Minyak Goreng Kelapa Sawit PDF
Minyak Goreng Kelapa Sawit PDF
PENGANTAR
Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur dalam
mencapai Visi Daerah sebagai pusat perdagangan dan jasa yang terkemuka di Indonesia Timur dan Asia
Pasifik adalah pembangunan pertanian dalam arti luas. Kalimantan Timur dengan kekayaan sumberdaya dan
agroekologinya menyimpan potensi pengembangan komoditi pertanian seperti kelapa sawit dan rumput
laut. Rumput laut merupakan komoditas ekspor, yang saat ini di ekspor ke beberapa Negara tujuan seperti
Hongkong, Cina, Denmark, Spanyol, USA dan Filipina. Di sisi lain, perkembangan pesat pembangunan
perkebunan kelapa sawit harus diiringi dengan upaya serius pengembangan industri hilir yaitu pembangunan
pabrik minyak goreng berbahan baku kelapa sawit.
Dalam upaya untuk mendorong pihak dunia usaha menanamkan investasinya, perlu diberikan informasi
yang jelas tentang prospektif pembangunan industri minyak goreng kelapa sawit dan budidaya rumput laut
tersebut. Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang bagaimana profil investasi komoditi
minyak goreng kelapa sawit dan budidaya rumput laut, Badan Promosi dan Invetasi Daerah (BPID)
Kalimantan Timur bekerjasama dengan Center For Community Empowerment and Economic (FORCE)
melakukan studi penyusunan profil proyek komoditi minyak goreng kelapa sawit dan budidaya rumput laut.
Saya menyambut gembira atas tersusunnya Laporan Akhir Studi Penyusunan Profil Proyek Komoditi
Minyak Goreng Kelapa Sawit ini, sebagai hasil studi dari kerjasama tersebut.
Kami berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi dunia usaha dan pemerintah sebagai dasar
dalam mengambil kebijakan pengembangan industri hilir kelapa sawit dan rumput laut tersebut di
Kalimantan Timur.
Akhirnya, kepada Direktur Center For Community Empowerment and Economic (FORCE) dan Tim Studinya
kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas usaha dan sumbangan pemikiran yang diberikan.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada walikota/bupati beserta jajarannya di daerah studi dan semua
pihak yang telah memberikan kontribusinya sejak awal hingga tersusunnya laporan ini.
Terima Kasih.
H. Nusyirwan Ismail
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
1. Pendahuluan
Sesuai data dugaan produksi minyak goreng dalam negeri pada tahun 2005 sebesar 5.385,8
ribu ton diperkirakan tidak dapat mengimbangi tingginya kenaikan kebutuhan minyak goreng
dimasa-masa mendatang karena kondisi pabrik yang belum optimum. Data dugaan kebutuhan
minyak goreng dalam negeri mencapai 5.062,8 ribu ton dimana 83,3 % berasal dari minyak sawit
(Jakarta Futures Exchanges, 2006). Hal ini menunjukkan adanya prospek investasi pabrik minyak
goreng di Indonesia. Saat ini produksi nasional minyak goreng dari bahan sawit didominasi oleh
pabrik di pulau Jawa sebesar 51,4 %, disusul Sumatera sebesar 47,5 %, dan Kalimantan Barat 1.1 %.
Tingginya pertumbuhan luas areal tanaman kelapa sawit dalam 5 tahun terakhir ini di
Kalimantan Timur sebesar 15.312 ha/th (BPS Kaltim, 2006) menggambarkan adanya peluang untuk
mendirikan pabrik minyak goreng di Kalimantan Timur karena adanya ketersediaan bahan baku
yang cukup. Kebijakan ini sagat beralasan untuk ditempuh karena kegiatan industri pertanian dari
hulu ke hilir akan menjadi lebih efisien sebagai akibat dekatnya industri hilir dengan bahan bakunya.
Hal ini akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah, karena keberadaan industri hilir kelapa sawit
otomatis akan meningkatkan lapangan kerja, daya beli masyarakat, dan pendapatan asli daerah
(PAD).
Salah satu kendala pembanguan industri hilir kelapa sawit di Kalimantan Timur adalah
rendahnya minat investor untuk “bermain” di sektor ini. Profil investasi industri minyak goreng
kelapa sawit ini merupakan salah satu jawaban untuk menarik investor menanamkan modalnya di
sektor ini dengan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang peluang pengembangan
industri minyak goreng berbahan baku minyak sawit di Kalimantan Timur, termasuk didalamnya
ketersediaan bahan baku (CPO), informasi plant construction, cost production untuk kapasitas 1.000
ton per hari, dan peluang pemasaran di pasar Indonesia dan ekspor.
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
2. Situasi Pemasaran
Minyak goreng adalah salah satu produk jadi primer yang dihasilkan dari buah kelapa sawit.
