Anda di halaman 1dari 40

MENINGKATKAN KOMPETENSI TENAGA

ADMINISTRASI SEKOLAH (TAS) DALAM


MENGELOLA ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN
MELALUI PERAN KEPALA SEKOLAH
SEBAGAI MANAJER

Disusun sebagai laporan akhir kegiatan On The Job


Learning pada Pendidikan dan Pelatihan Calon
Kepala Sekolah
Periode : 15 September s/d 15 November 2011

Nama : Drs. H. SYARIFUDDIN, M. Pd.


Unit Kerja : SMP NEGERI 1 BINAMU
NIP : 19690101 199412 1 007

PILOTING PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA


SEKOLAH
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN JENEPONTO
PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2011
Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta


alam dan segala isinya, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Shalawat dan taslim senantiasa tercurah atas junjungan
Nabiyyullah Muhammad SAW. Berkat curahan rahmat dan kasih
sayang Allah SWT jualah, sehingga laporan akhir kegiatan On The
Job Learning (OJL) pada Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala
Sekolah yang berjudul “Meningkatkan Kompetensi Tenaga
Administrasi Sekolah (TAS) Dalam Mengelola Administrasi
Kepegawaian Melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer” ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan ini,
merupakan suatu pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga
bagi penulis. Walau diakui terasa sangat melelahkan, namun berkat
bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, khususnya
Bapak dan Ibu pendamping Diklat, Alhamdulillah akhirnya laporan
kegiatan OJL ini selesai juga. Oleh karena itu, penulis merasa
berkewajiban untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada Dr. Andi Muliati, MM., Ir. A. Makmur, M. Sc., Ph. D., Drs. Yuli
Cahyono, M. Pd., dan Drs. Ahkam Zubair, M. Pd. atas bimbingan
dan arahannya.
Demikian pula ucapan terima kasih yang tak terhingga
penulis haturkan kepada Drs. H. Mukhtar Nonci, S. Sos., M. Pd.
selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Jeneponto yang telah banyak membantu sejak awal seleksi sampai
pelaksanaan diklat selesai. Ucapan terima kasih juga penulis
haturkan kepada Dra. Hj. Rahmawati, M.Si. selaku Kepala Bidang
ketenagaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Jeneponto yang menjadi penanggungjawab pelaksanaan diklat
calon kepala sekolah yang telah banyak membantu sejak seleksi
sampai pelaksanaan diklat selesai.

ii
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada
Ferawati Azis, SS., M. Pd. selaku Kepala Seksi Diklat Bidang
Ketenagaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Jeneponto yang menjadi ketua pelaksana diklat. Beliau telah
banyak membantu dan melayani peserta diklat sejak awal seleksi
sampai kegiatan diklat calon kepala sekolah selesai dilaksanakan.
Ucapan terima kasih terkhusus penulis sampaikan kepada
Drs. Syahrir Saini sebagai Kepala SMP Negeri 1 Binamu dan H.
Saripuddin D., S. Pd., SE., MM. Sebagai Kepala SMP Negeri Khusus
Jeneponto yang telah banyak membantu, memberikan masukan
dan bimbingan selama pelaksanaan magang pada kegiatan OJL.
Teristimewa, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada
adinda Rahmawati Sainong, S. Pd. sebagai guru yunior SMPN 1
Binamu yang bersedia diobservasi pada kegiatan supervisi
akademik peserta diklat calon kepala sekolah.
Tak terlupakan, ucapan terima kasih penulis sampaikan pula
kepada guru-guru dan pegawai SMPN 1 Binamu dan SMPN Khusus
Jeneponto yang telah banyak membantu memberikan data dan
informasi kepada penulis dalam melakukan kajian-kajian dan
pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan calon kepala sekolah.
Terakhir, ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada semua teman peserta diklat calon kepala
sekolah kabupaten Jeneponto tahun 2011 atas kerja sama yang
terbangun selama ini mulai dari awal seleksi sampai kegiatan OJL
berakhir.
Kiranya laporan kegiatan OJL ini dapat bermanfaat, dan
semoga segala bantuan, pengorbanan dan dorongan yang
diberikan oleh berbagai pihak, mendapat ganjaran dan pahala dari
Allah SWT, Amin.

Penulis,

iii
Daftar Isi

Halaman

Halaman Judul ............................................................................. i


Kata Pengantar ............................................................................ ii
Daftar Lampiran............................................................................ v
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................3
C. Kompetensi Sasaran ......................................................... 3
BAB II. KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG .................................. 4
A. Profil SMPN 1 Binamu........................................................ 4
B. Profil SMPN Khusus Jeneponto.......................................... 10
C. Permasalahan yang di Temukan di Lapangan................... 16
BAB III. RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN ................................... 17
A. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi
Sekolah (TAS) dalam Mengelola Administrasi
Kepegawaian melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai
Manajer............................................................................
17
B. Implementasi Program..........................................
21
C. Peningkatan Kompetensi Hasil AKPK di SMP Negeri
Khusus Jeneponto ...........................................................
25
D. Kajian Hasil On The Job Learning (OJL) ................
27
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 30
A. Kesimpulan ........................................................................ 30
B. Saran - Saran .................................................................... 30

iv
Daftar Lampiran

Nomor Halaman

1. Rencana Tindak Kepemimpinan ......................................... 32


2. Instrumen Indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian ................................................. 36
3. Instrumen Monitoring dan Evaluasi 1 Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian................................. 38
4. Instrumen Monitoring dan Evaluasi 2 Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian ................................ 40
5. Analisis hasil indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian ................................................. 42
6. Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi 1 Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian................................. 50
7. Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi 2 Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian ................................ 58
8. Analisis hasil indentifikasi Kompetensi TAS Mengelola
Administrasi Kepegawaian Sekolah Magang lain ............... 66
9. Analisis hasil Monitoring dan Evaluasi Kompetensi TAS
Mengelola Administrasi Kepegawaian Sekolah Magang lain
........................................................................................72
10. Daftar Hadir Pembimbingan TAS Mengelola Administrasi
Kepegawaian ..................................................................... 78
11. Foto-foto Kegiatan Pembimbingan TAS Mengelola Administrasi
Kepegawaian ..................................................................... 81
12. Laporan Pelaksanaan Supervisi Akademik/Observasi Guru
Yunior
13. Laporan Hasil Kajian RKS-RKJM
14. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Kurikulum
15. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
16. Laporan Hasil Kajian Sarana dan Prasarana Sekolah
17. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Peserta Didik
18. Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Keuangan
19. Laporan Hasil Kajian Pembinaan TAS
20. Laporan Hasil Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran
21. Laporan Hasil Kajian Monitoring dan Evaluasi Program
22. Hasil Penyusunan Silabus, RPP dan Bahan Ajar
23. Dafar Hadir dalam Kegiatan On The Job Learning (OJL)
24. Foto-foto Kegiatan di Sekolah Magang

