MAKALAH MATEMATIKA REKAYASA

DERET TAYLOR DAN MACLAURIN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Matematika Rekayasa 2

yang dibina oleh Drs. Priyono, M.Pd.

DI SUSUN OLEH :

Evani Nurul Achmad

160523610875

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

Mei 2018
 KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat berupa kesehatan dan kesempatan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan pada waktu yang tepat.

Matematika akan selalu mengikuti keseharian manusia dari kecil hingga dewasa.
Tak lepas dari itu mahasiswa yang kelak akan melakoni pekerjaan diwajibkan mengetahui
mengenai ilmu-ilmu matematika. Pada kesempatan ini penulis mencoba untuk membuat
makalah tentang ‘Integral dan Pengaplikasiannya’. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Matematika Rekayasa 2.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pembaca. Apabila

dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan, penulis memohon maaf dan penulis sangat
menantikan saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun.

Malang, Maret 2018

Penulis
 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin jauh jenjang pendidikan yang diambil seseorang maka akan semakin
dalam pula ilmu yang didapatkan. Hal ini mendasari untuk mahasiswa terutama yang
bergelut di bidang matematika dan teknik untuk mempelajari cabang atau subbab dunia
matematik. Untuk itu diperlukan adanya pembahasan singkat dan contoh soal sebagai
pemantap untuk pembaca mempelajari isi makalah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari deret Taylor?
2. Apakah pengertian dari deret Maclaurin?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjabarkan pengertian deret taylor
2. Untuk menjabarkan pengertian deret Maclaurin
 BAB II
PEMBAHASAN

1. Deret Taylor
a. Pengertian
𝑓 (𝑛) (𝑧𝑜 )
Deret Taylor adalah Deret pangkat 𝑓(𝑧) = 𝑓(𝑧𝑜 ) + ∑∞
𝑛=1 (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛 yang
𝑛!

analitik pada daerah 𝐷 = {𝑧: |𝑧 − 𝑧𝑜 | < 𝑟}

b.Teorema
Teorema Taylor
Jika fungsi f analitik pada daerah terbuka D = {z: |z − zo | < r}, maka f(z) untuk
setiapz ∈ D dapat dinyatakan ke dalam deret pangkat

∞
𝑛
𝑓 (𝑛) (𝑧𝑜 )
𝑓(𝑧) = ∑ 𝑎𝑛 (𝑧 − 𝑧𝑜 ) , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑛 =
𝑛!
𝑛=0
∞
𝑓 (𝑛) (𝑧𝑜 )
= 𝑓(𝑧𝑜 ) + ∑ (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛
𝑛!
𝑛=1

Bukti :
1 𝑓(𝑡)
Diambil lintasan 𝐶 = {𝑡 ∈ 𝐷: |𝑡 − 𝑧𝑜 | = 𝑟}; 𝑧 ∈ 𝐼𝑛𝑡(𝐶), 𝑑𝑎𝑛 𝑓(𝑧) = 2𝜋𝑖 ∮𝑐 𝑑𝑡.
𝑡−𝑧

Karena
1 1
= (𝑡−𝑧
𝑡−𝑧 𝑜 )−(𝑧−𝑧𝑜 )

1
= 𝑧−𝑧𝑜
(𝑡−𝑧𝑜 )(1− )
𝑡−𝑧𝑜

(𝑧−𝑧𝑜 )𝑛
1 𝑧−𝑧𝑜 (𝑧−𝑧𝑜 )2 (𝑧−𝑧𝑜 )𝑛−1 (𝑡−𝑧𝑜 )𝑛
= 𝑡−𝑧 [1 + 𝑡−𝑧 + (𝑡−𝑧 2
+ ⋯ + (𝑡−𝑧 𝑛−1
+ 𝑧−𝑧𝑜 ]
𝑜 𝑜 𝑜) 𝑜) 1−
𝑡−𝑧𝑜

