Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh Resorpsi Akar Gigi Sulung terhadap Tumbuh Kembang Gigi

Permanen pada Anak Laki-laki (Kajian Panoramik Anak Usia 7-8 Tahun)

Dellyan Putra Mulia1, Ike Siti Indiarti2, Sarworini Bagio Budiarjo2

1. Program Sarjana, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta, 10430


2. Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta, 10430

E-mail: dellyan.putra@gmail.com

Abstrak
Latar Belakang : Resorpsi akar gigi sulung dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Resorpsi akar
fisiologis terjadi pada gigi sulung yang sehat atau tidak mengalami karies mencapai pulpa, dan resorpsi akar
patologis terjadi pada gigi sulung yang mengalami karies mencapai pulpa. Pengetahuan mengenai pengaruh
resorpsi pada gigi sulung secara fisiologis maupun patologis terhadap tumbuh kembang gigi permanen penting
untuk menentukan rencana perawatan yang tepat. Tujuan :Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
antara resorpsi akar gigi sulung terhadap tumbuh kembang gigi permanen pada anak laki-laki usia 7-8 tahun.
Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain potong lintang. Subjek penelitian
berupa 71 gigi molar satu dan molar dua bawah sulung serta gigi premolar satu dan premolar dua yang dilihat
menggunakan radiografi panoramik anak laki-laki usia 7-8 tahun yang berjumlah 32 lembar. Hasil : Tidak
terdapat pengaruh (p>0.05) antara resorpsi akar gigi sulung terhadap tumbuh kembang gigi permanen pada anak
laki-laki usia 7-8 tahun.

Kata kunci : resorpsi akar gigi sulung, tumbuh kembang gigi permanen, panoramik, anak laki-laki usia 7-8
tahun

The Effect of Primary Root Resorption towards The Development of Permanent


Successor in Boys, A Study of Panoramic Radiograph in Children Aged 7-8 Years Old.

Abstract

Background : Primary root resorption can occur physiologically and pathologically. Physiological root
resorption occurs in healthy primary teeth or in primary teeth with caries, but, without pulp involvement and
pathological root resorption occurs in primary teeth with pulp caries. The knowledge about physiological and
pathological primary root resorption towards the development of permanent successor is important to define the
proper treatment plan. Aim : The aim of this research was to analyze about the effect of primary root resorption
towards the development of permanent successor in boys aged 7-8 years old. Method : The method of this
research was descriptive with cross-sectional design. The subject consisted of 71 mandibular primary molars and
mandibular premolars that was seen using 32 sheets panoramic radiograph in boys aged 7-8 years old. Result :
Result showed that there was no effect (p>0.05) of primary root resorption towards the development of
permanent successor.

Keywords : primary root resorption, the development of permanent successor, panoramic, boys aged 7-8 years
old

Pendahuluan
Resorpsi akar merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada gigi sulung yang
dikarakteristikan dengan adanya aktivitas sel-sel klastik serta hilangnya sementum dan dentin
pada akar gigi sulung.1 Proses resorpsi ini diatur oleh folikel gigi permanen dan retikulum

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


stelata yang terjadi pada gigi sulung yang sehat atau pada gigi sulung yang mengalami karies
tidak mencapai pulpa seperti karies email dan karies dentin.2 Tidak hanya secara fisiologis,
resorpsi akar gigi sulung dapat terjadi secara patologis. Resorpsi akar patologis adalah
resorpsi yang terjadi jika terdapat proses patologis pada jaringan pulpa baik inflamasi maupun
nekrosis.3 Salah satu penyebabnya dapat berupa karies mencapai pulpa.4 Karies gigi masih
menjadi masalah 10 penyakit utama pada anak dan prevalensi karies gigi pada anak usia 5-9
tahun mencapai 21,6%.5,6 Karies pada gigi sulung lebih progresif karena email dan dentin
pada gigi sulung lebih tipis jika dibandingkan dengan email dan dentin pada gigi permanen
sehingga infeksi lebih cepat menyebar ke jaringan pulpa yang akan memicu proses inflamasi
dan resorpsi akar patologis.4,7
Penelitian memperlihatkan bahwa resorpsi akar gigi sulung patologis berkaitan dengan
jenis kelamin, usia, dan karies mencapai pulpa. Prevalensi resorpsi akar gigi sulung patologis
berdasarkan jenis kelamin mencapai 16,2% dan presentase lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan. Berdasarkan usia, prevalensi mencapai 19,4% pada usia 3-7 tahun dan 13,7%
pada usia 8-12 tahun. Karies mencapai pulpa memperlihatkan kemungkinan terbesar
terjadinya resorpsi akar gigi sulung patologis.4 Dalam menilai tingkatan resorpsi akar gigi
sulung, dapat digunakan teknik Moorrees, Fanning dan Hunt, serta panjang akar anatomis
secara radiografis.14,15
Tumbuh kembang gigi permanen terdiri dari beberapa tahap dan dipengaruhi berbagai
faktor. Faktor yang mempengaruhi antara lain Ras, Genetik, Hormonal, Nutrisi serta faktor
lokal seperti, karies mencapai pulpa.8 Untuk menilai tahapan tumbuh kembang gigi permanen
dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain, Moorrees, Anderson, Schour dan
Massler, Nolla, Garn serta Demirjian.12
Alat diagnostik yang digunakan untuk keadaan gigi geligi pada periode gigi bercampur
atau pada masa transisi dari gigi sulung menjadi gigi permanen dapat menggunakan radiografi
panoramik.9,10 Keuntungan menggunakan radiografi panoramik antara lain dapat melihat gigi
geligi, jaringan pendukung dan struktur tulang rahang secara luas, dosis radiasi yang minimal,
dapat digunakan pada pasien yang tidak dapat membuka mulut dan pembuatannya mudah.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh resorpsi akar gigi
sulung terhadap tumbuh kembang gigi permanen. Peneliti menggunakan teknik Demirjian
untuk menilai tumbuh kembang gigi permanen. Sedangkan untuk menilai resorpsi akar gigi
sulung, peneliti menggunakan teknik panjang akar anatomis yang dibagi menjadi 1/3 apikal,
1/3 tengah dan 1/3 servikal.15