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai tempat pelaksanaan proses belajar mengajar
perlu dikelola secara baik dan benar. Keberhasilan suatu sekolah
mencapai tujuan yang diharapkan sangat tergantung kepada
bagaimana model pengelolaan terhadap segala sumber daya yang
dimiliki sekolah tersebut. Sumber daya sekolah yang memadai
bukan jaminan akan mewujudkan harapan-harapan warga sekolah
yang telah dirumuskan menjadi tujuan sekolah tersebut jika kepala
sekolah sebagai pimpinan tidak mampu melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya dengan baik.
Kepala sekolah adalah guru yang diserahi tugas tambahan
untuk memimpin dan mengelola sekolah dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai seorang guru, kepala
sekolah sejatinya adalah juga pendidik yang harus mampu
membina guru-guru disekolahnya menjadi guru kreatif dan selalu
melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan adanya tugas
tambahan tersebut, kepala sekolah tidak hanya dituntut untuk
membina guru saja, tetapi lebih dari itu, juga dituntut untuk
membina dan mengelola seluruh komponen sekolah lainnya seperti
tenaga adminstrasi sekolah, tenaga perpustakaan, tenaga
laboratorium dan lain sebagainya. Tuntutan-tuntutan ini adalah
merupakan tugas-tugas yang baru bagi seorang guru yang diserahi
tugas tambahan kepala sekolah. Disisi lain, tujuan utama sekolah
berupa peningkatan mutu pendidikan hanya dapat diraih jika
seluruh komponen sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing melalui pembinaan dan pengelolaan
seorang kepala sekolah yang profesional.
Karena begitu banyaknya tugas-tugas baru seorang kepala
sekolah maka untuk menjadi seorang kepala sekolah yang
profesional tentu tidaklah mudah. Diperlukan waktu yang cukup

1
untuk belajar bagaimana melaksanakan tugas-tugas yang baru
tersebut. Pelatihan, pembimbingan dan pembinaan bagi calon
kepala sekolah merupakan upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh
pihak terkait dalam rangka melahirkan pemimpin sekolah yang
berkualitas yang diharapkan mampu untuk memimpin dan
mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Peraturan menteri pendidikan nasional (permendikas)
Republik Indonesia nomor 28 tahun 2010 tentang penugasan guru
sebagai kepala sekolah memberikan angin segar bagi peningkatan
profesionalisme seorang kepala sekolah ataupun calon kepala
sekolah.
Dalam permendiknas tersebut dijelaskan bahwa seorang guru
yang telah dinyatakan lulus seleksi calon kepala sekolah diharuskan
mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan pemberian
pengalaman pembelajaran teoretik maupun praktik yang bertujuan
untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Berdasarkan permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang
standar kompetensi kepala sekolah menetapkan dimensi
kompetensi manajerial kepala sekolah merupakan dimensi
kompetensi yang menuntut 16 kompetensi. Jumlah kompetensi ini
merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan kompetensi
pada dimensi kompetensi kepribadian, kewirausahaan, supervisi
dan sosial. Tingkat kemampuan kepala sekolah dalam
mengarahkan, memberdayakan, menggerakkan, dan
mengembangakan sumber daya sekolah dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sangat bergantung
kepada kompetensi manajerial seorang kepala sekolah.
SMPN 1 Binamu sebagai sekolah tempat mengajar penulis
misalnya, memiliki 20 tenaga kependidikan yang berfungsi sebagai
tenaga administrasi sekolah merupakan SDM yang cukup untuk

2
terlibat dalam usaha meningkatkan pelayanan pendidikan menuju
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Namun kenyataannya,
SDM yang demikian besar seakan tidur tanpa memperlihatkan
prestasi kerjanya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama
mengabdi di SMPN 1 Binamu, menemukan beberapa tenaga
administrasi sekolah hanya datang kemudian pulang tanpa berbuat
sesuatu. Sebahagian lagi malas masuk kantor dengan alasan tidak
ada yang mereka bisa kerjakan.
Pendidikan dan pelatihan yang dijalani calon kepala sekolah
dalam kegiatan tatap muka (in servis-1) dalam kurun waktu 70 jam
merupakan modal awal untuk menjalani praktek lapangan on the
job learning (OJL) selama kurang lebih 3 bulan. Kegiatan OJL
penting bagi peserta diklat untuk mempraktekkan kompetensi yang
telah dipelajari selama kegiatan tatap muka. Dalam OJL
dipraktekkan bagaimana mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah,
RKAS/RKJM, pengelolaan keuangan, produksi dan jasa, pembinaan
tenaga administrasi sekolah, pengelolaan peserta didik, sarana dan
prasarana, pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan,
pemanfaatan TIK, monitoring dan evaluasi serta program supervisi
akademik.
Sehubungan dengan hasil penilaian analisis kebutuhan
pengembangan keprofesian (AKPK) penulis sebagai peserta diklat
calon kepala sekolah yang menemukan kelemahan terbanyak pada
dimensi manajerial, maka penulis akan mengangkat tema tulisan
yang terkait dengan dimensi manajerial kepala sekolah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka penulis mengangkat tema tulisan dengan judul
“Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS)
dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian melalui Peran Kepala
Sekolah Sebagai Manajer”

B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tema yang diangkat
dalam tulisan ini adalah:

3
1. Untuk mengetahui tingkat kompetensi tenaga administrasi
sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian,
2. Untuk meningkatkan kompetensi tenaga administrasi sekolah
(PAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian.

C. Kompetensi Sasaran
Berdasarkan hasil analisis AKPK penulis yang menyimpulkan
kelemahan terbesar pada dimensi kompetensi manajerial, maka
sasaran yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah pengembangan
dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah melalui pembinaan
tenaga administrasi sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi
kepegawaian.
BAB II
KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG

A. Profil SMPN 1 Binamu


SMPN Binamu berlokasi di jalan Lanto Daeng Pasewang no.
32 Bontosunggu kelurahan Empoang kecamatan Binamu yang
diapit oleh dua perkantoran pemerintah yaitu kantor Bupati
Jeneponto dan kantor KPU. Sekolah ini dibangun pada tahun 1960
di atas lahan seluas 8065 m2 dan mulai beroperasi tahun 1961
dengan nama SMP 1 Jeneponto. Sekolah ini merupakan sekolah
tertua di kabupaten Jeneponto untuk sekolah tingkat menengah
pertama dan sudah banyak mencetak alumni-alumni yang
menduduki jabatan-jabatan penting, baik di pemerintahan, legislatif
ataupun diperusahaan-perusahaan swasta.
Tahun pelajaran 2011/2012 ini SMPN 1 Binamu membina
sebanyak 1043 siswa yang terbagi ke dalam 30 rombongan belajar
dengan masing-masing 10 rombongan belajar pertingkatan kelas.
Setiap ruang kelas menampung rata-rata sebanyak 36 siswa.
SMPN 1 Binamu kini memiliki guru sebagai tenaga pendidik
dan tenaga administrasi sekolah yang cukup memadai. Jumlah guru
sebanyak 54 orang dengan rincian 44 guru PNS dan 10 orang non

4
PNS sedang jumlah tenaga asministrasi sebanyak 20 orang yang
terdiri dari 8 orang PNS dan 12 orang non PNS.
Sekolah ini memiliki sarana dan prasana laboratorium yang
cukup yaitu laboratorium Fisika, Biologi, Bahasa dan Komputer.
Sekolah juga memiliki 30 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1
ruang wakil-wakil kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang BK, 2
gedung perpustakaan, 1 ruang multimedia, 1 gedung mushallah, 1
ruang OSIS, 3 kamar WC guru, 10 kamar WC siswa, 1 pos
keamanan, 2 kantin dan 1 aula mini.
Prestasi guru yang diraih SMPN 1 Binamu empat tahun
terakhir yaitu juara I tiga tahun berturut-turut guru berprestasi
tahun 2007-2009 dan juara II tahun 2010 tingkat kabupaten
Jeneponto, juara II inovasi pembelajaran tingkat nasional.
Sedangkan prestasi siswa yaitu juara I lomba mengarang, pidato
(putra dan putri), baca puisi (putra dan putri) pada acara
HARDIKNAS tahun 2009.
Kinerja SMPN 1 Binamu dilihat dari pencapaian delapan
standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Standar Isi
SMPN 1 Binamu telah memiliki kurikulum sendiri yang
dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP
dengan mempertim-bangkan karakter daerah, kebutuhan sosial
masyarakat, kondisi budaya, usia peserta didik, dan kebutuhan
pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah Makassar dan baca
tulis al-qur’an adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah yang
merupakan kebutuhan sosial masyarakat Jeneponto yang mayoritas
beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa daerah Makassar.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan
nasional dan dua mata pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata
pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Seni Budaya, Penjas, TIK, Bahasa
Daerah Makassar dan BTQ masing-masing 2 jam pelajaran. Mata
pelajaran yang diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa

5
Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam pelajaran. Mata
pelajaran IPS juga diberikan alokasi waktu 4 jam pelajaran.
Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2
jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara 40 menit. Jumlah jam
pelajaran perminggu 32 jam pelajaran per kelas, sehingga total
jumlah jam pelajaran tatap muka sebanyak 32 jam pelajaran per
rombel  30 rombel = 960 jam pelajaran perminggu.
Program pembelajaran remedial dan pengayaan bagi siswa
belum berjalan secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi
siswa yang dinyatakan belum mencapai nilai ketuntasan minimal
dalam pencapaian kompetensi hanya diberikan kesempatan belajar
sendiri indikator-indikator kompetensi yang belum dikuasai untuk
mempersiapkan diri dalam mengikuti ulangan perbaikan.
Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan
diluar jam pelajaran terjadual disore hari. Hal ini dilakukan untuk
memastikan tercapainya pelayanan kepada siswa yang
memerlukan penjelasan ulang tentang kompetensi yang belum
dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada
kebutuhan pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra
kurikuler yang disediakan diantaranya pembinaan kepramukaan,
PMR, OSIS, LDK, karate, basket dan sepak bola.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa
dilakukan dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling
(BK). Jumlah tenaga konseling yang dimiliki berjumlah 4 yang
masing-masing memiliki program rencana dan pelaksanaan
layanan BK. Empat guru BK belum sebanding dengan siswa yang
berjumlah 1043 orang. Artinya setiap guru BK memberikan layanan
rata-rata kepada 261 orang siswa. Dalam hal ini setidaknya sekolah
masih membutuhkan tenaga konseling sebanyak 1 atau 2 orang
guru BK.

2. Standar Proses

6
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan
Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan
penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan pengembangkan
silabus dilakukan secara mandiri ataupun berkelompok dalam
pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. Diakui
bahwa silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum
sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian
masih mencontoh silabus dari sekolah-sekolah lain dengan
beberapa perbaikan-perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum
membagi ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur
(PT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan
pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun mata
pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan
penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri
ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun
MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih
meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahan-
perubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah
menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran sendiri ataupun
kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa,
nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat
Jeneponto.
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam
silabus dan RPP sebahagian sudah menggunakan metode yang
interaktif, inspiratif, menyenangkan, kreatif, menantang dan
memotivasi siswa. Sebahagian guru masih ada yang menggunakan
pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran langsung.
Keterbatasan jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah
mengakibat-kan terbatasnya sumber belajar dari buku. Kebijakan

7
pelarangan penjualan buku paket di sekolah dan terbatasnya
anggaran pengadaan buku paket sangat merugikan siswa sendiri.
Buku-buku yang disediakan sekolah paling lama bertahan satu atau
dua tahun dimanfaatkan oleh siswa. Umur penggunaan buku-buku
paket yang singkat sangat terkait dengan kepribadian siswa yang
senang merusak atau menghilangkan buku-buku yang dipinjamkan.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran
di kelas, pengawas, kepala SMPN 1 Binamu, wakil kepala sekolah
dan guru senior yang berkompeten, melakukan supervisi dan
evaluasi proses pembelajaran. Hanya saja kegiatan supervisi belum
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.

3. Standar Kompetensi Lulusan


Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran
2009/2010 dan tahun 2010/2011 untuk masing-masing mata
pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 6,47 dan 5,62, Bahasa
Inggris 7,27 dan 8,13, Matematika 7,41 dan 8,24 serta IPA 7,81 dan
7,95. Kecuali untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat
dikatakan bahwa hasil ini menggambarkan adanya peningkatan
pencapaian kompetensi siswa artinya siswa sudah memperlihatkan
kemajuan yang lebih baik dalam mencapai target yang ditetapkan
SKL.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan
budaya masyarakat Jeneponto, SMPN 1 Binamu melaksanakan
kegiatan pesantren kilat setiap bulan ramadhan bekerja sama
dengan pondok pesantren IMMIM Putra Makassar. Selain itu,
sekolah membudayakan saling memberi salam setiap bertemu,
baik guru ataupun siswa.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Jumlah guru yang mencapai 54 orang dan tenaga
administrasi sekolah sebanyak 20 orang sudah memenuhi standar
jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sekolah. Guru yang
sudah berkualifikasi minimal S1 sebanyak 93% sedangkan pegawai

8
administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 15%, SMA sebanyak 80%
dan SMP sebanyak 5%.
Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN
1 Binamu belum terukur karena belum ada hasil penilaian yang
mengukur berapa tingkat pencapaian kompetensi masing-masing.

5. Standar Sarana dan Prasarana


SMPN 1 Binamu memiliki luas lahan 8065 m 2 dengan jumlah
gedung sebanyak 13 unit yang terdiri dari 2 unit gedung berlantai
dua dan 11 unit gedung berlantai satu.
Ruang kelas yang digunakan sebagai tempat proses belajar
mengajar sebanyak 30 ruang kelas dengan luas masing-masing 63
m2 per ruang kelas. Setiap ruang kelas masing-masing memiliki
satu white board dan black board, satu meja dan kursi guru,
masing-masing satu meja dan kursi untuk setiap siswa.
Ruang guru berukuran (18  7) m2 memuat 35 pasang meja
dan kursi guru, 1 papan white board, satu meja panjang dan 4 kursi
untuk tempat pimpinan rapat pertemuan, 1 set kursi dan meja
tamu, 1 kamar kecil (WC), 2 rak buku, 6 lemari buku, 1 set sound
system dan 1 buah jam dinding.
Ruang perpustakaan terdiri dari dua unit dengan luas masing-
masing (1015) m2. Jumlah buku teks pelajaran masih kurang dari
jumlah siswa.
Laboratorium yang dimiliki terdiri dari laboratorium fisika,
biologi, bahasa dan komputer. Laboratorium komputer memiliki
jaringan LAN yang terkoneksi dengan jaringan internet speedy
schoolnet dari jardiknas dan dilengkapi dengan 2 buah pendingin
udara.
Ruang kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 1 kamar
kecil (WC), 2 lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah,
1 set kursi tamu, 1 lemari piala, 1 set komputer PC, dan 1
pendingin udara.

9
Ruang wakil kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 5
pasang meja dan kursi, 1 set komputer PC, 3 buah lemari buku, 1
pendingin udara dan dilengkapi dengan jaringan internet speedy
schoolnet.
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha,
ruang guru BK, ruang UKS, kantin, mushallah, kantin kejujuran,
gudang, jamban (WC) siswa.

6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMP Negeri 1 Binamu
sudah disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun
pemangku kepentingan melalui beberapa cara diantaranya
menuliskannya ditembok dinding sekolah, dipasang di blog guru,
dan melalui persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT)
ataupun rencana kerja jangka menengah (RKJM) belum
disosialisasikan kepada warga sekolah. Demikian pula dengan
rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS) belum
disosialisasikan kepada warga sekolah. Sekolah belum pernah
melakukan pengisian EDS sehingga RKAS yang disusun masih
mengacu pada cara lama namun sudah mengelompokkan ke dalam
delapan standar.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan
berkelanjutan sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai
kinerja untuk melakukan perbaikan-perbaikan terutama dalam
peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan
sistem informasi berbasis ICT program office. Sebagian data dan
informasi sekolah dapat diakses melalui telepon, jardiknas
Jeneponto ataupun blog guru.