1 𝑧−𝑧 (𝑧−𝑧 )2 (𝑧−𝑧𝑜 )𝑛−1 (𝑧−𝑧𝑜 )𝑛

= 𝑡−𝑧 + (𝑡−𝑧 𝑜)2 + (𝑡−𝑧𝑜)3 + ⋯ + + (𝑡−𝑧
𝑜 𝑜 𝑜 (𝑡−𝑧𝑜 )𝑛 𝑛
𝑜 ) (𝑡−𝑧)

maka,
1 𝑓(𝑡)
𝑓(𝑧) = 2𝜋𝑖 ∮𝐶 𝑑𝑡
𝑡−𝑧
1 𝑓(𝑡) 𝑓(𝑡) 𝑓(𝑡)
= 2𝜋𝑖 [∮𝐶 𝑑𝑡 + (𝑧 − 𝑧𝑜 ) ∮𝐶 𝑑𝑡 + (𝑧 − 𝑧𝑜 )2 ∮𝐶 𝑑𝑡 + ⋯ +
𝑡−𝑧𝑜 (𝑡−𝑧𝑜 )2 (𝑡−𝑧𝑜 )3

𝑓(𝑡) 1 𝑓(𝑡)
(𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛−1 ∮𝐶 𝑑𝑡] + 2𝜋𝑖 (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛 ∮𝐶 𝑑𝑡
(𝑧−𝑧𝑜 )𝑛 (𝑡−𝑧𝑜 )𝑛 (𝑡−𝑧)
Menurut pengintegralan Cauchy, jika f analitik pada 𝐶 ∪ 𝐼𝑛𝑡 (𝐶) dan 𝑧𝑜 ∈ 𝐼𝑛𝑡 (𝐶),
maka
1 𝑓(𝑡) 𝑛! 𝑓(𝑡)
𝑓(𝑧𝑜 ) = 2𝜋𝑖 ∮𝐶 𝑑𝑡 dan 𝑓 𝑛 (𝑧𝑜 ) = 2𝜋𝑖 ∮𝐶 𝑑𝑡
𝑡−𝑧𝑜 (𝑡−𝑧𝑜 )𝑛−1

Oleh karena itu, diperoleh

𝑓 ′ (𝑧𝑜 ) 𝑓"(𝑧𝑜 ) 𝑓 𝑛−1 (𝑧𝑜 )
𝑓(𝑧) = 𝑓(𝑧𝑜 ) + (𝑧 − 𝑧𝑜 ) + (𝑧 − 𝑧𝑜 )2 + ⋯ + (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛−1 𝑅𝑛,
1! 2! (𝑛−1)!

1 𝑧−𝑧 𝑛 𝑑𝑡
dengan 𝑅𝑛 = 2𝜋𝑖 ∮𝐶 𝑓(𝑡) ( 𝑡−𝑧𝑜 ) … … … … … … … … (1)
𝑜 𝑡−𝑧

Akan dibuktikan lim 𝑅𝑛 = 0. Dari persamaan (1), diperoleh

𝑛→∞

1 𝑧 − 𝑧𝑜 𝑛 𝑑𝑡
|𝑅𝑛 | = | ∮ 𝑓(𝑡) ( ) |
2𝜋𝑖 𝑡 − 𝑧𝑜 𝑡 − 𝑧
𝐶

Karena f analitik pada 𝐶 ∪ 𝐼𝑛𝑡(𝐶), maka terdapat bilangan real 𝑀 > 0 sehingga
berlaku
|𝑓(𝑧)| ≤ 𝑀 untuk setiap 𝑧 ∈ 𝐶 ∪ 𝐼𝑛𝑡 𝐶
Oleh karena itu diperoleh
𝑧−𝑧
|𝑡−𝑧𝑜 | < 1 untuk setiap 𝑡 ∈ 𝐶
𝑜

Sedangkan untuk setiap 𝑡 ∈ 𝐶 berlaku

1 1 1 1 1
( )= = ≤ =
𝑡−𝑧 |𝑡 − 𝑧| |(𝑡 − 𝑧𝑜 ) − (𝑧 − 𝑧𝑜 )| |𝑡 − 𝑧𝑜 | − |𝑧 − 𝑧𝑜 | 𝑟 − |𝑧 − 𝑧𝑜 |
Menurut teorema bahwa

|∮ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡| ≤ 𝑀𝑙(𝐶), 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑀 = 𝑚𝑎𝑘𝑠|𝑓(𝑧)|