Dari kelapa sawit dapat diperoleh dua jenis minyak kasar, yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Crude
Kernel Palm Oil (PKO). Proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng juga menghasilkan
beberapa hasil samping yang bernilai ekonomis antara lain stearin (merupakan bahan baku
margarin), dan Palm Fatty Acid Destillation (PDFA). Diperolehnya hasil samping ini merupakan salah
satu daya tarik investasi industri minyak goreng dari CPO, disamping minyak goreng yang dihasilkan
(olein) merupakan minyak tak jenuh yang sampai sejauh ini diketahui sangat baik untuk kesehatan.
Pada tahun yang sama, kondisi pasar dalam negeri menunjukkan permintaan yang juga
tinggi, yaitu sebesar 5.062,8 ton, dengan peningkatan permintaan sebesar 11,8 % per tahun selama
5 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan adanya peluang usaha di sektor ini. Walaupun jumlah
produksi minyak goreng Indonesia (5.385,8 ton) lebih besar dari permintaan pasar dalam negeri,
tetapi jumlah ekspor minyak goreng yang sangat besar menyebabkan pemerintah mengimpor
minyak goreng. Melihat kenyataan pasar tersebut, maka industri minyak goreng berpeluang besar
untuk dikembangkan di Indonesia. Data tentang pasar dunia dan nasional disajikan pada Tabel 1.
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
Tabel 1. Kondisi pasar dunia dan pasar dalam negeri untuk minyak goreng tahun 1999-2005
juta ton produksi minyak goreng nasional pada tahun 2005, minyak sawit mendominasi dengan
kontribusi sebesar 83,3 %. Kondisi pasar dunia untuk untuk industri ini juga menunjukkan hal yang
Lainny a; 5,4
Miny ak Hew ani; 10
Kedelai; 23,9 8 ,3 8 ,6
15,8
% P ertu m b u h an
6
4 ,6
Inti Saw it; 2,8 3 ,4
4
Kelapa; 2,3 2 ,2
2
Kac ang Tanah;
3,1
0
Bji Kapas ; 3,4 B iji Ma ta h a ri B iji R a p e K e d e la i In ti s a w it S a w it
Saw it; 24,1
Biji Bunga
Je n is M in ya k
Matahar i; 7,2
Biji Rape; 12,1
Keterangan:
Lainnya termasuk minyak zaitun, jagung, wijen, biji lin, kemiri, minyak ikan.
Gambar 1. Produksi minyak goreng dunia dan jenis minyak dengan pertumbuhan tertinggi
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
Saat ini ada lima produsen minyak goreng dunia teratas adalah RRC, Uni Eropa, Malaysia,
sawit. Minyak goreng dari sawit yang dalam bahasa industri disebut RBD Olein (Refined Bleached
Deodorized Palm Olein) dibuat dari CPO sebagai bahan bakunya. Proses pengolahan minyak goreng
ini menghasilkan hasil samping RBD Stearin (Refined Bleached Deodorized Stearin), dan PFAD (Palm
Fatty Acids Destillation). RBD Stearin merupakan bahan baku untuk pembuatan margarin dan
shortening, sedangkan PFAD dapat diolah lebih lanjut menjadi sabun, shortening, dan emulsifier.
Margarin, shorteing dan emulsifier mempunyai pasar yang cukup baik dalam industri pengolahan
pangan, sehingga RBD Stearin dan PFAD dapat diperhitungkan dalam cash flow perusahaan. Rantai
aktivitas dari kebun sawit (TBS) sampai dengan minyak goreng dan produk lain yang dihasilkan
CPO
PFAD
Industri minyak goreng ternyata mempunyai segmen pasar yang beragam tergantung
kualitas minyak dan bahan pengkaya yang ditambahkannya seperti vitamin. Ada 5 segmen pasar
yang dapat diidentifikasi dari strategi pemasaran pemain di industri minyak goreng ini, yaitu
segmen pasar tradisional (kelas C), kelas B, kelas B+, kelas A, dan A+. Produk minyak goreng yang
bermain di pasar tradisional biasanya adalah industri lokal yang bahkan tidak menggunakan strategi
periklanan yang gencar, contoh dari produk ini adalah minyak goreng cap tawon dari PT Tunas Baru
Lampung, di Lampung. Pemain lain seperti Indofood, memproduksi minyak goreng dengan segmen
pasar menengah ke atas. Contoh produk minyak goreng kelas B dari Indofood adalah Bimoli. Bimoli
spesial termasuk kelas B+, sedangkan contoh untuk kelas A dan A+ adalah minyak goreng dengan
merk Happy Salad dan Sunrise. Beberapa pabrik minyak goreng dan merk minyak goreng yang
diproduksinya, serta segmen pasarnya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.(Lanjutan)
Segmen
No. Merk dagang Produsen Jenis minyak
pasar
11 Padi UD Cahaya Terbit, Minyak kelapa
Sungguminasa, Kab.Gowa
12 Welcolin; PT Sari Mas Permai, Minyak kelapa
Bentoel Karangpilang-Surabaya
13 Damai; Damai PT Damai Santosa Cooking Minyak kelapa,
Spesial; Dunia Oil, Jakarta Mnyak sawit
14 Vecto Mas; PT Hasil Kesatuan, Jakarta Minyak kelapa
Ratu Masak;
999;Gurame
Mas, Golden
Fry, Appel Mas;
E.T.C
15 SA PT Sumber Ampenan, Minyak kelapa
Mataram
16 Sunco; Tani PT Musim Semi Mas, Medan Minyak sawit
17 Delisis; Berkah; PTPT Tjengkareng Djaja, Minyak kelapa,
Unggul Jakarta Minyak sawit
18 Arrow, Surya PT Lembah Karya, Padang Minyak kelapa
19 Jamco PT Slimigo Wangi, Jambi Minyak kelapa
Sumber: ICBS (1998)
Sampai dengan tahun 1998 terdapat sekitar 244 pabrik minyak goreng di Indonesia, yang
memproduksi lebih dari 37 merk minyak goreng. Pabrik yang menggunakan bahan baku CPO
adalah 67 buah (ICBS, 1998), tetapi baru 31 % yang beroperasi secara maksimal (ICBS, 1998; Jakarta
Future Exchange, 2006).