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh antara resorpsi akar gigi sulung terhadap tumbuh kembang
gigi permanen?

Tinjauan Pustaka
Resorpsi akar merupakan suatu peristiwa fisiologis yang terjadi pada gigi sulung.
Proses resorpsi akar gigi sulung diregulasi dan diinisiasi oleh retikulum stellata dan folikel
gigi permanen. Resorpsi akar diregulasi oleh sistem reseptor ligan yang dikenal dengan
RANK/RANKL (Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B/RANK Ligand) yang
menstimulasi formasi osteoklas dan odontoklas serta OPG (Osteoprotegerin) yang
menghambat formasi osteoklas dan odontoklas.2,13 Proses resorpsi akar gigi sulung terjadi
segera setelah pembentukan akar selesai.18
Resorpsi akar patologis dapat disebabkan oleh infeksi pada jaringan pulpa. Beberapa
faktor yang mempengaruhi resorpsi akar patologis antara lain, usia, jenis kelamin, gigi sulung
yang dirawat pulpotomi, pulpektomi dan karies mencapai pulpa. Proses inflamasi kronis pada
pulpa merupakan faktor etiologi yang paling signifikan dalam proses terjadinya resorpsi akar
patologis.1 Resorpsi akar patologis dapat berupa resorpsi eksternal dan internal. Pada keadaan
pulpa terinflamasi tetapi masih vital, odontoblas dan resorpsi akar internal tetap ada dengan
hilangnya sebagian lapisan odontoblas.16,3
Ketika jaringan pulpa mengalami nekrosis, jaringan periapikal secara langsung akan
terpengaruh oleh produk yang dihasilkan dari infeksi dan nekrosis pulpa sehingga terjadi
resorpsi akar eksternal. Gigi yang mengalami karies mencapai pulpa memperlihatkan pola
resorpsi patologis, reservoar bagi bakteri yang menginisiasi proses inflamasi, dan dapat
menyebabkan kehilangan gigi sulung prematur.16,3
Moorrees, Fanning dan Hunt (1963) mengklasifikasikan resorpsi akar gigi sulung ke
dalam 5 tahap, yaitu: resorpsi inisial, resorpsi 1/4 akar, 1/2 akar, 3/4 akar dan resorpsi
selesai.16 Penilaian tingkat resorpsi gigi sulung lebih banyak menggunakan radiografi
panoramik karena lebih mudah dibuat jika dibandingkan dengan radiografi intra-oral pada
anak-anak, dosis radiasi lebih kecil untuk gambaran radiografi satu mulut, dan memberikan
distorsi minimal pada regio mandibula. Walaupun terdapat perbesaran ukuran sebesar 3-10%
pada sisi kiri mandibula, hal ini bukanlah masalah serius karena penilaian lebih ditekankan
kepada kriteria tingkatan resorpsi ketimbang panjang akar absolut.21,22

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


Penilaian tingkat resorpsi akar juga dapat dilakukan dengan klasifikasi sesuai dengan
panjang akar anatomis yaitu: 1/3 apikal, 1/3 tengah dan 1/3 servikal dengan menggunakan
radiograf panoramik.10,21,24
Pembentukan benih gigi sulung dimulai pada minggu ketujuh hingga minggu
kesepuluh intra-uterin. Mahkota selesai terbentuk pada bulan keempat hingga bulan keenam
intra-uterin dan akar selesai terbentuk pada usia 1,5-3 tahun, sedangkan pembentukan benih
gigi permanen dimulai pada usia 3,5-9 bulan intra-uterin. Pembentukan mahkota selesai pada
usia 2,5-8 tahun dan akar selesai terbentuk pada usia 9-14 tahun.18
Terdapat 3 fase tumbuh kembang gigi yaitu: pra-erupsi, erupsi dan fungsional. Tahap
Pre-Erupsi merupakan Tahapan mahkota gigi telah terbentuk dan akar gigi mulai terbentuk.
Tahap pra-erupsi terdiri dari tahap inisiasi (Bud Stage). Tahap selanjutnya adalah tahap
proliferasi (Cap Stage). Proliferasi berlanjut hingga menghasilkan penonjolan kuncup yang
berasal dari proliferasi sel-sel epitel dan mesoderm membentuk cap-like appearance sebagai
calon benih gigi. Tahap selanjutnya adalah tahap histodiferensiasi (Bell Stage). Ditandai
dengan perubahan sel-sel pembentuk benih gigi karena sel-sel tersebut memiliki kekhususan
masing-masing. Tahapan terakhir adalah aposisi dan kalsifikasi. Pada tahap ini, sel-sel
berkemampuan untuk deposisi matriks ekstrasel pada email, dentin dan sementum serta
merupakan tahapan deposisi garam-garam mineral pada email dan dentin. Dimulai dari
puncak cusp pada gigi posterior dan tepi insisal pada gigi anterior.9,20
Tahap Erupsi merupakan tahap dimana pembentukan akar mencapai 1/2-2/3 bagian
hingga gigi mulai menembus gingiva.20 Pergerakan gigi saat erupsi merupakan proses multi
faktorial yang dipengaruhi oleh remodeling tulang, folikel gigi permanen dan tarikan ligamen
periodontal. 9 Selanjutnya adalah tahap fungsional ketika adanya pergerakan gigi secara cepat
setelah gigi menembus gingiva hingga mencapai bidang oklusal.
Erupsi gigi permanen membutuhkan adanya folikel gigi, resorpsi tulang alveolar
sebagai jalur untuk erupsi dan formasi tulang alveolar dibawahnya. Agar gigi permanen dapat
erupsi, harus ada resorpsi dari tulang alveolar di atas mahkota gigi permanen agar terdapat
jalur erupsi untuk gigi permanen dan harus ada proses biologis yang membuat gigi permanen
dapat bergerak pada jalur erupsinya. Proses biologis yang terjadi saat erupsi gigi permanen
adalah osteoklastogenesis dan osteogenesis.33 Erupsi gigi adalah proses fisiologis yang
kompleks dan memakan waktu yang lama. Proses erupsi gigi hingga perkembangan oklusi
memakan waktu sekitar 13-15 tahun (mengeksklusikan gigi molar ketiga). Gigi premolar
erupsi pada kisaran usia 9,5-11,5 tahun. Pada usia 9,5 tahun, gigi premolar satu atas mulai

