi dalam kenyataan hubungannya adalah sebagai berikut:
ρgh + (ρu2 / 2) + P + Eloss = konstanta
Energi potensial adalah konstanta karena tidak ada perbedaan ketinggian di antara tempat dimana
fluida bergerak masuk dan keluar. Energi kinetik berubah-ubah sebagaimana kecepatan aliran
meningkat atau menurun. Jika energi total dalam sistem terjaga, pasti ada beberapa perubahan
dalam hal terakhir, energi tekanan. Energi tekanan dapat diartikan sebagai energi yang tersimpan
9
ketika fluida terkompresi: fluida yang terkompresi (seperti dalam tromol gas terkompresi)
memiliki energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terkompresi.
Kembali ke aliran di dalam sisi tabung yang runcing, untuk keseimbangan persamaan Bernoulli,
energi tekanan harus direduksi untuk mengkompensasikan kenaikan energi kinetik akibat
penyempitan aliran di ujung akhir tabung. Artinya bahwa ada reduksi tekanan pada sisi akhir
tabung yang menyempit.
Pindahkan ide ini ke aliran di dalam channel, klastik di dasar channel akan mereduksi
penampang melintang aliran di atasnya. Kecepatan di atas klastik akan lebih besar daripada ke
hulu dan ke hilirnya dan untuk menyeimbangkan persamaan Bernoulli harus ada reduksi tekanan
di atas klastik. Reduksi tekanan ini menyediakan gaya angkat (lift force) temporer yang
menggerakkan klastik di dasar aliran (Middleton & Southard 1978). Selanjutnya klastik
sementara waktu naik ke dalam fluida yang bergerak sebelum jatuh ke dasar channel akibat
gravitasi dalam sebuah peristiwa saltasi (Gambar 1.4).
10
Gambar 1.4 Gaya yang bekerja pada suatu butir di dalam aliran. (menurut Middleton & Southrd
1978; Collinson & Thompson 1982).
Diagram Hjulström (Gambar 1.5) menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran air dan ukuran
butir (Hjulström 1939). Ada dua garis utama pada grafik. Garis yang lebih rendah menunjukkan
hubungan antara kecepatan aliran dan partikel yang siap akan bergerak. Ini menunjukkan bahwa
kerakal akan berhenti di sekitar 20-30 cm/s, butir pasir sedang pada 2-3 cm/s, dan partikel
lempung ketika kecepatan aliran adalah secara efektif nol. Oleh karena itu ukuran butir partikel
di dalam aliran dapat digunakan sebagai petunjuk kecepatan pada waktu pengendapan sedimen
jika terendapkan sebagai partikel-partikel terisolasi. Garis kurva bagian atas menunjukkan
kecepatan aliran yang diperlukan untuk mengerakkan partikel dari kondisi diam. Pada setengah
bagian kanan grafik, garis ini sejajar dengan garis yang pertama tapi untuk ukuran butir tertentu
diperlukan kecepatan yang lebih besar untuk memulai pergerakan daripada untuk menjaga
partikel tetap bergerak. Pada sisi kiri diagram terdapat garis divergen yang tajam: secara intuisi,
partikel lanau yang lebih kecil dan lempung memerlukan kecepatan yang lebih besar untuk
menggerakkannya daripada pasir. Hal ini dapat dijelaskan melalui sifat mineral lempung yang
akan mendominasi fraksi halus dalam sedimen. Mineral lempung bersifat kohesif dan sekali
terendapkan akan cenderung merekat bersama, membuatnya lebih sulit untuk naik ke dalam
aliran daripada butir-butir pasir. Catat bahwa ada dua macam untuk material kohesif. Lumpur
‘tak terkonsolidasi’ (unconsolidated mud) telah terendapkan tapi tetap merekat, material plastis.
Lumpur ‘terkonsolidasi’ (consolidated mud) telah lebih banyak mengeluarkan air darinya dan
bersifat kaku atau keras (rigid). Dalam prakteknya, banyak endapan material lumpuran berada
antara dua macam ini.