arealnya dan 10,2 % untuk produksi CPO-nya seperti disajikan pada tabel 3 (BPS, 2004). Hal yang
sama terjadi di Kalimantan Timur, perkembangan luas areal dan produksi TBS-nya masing-masing
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
adalah 13,1 dan 20,28.% (Tabel 4) (BPS Kaltim, 2006). Adapun kontribusi luas areal dan produksi TBS
masing-masing Kabupaten/Kota terhadap luas areal sawit dan produksi TBS Kalimantan Timur
disajikan pada Gambar 3 dan gambar 4. Kini telah terdapat 11 pabrik CPO di Kalimantan Timur yang
tersebar di Kabupaten Nunukan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten
Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Pasir (Tabel 5).
Tabel 4. Perkembangan luas areal dan produksi kelapa sawit Kalimantan Timur tahun 2000-
2005
Pertumbuhan Produksi TBS Pertumbuhan
Tahun Luas areal (ha)
areal (%) (ton) produksi (%)
2000 116.887,50 433.645,00
2001 117.055,00 0,14 466.729,00 7,64
2002 132.173,50 12,92 760.293,00 62,90
2003 159.079,00 20,36 791.064,00 4,05
2004 171.580,50 7,86 957.058,00 20,98
2005 201.087,00 17,20 1.012.788,50 5,82
Rata-rata 13,10 Rata-rata 20,28
Sumber : BPS Kaltim 2004, BPS Kaltim 2006
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
PASIR
K U TA I B A R A T
K U TA I K A R TA N E G A R A
8 ; 3 , 70%
2; ;00, 0, 9%%
30; 13,9%
K U TA I TI MU R
43; 19,9%
15; 6,9% BER AU
0; 0,0%
16; 7,4% MA L I N A U
BU LU N G AN
N U N U KAN
0; 0,0%
33; 15,3% P E N A J A M P A S E R U TA R A
5; 2,3% BALIKPAPAN
64; 29,6%
S A MA R I N D A
TA R A K A N
B O N TA N G
Gambar 3. Distribusi luas areal perkebunan kelapa sawit tahun 2005 di Provinsi
Kalimantan Timur (ribu ha)
PASIR
K U TA I B A R A T
K U TA I K A R TA N E G A R A
0; 0,0%
204; 20,2% K U TA I TI MU R
BER AU
106;; 01,,06%
% 462; 45,7% MA L I N A U
BU LU N G AN
73; 7,2% N U N U KAN
P E N A J A M P A S E R U TA R A
TA R A K A N
B O N TA N G
Gambar 4. Distribusi produksi TBS kelapa sawit tahun 2005 di Provinsi Kalimantan
Timur (ribu ton).
Bila setiap pabrik dapat beroperasi 80 % dari kapasitas terpasang dengan efisiensi CPO
extraction rate sebesar 23 %, maka dari 11 pabrik ini diproduksi sekitar 1.564 ton CPO per hari
(dengan asumsi pabrik bekerja 20 jam per hari). Selama ini produksi CPO dari pabrik-pabrik di
Kalimantan Timur diperdagangkan antar pulau atau diekspor. Bila pabrik CPO di Kalimantan Timur
hanya melempar 50 % dari produksinya ke pasar bebas, sedangkan 50 % lagi khusus untuk industri
hilir sawit (minyak goreng) yang ada di Kalimantan Timur, maka akan tersedia bahan baku sekitar
782 ton CPO per hari. Angka ini pada tahun-tahun mendatang akan semakin besar dengan
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
meningkatnya luas areal produksi sawit. Dari data di atas maka kebutuhan akan bahan baku tidak
Tabel 5. Nama perusahaan dan kapasitas produksi CPO yang ada di Kalimantan Timur
No. Nama Perusahaan Kapasitas Lokasi Pabrik
(ton TBS/jam)
1 PT REA Kaltim Plantation 80 Kec.Kembang Janggut, Kab.Kutai
Kartanegara
2 PT Swakarsa Sinar 45 Kec.Muara Wahau, Kab.Kutai Timur
Sentosa
3 PT Matra Sawit Sejahtera 30 Kec.Muara Wahau, Kab.Kutai Timur
4 PTPN XII 30 Desa Semuntai, Kab.Pasir
5 PTPN XII 60 Desa Long Pinang, Kab.Pasir
6 PTPN XII 60 Desa Long Kali, Kab.Pasir
7 PT Waru Kaltim Plantation 30 Kec.Waru, Kab.Penajam Paser Utara
8 PT Nunukan Jaya Lestari 30 Kec.Nunukan, Kab.Nunukan
9 PT Etam Bersama Mandiri 15 Kec.Kongbeng,kab.Kutai Timur
10 PT AB Dharma Nusantara 30 Kec.Kuaro, Kab.Pasir
11 PT Comismar Wanamaja 15 Kec.Lumbis
Sumber: Adhynugraha (2006)
3.2. Lokasi
Pabrik minyak goreng dengan kapasitas 700-1.000 ton CPO per hari dapat dibangun pada
lokasi dengan luas sekitar 4-6 ha. Selain lahan untuk pengolahan limbah, yang juga penting untuk
dipertimbangkan adalah ketersediaan air dan energi/listrik. Untuk pabrik dengan kapasitas 1.000 ton
CPO per hari memerlukan energi sekitar 19.100 kWH setara dengan 16.758 liter solar dan air
sebanyak 11.159 ton per hari.