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


erupsi, dilanjutkan dengan gigi premolar bawah pada usia 10 tahun. Usia 11-11,5 tahun
merupakan waktu untuk gigi premolar dua atas, gigi premolar dua bawah untuk erupsi.25
Karies mencapai pulpa pada gigi sulung dapat menyebabkan berbagai kondisi yang
terjadi pada benih gigi permanen. Kondisi yang pertama adalah defek pada email gigi
permanen. Jika inflamasi akibat karies mencapai pulpa pada gigi sulung terjadi pada tahap
cap atau bell pada tumbuh kembang gigi permanen, akan terjadi perubahan serius pada
morfologi koronal dan radikular. Kondisi hipoplasia email akan terjadi jika inflamasi
berlangsung pada saat tahap aposisi email. Tetapi jika inflamasi akibat karies mencapai pulpa
pada gigi sulung terjadi pada tahap kalsifikasi gigi permanen, kondisi yang terjadi adalah
perubahan pada jaringan mikrostruktur yang menyebabkan opasitas email, tetapi, tidak
menyebabkan perubahan morfologi.23
Pada tahun 1973, Demirjian memperkenalkan cara penilaian usia dentalis berdasarkan
tumbuh kembang gigi permanen menggunakan radiografi panoramik pada 1446 anak laki-laki
dan 1482 anak perempuan. Klasifikasi ini sudah digunakan luas di berbagai populasi.27
Karena seluruh peneliti ini menggunakan indikator tumbuh kembang berdasarkan maturitas
gigi permanen dan bukan panjang absolut dari gigi permanen itu sendiri, Demirjian membuat
indikator lebih sederhana berupa delapan tahapan tumbuh kembang dari A hingga H pada gigi
geligi permanen mandibula yang dapat digunakan pada anak usia 2-20 tahun.22 Kedelapan
tahap itu antara lain: 11,22
A. Pada gigi akar tunggal maupun akar ganda, awal kalsifikasi mulai terlihat pada
bagian superior tulang rahang yang berbentuk corong. Belum ada fusi pada
tahapan ini.
B. Fusi dari titik yang terkalsifikasi membentuk satu atau beberapa cusp yang
menyatu dan membentuk garis besar permukaan oklusal.
C. a. Pembentukan email sudah selesai pada bagian mahkota. Perluasan ke arah servikal
mulai terlihat.
b. Awal dari deposisi dentin mulai terlihat.
c. Gambaran kamar pulpa berbentuk lengkungan mulai terlihat.
D. a. Pembentukan mahkota selesai hingga cemento-enamel junction.
b. Batas superior dari kamar pulpa mulai terlihat jelas, berbentuk cembung ke arah
servikal. Proyeksi kamar pulpa berbentuk seperti payung. Pada gigi molar kamar pulpa
berbentuk trapesium.
c. Awal dari pembentukan akar mulai terlihat.
E. Gigi akar tunggal:

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


a. Dinding kamar pulpa membentuk garis lurus, kontinuitasnya rusak akibat
kemunculan tanduk pulpa yang lebih besar dari sebelumnya
b. Mahkota gigi lebih panjang daripada akar gigi.
Molar:
a. Pembentukan awal dari bifurkasi akar mulai terlihat.
b. Mahkota gigi lebih panjang daripada akar gigi.
F. Gigi akar tunggal:
a. Dinding kamar pulpa membentuk segitiga sama kaki, ujung apeks berbentuk corong.
b. Panjang akar lebih panjang atau sama dengan tinggi mahkota.
Molar:
a. Bifurkasi berkembang lebih jauh dan ujung akar berbentuk corong.
b. Panjang akar lebih panjang atau sama dengan tinggi mahkota.
G. Dinding saluran akar mulai sejajar dan ujung apikal sedikit terbuka.
H. Ujung apikal telah tertutup dan membran periodontal selesai terbentuk.

