Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam Pada Daun Kumis Kucing
Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam Pada Daun Kumis Kucing
NIM : 14035105
KELOMPOK : 2
ASISTEN : YAHDI
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) merupakan salah satu tanaman dari sekian banyak
tanaman obat yang ada di Indonesia dan sering digunakan masyarakat untuk pengobatan
tradisional. Masyarakat secara turun temurun memanfaatkan daunnya sebagai obat untuk
hipertensi dan batu ginjal karena efek diuretik yang dimilikinya, dan hal ini karena adanya
Metabolit sekunder adalah molekul organik yang tidak secara langsung dalam
pertumbuhan dan perkembangan normal dari suatu organisme. Metabolit sekunder dapat ditandai
oleh keragaman kimia yang sangat besar, dimana setiap organisme memiliki karakteristik
tersendiri dalam setiap kandungan metabolit sekundernya. Senyawa metabolit sekunder banyak
terdapat di tumbuhan yang sudah diolah menjadi ekstrak, fraksi ataupun kristal. Metabolit
sekunder dalam kumis kucing (Orthosiphon aristatus) adalah alkaloid, flavonoid, terpenoid dan
steroid.
Senyawa metabolit sekunder dalam daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dapat
mengidentifikasi jenis senyawa metabolit sekunder dalam sampel dengan menggunakan pereaksi
tertentu. Salah satu keunggulannya yaitu lebih mudah digunakan dan alat yang digunakan
sedikit. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mengidentifikasi
senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam fraksi dan kristal daun kumis kucing
(Orthosiphon aristatus).
B. Rumusan Masalah
(Orthosiphon aristatus)?
C. Tujuan
peraksi.
2. Untuk mengetahui Senyawa metaboli sekunder apa yang terdapat dalam fraksi dan kristal daun
TINJAUAN PUSTAKA
Libiatae, tempat pertumbuhannya di beberapa daerah di tanah air. Suka sekali akan keadaan
yang agak basah. Daun-daunnya berkhasiat obat, pengumpulan daun biasanya dilakukan ketika
tanaman ini berbunga, daun-daun ini berbau aromatik, lemah, rasanya kalau diperhatikan benar
Uraian makroskopik dari daun kumis kucing (Orthosiphon sramineus Benth) yaitu:
1. Daunnya berwarna hijau, merupakan daun tunggal, bertangkai, berbentuk bulat telur, ada pula
2. Keadaan daun agak rapuh, panjang 4 cm-12 cm, lebar 5 cm-8 cm.
3. Tepi-tepinya bergerigi kasar tidak beraturan, ujung daun dan pangkalnya meruncing.
4. Tepi daun dan tulang daun berbulu, warna tulang daun ini hijau, tetapi ada pula yang keunguan.
Daun kumis kucing (Orthosiphon sramineus Benth) berkhasiat sebagai peluruh air seni
(deuretik), radang kandung kemih, ginjal, dan untuk obat rematik. Senyawa kimia yang terdapat
dalam daun kumis, antara lain garam kalium dan senyawa saponin. Kandungan utama yang
paling stabil dalam daun kumis kucing ialah sinesetin .
Klasifikasi dari daun kumis kucing (Orthosiphon sramineus Benth) adalah sebagai
berikut:
Klasifikasi : Spermathophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae
Marga : Orthosipon
Masyarakat lebih sering menggunakan tanaman kumis kucing untuk menjalani terapi pengobatan
herbal. Jenis daun yang dipakai kadang basah ada juga yang kering, tergantung bagaimana resep
yang diberikan oleh pakar pengobatan tradisional.
Di tanah air daun kumis kucing kering berguna sebagai peluruh air kemih (diuretik), dan
dijadikan obat rematik oleh penduduk India di perkampungan. Selain itu, kegunaan tanaman
kumis kucing secara empiris lain juga sebagai obat batuk, encok, masuk angin dan konstipasi.
Bagian daun kumis kucing bisa dijadikan obat untuk menyembuhkan radang ginjal, batu ginjal,
sipilis, albuminuria, kencing manis, rematik, dan menurunkan kadar gula dalam darah.
Penggunaan luar juga memanfaatkan sifat antibakterinya, misalnya menghilangkan rasa gatal
akibat alergi.
Keampuhan tanaman kumis kucing sebagai tumbuhan obat tak lepas dari kandungan senyawa
seperti glikosida orthosiphonin, zat samak, saponin, mineral seperti kalium, mionositol,
sapofonin, dan sinensetin. Banyaknya kandungan tersebut membuat masyarakat tidak ragu dalam
mengonsumsi buah ini sebagai obat dalam.