𝐶

Oleh karena itu diperoleh

1 |𝑧−𝑧𝑜 | 𝑛 1
0 ≤ |𝑅𝑛 | ≤ 2𝜋 𝑀 ( ) . 𝑟−|𝑧−𝑧 | . 2𝜋𝑟
𝑟 𝑜

|𝑧−𝑧𝑜 | 𝑛 1
= 𝑀𝑟 ( ) . 𝑟(𝑧−𝑧
𝑟 𝑜)

|𝑧−𝑧𝑜 | 𝑛 𝑀𝑟
= 𝑘( ) dengan 𝑘 = 𝑟−|𝑧−𝑧
𝑟 𝑜|

|𝑧−𝑧𝑜 | |𝑧−𝑧𝑜 | 𝑛
Karena < 1, maka lim ( ) = 0. Jadi lim 𝑅𝑛 = 0 … … … … … … … (2)
𝑟 𝑛→∞ 𝑟 𝑛→∞

Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh

𝑓 ′ (𝑧𝑜 ) 𝑓"(𝑧𝑜 ) 𝑓 (𝑛−1) (𝑧𝑜 )
𝑓(𝑧) = 𝑓(𝑧𝑜 ) + (𝑧 − 𝑧𝑜 ) + (𝑧 − 𝑧𝑜 )2 + ⋯ + (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛−1
1! 2! (𝑛−1)!

𝑓 (𝑛) (𝑧𝑜 )
= 𝑓(𝑧𝑜 ) + ∑∞
𝑛=1 (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛
𝑛!
2. Deret Maclaurin
a. Pengertian
Deret Maclaurin merupakan deret Taylor pada saat Z0 = 0

b.Teorema
Teorema
∞
𝑧
𝑧𝑛 𝑧2
(𝑎) 𝑒 = ∑ = 1+𝑧+ + … , |𝑧| < ∞
𝑛! 2!
𝑛=0
∞
(−1)𝑛 2𝑛+1 𝑧3 𝑧5
(𝑏) sin 𝑧 = ∑ 𝑧 = 𝑧 − + − … , |𝑧| < ∞
(2𝑛 + 1)! 3! 5!
𝑛=0
∞
(−1)𝑛 2𝑛 𝑧2 𝑧4
(𝑐) cos 𝑧 = ∑ 𝑧 = 1 − + − … , |𝑧| < ∞
(2𝑛)! 2! 4!
𝑛=0
∞
𝑧 2𝑛+1 𝑧3 𝑧5
(𝑑) sinh 𝑧 = ∑ = 𝑧 + + + … , |𝑧| < ∞
(2𝑛 + 1)! 3! 5!
𝑛=0
∞
𝑧 2𝑛 𝑧2 𝑧4
(𝑒) cosh 𝑧 = ∑ = 1 + + + … , |𝑧| < ∞
(2𝑛)! 2! 4!
𝑛=0
∞
1
(𝑓) = ∑ 𝑧 𝑛 = 1 + 𝑧 + 𝑧 2 + 𝑧 3 + … , |𝑧| < 1
1−𝑧
𝑛=0
∞
1
(𝑔) = ∑(−1)𝑛 𝑧 𝑛 = 1 − 𝑧 + 𝑧 2 − 𝑧 3 + … , |𝑧| < 1
1+𝑧
𝑛=0

Bukti (a) :

Fungsi 𝑓(𝑧) = 𝑒 𝑧 adalah fungsi utuh, analitik pada C. Jadi jari-jari kekonvergenan
deret MacLaurinnya adalah 𝜌 = ∞. Karena 𝑓(𝑧) = 𝑒 𝑧 analitik pada C, diperoleh
𝑓(0) = 1 dan 𝑓 𝑛 (𝑧) = 𝑒 𝑧 untuk setiap 𝑛 ∈ 𝑁. Jadi 𝑓 𝑛 (0) = 1.
Dengan demikian deret McLaurin dari 𝑓(𝑧) = 𝑒 𝑧 adalah
∞
𝑧
𝑓 𝑛 (0) 𝑛
𝑓(𝑧) = 𝑒 = 𝑓(0) + ∑ 𝑧 , |𝑧| < ∞
𝑛!
𝑛=1
∞ ∞
𝑧𝑛 𝑧𝑛
= 1+∑ =∑
𝑛! 𝑛!
𝑛=1 𝑛=1
Jadi terbukti bahwa
∞
𝑧
𝑧𝑛 𝑧2
𝑒 =∑ = 1+𝑧+ + … , |𝑧| < ∞
𝑛! 2!
𝑛=1

