Disusun Oleh :
1. Dadutiana (ACB 115 024)
2. Yonatan Vari (ACB 116 012)
3. Noraini (ACB 116 025)
1. Keadaan Nondegenerasi
Di dalam teori gangguan, Hamiltonian sistem diuraikan menjadi dua bagian utama yaitu
tanpa gangguan dan bagian atau suku pengganggu. Suku pengganggu dibagi 3 yaitu gangguan
stasioner atau tak tergantung waktu dan gangguan yang berubah terhadap waktu. Persamaan
𝐻 = 𝐻0 + 𝜆𝐻1 , (1.1)
𝐻0 𝜑𝑛 = 𝐸𝑛0 𝜑𝑛 (1.2)
0
Pembatasan pada nondegenerasi yaitu 𝐸𝑚 ≠ 𝐸𝑛0 untuk 𝜑𝑚 ≠ 𝜑𝑛 , 𝑚 ≠ 𝑛, Jika Hamiltonian
𝐸𝑛 → 𝐸𝑛0 (1.5)
Kondisi (1.5) 𝜆 → 0, 𝜓𝑛 → 𝜑𝑛 dipenuhi oleh 𝑁(0) = 1, 𝐶𝑛𝑘 (0) = 0 (1.7),Jika 𝑁(𝜆) = 1 maka
(1) (2) (2)
𝐶𝑛𝑘 (𝜆) = 𝜆𝐶𝑛𝑘 + 𝜆2 𝐶𝑛𝑘 + 𝜆2 𝐶𝑛𝑘 (1.8)
Serupa dengan fungsi eigen, nilai eigen yang memenuhi kondisi (1.5) diuraikan dalam deret
(1) (2) (3)
𝐸𝑛 = 𝐸𝑛0 + 𝜆𝐸𝑛 + 𝜆2 𝐸𝑛 + 𝜆3 𝐸𝑛 + ⋯ (1.10)
Persamaan (1.11) a dipenuhi jika semua komponen dari 𝜆𝑘 sama. Pengalian tiap suku untuk
komponen 𝜆0 ,
𝐻0 𝜑𝑛 = 𝐸𝑛0 𝜑𝑛 (1.12)
(1) (1)
𝐸𝑘0 ∑ 𝐶𝑛𝑘 (𝜑𝑛 , 𝜑𝑘 ) + (𝜑𝑛 , 𝐻1 𝜑𝑛 ) = ∑ 𝐸𝑘0 𝐶𝑛𝑘 𝛿𝑛𝑘 + ⟨𝜑𝑛 |𝐻1 |𝜑𝑛 ⟩
𝑘≠𝑛 𝑘≠𝑛
(1)
= 0 + 𝐸𝑛 (1.13𝑐)
(1)
𝐸𝑛 = ⟨𝜑𝑛 |𝐻1 |𝜑𝑛 ⟩ (1.14)
Persamaan (1.13a) dikalikan skalar dengan 𝜑𝑚 untuk 𝑚 ≠ 𝑛 , Pada ruas kiri dan kanan
(1) (1)
𝐸𝑘0 ∑ 𝐶𝑛𝑘 (𝜑𝑚 , 𝜑𝑘 ) + (𝜑𝑚 , 𝐻1 𝜑𝑛 ) = ∑ 𝐸𝑘0 𝐶𝑛𝑘 𝛿𝑚𝑘 + ⟨𝜑𝑚 |𝐻1 |𝜑𝑚 ⟩
𝑘≠𝑛 𝑘≠𝑛
0 (1)
= 𝐸𝑚 𝐶𝑛𝑚 + ⟨𝜑𝑚 |𝐻1 |𝜑𝑚 ⟩ (1.13𝑑)
(1) (1)
= 𝐸𝑛 𝐶𝑛𝑚 + 0 (1.13𝑒)
Sehingga,
(2)
= 0 + 0 + 𝐸𝑛
Sehingga didapatkan energy koreksi orde dua dari tingkat energi ke-n
2. Kasus Degenarasi
0
Pada sistem fisis yang mengalami degenerasi, yaitu 𝐸𝑚 = 𝐸𝑛0 untuk 𝜑𝑚 ≠ 𝜑𝑛 , 𝑚 ≠ 𝑛,
maka penyebut pada persamaan (1.15) dan (1.17) menjadi nol. Sehingga perumusan perlu
dimodifikasi. Energi tingkat ke-n memiliki derajat degenerasi g dan keadaan degenerasi
(𝑖)
𝜑𝑛 , 𝑖 = 1,2, … , 𝑔 . Keadaan ini mempunyai ortonormalitas
(𝑖) (𝑗)
⟨𝜑𝑚 |𝜑𝑛 ⟩ = 𝛿𝑚𝑛 𝛿𝑖𝑗 (1.18)