Senyawa metabolit sekunder bahan alam dikatakan sebagai produk murni dari alam.
Bahan alam ini dapat meliputi seluruh organisme misalnya tumbuhan, hewan atau
mikroorganisme lainnya yang belum pernah mengalami proses pengolahan. Selain itu, ada juga
bahan alam dari bagian suatu organisme seperti daun, bunga atau organ hewan yang terisolasi.
Ekstrak dan senyawa murni juga merupakan bagian dari bahan alam seperti alkaloid, kumarin,
flavonoid, glikosida, lignan yang diisolasi dari tumbuhan, hewan dan mikroorganisme .
1. Fenolik
Fenolik yang paling banyak di alam yaitu flavonoid. Metabolit sekunder yang seperti
flavonoid yang memberikan konstribusi keindahan warna dan kesemarakan pada bunga dan
buah-buahan di alam. Flavon memberikan warna kuning dan jingga, antosianin memberikan
warna merah, biru atau ungu yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau.
Secara bilogis, flavonoid memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan pada tanaman
oleh serangga. Sejumlah flavonoid mempunyai rasa pahit hingga dapat bersifat menolak sejenis
ulat tertentu .
2. Alkaloid
yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa. Lazim mengandung nitrogen dalam cincin
heterosiklik, diturunkan dari asam amino biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam
organik .
Sifat fisika alkaloid, kebanyakan alkaloid yang sudah diisolasi berupa padatan kristal
dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang
berbentuk amorf dan beberapa nikotin dan konin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak
berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Umumnya, basa bebas hanya larut
dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudo dan protoalkaloid larut dalam air. Garam
alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air .
Sifat kimia alkaloid. Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung adanya
pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat
melepaskan elektron sebagai contoh gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik
3. Terpenoid
Nama terpen diberikan kepada senyawa yang mempunyai perumusan molekul C10H16
yang secara etimologi berasal dari pohon terebinth, Pistacia terebintuhus. Volatilitas mereka
yang mudah dikenal dalam tanaman yang berbau harum dan disamping itu senyawa terpen
mudah sekali diisolasi dengan cara destilasi dari daun, batang dan bunga yang kemudian dikenal
dengan minyak “essential” atau disebut juga minyak atsiri. Banyak minyak atsiri yang digunakan
untuk berbagai keperluan seperti sebagai pengharum makanan, farfum, obat-obatan dan
sebagainya. Meskipun banyak minyak atsiri merupakan senyawa terpenoid namun demikian
pengertian tersebut tidak berlaku umum karena terdapat senyawa nonterpenoid filiage dan bunga
Kebanyakan senyawa terpenoid terdapat bebas dalam jaringan tanaman, tidak terikat
dengan senyawa-senyawa lain, tetapi banyak diantara mereka yang terdapat sebagai glikosida,
ester dari asam organik dan dalam beberapa hal terikat dengan protein. Anggota yang rendah
(senyawa C10 dan C15) sering dapat diperoleh dengan cara distilasi uap dengan tanaman yang
segar atau kering sedangkan anggota yang lebih tinggi (C20 atau lebih) biasanya diisolasi dengan
cara ekstraksi dengan pelarut kemudian dipisahkan dan dimurnikan dengan cara kristalisasi,
C. Skrining Fitokimia
mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan. Pemeriksaan dilakukan
pada senyawa metabolit sekunder yang memiliki khasiat bagi kesehatan seperti alkaloid,
yaitu:
1. Mayer
Pereaksi meyer dapat dibuat dari merkuri (II) klorida dilarutkan dalam air suling. Kalium
iodida dalam air suling kemudian kedua larutan ini dicampur dan ditambahkan air suling. Warna
iodida dalam air suling. Larutan jernih diambil dan diencerkan dengan air suling. Warna
Pereaksi lieberman bourchard dapat dibuat dari kalium iodida dalam air suling iodium.
Pereaksi besi(III)klorida dapat dibuat dari besi (III) klorida dalam air suling kemudian
D. Pelarut Organik
1. N-heksana
N-heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14.
Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana
berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon
tersebut. Senyawa dalam keadaan standar merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam
air .