Hipotesis
Terdapat pengaruh antara resorpsi akar gigi sulung terhadap tumbuh kembang gigi permanen.

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif potong lintang
(cross-sectional) dengan pendekatan dokumentasi. Variabel bebas penelitian ini adalah
resorpsi akar gigi sulung. Variabel terikat penelitian yaitu tumbuh kembang gigi permanen.
Penelitian menggunakan radiografi panoramik pasien anak laki-laki usia 7-8 tahun pada
Tahun 2010 - 2012 dari Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Gigi yang digunakan sebagai sampel adalah gigi
molar satu dan molar dua bawah sulung serta benih gigi premolar satu dan premolar dua
bawah. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Kriteria inklusi sampel penelitian adalah radiografi panoramik anak laki-laki usia 7-8
tahun, memiliki kualitas baik dan dapat diinterpretasi secara radiologi. Penelitian dilakukan di
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Jakarta pada Bulan April - Juli 2013.
Cara kerja penelitian dimulai dengan mereproduksi radiografi panoramik yang telah
dikumpulkan menggunakan kamera digital dengan bantuan viewer. Radiografi panoramik

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


digital yang telah direproduksi diberi titik merah pada ujung apikal akar gigi molar satu dan
molar dua bawah sulung dan ujung apikal benih gigi premolar satu dan premolar dua sebagai
panduan menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS3. Penentuan derajat resorpsi akar gigi
molar satu dan molar dua bawah sulung diukur sesuai dengan panjang akar anatomis yang
paling mendekati servikal. Tumbuh kembang benih gigi premolar satu dan premolar dua
diukur menggunakan Teknik Demirjian.
Analisis data dilakukan menggunakan software SPSS Statistics 20.0. Uji Chi-Square
dapat digunakan untuk menguji perbedaan antara variabel independen terhadap variabel
dependen yang berskala ordinal. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% sehingga
hasil dikatakan terdapat perbedaan bermakna jika p≤0.05.

Hasil Penelitian
Distribusi dan frekuensi data radiografi panoramik berdasarkan usia disajikan pada
Tabel 1.1 sebagai berikut.

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Data Radiografi Panoramik Berdasarkan Usia

Usia n %
7 17 53.13
8 15 46.87
Total 32 100

Tabel 1.1 menunjukkan distribusi frekuensi data radiografi panoramik anak laki-laki
usia 7-8 tahun. Jumlah total radiografi panoramik 32 lembar, terdiri dari 17 (53.13%)
radiografi panoramik anak usia 7 tahun dan 15 (46.87%) radiografi panoramik anak usia 8
tahun.
Perbedaan Gigi Molar Satu dan Molar Dua Bawah Sulung pada Keadaan Resorpsi
Akar Fisiologis dan Patologis disajikan pada Tabel 1.2 sebagai berikut.

Tabel 1.2 Perbedaan Gigi Molar Satu dan Molar Dua Bawah Sulung pada Keadaan Resorpsi Akar
Fisiologis dan Patologis

Gigi Molar Resorpsi Akar


Bawah
Sulung Fisiologis Patologis n % p
dm1 17 17 34 47.88
dm2 20 17 37 52.12 0.732
Total 34 37 71 100

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


Pada Tabel 1.2 tampak perbedaan gigi molar satu dan molar dua bawah sulung sulung
pada keadaan resorpsi akar fisiologis dan patologis. Melalui uji statistik dengan Uji Chi-
Square, didapatkan nilai p>0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan gigi molar satu
dan molar dua bawah sulung pada keadaan resorpsi akar fisiologis dan patologis berbeda
tidak bermakna. Karena hasil menunjukan perbedaan yang tidak bermakna, pada perhitungan
selanjutnya molar satu dan molar dua bawah sulung tidak dibedakan.
Perbedaan Gigi Premolar Satu dan Premolar Dua pada Tumbuh Kembang Klasifikasi
Demirjian Tahap D dan E disajikan pada Tabel 1.3 sebagai berikut.

Tabel 1.3 Perbedaan Gigi Premolar Satu dan Premolar Dua pada Tumbuh Kembang Klasifikasi
Demirjian Tahap D dan E

Gigi Klasifikasi
Premolar D E n % p
P1 14 20 34 47.88
P2 29 8 37 52.12 0.013
Total 43 28 71 100

Pada Tabel 1.3 tampak perbedaan gigi premolar satu dan molar dua pada tumbuh
kembang klasifikasi Demirjian tahap D dan E. Melalui uji statistik dengan Uji Chi-Square,
didapatkan nilai p<0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan gigi premolar satu dan
molar dua pada tumbuh kembang klasifikasi Demirjian tahap D dan E berbeda bermakna.
Karena hasil menunjukan perbedaan yang bermakna, pada perhitungan selanjutnya premolar
satu dan premolar dua dibedakan.
Perbedaan usia terhadap tumbuh kembang gigi premolar satu dan premolar dua
klasifikasi Demirjian tahap D dan E disajikan dalam Tabel 1.4 dan Tabel 1.5 sebagai berikut.