Bukti (b) :
𝑓(𝑧) = sin 𝑧 , 𝑓(0) = 0
𝑧 − 𝑧0 𝑧−0
𝑓 ′(𝑧) = (cos 𝑧0 ) , 𝑓′(0) = (cos 0)
1 1
′′
(𝑧 − 𝑧0 )2 ′′
(𝑧 − 0)2
𝑓 (𝑧) = (− sin 𝑧0 ) , 𝑓 (0) = (− sin 0)
2! 2!
(𝑧 − 𝑧0 )3 (𝑧 − 0)3
𝑓′′′(𝑧) = (− cos 𝑧0 ) , 𝑓′′′(0) = (− cos 0)
3! 3!
…………………………………......
Sehingga

∞
(−1)𝑛 2𝑛+1 𝑧3 𝑧5
sin 𝑧 = ∑ 𝑧 = 𝑧 − + − … , |𝑧| < ∞
(2𝑛 + 1)! 3! 5!
𝑛=0

Bukti (c) :
𝑓(𝑧) = cos 𝑧 , 𝑓(0) = 1
𝑧 − 𝑧0 𝑧−0
𝑓 ′(𝑧) = (−sin 𝑧0 ) , 𝑓′(0) = (−sin 0)
1 1
′′
(𝑧 − 𝑧0 )2 ′′
(𝑧 − 0)2
𝑓 (𝑧) = (− cos 𝑧0 ) , 𝑓 (0) = (− cos 0)
2! 2!
(𝑧 − 𝑧0 )3 (𝑧 − 0)3
𝑓′′′(𝑧) = (sin 𝑧0 ) , 𝑓′′′(0) = (sin 0)
3! 3!
…………………………………......
Sehingga

∞
(−1)𝑛 2𝑛 𝑧2 𝑧4
cos 𝑧 = ∑ 𝑧 = 1 − + − … , |𝑧| < ∞
(2𝑛)! 2! 4!
𝑛=0

Bukti (d) :
𝑓(𝑧) = sinh 𝑧 , 𝑓(0) = 0
 𝑧 − 𝑧0 𝑧−0
𝑓 ′(𝑧) = (cosh 𝑧0 ) , 𝑓′(0) = (cosh 0)
1 1
(𝑧 − 𝑧0 )2 (𝑧 − 0)2
𝑓 ′′ (𝑧) = (sinh 𝑧0 ) , 𝑓 ′′ (0) = (sinh 0)
2! 2!
(𝑧 − 𝑧0 )3 (𝑧 − 0)3
𝑓′′′(𝑧) = (cosh 𝑧0 ) , 𝑓′′′(0) = (cosh 0)
3! 3!
…………………………………......
Sehingga

∞
𝑧 2𝑛+1 𝑧3 𝑧5
sinh 𝑧 = ∑ = 𝑧 + + + … , |𝑧| < ∞
(2𝑛 + 1)! 3! 5!
𝑛=0

Bukti (e) :
𝑓(𝑧) = cosh 𝑧 , 𝑓(0) = 1
𝑧 − 𝑧0 𝑧−0
𝑓 ′(𝑧) = (sinh 𝑧0 ) , 𝑓′(0) = (sinh 0)
1 1
(𝑧 − 𝑧0 )2 (𝑧 − 0)2
𝑓 ′′ (𝑧) = (cosh 𝑧0 ) , 𝑓 ′′ (0) = (cosh 0)
2! 2!
(𝑧 − 𝑧0 )3 (𝑧 − 0)3
𝑓′′′(𝑧) = (sinh 𝑧0 ) , 𝑓′′′(0) = (sinh 0)
3! 3!
…………………………………......
Sehingga
∞
𝑧 2𝑛 𝑧2 𝑧4
cosh 𝑧 = ∑ = 1 + + + … , |𝑧| < ∞
(2𝑛)! 2! 4!
𝑛=0