Sifat fisika dan kimia n-heksan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Karakterisasi Syarat
Bobot molekul 86,2 gram/mol
Warna Tak berwarna
Wujud Cair
Titik lebur -95 oC
Titik didih 69 oC
Densitas 0,6603 g/mL pada 20 oC
Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas yang digunakan sebagai pelarut
tinta, perekat dan resin dibandingkan dengan etanol, etil asetat memiliki koefisien distribusi yang
lebih tinggi dibanding etanol termasuk kelarutannya dalam gasoline. Selain dari penggunaannya
sebagai pelarut, etil asetat dapat berfungsi sebagai bahan aditif untuk meningkatkan bilangan
oktan pada bensin serta dapat berguna sebagaibahan baku kimia serba guna. Pembuatan etil
METODOLOGI PENELITIAN
1. Alat
Lumpang
Pisau
Pipet tetes
Gunting
Pemanas
Corong
Plat tetes
Tabung reaksi
2. Bahan
Pasir halus bersih
Amoniak
Pereaksi wagner
H2SO4 2N
Serbuk Mg
Kapas
H2SO4 pekat
Pereaksi dragendorf
Anhidrida asetat
Kloroform
Pereaksi mayer
Methanol
HCl pekat
Contoh tumbuhan
C. DIAGRAM KERJA
1) a + pereaksi Mayer
diambil gerusan 2) a + pereaksi Wagner
Lapisan
3) a + pereaksi Dragendorf
Terbentuk dua lapisan dengan pipet yang asam sulfat
diberi kapas
Terbentuk larutan yang berubah warna menjadi merah/pink atau kuning (positif flavonoid)
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan. Pemeriksaan dilakukan
pada senyawa metabolit sekunder yang memiliki khasiat bagi kesehatan seperti alkaloid,
Senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam sampel yaitu flavonoid, steroid,
alkaloid dan steroid. Pengujian untuk mengetahui keberadaan senyawa metabolit sekunder ini
dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi tertentu misalnya FeCl3, NaOH, wagner,
Uji flavonoid menggunakan metanol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
hasil uji flavonoid dari pereaksi yang bersifat garam dan basa. Hasil yang diperoleh pada larutan
berwarna hijau kekuningan yang menandakan bahwa sampel mengandung senyawa flavonoid.
Hal ini terjadi karena terjadi pemutusan cincin karbon C3 yang mencirikan asetofenon (berwarna
kuning).
Uji alkaloid menggunakan pereaksi meyer (endapan putih-kuning) dan wagner (endapan
jingga). Hal ini bertujuan untuk melihat hasil uji alkaloid dari pereaksi yang berbeda. pereaksi ini
digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa alkaloid dalam fraksi maupun kristal. Hasil yang
diperoleh pada pereaksi meyer untuk sampel fraksi dan kristal larutan bening yang menandakan
reaksi negatif atau pereaksi meyer tidak mampu menarik senyawa alkaloid dalam sampel yang
disebabkan pereaksi yang digunakan untuk menguji terlalu sedikit sehingga uji yang dihasilkan
negatif. Sedangkan hasil untuk pereaksi wagner pada sampel fraksi diperoleh endapan
jingga yang menandakan terdapat senyawa alkaloid dalam sampel fraksi. Hal ini dikarenakan,
terjadi pengikatan ion K+ pada nitrogen dalam cincin sehingga membentuk endapan berwarna
endapan jingga, Sedangkan sampel kristal memberikan warna merah bata yang menunjukkan
reaksi tidak berjalan. Hal ini dapat disebabkan karena sampel uji yang digunakan hanya sedikit
Uji terpenoid dan steroid menggunakan HCl dan anhidrida asetat yang berfungsi untuk
mendeteksi adanya senyawa terpenoid (merah-ungu) dan steroid (biru-hijau) dalam sampel fraksi
di dalam tabung reaksi lalu dilakukan pemanasan selama 2-3 menit. Lalu dikocok. Hasil yang
diperoleh terdapat busa yang stabil sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan alam yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Identifikasi senyawa dengan menggunakan uji pereaksi dilakukan dengan menggunakan metode
skrining fitokimia.
2. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam fraksi dan kristal daun kumis kucing
(Orthosiphon aristatus) yaitu flavonoid dengan FeCl3 memberikan warna hijau kekuningan,
alkaloid dengan wagner terbentuk endapan jingga dan steroid dengan lieberman burchard yang
B. Saran
Saran untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya pada uji senyawa flavonoid
besi(III)klorida.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R dan Fessenden, J. 1986. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Alih bahasa oleh
Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
Muhlisah, Ir. Fauziah. 1996. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Trevon Robinson. 1991. The Organic Constituents of Higher Plants, Alih bahasa : Dr Kosasih
Padmawinata. Bandung : ITB.