Tabel 1.4 Perbedaan Usia terhadap Tumbuh Kembang Gigi Premolar Satu Klasifikasi Demirjian
Tahap D dan E

Klasifikasi
Usia
D E n % p
7 Tahun 10 11 21 61.76
8 Tahun 3 10 13 38.24 0.276
Total 13 21 34 100

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


Tabel 1.5 Perbedaan Usia terhadap Tumbuh Kembang Gigi Premolar Dua Klasifikasi Demirjian
Tahap D dan E

Klasifikasi
Usia
D E n % p
7 Tahun 17 2 19 56.34
8 Tahun 13 5 18 43.66 0.232
Total 30 7 37 100

Pada Tabel 1.4 dan 1.5 tampak perbedaan usia terhadap tumbuh kembang gigi
premolar satu dan premolar dua klasifikasi Demirjian tahap D dan E. Melalui uji statistik
dengan Uji Chi-Square, didapatkan nilai p>0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
perbedaan usia terhadap tumbuh kembang gigi premolar satu dan premolar dua klasifikasi
Demirjian tahap D dan E berbeda tidak bermakna. Karena hasil menunjukan perbedaan yang
tidak bermakna, perhitungan perbedaan tingkat resorpsi akar gigi molar bawah sulung
terhadap tumbuh kembang gigi premolar satu klasifikasi Demirjian tahap D dan E tidak
dibedakan menurut usia.
Perbedaan tingkat resorpsi akar gigi molar bawah sulung terhadap tumbuh kembang
gigi premolar satu dan premolar dua klasifikasi Demirjian tahap D dan E disajikan pada Tabel
1.6 dan Tabel 1.7 sebagai berikut.

Tabel 1.6 Perbedaan Tingkat Resorpsi Akar Gigi Molar Bawah Sulung terhadap Tumbuh Kembang Gigi
Premolar Satu Klasifikasi Demirjian Tahap D dan E

Resorpsi Klasifikasi
Akar D E n % p
1/3 Servikal 5 4 9 26.76
1/3 Tengah 7 9 16 40.84
0.144
1/3 Apikal 1 8 9 32.4
Total 13 21 34 100

Tabel 1.7 Perbedaan Tingkat Resorpsi Akar Gigi Molar Bawah Sulung terhadap Tumbuh Kembang Gigi
Premolar Dua Klasifikasi Demirjian Tahap D dan E

Resorpsi Klasifikasi
Akar D E n % p
1/3 Servikal 6 4 10 26.76 0.158

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


1/3 Tengah 12 1 13 40.84
1/3 Apikal 12 2 14 32.4
Total 30 7 37 100

Pada Tabel 1.6 dan 1.7 tampak perbedaan tingkat resorpsi akar gigi molar bawah
sulung terhadap tumbuh kembang gigi premolar satu dan premolar dua klasifikasi Demirjian
tahap D dan E. Melalui uji statistik dengan Uji Chi-Square, didapatkan nilai p>0.05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat resorpsi akar gigi molar bawah sulung terhadap
tumbuh kembang gigi premolar satu dan premolar dua klasifikasi Demirjian tahap D dan E
berbeda tidak bermakna. Karena hasil menunjukan perbedaan yang tidak bermakna,
perhitungan resorpsi akar gigi sulung fisiologis dan patologis terhadap tumbuh kembang gigi
premolar satu dan premolar dua klasifikasi Demirjian tahap D dan E tidak dibedakan menurut
tingkat resorpsi.
Pengaruh resorpsi akar molar bawah sulung fisiologis dan patologis terhadap tumbuh
kembang gigi premolar satu dan premolar dua klasifikasi Demirjian tahap D dan E disajikan
pada Tabel 1.8 dan Tabel 1.9 sebagai berikut.
Tabel 1.8 Pengaruh Resorpsi Akar Molar Bawah Sulung Fisiologis dan Patologis terhadap Tumbuh
Kembang Gigi Premolar Satu Klasifikasi Demirjian Tahap D dan E

Resorpsi Klasifikasi
Akar D E n % p
Fisiologis 5 13 18 52.11
Patologis 8 8 16 47.89 0.183
Total 13 21 34 100

Tabel 1.9 Pengaruh Resorpsi Akar Molar Bawah Sulung Fisiologis dan Patologis terhadap Tumbuh
Kembang Gigi Premolar Dua Klasifikasi Demirjian Tahap D dan E

Resorpsi Klasifikasi
Akar D E n % p
Fisiologis 15 4 19 52.11
Patologis 15 3 18 47.89 1.00
Total 30 7 37 100

Pada Tabel 1.8 dan 1.9 tampak pengaruh resorpsi akar gigi molar bawah sulung
fisiologis dan patologis terhadap tumbuh kembang gigi premolar satu dan premolar dua
klasifikasi Demirjian tahap D dan E. Melalui uji statistik dengan Uji Chi-Square, didapatkan

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


nilai p>0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh resorpsi akar gigi molar bawah
sulung fisiologis dan patologis terhadap tumbuh kembang gigi premolar satu dan premolar
dua klasifikasi Demirjian tahap D dan E tidak bermakna.