Beberapa lokasi potensial yang dapat dipertimbangkan sebagai lokasi pabrik minyak goreng
bila menggunakan efisiensi transportasi bahan baku ke lokasi pabrik disamping pertimbangan
kesediaan tenaga kerja dan infrastruktur adalah Balikpapan, Kabupaten Pasir, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, atau Nunukan. Dari 5 lokasi potensial tersebut bila dilakukan
pertimbangan tata ruang wilayah di masing-masing wilayah maka Kabupaten Kutai Timur adalah
lokasi paling tepat. Alasan untuk hal ini karena Kabupaten Kutai Timur telah mempunyai tata ruang
Kawasan Industri Maloy (KIM) di Kecamatan Maloy. KIM ini akan dilengkapi dengan kawasan
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
pendukung seperti pelabuhan Maloy yang direncanakan mempunyai terminal cargo dan CPO.
Pemilihan lokasi pabrik minyak goreng di KIM ini akan memberikan beberapa kemudahan seperti
meminimalisasi kesulitan pembebasan lahan, tersedianya infrastruktur yang diperlukan oleh suatu
industri pengolahan, dan dapat mengakses pelabuhan laut secara langsung yang sangat penting
untuk transpor bahan baku dan produk dari produsen ke konsumen atau sebaliknya.
Kabupaten Kutai Timur beribukota di Sangatta, kota ukuran sedang dengan luas administrasi
35.747,50 Km2 (17 %) dari wilayah Kalimantan Timur. Jumlah penduduk 168.529 jiwa dengan
kepadatan 4,71 penduduk/km2 dan pertumbuhan 1,85 % tahun 2004. Kabupaten yang mempunyai
18 Kecamatan dengan 135 desa, memiliki suatu kawasan yaitu Maloy yang akan dikembangkan
menjadi kawasan industri terpadu. Kabupaten ini mempunyai program pembangunan
Gerdabangagri, yaitu program pembangunan daerah berbasis agroindustri. Gerdabangagri yang
dicetuskan oleh Kabupaten Kutai Timur dalam Renstra Kabupaten Kutai Timur 2000-2005 tersebut,
direncanakan dibangun Kawasan Ekonomi Khusus (Spesific Economic Zone, SEZ) yang didalamnya
terdapat KIM mulai tahun 2008, hal ini juga merupakan alasan bahwa KIM yang akan dikembangkan
di kawasan Maloy merupakan pilihan lokasi pabrik minyak goreng yang tepat.
Secara umum, letak Kabupaten Kutai Timur dan KIM dapat dilihat pada Gambar 5. Tata letak
peruntukan lahan pada KIM disajikan pada Gambar 6, sedangkan rencana pembangunan Pelabuhan
menampung tenaga kerja sebanyak 250.000 ditambah dengan 5.000 eks patriat. Kaveling industri
yang disediakan pada 8 kluster kawasan industri yang direncanakan adalah 4.500 unit, yang
didukung oleh 1.000 unit layanan terdiri dari perkantoran, perbankan dan instansi pelayanan lainnya.
Sedangkan untuk kawasan residensial adalah sebanyak 250.000 unit pada kawasan satelit (kota
baru).
