Icra Pemberian Cairan Dan Obat Iv
Icra Pemberian Cairan Dan Obat Iv
OBAT IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) sangat penting untuk dilaksanakan di rumah
sakit sebagai tempat fasilitas pelayanan kesehatan, disamping sebagai tolak ukur mutu pelayanan
juga untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung dan keluarga serta lingkungan dari resiko
tertular penyakit infeksi karena perawatan, bertugas dan berkunjung ke rumah sakit. Rumah Sakit
sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
diharapkan dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar yang sudah ditentukan.
Pendapat masyarakat jika di Rumah Sakit pasti di lakukan tindakan infuse dan di injeksi
intra vena maka setiap pasien yang melakukan rawat inap pasti akan di lakukan tindakan tersebut
sedangkan tidak semua Rumah Sakit memiliki standart pelaksanaan tindakan yang ketat terhadap
tindakan infuse dan injeksi intra vena dan pasien dan keluarga pun ikut berperan dalam terjadinya
efek samping dari tindakan infuse dan injeksi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyiapkan agar Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. R.A Habibie dengan sumber daya terbatas
dapat menerapkan pencegahan dari efek samping tindakan infuse dan injeksi intravena ,
sehingga dapat melindungi tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat dari efek samping yang
tidak di harapkan
2. Tujuan Khusus :
Membuat standar pelaksanaan Pencegahan dan efek samping dari tindakan infus dan injeksi
intravena bagi pasien di Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. R.A Habibie meliputi :
a. Kegunaan infus
b. Efek samping infus dan obat injeksi intravena
c. Ada atau tidaknya kegawatannya di lakukan tindakan infuse dan injeksi intravena
BAB II
RUANG LINGKUP
Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. R.A
Habibie dalam melaksanakan pemberian infuse dan injeksi intravena pada pelayanan terhadap
pasien yang dilaksanakan tindakan di Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. R.A Habibie.
BAB III
LANDASAN HUKUM
BAB IV
TATALAKSANA
A. Pengertian obat
Obat ialah suatu bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosis. Selain itu, obat juga
berfungsi untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit yang berupa luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan. Obat
juga dapat memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.
B. Konsep dasar pemberian obat.
1. Pengertian dan Jenis-Jenis Pemberian Obat
Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam
takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah
penyakit atau gejala-gejalanya.
a. Jenis –jenis pemberian obat
Adapun Cara pemberian obat didasarkan pada bentuk obat, efek yang diinginkan baik
fisik maupun mental. Diantaranya :
Parenteral
Pemberian obat melalui perenteral merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh.
Pemberian obat parenteral, merupakan pilihan jika pemberian obat dari mulut merupakan
ktrak indikasi.
2. Tujuan Pemberian Obat
a. Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami pasien.
b. Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal
c. Efek samping yang terjadi minimal
d. Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh pasien
3. Komplikasi dan Kesalahan Dalam Pemberian Obat
Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping efek terapeutik obat memiliki
kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti :
a. Paliatif (berefek untuk mengurangi gejala)
b. Kuratif (memiliki efek pengobatan),
c. Suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau respons tubuh), substitutif (berefek
sebagai pengganti),
d. Efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), dan
e. Restorative (berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat).
Efek samping merupakan dampak yang tidak di harapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan
kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit
iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
Alergi kulit : apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada pasien, keluarkan
sebanyak mengkin pengobatan yang telah diberikan, beritau dokter, dan catat dalam
pelaporan.
Resiko kesalahan pengobatan injeksi meningkat secara bermakna dengan semakin tingginya
keparahan sakit pasien, semakin tinggi pelayanan dan semakin banyaknya penyuntikan obat.
Resiko lebih rendah ketika ada sistem pelaporan kejadian kritis dan ketika pengecekan rutin
pada perubahan shift perawat.
C. Konsep dasar pemberian cairan
1. Pengertian Terapi Intravena (Infus)
Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena pasien.
Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrient (biasanya
glukosa), vitamin atau obat. (Wahyuningsih, 2005 : 68)
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010) Memasang
Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam
jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set. Terapi intravena
(IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar,
dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme dan memberikan
medikasi. (Wahyuningsih, 2005 : 68)
2. Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus)
a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral.
b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa
c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
e. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan.