Pembahasan
Pada penelitian ini usia 7-8 tahun dipilih karena merupakan kelompok usia dimana
tahap tumbuh kembang gigi geligi memasuki tahapan late primary dentition dimana gigi
geligi insisif sulung telah eksfoliasi dan gigi geligi permanen mulai erupsi.17 Usia 7-8 tahun
juga merupakan kelompok usia dengan prevalensi karies gigi tertinggi sebesar 21,6%.2 Data
memperlihatkan terdapat perbedaan kecepatan tumbuh kembang gigi pada anak laki-laki dan
perempuan, pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki digunakan sebagai parameter dalam
penelitian.26
Gigi molar bawah sulung dipilih sebagai parameter dalam penelitian ini karena
keempat gigi molar bawah sulung merupakan gigi yang memiliki insidensi tertinggi terkena
karies gigi dibandingkan dengan elemen gigi sulung yang lain.19 Gigi molar bawah sulung
dikelompokkan menjadi gigi yang sehat atau gigi yang mengalami karies tidak mencapai
pulpa seperti karies email atau karies dentin dan gigi yang mengalami karies mencapai pulpa.
Keadaan ini dikarenakan gigi yang sehat atau yang mengalami karies tidak mencapai pulpa
memperlihatkan proses resorpsi akar fisiologis sedangkan gigi yang mengalami karies
mencapai pulpa memperlihatkan proses resorpsi akar patologis.4 Pertimbangan penggunaan
gigi molar bawah juga dikarenakan kejelasan dan kemudahan dalam menginterpretasi tahapan
tumbuh kembang dan tingkat resorpsi akar gigi mandibula pada radiografi panoramik.
Pada penelitian ini, penilaian mengenai tingkat resorpsi akar gigi molar bawah sulung
dinilai menurut pembagian panjang akar anatomis dan dinilai hingga sejauh mana proses
resorpsi akar telah terjadi. Hal ini dikarenakan akar gigi dibagi menjadi tiga bagian secara
horizontal yaitu, sepertiga servikal, sepertiga tengah dan sepertiga apikal serta penilaian
dengan metode ini lazim dipakai dalam menginterpretasi radiografi.3,15,24.
Subjek penelitian dengan usia 7-8 tahun menjadi pertimbangan dalam pemilihan
elemen gigi yang akan dilakukan penilaian tahap tumbuh kembang. Elemen gigi yang dipilih
bukan gigi yang selesai tumbuh kembangnya pada usia tersebut, namun yang selesai tumbuh
kembangnya diatas rentang usia tersebut, yaitu gigi premolar satu dan premolar dua rahang
bawah. Premolar satu dan premolar dua juga merupakan gigi permanen pengganti gigi molar
sulung. Penelitian ini secara khusus meneliti tahap tumbuh kembang gigi premolar satu dan
premolar dua rahang bawah. Awal pembentukan jaringan keras gigi premolar satu bawah

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


dimulai pada usia 1,5-2 tahun dan premolar dua bawah dimulai pada usia 2-3 tahun, erupsi
keduanya pada usia 10-11,5 tahun dan pembentukan akar keduanya selesai pada usia 12-13
tahun.3 Dengan rentang tumbuh kembang tersebut, diharapkan pada subjek usia 7-8 tahun
akan terlihat variasi tumbuh kembang gigi premolar antara gigi molar bawah sulung yang
tidak mengalami karies mencapai pulpa dan gigi molar bawah sulung yang mengalami karies
mencapai pulpa.
Penilaian mengenai tumbuh kembang gigi permanen terdiri dari beberapa klasifikasi.
Pada penelitian ini, tahap tumbuh kembang gigi permanen dinilai menurut klasifikasi
Demirjian, dikarenakan klasifikasi tersebut menilai tumbuh kembang gigi berdasarkan proses
maturitas gigi daripada proses erupsi gigi dan bukan panjang absolut dari gigi permanen itu
sendiri. Klasifikasi ini membuat indikator berupa delapan tahapan tumbuh kembang dari
tahap A hingga tahap H pada gigi permanen mandibula dengan menggunakan radiografi
panoramik. Maturitas gigi dimulai dari tahap pembentukan, kalsifikasi hingga mencapai
penutupan ujung akar. Metode ini dapat digunakan pada anak-anak usia 2-20 tahun11,22.
Hasil dari penelitian ini, seperti yang terlihat pada tabel 1.2, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara gigi molar satu dan molar dua bawah sulung yang mengalami resorpsi
akar patologis dan fisiologis. Keadaan ini bertentangan dengan penelitian yang menyebutkan
bahwa resorpsi patologis dapat terjadi lebih cepat akibat kerusakan tulang disekitar akar. 16,3
Pada perhitungan selanjutnya molar satu dan molar dua bawah sulung tidak dibedakan.
Sedangkan pada tabel 1.3, terdapat perbedaan yang signifikan antara gigi premolar satu dan
premolar dua pada tumbuh kembang klasifikasi Demirjian tahap D dan E, sehingga
perhitungan statistik selanjutnya akan dibedakan berdasarkan gigi premolar satu dan premolar
dua. Tahap tumbuh kembang gigi premolar satu lebih cepat dari premolar dua sehingga
keadaan ini menjelaskan mengapa hasil menunjukkan perbedaan yang signifikan.28
Pada Tabel 1.4 dan 1.5, menunjukkan bahwa perbedaan usia 7 tahun dan 8 tahun
terhadap tumbuh kembang gigi premolar satu dan dua klasifikasi Demirjian tahap D dan E
berbeda tidak bermakna. Keadaan ini menandakan bahwa terdapat variasi tahapan tumbuh
kembang benih gigi premolar pada usia 7-8 tahun. Menurut penelitian Liversidge, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara usia kronologis dengan tingkat tumbuh kembang
gigi permanen.29 Pada penelitian juga ditemukan berbagai variasi tahap tumbuh kembang
benih gigi pada usia yang sama.
Tabel 1.6 dan 1.7 menunjukkan perbedaan tingkat resorpsi akar gigi sulung terhadap
tumbuh kembang benih gigi premolar satu dan dua klasifikasi Demirjian tahap D dan E
berbeda tidak bermakna. Hasil menandakan bahwa perbedaan tingkat resorpsi akar gigi