Bukti (f) :
1
Misalkan 𝑓(𝑧) = . Titik singular dari fungsi 𝑓 adalah 𝑧 = 1. Jadi jari-jari
1−𝑧

kekonvergenan deret MacLaurin 𝑓 adalah

𝜌 = jarak dari 0 ke titik singular yang terdekat = 1
1
𝑓(𝑧) = , 𝑓(0) = 1
1−𝑧
1
𝑓′(𝑧) = , 𝑓′(0) = 1
(1 − 𝑧)2
2
𝑓 ′′ (𝑧) = , 𝑓 ′′ (0) = 2
(1 − 𝑧)3
6
𝑓′′′(𝑧) = , 𝑓′′′(0) = 6
(1 − 𝑧)4
…………………………………......
𝑛!
𝑓 𝑛 (𝑧) = , 𝑓 𝑛 (0) = 𝑛!
(1 − 𝑧)𝑛+1
1
Dengan demikian deret MacLaurin dari 𝑓(𝑧) = adalah
1−𝑧
∞
1 𝑓 𝑛 (0) 𝑛
𝑓(𝑧) = = 𝑓(0) + ∑ 𝑧 , |𝑧| < 1
1−𝑧 𝑛!
𝑛=1
∞ ∞
𝑛!
= 1 + ∑ 𝑧𝑛 = 1 + ∑ 𝑧𝑛
𝑛!
𝑛=1 𝑛=1
∞

= ∑ 𝑧𝑛
𝑛=0

Jadi terbukti bahwa

∞
1
= ∑ 𝑧𝑛 = 1 + 𝑧 + 𝑧2 + 𝑧3 + … , |𝑧| < 1
1−𝑧
𝑛=0

Bukti (g) :
1
Misalkan 𝑓(𝑧) = . Titik singular dari fungsi 𝑓 adalah 𝑧 = 1. Jadi jari-jari
1+𝑧

kekonvergenan deret MacLaurin 𝑓 adalah

𝜌 = jarak dari 0 ke titik singular yang terdekat = 1
1
𝑓(𝑧) = , 𝑓(0) = 1
1+𝑧
−1
𝑓 ′(𝑧) = , 𝑓 ′(0) = −1
(1 + 𝑧)2
2
𝑓 ′′ (𝑧) = , 𝑓 ′′ (0) = 2
(1 + 𝑧)3
−6
𝑓 ′′′(𝑧) = , 𝑓 ′′′(0) = −6
(1 + 𝑧)4
…………………………………......
𝑛!
𝑓 𝑛 (𝑧) = , 𝑓 𝑛 (0) = 𝑛!
(1 + 𝑧)𝑛+1
1
Dengan demikian deret MacLaurin dari 𝑓(𝑧) = adalah
1−𝑧
∞
1 𝑓 𝑛 (0) 𝑛
𝑓(𝑧) = = 𝑓(0) + ∑ 𝑧 , |𝑧| < 1
1+𝑧 𝑛!
𝑛=1
 ∞ ∞
𝑛!
= −1 + ∑ 𝑧 𝑛 = −1 + ∑ 𝑧 𝑛
𝑛!
𝑛=1 𝑛=1
∞

= ∑(−1)𝑛 𝑧 𝑛
𝑛=0

Jadi terbukti bahwa

∞
1
= ∑(−1)𝑛 𝑧 𝑛 = 1 − 𝑧 + 𝑧 2 − 𝑧 3 + … , |𝑧| < 1
1+𝑧
𝑛=0

Contoh soal
1
3. Tentukan deret Taylor dari 𝑓(𝑧) = 1+𝑧 disekitar = 𝑖 !