Lalu substitusi persamaan (1.19) dan(1.10) ke dalam pers. (1.4) maka komponen suku ,
𝑔 𝑔 𝑔 𝑔
(1) (1)
𝐻1 ∑ 𝑎𝑖 𝜑𝑛𝑖 + 𝐻0 ∑ 𝐶𝑛𝑘 ∑ 𝑏𝑖 𝜑𝑘𝑖 = ∑ 𝑎𝑖 𝐻1 𝜑𝑛𝑖 +∑ 𝐶𝑛𝑘 𝐸𝑘0 ∑ 𝑏𝑖 𝜑𝑘𝑖
𝑖=1 𝑘≠𝑛 𝑖=1 𝑖=1 𝑘≠𝑛 𝑖=1
𝑔 𝑔
(1) (1)
= 𝐸𝑛 ∑ 𝑎𝑖 𝜑𝑛𝑖 + 𝐸𝑛0 ∑ 𝐶𝑛𝑘 ∑ 𝑏𝑖 𝜑𝑘𝑖 (1.20)
𝑖=1 𝑘≠𝑛 𝑖=1
Tuliskan ⟨𝜑𝑛𝑙 |𝐻1 |𝜑𝑛𝑖 ⟩ = ℎ𝑙𝑖𝑛 (1.22) , maka ∑𝑔𝑖=1 𝑎𝑖 ℎ𝑙𝑖𝑛 = 𝐸𝑛(1) 𝑎𝑙 (1.23)
𝑛 𝑛 𝑛 (1)
ℎ11 𝑎1 + ℎ12 𝑎2 + ⋯ + ℎ1𝑔 𝑎𝑔 = 𝐸𝑛 𝑎1
𝑛 𝑛 𝑛 (1)
ℎ21 𝑎1 + ℎ22 𝑎2 + ⋯ + ℎ2𝑔 𝑎𝑔 = 𝐸𝑛 𝑎2
⋮ (1.24𝑎)
𝑛 𝑛 𝑛 (1)
ℎ𝑔1 𝑎1 + ℎ𝑔2 𝑎2 + ⋯ + ℎ𝑔𝑔 𝑎𝑔 = 𝐸𝑛 𝑎𝑔
atau
𝑛
ℎ11 𝑛
ℎ11 ⋯ 𝑛
ℎ11 𝑎1 𝑎1
ℎ𝑛 𝑛
ℎ11 ⋯ 𝑛
ℎ11 𝑎 2 (1) 𝑎2
( 11 ) ( ⋮ ) = 𝐸𝑛 ( ⋮ ) (1.24𝑏)
⋮ ⋮ ⋱ ⋮
𝑛
ℎ11 𝑛
ℎ11 ⋯ 𝑛
ℎ11 𝑎𝑔 𝑎𝑔
Energi orde pertama terdegenerasi adalah nilai eigen dari Hamiltonian gangguan dalam basis
ortogonal baru.
Interaksi dipol magnetik ialah interaksi langsung antara dua dipol magnetik. Persamaan
Energi potensial H
𝛍0 2
H= (3(𝑚1. 𝑟)(𝑚2. 𝑟) × 𝑚1. 𝑚2) + 𝝁𝟎 𝑚1. 𝑚2 (𝑟)
4𝜋𝑟 3 3
𝜇0 𝛾1 𝛾2 ħ2
H= − (3(𝑆1 . 𝑟)(𝑆2 . 𝑟) × 𝑆1 . 𝑆2 )
4𝜋|𝑟|3
Energi interaksi dinyatakan sebagai produk titik dari dipol pada lintasan oleh dipol lainnya:
H = m1 . 𝐵2 (𝑟1 ) = 𝑚2 . 𝐵1 (𝑟2 )
3(𝑚1 . 𝑟)(𝑚2 . 𝑟) . 𝑚1 . 𝑚2 1
− (𝑚1 . ∇)(𝑚2 . ∇)
4𝜋|𝑟|3 4𝜋|𝑟|
Kemudian menjadi,
Jika, Momen magnetik spin pada persamaan 2.1 maka persamaan 2.2 adalah saat spin setengah
𝑺
𝛍𝒔 = − 𝒈𝒔 𝛍𝑩 (2.1)
ħ
ħ
𝑒ħ
𝛍𝑠 ≈ 2 2
= 𝛍𝐵 (2.2)
2𝑚𝑒 𝑐 ħ
∂E𝑥
diberikan gaya di sumbu x, F = 𝑖̂e𝑥𝑥 ( ∂x ). Gaya rata-rata Fon = 𝑖̂Fon pada osilator menjadi,
∂ ∂
Fon = ⟨[(𝑒𝑖
̂ 𝑥). ∇ ] 𝐸𝑅𝑟 (𝑟, 𝑡) + 𝐸 (𝑟, 𝑡)]⟩=[𝑖𝑒𝑥 ( ). ∇ ) 𝐸𝑅𝑟 (𝑟, 𝑡) + 𝐸(𝑟, 𝑡] + 𝑒𝑥 [ 𝐸𝑥 (𝑟, 𝑡)]
∂R ∂R
Gaya van der Waals yang tidak meninjau pada gaya elektrostatik rata-rata dari satu dipol, maka
ℏ𝜔
∂ 2e𝑥𝐴 𝑒2 𝑒2 𝑒2 ∂ ℏcoth[ ]
2𝑘𝐵 𝑇
Fon =[𝑒𝑥𝐵 ∂R ( )]=-6𝑅4 ⟨𝑥𝐴 𝑥𝐵 ⟩=6𝑅4 𝑚3 𝜔 ( )
𝑅3 0𝑅
3 𝜕𝜔 ∂ω 2𝜔
𝜔=𝜔0
DAFTAR PUSTAKA
Boyer, T.H. (2018). Contrasting Interactions Between Dipole Osillators in Classical and