Untuk menampung produksi CPO dari pabrik CPO di Kabupaten Kutai Timur dan sekitarnya
sebesar keperluan industri hilir kelapa sawit, dibangun tangki penimbunan CPO untuk melayani luas
lahan sawit seluas 100.000 ha, dengan asumsi produksi tandan buah segar sebesar 27 ton/ha/tahun
(kebun klas III), dan rendemen 24 %. Dengan kata lain jumlah CPO yang dapat dilayani adalah
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
sebesar 648.000 ton per tahun. Untuk keperluan tersebut jumlah tangki yang dibangun adalah 34
buah tangki masing-masing dengan kapasitas sekitar 12.500 ton (volume 625 m3). Sedangkan
tingkat pemakaian diasumsikan sebesar 75 %. Lahan untuk zona CPO ini disediakan sebesar 10.676
Gambar 5. Letak Kabupaten Kutai Timur di peta Indonesia dan letak KIM di
peta Kabupaten Kutai Timur
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
Gambar 6 Tata letak peruntukan lahan pada KIM dan tata letak Pelabuhan Maloy
pengemasan, dan pengepakan. Tahap pemurnian terdiri dari proses degumming, pemucatan
(bleaching), deodorisasi (deodorisation), dan fraksinasi (fractionation). Tahapan prosesnya disajikan
pada Gambar 8., peralatan dan jenis produk yang dihasilkan ditampilkan pada Gambar 9, sedangkan
Gambar 10, Gambar 11, dan Gambar 12 masing-masing menampilkan aliran massa plus
penggunaan energi selama proses degumming, bleaching, dan deodorisasi. Adapun layout pabrik
minyak goreng disajikan pada Gambar 13.
CPO
(FFA 4,5 %
H3PO4
0,07-0.1 %
Kristalisasi (Cristallization)
70 oC dan 37 oC secara bergantian
Fraksinasi (Fractionation)
4,5 bar
Gambar 8. Diagram alir proses pengolahan minyak goreng dengan bahan baku CPO (kehilangan
pada proses ini adalah sekitar 1 %)
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
Stearin
PFAD
Gambar 9. Diagram alir dan peralatan yang dipergunakan dalam pengolahan minyak
goreng dengan bahan baku CPO serta produknya
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
Gambar 13. Layout pabrik minyak goreng dan margarine berbahan baku CPO
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
listrik serta hotel dan restoran. Airport internasional (Bandara Sepinggan) dan pelabuhan laut
nasional (Pelabuhan Semayang) terdapat di Balikpapan yang berjarak sekitar 290 km dari Kabupaten
Kutai Timur yang merupakan lokasi paling potensial untuk penanaman investasi industri minyak
goreng berbasis sawit saat ini. Disamping itu masih terdapat pelabuhan laut dan bandara nasional di
Kota Tarakan dan Samarinda (170 km dari KIM). Disamping itu sesuai dengan program
Gerdabangagri, secara mandiri Kabupaten Kutai Timur mulai tahun 2008 akan mulai membangun
Specific Economic Zone (SEZ) yang meliputi areal seluas 40.000 ha dengan hinterland seluas 80.000
ha. Kawasan Industri Maloy (KIM) yang merupakan kawasan pinggir pantai yang berada dalam SEZ
m2; dan Pertamina, 725 m2), dan pelabuhan umum di Sangkulirang seluas 189 m2. Dalam rangka
pembangunan kawasan agroindustri, maka pelabuhan laut nasional direncanakan mulai tahun 2008
dibangun di Maloy, dengan nama Pelabuhan Maloy. Pelabuhan Maloy ini merupakan pelabuhan
penumpang, dengan fasilitas pelabuhan peti kemas sekaligus terminal CPO.
Bulungan. Ketersediaan bandara ini mampu untuk memberikan dukungan bagi pengembangan
investasi dan kegiatan ekonomi daerah. Sepinggan merupakan bandara internsional, memiliki 27
operator maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia, Merpati Airlines, Silk Air, Lion, Mandala,
dan lain-lai.
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
Kabupaten Kutai Timur sendiri memiliki 9 bandara yaitu KPC di Tanjung Bara dan Bandara
Pertamina di Sangkimah serta 7 bandara perintis yaitu di LongLees, Sautara, Batu Ampar, Jabdan,
Miau Baru, Long Segar, Pengadan.
tenaga listrik di daerah ini mencapai 47.519,32 MWH dengan daya terpasang 10,40 MW. Sedangkan
daerah sekitar Kabupaten Kutai Timur yang terdekat adalah kota Bontang. Jaringan listrik di kota ini
telah menjangkau seluruh wilayah kota. Pada tahun 2005, tenaga listrik yang diproduksi sebesar
63.390,02 MWH dengan kapasitas terpasang 13,65 MW.
Produksi air bersih Kota Bontang yang terpakai 25 liter/detik diluar KIE (PT. PKT) dan PT. Badak
LNG. Tahun 2004, kapasitas potensial air sebesar 780 liter/detik dengan produksi 1.813.817 m 3 (BPS,
2004).
sarana pendukung berupa hotel dan restoran. Jumlah hotel berbintang maupun non bintang pada
tahun 2004 sebanyak 404 buah. Hotel berbintang 17 buah yang memiliki 1.775 kamar dan 2.777
tempat tidur, sedangkan hotel melati 297 buah dengan 3.063 kamar dan 4.987 tempat tidur.