11
Gambar 1.5 Diagram Hjulström, menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran dan
transportasi butir-butir lepas. Ketika butir telah terendapkan, diperlukan energi yang lebih tinggi
untuk mulai menggerakkannya daripada menjaganya tetap bergerak ketika telah bergerak. Sifat
kohesif partikel lempung mengartikan bahwa sedimen berbutir halus memerlukan kecepatan
yang lebih tinggi untuk mengerosi kembali sedimen ini ketika sedimen ini terendapkan,
khususnya ketika terkompaksi. (dari Earth, edisi kedua oleh Frank Press dan Raymond Siever.
1974, 1978, dan 1986 oleh W.H. Freeman and Company).
Perilaku partikel halus dalam aliran, sebagaimana yang ditunjukkan oleh diagram Hjulström,
memiliki konsekuensi penting untuk pengendapan dalam lingkungan pengendapan alami.
Lempung dapat tererosi dalam semua kondisi kecuali air yang menggenang, tapi lumpur dapat
terakumulasi dalam semua setting dimana aliran berhenti mengalir dengan waktu yang cukup
untuk partikel lempung terendapkan: aliran yang kembali mengalir tidak akan menaikkan
kembali endapan lempung kecuali kecepatannya relatif tinggi. Perselingan pengendapan lumpur
dan pasir terlihat dalam lingkungan dimana alirannya sebentar-sebentar (intermittent), seperti
setting tidal.
12
1.1.5 Variasi Ukuran Klastik : Graded Bedding
Jika kecepatan berubah selama suatu periode aliran, ukuran klastik yang terendapkan akan
mencerminkan perubahan dalam kekuatan aliran. Aliran yang menurun dari 20 cm/s ke 1 cm/s
akan diawali pengendapan pasir kasar tapi akan secara progresif mengendapkan pasir sedang dan
halus akibat turunnya kecepatan. Lapisan pasir yang terbentuk dari penurunan aliran ini akan
menunjukkan reduksi dalam ukuran butir dari kasar di dasarnya hingga halus di bagian atasnya.
Pola perubahan ukuran klastik dalam suatu lapisan tunggal ini disebut sebagai gradasi normal
(normal grading). Sebaliknya, peningkatan dalam kecepatan aliran seiring waktu mungkin
menghasilkan peningkatan ukuran butir ke arah atas pada suatu lapisan, dikenal sebagai gradasi
terbalik (reverse grading). Normal grading lebih umum karena banyak aliran alami yang dimulai
dengan sentakan yang kuat diikuti oleh penurunan secara gradual kecepatan alirannya. Aliran
yang secara gradual bertambah kecepatannya seiring waktu yang menghasilkan reverse
grading jumlah frekuensinya sedikit. Material yang diendapkan dari air statis juga menampakkan
gradasi, perhitungan hubungan antara ukuran butir dan kecepatan pengendapan dijelaskan
dengan hukum Stoke. Partikel yang lebih besar memiliki kecepatan terminal yang besar dan
terendapkan lebih cepat dari butir-butir yang lebih kecil.
Gradasi dapat terjadi di variasi setting lingkungan yang bermacam-macam: normal
grading adalah karakteristik penting dari banyak endapan arus turbidit tapi mungkin juga hasil
dari badai di paparan kontinen, limpah banjir di lingkungan fluvial dan setting delta top.
Sangat berguna menggambarkan perbedaan antara gradasi yang ada di dalam suatu lapisan
tunggal dan gradasi yang terdapat pada sejumlah lapisan. Suatu pola beberapa lapisan yang
dimulai dengan ukuran klastik kasar di lapisan terendah dan material lebih halus di lapisan yang
tertinggi disebut sebagai menghalus ke atas (fining-upward). Pola yang sebaliknya dengan
lapisan terkasar di atas adalah rangkaian mengasar ke atas (corsening-upward) (Gambar 1.6).
Catat bahwa mungkin ada keadaan dimana lapisan individual yang bergradasi normal tapi di
dalam lapisan rangkaian coarsening-upward. Pengenalan dan interpretasi pola coarsening-
upwarddan fining-upward adalah penting dalam menganalisis lingkungan sedimen.
13
Gambar 1.6 Gradasi normal dan terbalik dalam lapisan tunggal; pola menghalus ke atas dan
mengasar ke atas dalam rangkaian lapisan.
Dalam Gambar III.1 jelas bahwa pengaruh hidrodinamika dapat membentuk dua jenis silang siur
dan dune yang berbeda. Pada kondisi hidrodinamika dimana mulai terbentuk silang siur,
kemudian dune sampai dengan sebagian dari dune dirusak tererosi kembali (lihat Gambar III.1)
disebut rejim alir bawah (lower flow regim). Sedangkan mulai dari sini bila kecepatan aliran
terus bertambah disebut rejim alir atas (upper flow regim).