7. Standar Pembiayaan
SMPN 1 Binamu mempunyai RKAS namun hanya disusun oleh
kepala sekolah, beberapa guru dan bendahara sekolah. Penyusunan

10
RKAS belum melibatkan secara langsung pihak komite sekolah
ataupun pemangku kepentingan yang relevan, namun demikian
tetap mempertimbangkan usulan-usulannya.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan
pemerintah berupa dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis
pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan pemerintah kabupaten
Jeneponto. Sekolah belum mampu untuk mencari sumber keuangan
lain misalnya dengan membangun kerja sama yang saling
menguntungkan dengan dunia usaha dan industri.
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan
secara transparan, efisien dan akuntabel. Laporan keuangan
sekolah hanya ditujukan kepada pemerintah sebagai pemberi dana.

8. Standar Penilaian Pendidikan


Sebagian guru mata pelajaran sudah menyusun perencanaan
penilaian berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
KKM yang telah ditetapkan oleh masing-masing guru mata
pelajaran diinformasikan oleh sebagian guru kepada siswa diawal
pertemuan tatap muka dan sebagiannya menginformasikan KKM
sebelum pelaksanaan setiap ulangan harian.
Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
kenaikan kelas, ujian sekolah dan ujian nasional. Penilaian melalui
ulangan harian kadang tidak dilaksanakan berdasarkan rencana
yang telah dibuat oleh sebahagian guru.
Hasil penilaian sebahagian guru pada pelaksanaan ulangan
harian ataupun tugas-tugas pekerjaan rumah ditambahkan
informasi berupa komentar dan masukan untuk perbaikan. Setiap
guru menyampaikan hasil penilaian sikap dan akademik siswa
kepada kepala sekolah melalui wakil kepala sekolah urusan
kurikulum.
Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai
koreksi untuk melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.

11
B. Profil SMPN Khusus Jeneponto
SMPN Khusus Jeneponto yang berlokasi di jalan Kesehatan
nomor 101 Bontosunggu kecamatan Binamu didirikan berdasarkan
surat keputusan Bupati Jeneponto nomor 134/VIII/2007 tahun 2007
bersama dua sekolah lainnya yaitu SLB Pembina dan SMAN Khusus
Jeneponto. Ketiga sekolah ini dipimpin oleh satu orang kepala
sekolah yang kini dijabat oleh H. Saripuddin D.
SMPN Khusus Jeneponto dibangun untuk membina khususnya
putra-putri Jeneponto yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
Kebijakan pemerintah kabupaten Jeneponto dalam pendirian
sekolah ini dimaksudkan untuk menjamin pembinaan siswa-siswa
cerdas menjadi putra Jeneponto yang unggul sebagai pattabba’
(penembak).
Kinerja SMPN Khusus Jeneponto dilihat dari pencapaian
delapan standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Standar Isi
SMPN Khusus Jeneponto telah memiliki kurikulum sendiri
yang dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun
BSNP dengan mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan
sosial masyarakat, kondisi budaya, usia peserta didik, dan
kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah Makassar
dan baca tulis al-qur’an adalah mata pelajaran muatan lokal
sekolah yang merupakan kebutuhan sosial masyarakat Jeneponto
yang mayoritas beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa
daerah Makassar.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan
nasional dan dua mata pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata
pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Seni Budaya, Penjas, TIK, Bahasa
Daerah Makassar dan BTQ masing-masing 2 jam pelajaran. Mata
pelajaran yang diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam pelajaran.
Sedangkan mata pelajaran IPS diberikan alokasi waktu terbanyak

12
yaitu 6 jam pelajaran dengan pertimbangan mata pelajaran IPS
mempelajari tiga materi pokok yakni ekonomi, sejarah dan
geografi. Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen
dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara dengan 40
menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 3 jam per kelas, sehingga
total jumlah jam pelajaran tatap muka sebanyak 36 jam pelajaran
per rombel  3 rombel = 108 jam pelajaran perminggu.
Sama dengan di SMPN 1 Binamu, program pembelajaran
remedial dan pengayaan bagi siswa SMPN Khusus juga belum
berjalan secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang
dinyatakan belum mencapai nilai ketuntasan minimal dalam
pencapaian kompetensi hanya diberikan kesempatan belajar
sendiri indikator-indikator kompetensi yang belum dikuasai untuk
mempersiapkan diri dalam mengikuti ulangan perbaikan.
Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan
diluar jam pelajaran secara terjadual disore hari. Hal ini dilakukan
untuk memastikan tercapainya pelayanan kepada siswa yang
memerlukan penjelasan ulang tentang kompetensi yang belum
dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada
kebutuhan pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra
kurikuler yang disediakan yakni pembinaan kepramukaan, PMR,
OSIS, LDK, karate, basket, bulutangkis, tenis meja, futsal dan
pembinaan kultum keagamaan.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa
dilakukan dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling
(BK). Jumlah tenaga konseling yang dimiliki satu orang melayani 60
orang siswa.

2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan
Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan
penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan pengembangkan

13
silabus dilakukan secara mandiri ataupun berkelompok dalam
pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. Silabus
yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya berasal dari
hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh
silabus dari sekolah-sekolah lain dengan beberapa perbaikan-
perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum
membagi ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur
(PT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan
pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun mata
pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan
penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri
ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun
MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih
meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahan-
perubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah
menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran sendiri ataupun
kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa,
nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat
Jeneponto.
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam
silabus dan RPP sudah menggunakan metode yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, kreatif, menantang dan memotivasi
siswa.
Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat
sedikit mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku.
Pemerintah daerah yang mengeluarkan kebijakan pelarangan
penjualan buku paket di sekolah memberi dampak kepada motivasi
siswa dan orang tua untuk membeli buku paket sendiri. Pemenuhan
buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan

14
buku paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun
daerah.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran
di kelas, pengawas, kepala SMPN Khusus dibantu wakil kepala
sekolah melakukan supervisi dan evaluasi proses pembelajaran.
Hanya saja kegiatan supervisi belum dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan.

3. Standar Kompetensi Lulusan


Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran
2009/2010 dan tahun 2010/2011 untuk masing-masing mata
pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 7,44 dan 8,48, Bahasa
Inggris 8,14 dan 9,08, Matematika 7,10 dan 8,90 serta IPA 7,99 dan
8,49. Perolehan rata-rata nilai UN memperlihatkan tingginya
peningkatan untuk setiap mata pelajaran. Rata-rata nilai UN semua
mata pelajaran tahun 2009/2010 adalah 7,67 dan tahun 2010/2011
adalah 8,74. Dapat dikatakan bahwa hasil ini menggambarkan
adanya peningkatan pencapaian kompetensi siswa artinya siswa
sudah memperlihatkan kemajuan yang jauh lebih baik dalam
mencapai target yang ditetapkan SKL.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan
budaya masyarakat Jeneponto, SMPN Khusus juga melaksanakan
kegiatan pesantren kilat setiap bulan ramadhan. Kegiatan
pesantren dikelola oleh pengurus OSIS dan dikoordinir oleh guru
agama Islam. Selain itu, sekolah membudayakan saling memberi
salam setiap bertemu, baik guru ataupun siswa.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Jumlah guru yang dimiliki sebanyak 18 orang dan tenaga
administrasi sekolah sebanyak 10 orang sudah memenuhi standar
jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sekolah. Guru yang
berkualifikasi S1 sebanyak 67%, berkualifikasi S2 sebanyak 33%.
Sedangkan pegawai administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 20%
dan SMA sebanyak 80%.