Penyelesaian :
1 1
𝑓(𝑧) = 1+𝑧 , 𝑓(𝑖) = 1+𝑖
−1 −1
𝑓 ′ (𝑧) = (1+𝑧)2 , 𝑓 ′ (𝑖) = (1+𝑖)2
2 2
𝑓"(𝑧) = (1+𝑧)3 , 𝑓"(𝑖) = (1+𝑖)3
−6 −1
𝑓 ′′′ (𝑧) = (1+𝑧)4 , 𝑓′′′(𝑖) = (1+𝑖)4
(−1)𝑛 .𝑛! (−1)𝑛 .𝑛!
𝑓 𝑛 (𝑧) = (1+𝑧)𝑛+1 , 𝑓 𝑛 (𝑖) = (1+𝑖)𝑛+1
1
Jadi deret Taylor dari 𝑓(𝑧) = 1+𝑧 disekitar 𝑧 = 𝑖 adalah
1
𝑓(𝑧) = 1+𝑧
𝑓 (𝑛) (𝑖)
= 𝑓(𝑖) + ∑∞
𝑛=1 (𝑧 − 𝑖)𝑛
𝑛!
1 (−1)𝑛
= 1+𝑖 + ∑∞
𝑛=1 (1+𝑖)𝑛+1 (𝑧 − 𝑖)
𝑛

(−1)𝑛
= ∑∞
𝑛=0 (1+𝑖)𝑛+1 (𝑧 − 𝑖)
𝑛

1−𝑧
4. Uraikan 𝑓(𝑧) = 1+2𝑧 disekitar 𝑧 = 1.

Penyelesaian :

1 1 1
= ( )
1 + 2𝑧 2 1 + 𝑧
2

1 1
= ( )
2 3 + (𝑧 − 1)
2
 1 1
=
3 𝑧−1
1+( 3 )
( ⁄2 )
∞ 𝑛
1 𝑧−1
= ∑(−1)𝑛 ( )
3 3⁄
𝑛=0 2
∞
(−1)𝑛 2𝑛 (𝑧 − 1)𝑛
=∑
3𝑛+1
𝑛=0

Jadi diperoleh

∞
1−𝑧 (−1)𝑛 2𝑛 (𝑧 − 1)𝑛+1
𝑓(𝑧) = = −∑
1 + 2𝑧 3𝑛+1
𝑛=0
∞
(−1)𝑛 2𝑛 (𝑧 − 1)𝑛+1
=∑
3𝑛+1
𝑛=0

5. Hitunglah ∑∞ 𝑛 𝑛
𝑛=0(−1) 𝑛𝑧 .

Penyelesaian :
∞ ∞

∑(−1)𝑛 𝑛𝑧 𝑛 = ∑ 𝑧((−1)𝑛 𝑛𝑧 𝑛−1 )

𝑛=0 𝑛=0
∞
𝑑 𝑛
= 𝑧 ∑(−1)𝑛 (𝑧 )
𝑑𝑧
𝑛=0
∞
𝑑
= 𝑧 ∑(−1)𝑛 (𝑧 𝑛 )
𝑑𝑧
𝑛=0

𝑑 1
=𝑧 ( )
𝑑𝑧 1 + 𝑧
−1
= 𝑧( )
(1 + 𝑧)2
−𝑧
=
(1 + 𝑧)2
 BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
𝑓 (𝑛) (𝑧𝑜 )
Deret Taylor adalah Deret pangkat 𝑓(𝑧) = 𝑓(𝑧𝑜 ) + ∑∞
𝑛=1 (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛 yang
𝑛!

analitik pada daerah 𝐷 = {𝑧: |𝑧 − 𝑧𝑜 | < 𝑟}. Jika fungsi f analitik pada daerah terbuka
D = {z: |z − zo | < r}, maka f(z) untuk setiapz ∈ D dapat dinyatakan ke dalam deret
pangkat. Sementara deret Maclaurin merupakan deret Taylor pada saat Z0 = 0.

3.2 Saran
Mempelajari deret Taylor dan deret Maclaurin butuh latihan yang lebih serig, maka dari
itu pempaca perlu menambah intensitas latihan soal.
 DAFTAR PUSTAKA

http://elnicovengeance.wordpress.com/2011/07/30/deret-dan-teorema-taylor/
diakses pada Mei 2018
http://rifan-alif.blogspot.com/2012/03/buku-pegangan-mate-kuliah-analisis.html
diakses pada Mei 2018