Di Kota Bontang yang merupakan daerah terdekat dengan kabupaten Kutai Timur memiliki 1
buah hotel bintang III, yaitu Hotel Bintang Sintuk dan beberapa hotel non bintang 23 buah.
perguruan tinggi. Di Samarinda, terdapat satu-satunya universitas negeri di provinsi ini, yaitu
Universitas Mulawarman yang memiliki Fakultas Pertanian. Fakultas Pertanian ini menyelenggarakan
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian yang dapat mendukung ketersediaan tenaga kerja di
bidang teknologi pengolahan hasil pertanian. Program studi yang sama juga diselenggarakan oleh
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) yang terdapat di Sangatta. Selain pendidikan formal,
pelatihan-pelatihan pun dilaksanakan oleh lembaga-lambaga pelatihan swasta maupun oleh dinas
telah dibangun jalan lintas Kalimantan yang terdiri 3 poros, yaitu poros Selatan, Tengah dan Utara.
Infrastruktur perhubungan darat yang tersedia telah memadai untuk angkutan antar kota dalam
jarak jarak tempuh Samarinda-Balikpapan merupakan bagian dari pembangunan highway Sangatta
(Bontang) – Samarinda – Balikpapan. Pembangunan jalan pintas utara Kalimantan Timur Sangatta,
Kutai Timur dan Tanjung Redeb, Berau akan mempercepat arus angkutan barang/jasa.
di kabupaten/kota di Kalimantan Timur. Posisi kredit yang telah tersalurkan kepada sektor usaha
berjumlah Rp 8 trilyun, dan khusus untuk sektor perikanan mencapai Rp 3,27 milyar. Posisi kredit
untuk wilayah Bontang berjumlah 815,044 milyar, Berau sebesar Rp 477,61 milyar dan Kutai Timur
perkreditan dan lembaga keuangan non perbankan 74 koperasi dengan 3 koperasi perikanan ikut
membantu struktur permodalan.
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
Di Kabupaten Berau terdapat 9 unit bank. Di Kabupaten Kutai Timur terdapat 4 unit bank
dengan 3 unit bank pemerintah dan 1 unit bank swasta serta lembaga non perbankan 188 koperasi
dengan 1 koperasi khusus perikanan. Dan ada 3 lembaga asuransi yaitu Asuransi Bumi Putera,
Penggunaan jasa telekomunikasi telepon saat ini meningkat pesat, dengan diindikasikan tercatatnya
9 operator telepon selular. Distribusi SST tersebut adalah 5.475 SST untuk kota Sangatta dan 13.088
SST untuk kota Bontang. Dikedua kota tersebut juga telah tercatat lebih dari 3 operator telepon
selular, 3 yang besar diantaranya adalah Telkomsel, Indosat, dan Pro XL.
suasana investasi aman karena jauh dari persoalan-persoalan yang sering timbul bila suatu kawasan
industri baru dibangun, seperti tumpang tindih lahan usaha ataupun masalah sosial yang timbul
karena bersinggungan dengan masyarakat. Begitu pula dengan masalah limbah yang mungkin
timbul dari aktivitas industri tersebut akan dapat ditangani dengan baik, karena perencanaan
pengolahan limbah untuk kawasan industri tersebut dapat dikelola secara terpadu.
Sebaliknya, banyaknya investasi yang masuk ke kawasan KIM akan mempercepat
pembangungan dan sekaligus dapat meningkatkan kesempatan kerja, dan pendapatan bagi
masyarakat, serta meningkatkan PAD dari Kabupaten Kutai Timur khususnya dan Provinsi
4.3 Legalitas
Dalam rangka pengembangan industri minyak goreng, pemerintah telah melakukan berbagai
kebijakan di tingkat nasional hingga daerah. Secara nasional, pemerintah Indonesia telah
memberikan pembebasan bea masuk atas impor mesin yang terkait langsung dengan kegiatan
industri/jasa, kemudahan dalam perijinan dan sejumlah insentif lainnya.
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
Adapun prosedur penanaman modal asing maupun dalam negeri diatur sesuai dengan
keputusan Kepala Badan Koordinasi Penawaran Modal (BKPM) No.57/SK/2004, dengan tahapan
sebagai berikut :
Mengajukan permohonan kepala BKPM untuk PMA dan PMDN. Kepala BKPM mengeluarkan dan
menandatangani Surat Persetujuan (SP) penanaman modal dalam rangka PMDA dan PMA. Surat
5. Analisis Finansial
Analisis finansial kelayakan industri minyak goreng kelapa sawit dibuat dengan beberapa
asumsi seperti disajikan pada Tabel 6.
pengadaan investasi tetap seperti tanah, bangunan fisik utama dan penunjang, mesin dan peralatan
utama, dan pembantu, peralatan kantor (office supplies) peralatan transportasi dan investasi tetap
lainnya, serta untuk menutupi biaya-biaya contingencies (2,5% dari total investasi tetap di luar
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
modal kerja). Disamping itu total biaya investasi ini juga akan dialokasikan untuk membiayai modal
kerja sampai tahap turn-over yang besarnya mencapai US$ 12.912.076 (Rp.64.560.379.167,00).