15
Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN
Khusus Jeneponto belum terukur karena belum ada hasil penilaian
yang mengukur berapa tingkat pencapaian kompetensi masing-
masing.

5. Standar Sarana dan Prasarana


Ruang kelas yang digunakan sebagai tempat proses belajar
mengajar sebanyak 3 ruang kelas dengan luas masing-masing 63
m2 per ruang kelas. Setiap ruang kelas masing-masing memiliki
satu white board, satu meja dan kursi guru, serta 20 meja dan kursi
untuk siswa.
Ruang guru berukuran (9  7) m2 memuat 7 pasang meja dan
kursi guru, 1 papan white board, 6 lemari buku, dan 1 buah jam
dinding.
Ruang perpustakaan yang berukuran (10  15) m2 yang
dibangun khusus untuk kegiatan perpustakaan sekolah
sebahagiannya dimanfaatkan untuk fungsi laboratorium komputer.
Jumlah buku teks pelajaran ataupun buku bacaan umum masih
sangat kurang. Laboratorium komputer memuat 12 unit komputer
tetapi sebahagiannya sudah ada yang tidak berfungsi.
Laboratorium lain yang dimiliki hanya laboratorium IPA dan Bahasa.
Ruang kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 1 kamar
kecil (WC), 2 lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah,
1 set kursi tamu, 1 set komputer PC, dan 1 pendingin udara.
Sedangkan ruang wakil kepala sekolah berukuran (7  6)m2
terdapat 5 pasang meja dan kursi, 2 buah lemari buku,
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha,
ruang guru BK, ruang UKS, mushallah, kantin kejujuran, jamban
(WC) siswa, lapangan olahraga, rumah guru dan asrama siswa.

6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMPN Khusus Jeneponto
sudah disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun

16
pemangku kepentingan melalui rapat komite sekolah dan melalui
persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT)
ataupun rencana kerja jangka menengah (RKJM) disosialisasikan
kepada warga sekolah. Demikian pula dengan rencana kegiatan
dan anggaran sekolah (RKAS). RKAS yang disusun berdasarkan
rekomendasi dari evaluasi diri sekolah (EDS) yang mengacu pada
pengelompokan ke dalam delapan standar pendidikan.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan
berkelanjutan sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai
kinerja untuk melakukan perbaikan-perbaikan terutama dalam
peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan
sistem informasi berbasis ICT program office. Sebagian data dan
informasi sekolah dapat diakses melalui telepon, jardiknas
Jeneponto ataupun blog SMPN Khusus Jeneponto.

7. Standar Pembiayaan
SMPN Khusus Jeneponto mempunyai RKAS yang disusun oleh
kepala sekolah dan guru-guru dengan mempertimbangkan
masukan-masukan dari siswa dan komite sekolah.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan
pemerintah berupa dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis
pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan pemerintah kabupaten
Jeneponto. Sekolah belum mampu untuk mencari sumber keuangan
lain misalnya dengan membangun kerja sama yang saling
menguntungkan dengan dunia usaha dan industri.
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan
secara transparan, efisien dan akuntabel. Laporan keuangan
sekolah hanya ditujukan kepada pemerintah sebagai pemberi dana.

8. Standar Penilaian Pendidikan


Sebagian guru mata pelajaran sudah menyusun perencanaan
penilaian berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

17
KKM yang telah ditetapkan oleh masing-masing guru mata
pelajaran diinformasikan oleh sebagian guru kepada siswa diawal
pertemuan tatap muka dan sebagiannya menginformasikan KKM
sebelum pelaksanaan setiap ulangan harian.
Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
kenaikan kelas, ujian sekolah dan ujian nasional. Penilaian melalui
ulangan harian kadang tidak dilaksanakan berdasarkan rencana
yang telah dibuat oleh sebahagian guru.
Hasil penilaian sebahagian guru pada pelaksanaan ulangan
harian ataupun tugas-tugas pekerjaan rumah ditambahkan
informasi berupa komentar dan masukan untuk perbaikan. Setiap
guru menyampaikan hasil penilaian sikap dan akademik siswa
kepada kepala sekolah melalui wakil kepala sekolah urusan
kurikulum.
Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai
koreksi untuk melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.

C. Permasalahan yang Ditemukan di Lapangan


Pelaksanaan kegiatan on the job learning bagi peserta diklat
calon kepala sekolah di sekolah-sekolah magang merupakan
pembelajaran dan arena latihan dalam melakoni sebagian peran
dan fungsi seorang kepala sekolah. Penulis sudah berusaha
beradaptasi dengan warga sekolah tempat magang tetapi ternyata
melakoni peran kepala sekolah bukanlah hal mudah. Tak jarang
kami menemukan beberapa permasalahan.
Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah kurang
tersedianya data-data atau informasi yang penulis butuhkan untuk
memenuhi tagihan-tagihan OJL. Masalah lainnya adalah
pelaksanaan OJL di sekolah lain yang kadang mengganggu proses
belajar mengajar di sekolah sendiri karena meninggalkan tugas
mengajar di sekolah. Keadaan ini sulit dihindari karena tidak
adanya guru pengganti di sekolah sendiri.
BAB III
RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN

18
A. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah
(TAS) dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian
melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer.
1. Rasional
Tenaga administrasi sekolah (TAS) mempunyai peranan yang
penting dalam membantu mengembangkan sekolah menjadi lebih
maju dan berkualitas. Tenaga administrasi sekolah berfungsi
sebagai juru kelola administrasi sekolah yang berkaitan dengan
pengelolaan data siswa, data pendidik dan tenaga kependidikan,
persuratan, arsip, administrasi sarana-prasarana, dan administrasi
keuangan. TAS juga berperan aktif dalam memberikan pelayanan
administrasi kepada seluruh pihak yang berkepentingan.
Kedudukan dan peran tenaga administrasi yang begitu
penting dalam pengelolaan suatu sekolah sehingga pemerintah
melalui permendiknas nomor 24 tahun 2008 menetapkan standar
tenaga administrasi sekolah. Standar ini mengatur tentang
kualifikasi dan kompetensi minimal yang harus dipenuhi oleh
seorang tenaga administrasi sekolah.
Ketersediaan tenaga administrasi merupakan modal sumber
daya yang harus dikelola secara optimal oleh kepala sekolah.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mampu mengelola
TAS dan ketatausahaan dalam mendukung pencapaian tujuan
sekolah yang sudah ditetapkan.

2. Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah


Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas yang
diperoleh melalui pendidikan dan/atau latihan. Kompetensi dapat
pula dimaknai sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
(Junaidi dalam Herry, 2011). Sedangkan tenaga administrasi
sekolah adalah tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.