14
Flow regim
Lower flow regim (F<1):
Menghasilkan struktur sedimen
cross-lamination
cross-bed
Upper flow regim (F>1):
Akan menghasilkan
silang siur
planar-antidune
15
Mekanisme Transportasi
Transportasi sedimen tergantung pada sifat fisik dari media transportasi, sifat material, sifat fisik
dari campuran media transportasi dan material, dan gaya yang menyebabkan transportasi. Dua
sifat yang mempengaruhi media untuk mengangkut partikel sedimen adalah berat jenis dan
kekentalan media. Berat jenis media akan mempengaruhi gerakan media, terutama
cairan.Sedangkan kekentalan akan berpengaruh pada kemampuan media untuk mengalir.
Transport sedimen secara mekanik terbagi menjadi beberapa cara diataranya:
1. Suspended load transport
Mekanisme transport dimana partikel-partikel hasil pemecahan batuan terbawa bersama air
secara keseluruhan.Ukuran partikel yang dibawa bergantung pada kecepatan arus itu
sendiri.Semakin besar arus maka ukuran butir partikel lebih besar. Akan tetapi di alam,
kenyataannya hanya material partikel halus saja yang dapat diangkut suspensi.
Sifat dan struktur sedimen yang dihasilkan pengendapan suspensi ini adalah mengandung
prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak mengambang dalam masa dasar dan
umumnya disertai pemilahan butir yang buruk. Ciri lain dari jenis ini adalah butir sedimen yang
diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran.
16
2. Bed load transport
Merupakan mekanisme transport dimana partikel yang lebih kasar dan padat bergerak sepanjang
dasar perairan baik secara menggelinding, bergeser maupun meloncat-loncat akibat pengaruh
tumbukan diantara partikel dan turbulensi tetapi partikel tersebut selalu kembali ke dasar.
Mekanisme transpor dapat berubah dari suspended load menjadi bed load dan sebaliknya karena
adanya perubahan kecepatan aliran.
Pada mekanisme transport ini dibedakan berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, dibagi
menjadi:
a. Endapan arus pekat
Sistem arus pekat tidak banyak terjadi dikenyataannya. Contohnya saja,gletser, longsoran dan
aliran lahar. Sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi dan suspensi. Sistem
arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara pasir, lanau, dan lempung
dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan perlapisan bersusun. Arus pekat disebabkan
karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini bisa disebabkan karena perlapisan panas,
turbiditi dan perbedaan kadar garam. Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan bergerak
mengalir di bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di dalam cairan
dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam udara dikenal dengan nuees
ardentes atau wedus gembel, suatu endapan gas yang keluar dari gunung api. Struktur sedimen
yang terbentuk yaitu:
Terbentuk struktur atau tekstur yang terpilah buruk
Struktur yang sering didapat adalah floating frame work kerangka mengambang. Sering
didapatkan suatu macam graded bedding atau alignmen bongkah-bongkah dalam satu
garis mungkin karena aliran laminer.
Selley (1988) membuat hubungan antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan,
sebagai berikut (Tabel IV.1).
17
Kenyataan di alam, transport dan pengendapan sedimen tidak hanya dikuasai oleh mekanisme
tertentu saja, misalnya arus traksi saja atau arus pekat saja, tetapi lebih sering merupakan
gabungan berbagai mekanisme. Malahan dalam berbagai hal, merupakan gabungan antara
mekanik dan kimiawi. Beberapa sistem seperti itu adalah:
sistem arus traksi dan suspensi
sistem arus turbit dan pekat
sistem suspensi dan kimiawi.
18
Sedangkan mulai dari sini bila kecepatan aliran terus bertambah disebut rejim alir atas (upper
flow regim).
Lower Flow Regime
Dalam rezim ini gaya dari garvitasi bumi lebih berpengaruh sehingga terbentuk onggokan-
onggokan dan erosi, cara transport diseret dan jatuh bebas kedalam erosi dan sudut kemiringan
dari crosslamiae adalah searah dengan arah arus.dan menghasilkan struktur sedimen:
Cross-lamination
Cross-Bed
19