Biaya operasional yang dibutuhkan untuk kapasitas pabrik 1.000 ton /hari atau 300.000 ton/tahun
sebesar US$ 515.964,84 / hari (Rp 4.798.469.664/ hari) ekuivalen US$ 154.789.345,2/tahun (Rp
Biaya bahan baku CPO selama 1 tahun pertama adalah sebesar US$ 151.704.000.
(Rp.1.410.847.200.000) Biaya ini diasumsikan besarnya tetap karena harga CPO diasumsikan tetap
serta produktivitas mesin dan peralatan relatif stabil atau hanya dengan biaya penyusutan yang
kurang dari 5%. Sedangkan biaya bahan penolong pada tahun pertama produksi dianggarkan
sebesar US$ 3.085.344, (Rp.28.693.699.200) kemudian pada 9 tahun berikutnya seluruh komponen
biaya bahan penolong diasumsikan akan meningkat sebesar 7,5%/tahun (Tabel 9).
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
Tabel 9. Kebutuhan biaya operasional untuk 1.000 ton CPO /hari 300.000 ton/Th
2. Biaya energi
Kebutuhan energi pada setiap pengolahan 1000 ton bahan baku CPO di perkirakan akan
menghabiskan energi sebanyak 19.100 Kwh dan ini akan dipenuhi dengan genset dengan kapakitas
500 KVA 3 unit pararel. Jumlah bahan bakar solar yang dibutuhkan sebanyak 16.758 liter solar/hari
yang terdiri dari 5.880 liter untuk proses rafinasi dan 10.878 liter untuk proses fraksinasi dan bahan
bakar solar yang digunakan steam boiler adalah sebanyak 5.446 liter/hari yang terdiri dari 1.911 liter
untuk proses rafinasi dan 3.535 liter untuk proses fraksionasi. Jika harga solar US$ 0,207/ liter,
maka besarnya biaya yang dibutuhkan sebesar US$ 4.596,23 per hari atau US$ 1.378.869 per tahun.
Sementara kebutuhan air dalam proses produksi sebesar 11.159 ton/hari
3. Biaya tenaga kerja langsung
Jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dengan proses produksi atau yang disebut
dengan tenaga kerja langsung adalah 134 orang yang terdiri dari 128 orang tenaga operasional dan
6 orang tenaga manajerial. Dari 128 orang tenaga operasional, 18 orang diantaranya melakukan
pekerjaan managerial dan 110 orang lainnya bekerja sebagai tenaga operasional sampai tenaga
kebersihan.
Pada tahap produksi tahun pertama, total biaya tenaga kerja akan mancapai sebesar US$
345.000. Pada tahun-tahun selanjutnya selama 10 tahun berikutnya biaya tenaga kerja akan
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
meningkat 10% pertahun. Setiap tahun diperkirakan perusahaan akan membutuhkan tenaga kerja
harian lepas untuk membantu proses rafinasi dan fraksionasi dengan biaya tambahan sebesar US$
130.410. Biaya tambahan ini setiap tahun dianggarkan akan meningkat 10%.
Seperti disajikan pada Tabel 4.10, nilai Return on Investment (ROI) diperoleh 228,79%. Nilai ROI
tersebut menunjukkan bahwa dari setiap US $1,- modal yang ditanamkan pada industri minyak
goreng kelapa sawit akan diperoleh keuntungan sebesar US $ 228,79.
Berdasarkan analisis cash flow (cash inflow dan cash outflow) investasi industri minyak goreng
kelapa sawit dengan tingkat discount factor 14%, diperoleh nilai Net Present Value (NPV) US $
26.717.950,-. Nilai NPV ini lebih besar dari nol, sehingga industri minyak goreng kelapa sawit layak
untuk dilaksanakan.
Sementara nilai internal rate of return (IRR) sebesar 98,17%, jauh lebih tinggi dari suku bunga
bank sebesar 14%, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan analisis Net B/C ratio
pun, industri minyak goreng kelapa sawit ini layak dilaksanakan karena nilai Net B/C nya 4,48 masih
di atas dari nilai 1.
Dilihat dari sudut kemampuan proyek ini mengembalikan modal (payback period), proyek ini
mencapai titik impas setelah 6 tahun 10 bulan. Dari beberapa kriteria kelayakan usaha di atas, maka
industri minyak goreng kelapa sawit secara finansial layak diusahakan. Proyeksi aruskas (Cash flow)
industri minyk goreng kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 1.
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
Untuk melihat kelayakan proyek ini, apabila terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan
harga jual dilakukan analisis sensitivitas dengan hasil seperti disajikan pada Tabel 11.
Walaupun terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual, dari hasil analisis sensitivitas
seperti disajikan pada Tabel 4.10 ternyata industri minyak goreng kelapa sawit masih layak untuk
diusahakan.
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi profil proyek komoditas unggulan tersebut, maka dapat ditarik
dari aspek pasar, teknis, finansial serta dukungan pemerintah daerah adalah feasible.