19
Dengan menggabungkan dua pengertian di atas dapat
dikatakan bahwa kompetensi tenaga administrasi sekolah (TAS)
adalah kemampuan yang diperoleh TAS melalui pendidikan
dan/atau latihan untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Sedangkan menurut Syaefuddin (dalam Risnawati, 2003)
memberikan pengertian kompetensi tenaga administrasi sekolah
sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas, peran dan
kemampuan mengintegrasikan pengetahuan yang didasarkan pada
pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan dalam pelaksanaan
pekerjaannya yang dituntut dalam kecakapan teknis operasional
atau teknis administratif di sekolah.
Kompetensi standar yang harus dimiliki oleh tenaga
administrasi sekolah diatur dalam permendiknas nomor 24 tahun
2008. Dalam permendiknas tersebut kompetensi tenaga
administrasi sekolah dipetakan ke dalam empat dimensi
kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, sosial, teknis dan
manajerial. Untuk dapat memperjelas komponen dimensi
kompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Dimensi kompetensi kepribadian meliputi: kompetensi


memiliki integritas dan akhlak mulia, etos kerja, pengendalian
diri, rasa percaya diri, fleksibilitas, ketelitian, kedisiplinan,
kreativitas dan inovasi, serta tanggung jawab.
b. Dimensi kompetensi sosial meliputi: kompetensi bekerja
dalam tim, memberikan pelayanan prima, kesadaran
berorganisasi, berkomunikasi efektif, dan membangun
hubungan kerja.
c. Dimensi kompetensi teknis meliputi: kompetensi
melaksanakan administrasi kepegawaian, keuangan, sarana
prasarana, hubungan sekolah dengan masyarakat,
persuratan dan pengarsipan, administrasi kesiswaaan,

20
administrasi kurikulum, administrasi layanan khusus, dan
penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
d. Dimensi kompetensi manajerial (khusus bagi kepala tenaga
administrasi sekolah) meliputi: kompetensi mendukung
pengelolaan standar nasional pendidikan, menyusun program
dan laporan kerja, mengorganisasikan staf, mengembangkan
staf, mengambil keputusan, menciptakan iklim kerja yang
kondusif, mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya,
membina staf, mengelola konflik, dan menyusun laporan.
Masing-masing kompetensi ini dalam permendikas nomor 24
tahun 2008 kemudian dijabarkan dalam sub kompetensi yang lebih
rinci agar dapat dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi
dalam setiap jenis dan jabatan administrasi sekolah dalam
menunjang proses pembelajaran di sekolah.

3. Administrasi Kepegawaian
Kegiatan administrasi kepegawaian sekolah dapat dibagi
menjadi tiga bidang administrasi sebagai berikut :
a. Bidang administrasi material yaitu kegiatan administrasi yang
menyangkut bidang-bidang materi seperti: ketatausahaan
sekolah, administrasi keuangan, alat-alat perlengkapan.
b. Bidang administrasi personal, yang mencakup di dalamnya
persoalan guru dan pegawai sekolah dan sebagainya.
c. Bidang administrasi kurikulum, yang mencakup didalamnya
pelaksanaan kurikulum, pembinaan kurikulum, penyusunan
silabus, perisapan harian, dan sebagainya
Administrasi kepegawaian yang dimaksudkan dalam tulisan
ini administrasi personal pegawai sekolah dalam bidang
pengelolaan administrasi kepegawaian.

4. Kepala Sekolah Sebagai Manajer


Wahyudi (2009) memberikan pengertian manajemen sebagai
suatu proses merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, dan
mengevaluasi usaha para anggota organisasi serta

21
mendayagunakan seluruh sumberdaya organisasi dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan proses karena
semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang
dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai
kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai


manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
mendayagunakan tenaga kependidikan (TAS) melalui kerjasama,
memberi kesempatan kepada para guru untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga
kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program
sekolah.
Memberdayakan tenaga administrasi melalui kerjasama
dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesonalisme tenaga
administrasi, kepala sekolah harus mementingkan kerjasama
dengan tenaga administasi dan pihak lain yang terkait dalam
melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer, kepala sekolah
harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya
sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan.
Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui pembantu-
pembantunya (wakil-wakil), serta berusaha untuk senantiasa
mempertanggungjawabkan setiap tindakannya. Kepala sekolah
juga harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah,
berfikir secara analitik dan konseptual, dan harus senantiasa
berusaha menjadi penengah dalam memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi oleh guru dan tenaga administrasi yang menjadi
bawahannya serta berusaha mengambil keputusan yang dapat
memuaskan bagi semua.
Kepala sekolah sebagai manajer harus memberi kesempatan
kepada para guru dan tenaga administrasi untuk meningkatkan
profesinya. Kepala sekolah harus bersikap demokratis dan
memberikan kesempatan kepada seluruh guru dan tenaga

22
administrasi untuk mengembangkan potensinya secara optimal
misalnya melalui penataran, kegiatan MGMP ataupun lokakarya
berdasarkan bidangnya masing-masing.
Sebagai manajer, kepala sekolah juga harus mampu
mendorong keterlibatan seluruh komponen sekolah dalam setiap
kegiatan sekolah. Keterlibatan dan partisipasi aktif mereka akan
sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan-kegiatan
sekolah.

5. Kerangka Pemikiran
Kompetensi yang diatur dalam peraturan menteri pendidikan
nasional nomor 24 tahun 2008 merupakan kompetensi standar
atau kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh tenaga
administrasi sekolah. Kenyataan di sekolah-sekolah
memperlihatkan banyaknya tenaga administrasi sekolah yang
memiliki kompetensi di bawah standar kompetensi yang
diharapkan. Hal ini terjadi karena proses perekrutan mereka
menjadi tenaga administrasi sekolah tidak mengacu kepada
pemenuhan kompetensi berdasarkan permendiknas tersebut.
Mereka diangkat menjadi pegawai administrasi jauh sebelum
diterbitkannya permendiknas tersebut. Akibatnya, pengelolaan
administrasi kepegawaian tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Kompetensi tenaga administrasi sekolah harus berkembang
mengikuti perubahan dan kemajuan dibidang pendidikan
khususnya dan kemajuan dibidang teknologi informasi dan
komunikasi umumnya. Tingkat kompetensi yang dimiliki tenaga
administrasi dalam mengelola administrasi sekolah ikut
menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya.
Ketersediaan sumberdaya tenaga administrasi dalam jumlah
yang memadai di sekolah sudah merupakan satu modal besar
untuk dapat dikelola secara optimal. Kompetensi tenaga
administrasi yang belum memenuhi standar dapat dikembangkan
menjadi tenaga administrasi yang memenuhi standar melalui
pengelolaan dan pembimbingan yang terarah oleh kepala sekolah.

23
Sebagai manajer, kepala sekolah mempunyai kewajiban mengelola
staf administrasi untuk mengarahkan, memberdayakan,
menggerakkan dan mengembangkan guna membantu mencapai
tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
Uraian di atas menggambarkan pentingnya peran kepala
sekolah sebagai manajer dalam mengelola sumberdaya tenaga
administrasi guna membantu mengembangkan dan meningkatkan
kompetensinya menjadi tenaga administrasi yang memenuhi
standar TAS.

B. Implementasi Program
1. Rancangan tindakan siklus 1
Pada tahap rancangan tindakan siklus 1, dilakukan
penyusunan atau pengadaan instrumen-instrumen yang akan
digunakan pada tahap pelaksanaan tindakan siklus 1. Adapun
kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Menyusun instrumen identifikasi kompetensi tenaga
administrasi sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi
kepegawaian.
b. Mengidentifikasi kompetensi TAS dalam mengelola
administrasi kepegawaian melalui pengisian instrumen.
c. Memilih tenaga administrasi atau guru yang dapat
diberdayakan membantu calon kepala sekolah dalam
melakukan pembimbingan terhadap tenaga administrasi
berdasarkan kompetensi yang perlu ditingkatkan.
d. Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan
tindakan siklus 1.