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


sulung 1/3 apikal, 1/3 tengah dan 1/3 servikal terhadap tumbuh kembang gigi permanen tidak
terdapat pengaruh yang signifikan. Keadaan ini diperkuat dengan penelitian bahwa tingkat
resorpsi akar gigi sulung tidak mempengaruhi tumbuh kembang gigi permanen tetapi hanya
mempengaruhi kecepatan erupsi.4 Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang pernah
dilakukan mengenai perbedaan tingkat resorpsi akar gigi sulung terhadap tingkat
pembentukan akar gigi permanen yang menunjukan hasil perbedaan yang tidak signifikan.16
Tabel 1.8 dan 1.9 menunjukkan pengaruh gigi yang mengalami resorpsi fisiologis dan
gigi yang mengalami resorpsi patologis terhadap tumbuh kembang benih gigi premolar satu
dan dua klasifikasi Demirjian tahap D dan E tidak bermakna. Hasil dari penelitian ini
menandakan bahwa pengaruh gigi sulung yang tidak mengalami karies mencapai pulpa dan
yang mengalami karies mencapai pulpa terhadap tumbuh kembang benih gigi permanen tidak
signifikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, karies mencapai pulpa pada
gigi sulung dapat menyebabkan berbagai kondisi yang terjadi pada benih gigi permanen.
Kondisi yang pertama adalah defek pada email gigi permanen. Jika inflamasi akibat karies
mencapai pulpa pada gigi sulung terjadi pada tahap cap atau bell pada tumbuh kembang gigi
permanen, akan terjadi perubahan serius pada morfologi koronal dan radikular. Kondisi
hipoplasia email akan terjadi jika inflamasi berlangsung pada saat tahap aposisi email. Tetapi
jika inflamasi akibat karies mencapai pulpa pada gigi sulung terjadi pada tahap kalsifikasi gigi
permanen, kondisi yang terjadi adalah perubahan pada jaringan mikrostruktur yang
menyebabkan opasitas email, tetapi, tidak menyebabkan perubahan morfologi. Kondisi ini
terjadi ketika mahkota gigi permanen belum terbentuk. Jika mahkota gigi permanen telah
terbentuk, tidak ada perubahan signifikan yang terjadi pada benih giginya. Klasifikasi
Demirjian tahap D dan E adalah tahap dimana mahkota gigi permanen telah selesai terbentuk
sehingga hal ini tidak berpengaruh bagi tumbuh kembang gigi permanen.23
Kecepatan erupsi juga dapat berubah akibat adanya karies mencapai pulpa. Resorpsi
yang terjadi akibat karies mencapai pulpa menyebabkan kerusakan tulang sehingga resorpsi
yang terjadi menjadi lebih cepat.16,3 Percepatan erupsi terjadi jika adanya kerusakan tulang
alveolar yang ekstensif akibat inflamasi kronis yang berasal dari gigi sulung. Keterlambatan
erupsi dapat terjadi karena adanya pembentukan jaringan parut yang membentuk penghalang
mekanis bagi gigi permanen untuk erupsi. Erupsi pada gigi permanen terjadi pada klasifikasi
Demirjian tahap F dan G sehingga hal ini tidak berpengaruh pada tahap D dan E.23

Kesimpulan

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara resorpsi akar
gigi sulung terhadap tumbuh kembang gigi permanen. Perbedaan usia 7-8 tahun terhadap
tumbuh kembang gigi premolar satu dan premolar dua klasifikasi Demirjian tahap D dan E
berbeda tidak bermakna (p>0.05). Perbedaan tingkat resorpsi akar gigi molar bawah sulung
terhadap tumbuh kembang gigi premolar satu dan premolar dua klasifikasi Demirjian tahap D
dan E berbeda tidak bermakna (p>0.05). Pengaruh resorpsi akar fisiologis dan patologis
terhadap tumbuh kembang gigi premolar satu dan premolar dua klasifikasi Demirjian tahap D
dan E tidak bermakna (p>0.05).

Saran
1. Menuliskan nama, jenis kelamin, usia dan diagnosis sementara pada radiografi
panoramik sehingga dapat memudahkan dalam penyusunan data.
2. Menggunakan radiografi panoramik digital sehingga dapat lebih mudah dalam
menginterpretasi.

Daftar Referensi

1. Santos, Bruno Oliveira de Aguiar, et. al. Root resorption after dental traumas: classification
and clinical, radiographic and histologic aspects. RSBO. 2011 Oct-Dec;8(4):439-445.
2. Harokopakis-Hajishengallis, Evlambia. Physiologic root resorption in primary teeth:
molecular and histological events. Journal of Oral Science. 2007;49(1):1-12.
3. Bolan, Michele, de Carvalo Rocha, Maria Jose. Histopathologic study of physiological and
pathological resorption in human primary teeth. Federa University of Santa Catarina.
2007;104(5):680-685.
4. Vieira-Andrade, Raquel Goncalves, Drumond, Clarissa Lopes, Alves, Laura Pereira
Azevedo, Marques, Leandro Silva. et. al. Inflammatory Root Resorption in Primary
Molars: Prevalence and Associated Factors. Braz Oral Rez. 2012 Jul-Aug;26(4):335-40.
5. Sufiati, Irna, Dewi, Tenny Setiani, Aripin, Dudi. Prevalensi Karies dan Indeks d e f pada
Murid-Murid Kelas I, II, III Sekolah Dasar yang Berada Di Sekitar Klinik Kerja
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Unpad. Jurnal Sosiohumaniora. 2002 Jul;4(2):134-
140.
6. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; Desember 2008. 130.

