Anda di halaman 1dari 2

Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu (Parrot,1970):

1. Membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi

bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau ion

pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs kehadiran kelebihan

pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang

lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah

fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah

penggabungan tetesan yang mendekat.

2. Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofolik membentuk lapisan

multimolekuler disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid hidrofilik

diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan tegangan

permukaan. Keefektivitasnya tergantung pada kemampuan membentuk lapisan kuat,

lapisan multimolekuler yang koheren.

3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan pembiasan ganda

yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat optis yang sesuai

dengan kristal mengarahkan kepada penandaan ‘Kristal Cair”. Jika lebih banyak

dikenal melalui struktur spesialnya mesifase yang khas, yang banyak dibentuk dalam

ketergantungannya dari struktur kimia tensid/air, suhu dan seni dan cara penyiapan

emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda dapat karena pengaruh terhadap

distribusi fase emulsi.

4. Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri dari dua cairan

tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai globula-globula

terhadap yang lain. Walaupun umumnya kita berpikir bahwa emulsi merupakan bahan

cair, emulsi dapat dapat digunakan untuk pemakaian dalam dan luar serta dapat

digunakan untuk sejumlah kepentingan yang berbeda.


Parrot, Eugene L. 1971. “Pharmaceutical Technology”. Burgess Publishing

Company : Lowa

Mekanisme kerja emulgator koloid hidrofil

Emulgator koloid hidrofil: membentuk lapisan film multilayer pada antar muka globul dan
dapat meningkatkan viskositas. Contoh koloid hidrofil: gelatin, agar-agar, tragakan,
karagenan, gom arab, dan Na-alginat. Koloid hidrofil harus dikembangkan terlebih dahulu.
Lapisan film multilayer terbentuk karena adanya air sehingga terbentukcrosslink/struktur 3
dimensi di sekitar globul karena adanya ikatan hidrogen sehingga dapat menjerat air. Selulosa
jika digunakan sebagai koloid hidrofil, hati-hati terhadap valensi tinggi karena dapat merusak
lapisan multilayer sehingga terbentuk koalescen. Koalescen adalah ukuran lapisannya
berkurang karena emulgatornya berkurang.

Mekanisme kerja emulgator partikel halus

Emulgator partikel halus: membentuk lapisan monolayer pada antar muka globul karena
kemampuan partikel halus teradsorpsi pada permukaan. Kekuatan stabilisator pada emulgator
partikel halus sangat lemah, tergantung dari keruahan minyak. Tidak terbentuk lapisan
multilayer dikarenakan partikel halus teradsorpsi pada permukaan globul. Contoh yang sering
digunakan adalah veegum, bentonit, dan PGA. Veegum dan bentonit harus ditambahkan
dengan air panas lalu dikocok dengan blender dengan kecepatan tinggi agar partikel dapat
dipecah sehingga air bisa berpenetrasi ke dalamnya. PGAdikembangkannya tidak boleh
dengan di blender karena nanti polimernya akan terpecah-pecah. Apabila terpecah makan
akan tidak dapat membentuk crosslink antar polimer tersebut.

Anda mungkin juga menyukai