2. Pelaksanaan tindakan siklus 1


Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 1
yaitu melakukan pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan
hasil identifikasi kompetensi yang dianggap rendah atau tidak

24
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
permendiknas nomor 24 tahun 2008. Pembimbingan dilakukan
bersama-sama dengan tenaga administasi dan guru yang sudah
ditentukan sebelumnya. Pembimbingan dilakukan selama dua
minggu dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali pertemuan.
Pelaksanaan bimbingan dilakukan diwaktu-waktu lowongnya tenaga
pembimbing atau saat jam istirahat. Lama pembimbingan setiap
pertemuan tergantung dari waktu lowong yang dimiliki oleh
pembimbing. Kisaran waktu lowong yang dapat digunakan untuk
pembimbingan adalah 30 – 90 menit.

3. Monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan tindakan siklus 1


Pada tahap monev pelaksanaan tindakan siklus 1, tenaga
administrasi sekolah yang menjadi peserta pembimbingan
melakukan pengisian instrumen monev pelaksanaan tindakan
siklus 1. Sebelum melakukan pengisian instrumen diberikan
penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula
bahwa apapun yang diisikan tidak mempengaruhi penilaian kinerja
mereka.

4. Hasil yang di peroleh


Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pembimbingan yang
dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 1 melalui pengisian
instrumen monev 1 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Rata-rata peningkatan kompetensi tindakan siklus 1


Kompetensi
Kompetensi Peningkatan
setelah tindakan
awal kompetensi
1
(%) (%)
(%)
58 68 10

Tabel 1 memperlihatkan tingkat kompetensi tenaga


administrasi sekolah dalam mengelola administrasi kepegawaian

25
setelah mengikuti pembimbingan siklus pertama naik dari 58%
menjadi 68%. Peningkatan kompetensi sebesar 10% menunjukkan
adanya hasil jerih payah calon kepala sekolah sebagai manajer
dalam melakukan pembimbingan dan menjalankan tugasnya
mengembangkan kompetensi tenaga administrasi sekolah.

5. Rancangan tindakan siklus 2


Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus 1 diperoleh
bahwa tenaga adminstrasi masih memiliki kompetensi yang rendah
pada kompetensi-kompetensi tertentu terutama yang berkaitan
dengan pemanfaatan TIK dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian. Untuk itu, pada rancangan kegiatan siklus 2 akan
difokuskan pada usaha pembimbingan pada kompetensi-
kompetensi tersebut.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan
tindakan siklus 2 antara lain adalah sebagai berikut:
a. Meminta kembali kesediaan tenaga administrasi atau guru
yang memiliki kompetensi lebih untuk diberdayakan
membantu calon kepala sekolah dalam melakukan
pembimbingan terhadap tenaga administrasi berdasarkan
kompetensi yang perlu ditingkatkan.
b. Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan
tindakan siklus 2.

6. Pelaksanaan tindakan siklus 2


Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 2
yaitu melakukan pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan
pada kompetensi-kompetensi yang masih kurang atau rendah
berdasarkan analisis hasil kegiatan monev 1. Pembimbingan
dilakukan bersama-sama dengan tenaga administasi dan guru yang
sudah ditunjuk sebelumnya. Pembimbingan dilakukan paling lama
dua minggu dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali pertemuan.
Pelaksanaan bimbingan dilakukan diwaktu-waktu lowongnya tenaga

26
pembimbing atau saat jam istirahat siswa yang berkisar 30 – 90
menit .

7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus 2


Pada tahap monev pelaksanaan tindakan siklus 2, tenaga
administrasi sekolah yang menjadi peserta pembimbingan
melakukan pengisian instrumen monev pelaksanaan tindakan
siklus 2. Sebelum melakukan pengisian instrumen diberikan
penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula
bahwa apapun yang diisikan pada instrumen tersebut tidak akan
mempengaruhi penilaian kinerja mereka.

8. Hasil yang di peroleh


Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pembimbingan yang
dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 2 melalui pengisian
instrumen monev 2 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Rata-rata peningkatan kompetensi tindakan siklus


2
Kompetensi Kompetensi
Peningkatan
setelah setelah
kompetensi
tindakan 1 tindakan 2
(%)
(%) (%)
68 95 27

Tabel 2 menunjukkan tingkat kompetensi tenaga administrasi


sekolah dalam mengelola administrasi kepegawaian setelah
mengikuti pembimbingan yang kedua naik dari 68% menjadi 95%.
Kompetensi 95% sudah termasuk kategori kompetensi sangat baik.
Peningkatan kompetensi tenaga adminstrasi sekolah menunjukkan
adanya peningkatan yang drastis yaitu sebesar 27%. Peningkatan
tersebut merupakan hasil dari usaha pembimbingan yang diberikan
kepada tenaga administrasi sekolah yang mengelola administrasi
kepegawaian. Pembimbingan tersebut adalah tugas seorang kepala

27
sekolah membina dan mengembangkan kompetensi TAS dalam
perannya sebagai manajer di sekolah.

C. Peningkatan Kompetensi Hasil AKPK di SMP Negeri


Khusus Jeneponto

Untuk lebih meningkatkan kompetensi penulis pada dimensi


manajerial melalui pembinaan dan pembimbingan tenaga
administrasi sekolah guna meningkatkan kompetensi TAS dalam
mengelola administrasi kepegawaian, maka penulis melanjutkan
pembimbingan TAS di SMP Negeri Khusus Jeneponto. Proses
pembimbingan dilaksanakan mengikuti pembimbingan TAS di SMPN
1 Binamu. Pembimbingan dilakukan sebelum atau sesudah
melakukan pengkajian-pengkajian.

1. Rancangan tindakan
Pada tahap rancangan tindakan, dilakukan penyusunan atau
pengadaan instrumen-instrumen yang akan digunakan pada tahap
pelaksanaan tindakan. Instrumen-instrumen yang digunakan
menggunakan instrumen yang telah digunakan di SMPN 1 Binamu,
yaitu:
a. Instrumen identifikasi kompetensi tenaga administrasi
sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian.
b. Instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan.
Kegiatan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan tindakan
adalah mengidentifikasi kompetensi TAS dalam mengelola
administrasi kepegawaian. Kegiatan identifikasi diperlukan untuk
mengetahui kemampuan awal TAS yang kemudian dijadikan
sebagai dasar pembimbingan.
Berdasarkan hasil pengisian instrumen dua TAS yang
mengelola administrasi kepegawaian, diperoleh rata-rata
kemampuan awal TAS adalah 68%. Rata-rata kompetensi TAS masih
rendah pada aspek yang berhubungan dengan penyusunan dan
penyajian data statistik kepegawaian termasuk penyajian data
statistik dengan menggunakan TIK.

28
2. Pelaksanaan tindakan.
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan yaitu
melakukan pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan hasil
identifikasi kompetensi yang dianggap rendah atau tidak
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
permendiknas nomor 24 tahun 2008. Pembimbingan dilakukan
selama dua minggu dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali
pertemuan. Pelaksanaan bimbingan dilakukan pada saat kunjungan
pengkajian dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu dari
TAS yang akan dibimbing, kadang sebelum atau sesudah
melakukan pengkajian.

3. Monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan tindakan.


Pada tahap monev pelaksanaan tindakan, tenaga
administrasi sekolah yang menjadi peserta pembimbingan
melakukan pengisian instrumen monev pelaksanaan tindakan.
Sebelum melakukan pengisian instrumen diberikan penjelasan
tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula bahwa apapun
yang diisikan tidak mempengaruhi penilaian kinerja mereka.

4. Hasil yang di peroleh


Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pembimbingan yang
dilakukan pada pelaksanaan tindakan melalui pengisian instrumen
monev diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3. Rata-rata peningkatan kompetensi


Kompetensi
Kompetensi Peningkatan
setelah tindakan
awal kompetensi
1
(%) (%)
(%)
68 89 21

Tabel 3 memperlihatkan tingkat kompetensi tenaga


administrasi sekolah dalam mengelola administrasi kepegawaian
setelah mengikuti pembimbingan naik dari 68% menjadi 89%.