3. Tipe-tipe Cairan Intravena
a. Isotonik
Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotic yang sama dengan ada didalam plasma.
a) NaCl normal 0,9%
b) Ringer Laktat
c) Komponen-komponen darah (albumin 5%, plasma)
d) Dextrose 5% dalam air ( D 5 W )
b. Hipotonik
Suatu larutan yang memiliki osmotic yang lebih kecil dari pada yang ada didalam plasma
darah. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma
dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di Intrasel dan
Ekstrasel, sel-sel tersebut akan membesar atau membengkak
a) Dextrose 2,5% dalam Nacl 0,45%
b) NaCl 0,45%
c) NaCl 0,2%
c. Hipertonik
Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih tinggi dari pada yang ada dalam
plasma darah. Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi larutan plasma dan
mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotic, sel
kemudian akan menyusut
4. Benar Waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan wzktu yzng diprogramkan, karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat
a. Pembarian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
b. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua kali
sehari, tiga kali sehari,empat kali sehari, dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam
plasma tubuh dapat dipertimbangkan
c. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½). Obat yang memiliki waktu
paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek
diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu
d. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau
bersama makanan
e. Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa
lambung bersama-sama dengan makanan
f. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk
memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi
pemeriksaan obat
5. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Pemberian obat sesuai dengan standart prosedur yang berlaku dirumah sakit.
Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengeni obat yang telah diberikan serta respon
klien terhadap pengobatan
6. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien,
keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat
secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang
menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, efek samping dan reaksi yang
merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-
perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit, dan
sebagainya
7. Hak Pasien Untuk Menolak
Pasien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan inform
consent dalam pemberian obat
8. Benar Pengkajian
Perawat selalu memeriksa TTV (Tanda Tanda Vital) sebelum pemberian obat
9. Benar Evaluasi
Perawat selalu melihat/memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya
10. Benar Reaksi Terhadap Makanan
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus diminum
sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi
satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin,dan sebaiknya ada obat yang harus diminum
setelah makan misalnya indometasin
11. Benar Reaksi Obat Dengan Obat Lain
Pada penggunaan obat seperti ini chloramphenicol diberikan dengan omeprazol penggunaan
pada penyakit kronis. Berdasarkan keamanan dan pengamanan obat, obat di kelompokan atas
obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika, dan obat narkotika
E. Logo Obat
1. Logo obat keras
Logo Simbol Obat keras diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah
yang didalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi. Obat keras adalah obat yang
termasuk dalam daftar obat yang hanya boleh disertakan oleh apoteker atau dokter. Apoteker
hanya menyerahkan obat keras tersebut hanya berdasarkan permintaan (resep) dari dokter.
Dan dokter hanya menyerahkan obat tersebut, jika obat tersebut diperoleh dari apotek.
Pengecualian diberlakukan menurut Permenkes, beberapa kelompok obat keras yang dapat
diserahkan oleh Apoteker tanpa resep dokter misalnya obat untuk kontrasepsi oral berupa
hormon, obat saluran cerna seperti papaverin dan diazepam, obat saluran nafas seperti
aminofilin dan salbutamol, dan kelompok lainnya. Obat keras yang memerlukan penawaran
khusus, termasuk dalam kelompok obat “psikotropika”. Obat yang masuk ke dalam
golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara
parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan
merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru
yang berlaku di Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui
keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia. diperlukan informasi lengkap terkait
penggunaan obat ini karena jika tidak digunakan secara tepat dapat menimbulkan efek
samping yang tidak baik bagi tubuh sebaiknya konsultasikan kepada Apoteker jika anda
mendapatkan obat-obat berlabel obat keras dari resep dokter, penggunaan obat yang terpat
akan meningkatkan efektivitas obat terhadap penyakit dan meminimalkan efek sampingnya
2. Logo narkotik
(Opiat=O) adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
kehilangan rasa, rangsangan semangat , halusinasi, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dapat menimbulkan ketergantungan. Peredaran produk jadi obat narkotika dikemas
dalam wadah kemasan yang diberi bulatan berwarna hitam mengelilingi palang merah
dengan dasar putih.
Obat Narkotika bersifat adiksi & penggunaannya diawasi dengan sangat ketat, sehingga obat
golongan narkotika hanya dapat diperoleh di Apotek dengan menggunakan resep dokter
yang asli (bukan coppy resep). Bebeerapa contoh dari obat narkotik diantaranya : Morfin,
Heroin, Coca, Codein, Methadone, Cannabis/marijuana/ganja. Dalam bidang kedokteran,
obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetika/obat
penghilang rasa sakit.
3. Jenis jenis Golongan Obat :
a. ACE inhibitor atau penghambat angiotensin converting enzim (ACE). Penghambat ACE
ini merupakan kelompok obat untuk menurunkan tekanan darah
b. Antasid dan alginates. Antasid digunakan untuk masalah dyspepsia atau maag. Beberapa
jenis antasid bisa dijumpai tanpa membutuhkan resep
c. Antibiotika. Juga dikenal sebagai antibakteri, merupakan jenis obat yang digunakan
untuk masalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri
d. Antidepresan. Sesuai dengan namanya, obat ini untuk mengatasi depresi. Ada beberapa
jenis obat antidepresan. Namun, dua jenis yang sering digunakan, yaitu obat tricyclic
seperti amitriptiline dan imipramine serta selective serotonin re-uptake inhibitors (SSRIs)
seperti fluoxetine
e. Antihistamin. Dikenal sebagai obat untuk alergi, seperti demam dan beberapa jenis batuk
dan pengobatan flu
f. Benzodiazepine. Kelompok obat ini juga dikenal sebagai penenang minor dan sedatif.