5. Berdasarkan aspek pasar, teknis dan finansial, industri minyak goreng kelapa sawit feasible untuk
baku CPO 1.000 ton per hari, dan Kawasan Industri Maloy di Kabupaten Kutai Timur merupakan
lokasi yang tepat untuk pembangunan lokasi pabrik minyak goreng.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil studi profil dan persoalan yang dihadapi dalam pengembangan komoditas
unggulan tersebut, maka dapat direkomendasikan sebagai berikut:
1. Pengembangan investasi budidaya rumput laut diarahkan bagi perusahaan besar dan menengah
kemudahan perizinan bagi produsen rumput laut untuk melakukan perdagangan antar pulau
maupun ekspor.
Pengembangan investasi industri minyak goreng diarahkan bagi perusahaan besar swasta baik
dalam negeri maupun luar negeri, dan terbuka juga bagi perusahaan daerah.
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
3. Kawasan Industri Maloy berpeluang untuk dibangun industri minyak goreng kelapa sawit,
dengan demikian perlu ada komitmen Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dengan dukungan
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota lainnya untuk percepatan pembangunan
Jika diperlukan informasi lebih lanjut tentang investasi minyak goreng kelapa sawit dapat
melakukan kontak ke alamat:
1. Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur
Jl Basuki Rahmat No 56 Samarinda KALTIM 75112 Telp. (62-541) 743235 & 743446 Fax :
(62-541) 736446
E-mail : Humas@bppmd.kaltimprov.go.id
Website : http://www.bppmd.kaltimprov.go.id
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H,. dan Istini, S. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya.
Jakarta. 148 hlm.
Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta. 114 hlm
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Perikanan.
Kanisius. Yogyakarta. 120 hlm.
BAPPEDA KALTIM dan BPS KALTIM (2006) Kaltim Dalam Angka Publikasi Elektronik 2006. BPS
KALTIM, Samarinda.
Danie, A.T.E. 2000. Rumput Laut Tumpas Kemiskinan di Bentenan. Trubus No.363 Edisi Februari.
Jakarta
Departemen Teknologi Hasil Perairan. 2006. Kosmetika Laut. IPB dan KPP-Bioteknologi ITB.
Bandung
Dinas Kelautan dan Perikanan Samarinda. 2005. Buku Tahunan Statistik Perikanan Tangkap Propinsi
Kalimantan Timur tahun 2004. DKP Samarinda.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Timur. 2006. Buku Tahunan Statistik Perikanan
2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Timur.
Dinas Perikanan dan Kelautan Berau. 2005. Statistik Perikanan 2004. DPK Berau
Dinas Perikanan dan Kelautan Berau kerjasama dengan PPPW UNMUL. 2003. Identifikasi Potensi
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Berau. DPK Berau
Dinas Perikanan dan Kelautan Bontang. 2004. Gerakan Pengembangan Budidaya Ikan (GERBANG-
BUDI). DPK Bontang
Dinas Perikanan dan Kelautan Bontang. 2006. Buku Saku Statistik Perikanan Tahun 2003 – 2005.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang. Pemerintah Kota Bontang.
Effendi, I., dan Oktariza, W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. 164
hlm.
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
Gatra. 2006. Revitalisasi Perikanan Jalan Menuju Kesejahteraan Bersama. Gatra Edisi Khusus Januari.
Jakarta
ICBSa (1998) Studi tentang Analisis Supplai, Permintaan, Pengolahan dan Prospek Investasi Industri
Minyak Goreng Indonesia 1998. Buku I. ICBS, Jakarta.
b
ICBS (1998) Studi tentang Analisis Supplai, Permintaan, Pengolahan dan Prospek Investasi Industri
Minyak Goreng Indonesia 1998. Buku II. ICBS, Jakarta.
Hidayat, N. dan Pitakasari,A.R. 2006. Menanam Rumput Laut Gaji Manajer. Gatra Edisi Khusus
Januari. Jakarta
Ngangi, E.L.A. 2001. Kajian Intensifikasi dan Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii di Desa Bentenan- Tambak Kecamatan Belang Prop. Sulawesi Utara.
ProgramPasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Raharjo, A,. 2000. Semarak Rumput Laut di Pulau Tidung. Trubus No.364 Edisi Maret . Jakarta
Riduan, M. 2006. Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut (Eucheuma sp) di Perkampungan
Nelayan Kowetang Melahing Kelurahan Tanjung Laut Indah Kecamatan Bontang Selatan Kota
Bontang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman, Samarinda.
Sediadi, A, dan Budihardjo, U. 2000. Rumput Laut Komoditas Unggulan. PT.Grasindo. Jakarta. 31
hlm.
Sekretariat Kota Bontang. 2005. Peluang Investasi Bontang 2005. Sekretariat Kota Bontang
Tim Penulis PS. 2004. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. PT Penebar Swadaya.
Jakarta. 99 hlm
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
LAMPIRAN
Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah Kalimantan Timur
RENCANA PERUBAHAN
- Perubahan bidang usaha atau produksi
- Perubahan investasi
- Perubahan/pertambahan TKA
- Perubahan kepemilikan saham
- Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN
- Perpanjangan WPP
- Perubahan status
- Pembelian saham preusan PMDN dan non PMA/PMDN
oleh asing atau sebaliknya