29
Peningkatan kompetensi sebesar 21% menunjukkan adanya hasil
calon kepala sekolah sebagai manajer dalam melakukan
pembimbingan dan menjalankan tugasnya mengembangkan
kompetensi tenaga administrasi sekolah.

D. Kajian Hasil On The Job Learning (OJL)


1. Kajian RKS dan RKJM

Setelah mempelajari bahan pembelajaran penyusunan


rencana kerja sekolah (RKS) kemudian mengkaji RKS dan RKJM
SMPN 1 Binamu dan SMPN Khusus Jeneponto penulis mengerti
dan memahami beberapa cara penyusunan RKS dan RKJM
diantaranya model RKS/RKJM yang dikembangkan oleh DBE dan
RKS/RKJM yang disusun berdasarkan hasil rekomendasi EDS.
Pemahaman penulis tentang penyusunan RK sekolah belum
utuh dan sempurna karena belum pernah menyusun RK sekolah
secara lengkap. Untuk memaksimalkan penguasaan kompetensi
penulis tentang penyusunan RKS/RKJM, penulis berharap agar
dalam penyusunan RK sekolah pada tahun berikutnya dapat
dilibatkan secara langsung guna mempraktekkan ilmu yang telah
dimiliki.

2. Kajian Kurikulum
Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan
kurikulum kemudian mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah
tempat magang, penulis lebih mengerti tentang pengelolaan
kurikulum sekolah, proses penyusunan kurikulum, bentuk-bentuk
silabus dan RPP. Penulis merasa belum sepenuhnya mampu
menyusun silabus dan RPP yang memuat nilai-nilai karakter
bangsa sesuai dengan SK dan KD yang dikembangkan. Untuk
memaksimalkan kompetensi pengelolaan kurikulum sekolah,
termasuk penyusunan silabus dan RPP yang memuat nilai-nilai
karakter, penulis akan lebih banyak belajar dan berusaha selalu

30
terlibat secara langsung dalam penyusunan dan pengembangan
kurikulum sekolah.

3. Kajian Pendidik dan Tenaga


Kependidikan
Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan
pendidik dan tenaga kependidikan kemudian mengkaji
pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah tempat
magang, penulis mengetahui keadaan guru dan pegawai,
kualifikasi pendidikan, serta memahami pengaturan pembagian
tugasnya masing-masing. Penulis juga memahami kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikan setelah mempelajari
permendiknas-permendiknas terkait. Kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikan sekolah magang sebaiknya dapat
diidentifikasi dan petakan oleh kepala sekolah untuk menjadi
pertimbangan dalam pembagian tugas dan pembinaannya secara
berkelanjutan. Untuk itu sebagai calon kepala sekolah, penulis
berharap ada penilaian atau uji kompetensi bagi guru-guru untuk
mengetahui tingkat kompetensinya.

4. Kajian Sarana dan Prasarana


Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan
sarana dan prasarana sekolah kemudian mengkaji pengelolaan
sarana dan prasarana sekolah tempat magang, penulis
mengetahui sumber daya sarana dan prasarana yang dimiliki
sekolah magang. Penulis juga mendapat pemahaman tentang
perencanaan pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi dan
penghapusan sarana prasarana sekolah. Standar sarana dan
prasarana sekolah menurut permendiknas nomor 24 tahun 2007
harus dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan pengadaan
sarana dan prasarana sekolah.

5. Kajian Peserta Didik


Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan
peserta didik kemudian mengkaji pengelolaan peserta didik

31
sekolah tempat magang, penulis memiliki pemahaman tentang
perencanaan dan penerimaan peserta didik baru. Penulis juga
mendapat informasi dan pengetahuan tentang kegiatan-kegiatan
pengembangan diri siswa yang dikembangkan berdasarkan bakat,
minat, kreativitas dan kemampuan siswa. Untuk mengembangkan
penguasaan kompetensi dalam pengelolaan peserta didik, penulis
akan lebih banyak membaca bahan-bahan pembelajaran terkait
pengelolaan peserta didik dari berbagai sumber.

6. Kajian Pengelolaan Keuangan


Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan
keuangan sekolah kemudian mengkaji pengelolaan keuangan
sekolah tempat magang, penulis dapat mengetahui sumber-
sumber keuangan sekolah serta dapat memahami penentuan
alokasi pembiayaan sekolah. Kompetensi yang belum penulis
kuasai adalah pengetahuan tentang bentuk laporan pertanggung-
jawaban penggunaan keuangan sekolah. Untuk memaksimalkan
penguasaan tentang pengelolaan keuangan sekolah secara
keseluruhan, penulis berharap dapat mempelajari contoh laporan
pertanggungjawaban keuangan suatu sekolah.

7. Kajian Pembinaan Tenaga


Administrasi Sekolah (TAS)
Setelah mempelajari bahan pembelajaran pembinaan
tenaga administrasi sekolah, permendiknas nomor 24 tahun 2008
kemudian mengkaji pembinaan TAS tempat magang, penulis
mendapat pengetahuan tentang kompetensi TAS yang harus
dibina oleh kepala sekolah. Penulis juga memperoleh
pengetahuan tentang model-model pembinaan TAS.

8. Kajian Pemanfaatan TIK dalam


Pembelajaran
Setelah mempelajari bahan pembelajaran TIK dalam
pembelajaran kemudian mengkaji pemanfaatn TIK dalam
pembelajaran sekolah tempat magang, penulis mendapat

32
informasi tentang sumber daya sarana dan prasarana yang
dimiliki sekolah yang masuk dalam ketegori TIK serta mendapat
gambaran kompetensi pendidik (guru) dalam penguasaan TIK
terutama komputer.

9. Kajian Monitoring dan Evaluasi


Setelah mempelajari bahan pembelajaran monitoring dan
evaluasi program sekolah kemudian mengkaji monitoring dan
evaluasi sekolah tempat magang, penulis memahami pengertian,
tujuan, prinsip dan proses monitoring dan evaluasi (monev)
program. Penulis belum mendapatkan hasil monitoring dan
evaluasi yang dilaksanakan oleh sekolah magang berdasarkan
prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi sehingga belum
memperoleh pengetahuan yang utuh yaitu paham secara teori
dan praktek. Untuk meningkatkan penguasaan kompetensi
penulis dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi program
sekolah, maka penulis berharap agar dapat dilibatkan secara
langsung dalam pelaksanaan monev program-program sekolah
dimasa yang akan datang.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil pelaksanaan
tindakan kepemimpinan yang dilaksanakan sebanyak dua siklus
maka dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kompetensi yang dimiliki tenaga administrasi sekolah


ikut menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

2. Kompetensi tenaga administrasi sekolah dalam mengelola


administrasi kepegawaian dapat ditingkatkan melalui

33
pembimbingan oleh kepala sekolah dalam kapasitasnya
sebagai manajer di sekolah.

B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka
terdapat saran-saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:

1. Kepala sekolah secara berkala sebaiknya melakukan


monitoring evaluasi diri TAS untuk mengidentifikasi tingkat
kompetensi mereka sehingga dapat dijadikan dasar untuk
melakukan pengembangan kompetensi TAS yang memenuhi
standar mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi di
bidang pendidikan.

2. Dalam usaha meningkatkan kompetensi TAS, kepala sekolah


sebaiknya memberdayakan tenaga administrasi lain atau
guru yang memiliki kompetensi lebih untuk membantu
melakukan pembimbingan terhadap tenaga administrasi yang
kompetensinya masih tergolong kategori rendah atau di
bawah standar.

34
35

Anda mungkin juga menyukai