Studi Kasus Audit Internal Sukabumi 2018
Studi Kasus Audit Internal Sukabumi 2018
Pada tanggal 7 s/d 12 Mei 2018 tim audit internal melakukan audit pelayanan
laboratorium. Kriteria yang digunakan adalah standar akreditasi Bab 8.1. Dari
wawancara dan observasi di laboratorium, ditemukan hasil sebagai berikut:
jenis-jenis pelayanan lab yang disediakan belum ditetapkan, pemeriksaan lab
dilakukan oleh tenaga analis yang berjumlah 3 orang. Prosedur pemeriksaan lab
tidak lengkap tersedia di laboratorium, petugas melakukan pemeriksaan sesuai
dengan yang mereka ketahui. Dijumpai reagen yang kadaluwarsa yaitu reagen
yang digunakan untuk pemeriksaan BTA. Reagen diletakkan di lantai ruang
laboratorium. Rentang nilai hasil laboratorium belum ditetapkan, ukuran kinerja
pelayanan laboratorium belum ditetapkan. Tidak dapat ditemukan bukti
pelaksanaan kalibrasi maupun validasi instrument. Spesimen yang diambil dari
pasien tidak diberi identitas yang jelas. Dalam rencana audit yang disusun, juga
digunakan target jumlah pemeriksaan laboratorium, yaitu 20 % dari jumlah
pasien rawat jalan. Data pasien rawat jalan pada bulan Februari 2018, Maret
2018, dan April 2018 adalah sebagai berikut: 2500, 2300, dan 2450, sedangkan
data pemeriksaan laboratorium bulan Februari, Maret, dan April 2018 adalah
sebagai berikut: 450 pasien, 460 pasien, dan 350 pasien. Ketika dilakukan
wawancara, mengapai target tidak tercapai, ternyata ada keengganan dokter
untuk meminta pemeriksaan laboratorium karena pasien banyak, dan hasil
laboratorium tidak cepat diperoleh, dan sering kali permintaan tidak bisa
dilayani karena reagen tidak tersedia, sehingga pemeriksaan dirujuk ke
laboratorium yang bekerjasama dengan puskesmas dan membutuhkan waktu
yang lebih lama. Dari data pemeriksaan yang dirujuk, ternyata pemeriksaan yang
dirujuk antara 50 sampai dengan 75 jenis pemeriksaan. Auditor juga melakukan
audit terhadap proses pelayanan laboratorium dengan menggunakan daftar tilik
yang disusun berdasar SOP pemeriksaan laboratorim. Dari hasil pengamatan
terhadap 12 pasien didapatkan hasil sebagai berikut: 4 pasien tidak dilakukan
identifikasi dengan cara yang benar, pada waktu melakukan pengambilan sampel
darah pada 12 pasien tersebut, petugas menggunakan sarung tangan, tetapi
diamati pada 3 pemeriksaan petugas tidak mengganti sarung tangan untuk
pasien berikutnya. Ketika dilakukan wawancara mengapa identifikasi tidak
dilakukan dengan benar,, petugas menjawab mereka kurang paham tentang
prosedur identifikasi pasien,. Petugas laboratorium juga menyampaikan bahwa
jumlah sarung tangan terbatas, dan sering tidak tersedia.