Yang banyak dikenal adalah diazepam (dengan nama valium) dan nitrazepam (dengan
nama mogadon).
g. Beta-antagonist. Obat jenis itu misalnya inhaler yang digunakan untuk melegakan
serangan asma, mengandung beta-antagonist.
h. Beta-blocker. Beta-adrenoreceptor sering disebut sebagai beta-blockers, bekerja untuk
jantung dan sistem sirkulasi darah. Fungsinya, mengurangi tekanan darah
i. Calcium-channel blockers. Obat ini digunakan untuk masalah yang berhubungan dengan
jantung dan sistem peredaran darah, termasuk tekanan darah tinggi dan angina.
j. Kontrasepsi oral kombinasi. Merupakan salah satu dari banyak metode pencegahan
kehamilan. Dinamakan demikian karena obat tersebut merupakan kombinasi dari dua
jenis hormon perempuan, yaitu estrogen dan progesterone
k. Obat untuk mata. Beberapa kelompok termasuk dalam obat untuk mata, seperti
glaukoma. Ada lima jenis obat yang digunakan untuk pengobatan glaukoma, yaitu
miotik, simpatomimetik, penghambat beta, penghambat karbonik anhydrase, dan
latanoprost
l. H2 antagonist. Ada beberapa jenis obat untuk mengobati luka lambung dan salah cerna.
Satu yang terpenting adalah obat-obatan dari jenis H2 antagonist
m. Hormone replacement therapy (terapi sulih hormon). Terapi ini direkomendasikan
kepada perempuan saat dan pasca menopause
n. Inhaler steroid. Obat inhaler jenis kortikosteroid atau steroid, digunakan untuk mencedah
terjadinya gejala asma
o. Laksatif. Terdapat beberapa jenis obat laksatif yang bekerja dengan berbagai cara untuk
meredakan atau mencegah terjadinya konstipasi (sembelit), seperti jenis diuretik
p. Nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs) atau obat nonsteroid antiperadangan.
Biasa digunakan untuk mengurangi peradangan dan meredakan nyeri. Yang biasa
digunakan adalah ibuprofen
q. Parasetamol. Merupakan pereda nyeri. Kekuatannya hampir sama, tetapi tidak bekerja
sebagai antiperadangan seperti aspirin
r. Proton pump inhibitor, obat penghambat pompa proton. Merupakan jenis obat yang
digunakan dalam mengobati luka pada lambung dengan menghambat produksi asam
lambung
s. Statin. Merupakan kelompok obat yang digunakan untuk menurunkan kolesterol darah.
t. Steroid topical. Kortikosteroid topical atau dikenal dengan krim steroid, digunakan pada
kulit untuk meredakan eksim dan beberapa gangguan kulit lainnya
2. BIOTRANSFORMASI
Biotransformasi atau metabolisme obat, adalah proses perubahan struktur kimia obat yang
terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim.
Pada proses biotransformasi :
1. Molekul obat diubah menjadi lebih polar sehingga mudah diekskresi melalui ginjal
2. Pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga proses biotransformasi sangat berperan
dalam mengakhiri kerja obat
3. Ada obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif atau lebih toksik
4. Ada obat yang merupakan calon obat ( pro drug ) yang baru aktif setelah mengalami
biotransformasi oleh enzim tertentu menjadi metabolt aktif yang selanjutnya akan
mengalami biotransformasi lebih lanjut atau diekskresi sehingga kerjanya berakhir
3. FARMAKODINAMIK
Cabang ilmu yang mempelajari efek biokimia dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya
disebut farmakodinamik. ( pengaruh obat terhadap organ-organ tubuh ). Mekanisme kerja
obat yaitu :
a. Obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal ( fisiologi ) tubuh
b. Obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah
ada ( ini tidak berlaku bagi terapi gen )
Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk :
a. Meneliti efek utama obat
b. Mengetahui interaksi obat dengan sel
c. Mengetahui respon khas yang terjadi
d. Interaksi Obat Dengan Biopolimer
Pemberian infuse dan injeksi IV di Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. R.A Habibie bahwa
semua pasien masuk Rumah Sakit di lakukan tindakan pemberian infuse dan injeksi IV dan
jika pasien tidak di berikan tindakan tersebut maka pasien akan pulang paksa, jadi
BAB V
PENUTUP
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga panduan ini dapat
diselesaikan. Semoga panduan ini dapat memberikan petunjuk dan arahan bagi seluruh karyawan di
Rumah Sakit dalam melaksanakan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Khusus
Ginjal Ny. RA Habibie. Sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. RA Habibie.