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


7. Sabel, Nina. Enamel of Primary Teeth-Morphological and Chemical Aspects. Swedish
Dental Journal Supplement. 2012;222:1-88.
8. Premkumar, Sidhar. Textbook of Craniofacial Growth. New Delhi: Jaypee Brothes Medical
Publishers (P) Ltd., 2011. 119-122.
9. McDonald, Ralph E., Avery David R., Dean Jeffrey A. Dentistry for The Child and
Adolescent. 8th ed. Missouri: Mosby, 2004. 52-53, 65.
10. White, Stuart C., Pharoah, Michael J. Oral Radiology: Principles and Interpretations.
5th ed. Missouri: Mosby, 2004. 191-208.
11. Harris, Edward F. (Ed). Dental Anthropology. Dental Anthropology Association.
2011;24(2-3):33-63.
12. Willems, Guy. A Review of The Most Commonly Used Dental Age Estimation
Techniques. The Journal of Forensic Odonto-Stomatology. 2001 Jun;19(1):9-17.
13. Chaillet, N., Willems, G., Demirjian, A. Dental Maturity in Belgian Children Using
Demirjian’s Method and Polynomial Functions: New Standard Curves for Forensic and
Clinical Use. The Journal of Forensic Odonto-Stomatology. 2004 Dec;22(2):18-27.
14. Moorrees, Coenraad F.A, Fanning, Elizabeth A., Hunt, Edward E. Formation and
Resorption of Three Deciduos Teeth in Children. American Journal of Physical
Anthropology. 1963;21(2):205-213.
15. Ash, Major M., Nelson, Stanley J. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology and
Occlusion. 9th ed. Missouri: Saunders, 2009. 42-44.
16. Haralabakis, Nikos S., Yiagtzis, Spiros, Toutontzakis, Nikos M. Premature or Delayed
Exfoliation of Deciduous Teeth and Root Resorption and Formation. The Angle
Orthodontist. 1994 Jan;64(2):151-157.
17. Alm, Anita. On Dental Caries and Caries-Related Factors in Children and Teenagers.
Gothenburg: University of Gothenburg, 2008. 8.
18. Brauer, John C., Highley, LB., Lindahl, Roy., Massler, Maury., Schour, Isaac.
Dentistry For Children. 4th Ed. McGraw Hill Book Company. New York. 1959. 63, 72.
19. Brodeur, Jean-Marc, Galarneau, Chantal. The High Incidence of Early Childhood
Caries in Kindergarten-age Children. Journal de I’Ordre des dentistes du Quebec. 2006
Apr:3-5.
20. Hayati, Retno, Budiardjo, Sarworini Bagio, Indiarti, Ike Siti, Rizal, M Fahlevi.
Penuntun Kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Anak I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia, 2004. 5-9.

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013


21. Harris, Edward F. (Ed). Dental Anthropology. Dental Anthropology Association.
2010;23(2):61-65.
22. Demirjian, A., Goldstein, H., Tanner J.M. A New System of Dental Age Assessment.
Human Biology. 1973 May;45(2):211-227.
23. Cordeiro, Mabel Mariela Rodriguez, Rocha, Maria Jose de Carvalho. The Effects of
Periradicular Inflammation and Infection on a Primary Tooth and Permanent Successor.
The Journal of Clinical Pediatric Dentistry 2005;29(3):193-200.
24. Harshanur, Itjingningsih Wangidjaja. Anatomi Gigi. Ed. Lilian Yuwono. Jakarta:
EGC, 1991. 37-38.
25. Ion-Vitor, Feraru, Raducanu, A.M, Feraru, S.E, Herteliu, C. Sequence and Chronology
of The Eruption of The Permanent Canines and Premolars in Romanian Children.
Romanian Journal of Oral Rehabilitation. 2011 Jul;3(3):37-44.
26. Almonaitene, Ruta, Balciuniene, Irena, Tutkuviene, Janina. Factors Influencing
Permanent Teeth Eruption: Part One-General Factors. Baltic Dental and Maxillofacial
Journal. 2010;12:67-72.
27. Bagherian, Ali, Sadeghi, Mostafa. Assessment of dental maturity of children aged 3.5
to 13.5 years using the Demirjian method in an Iranian population. Journal of Oral Science.
2011;53(1):37-42.
28. Hussin, A.S, Mokhtar, N., Naing, L., Taylor, J.A., et. al. The timing and sequence of
emergence of permanent teeth in Malay schoolchildren in Kota Bharu, Malaysia. Archives
of Orofacial Science. 2007;2:36-40.
29. Liversidge, H.M., Chaillet, N., Monstad, H., Nystrom, M., et. al. Timing of
Demirjian’s Tooth Formation Stages. Annals of Human Biology. 2006;33(4):454-470.

Pengaruh resorpsi..., Dellyan Putra Mulia, FKG UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai