Anda di halaman 1dari 152

Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

BAB 8
STRUKTUR

S8.01 BETON

S8.01.1 Umum
1) Uraian
a. Pekerjaan ini harus mencakup pelaksanaan seluruh struktur beton bertulang, beton
tanpa tulangan, beton pra-tegang, beton pracetak dan beton struktur komposit,
sesuai dengan Spesifikasi dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan
dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana yang diperlukan oleh
Konsultan Pengawas.
b. Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton,
pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai kerja, pemompaan atau tindakan lain
untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering.
c. Syarat dari SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton yang
dilaksanakan dalam Kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan
ketentuan dalam Spesifikasi ini, dalam hal ini ketentuan dalam Spesifikasi ini
yang harus dipakai.

2) Mutu beton, Kelas beton dan Penggunaannya


Beton semen portland harus berupa campuran semen, air, agregat kasar dan agregat
halus.
Mutu beton, kelas beton dan penggunaannya adalah seperti dijelaskan di bawah ini,
kecuali bila ada ketentuan lain dalam Gambar atau diperintahkan Konsultan
Pengawas.
Mutu beton, Kelas beton dan penggunaannya :

a. Beton mutu tinggi fc’ = 35 - 65 Mpa ( bk’ = K400 - K800 Kg/cm2) dengan
Kelas beton dan penggunaannya :

Tabel S8.01.1.(1) Mutu beton, Kelas Beton dan Penggunaannya (Mutu Tinggi)
Mutu Beton
Kelas
 bk’ Fc’ Penggunaannya
Beton
(kg/cm2) (Mpa)
K-600 50 AA  Prestressed concrete piles
 Segmental precast prestressed concrete Box
girders
 Segmental precast prestressed concrete
U-girders

8-1
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Mutu Beton
Kelas
 bk’ Fc’ Penggunaannya
2 Beton
(kg/cm ) (Mpa)
 Segmental prestressed concrete U-girders
 Segmental prestressed concrete I-girders
K-500 45 A-1  Precast prestressed concrete Box girders
 Precast prestressed concrete I-girders
 Precast prestressed concrete U-girders
 Prestressed concrete Box girders
 Precast prestressed concrete Hollow slab
K-400 35 A-2  Prestressed concrete cantilevered pier heads
and columns
 Prestressed concrete Hollow slabs
 Prestressed concrete Portal pier
 Precast Cross Beams
 Sheet Pile Beton Pracetak

b. Beton mutu sedang fc’ = 20 - 35 Mpa ( bk’ = K-250 - K-400 Kg/cm2) dengan
Kelas beton dan penggunaannya :

Tabel S8.01.1.(2)
Mutu beton, Kelas Beton dan Penggunaannya (Mutu Sedang)
Mutu Beton
Kelas
 bk’ Fc’ Penggunaannya
Beton
(kg/cm2) (Mpa)
K-350 30 B-1  Reinforced concrete slab bridges
 Reinforced concrete deck slabs
 Diapraghma of I-girder and U-girder
bridges
 Reinforced concrete centilever pier heads
dan columns pier
 Concrete barriers
 Reinforced concrete hollow slab
 Reinforced concrete piled slab
 Pipe Culvert
K-350 30 B-2  Cast - in place reinforced concrete piles
K-350 30 B-3  Precast reinforced concrete piles
K-250 20 C-1  Abutments, pondasi piers, dinding penahan
tanah (beton bertulang)
 Wall Piers
 Box culverts (termasuk dinding sayap/ wing
walls)

K-250 20 C-2  Approach slabs


 Precast Concrete for U- Ditch
 Reinforced Concrete Portal Frames
 Kerb (bertulang), precast plates untuk slab
 Tangga jembatan penyeberangan
 Reinforced Concrete Trenches
 Planting Boxes

8-2
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

c. Beton mutu rendah fc’ = 15 - 20 Mpa( bk’ = K-175 – K-250 Kg/cm2) dengan
Kelas beton dan penggunaannya :

Tabel S8.01.1.(3)
Mutu beton, Kelas Beton dan Penggunaannya (Mutu Rendah)
Mutu Beton
Kelas
 bk’ Fc’ Penggunaannya
Beton
(kg/cm2) (Mpa)
K-175 15 D  Dinding penahan tanah tipe gravitasi
 Concrete foot paths, kerb (tidak bertulang)
 Head walls, penopang gorong-gorong pipa
 Beton Siklop

d. Beton mutu rendah fc’ = 10 - 15 Mpa ( bk’ = K-125 – K-175 Kg/cm2) dengan
Kelas beton dan penggunaannya :

Tabel S8.01.1.(4)
Mutu beton, Kelas Beton dan Penggunaannya (Mutu Rendah)
Mutu Beton
Kelas
 bk’ Fc’ Penggunaannya
2 Beton
(kg/cm ) (Mpa)
K-125 10 E  Levelling concrete, backfill concrete pada
stone masonry
 Dasar, haunch dan sekitar gorong-gorong
pipa

Tabel S8.01.1.(5)
Mutu beton, dan Penggunaannya
Mutu Beton
Kelas
Fs Fc’ Penggunaannya
Beton
Kg/cm2 (Mpa)
45 - P Perkerasan Beton Semen

3) Toleransi

a. Toleransi Dimensi :
 Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m. + 5 mm
 Panjang keseluruhan lebih dari 6 m + 15 mm
 Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara
kepala jembatan - 0 dan + 10 mm

b. Toleransi Bentuk :
 Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm
 Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis
yang dimaksud) untuk panjang s/d 3 m 12 mm
 Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m-6 m 15 mm
 Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m 20 mm

c. Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) :

8-3
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

 Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana ± 10 mm


 Kedudukan permukaan horizontal dari rencana ± 10 mm
 Kedudukan permukaan vertikal dari rencana ± 20 mm

d. Toleransi Alinyemen Vertikal :


 Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding ± 10 mm

e. Toleransi Ketinggian (elevasi) :


 Puncak lantai kerja di bawah pondasi ± 10 mm
 Puncak lantai kerja di bawah pelat injak ± 10 mm
 Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang ± 10 mm

f. Toleransi Alinyemen Horisontal : 10 mm dalam 4 m panjang mendatar.

g. Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton Tulangan :


 Selimut beton sampai 3 cm 0 dan + 5 mm
 Selimut beton 3 cm - 5 cm - 0 dan + 10 mm
 Selimut beton 5 cm - 10 cm ± 10 mm

4) Standar Rujukan

SNI 15-2049-2004 : Semen Portland


(AASHTO M85 - 75)
SNI -03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang
(AASHTO T11 - 05) Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).
SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk
(AASHTO T21 - 05) Campuran Mortar dan Beton.
SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
(AASHTO T22 - 07)
SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
(AASHTO T23 - 04) Lapangan.
SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam
(AASHTO T26-79 (‘04) Beton.
SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat
(AASHTO T27- 02) Halus dan Kasar.
SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los
(AASHTO T96-02 (‘06) Angeles.
SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat
(AASHTO T104-99 ‘03) Terhadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium
Sulfat.
SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir
(AASHTO T112-00(’04) Mudah Pecah Dalam Agregat.

SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di


(AASHTO T126 - 90) Laboratorium.
SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton

8-4
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

(AASHTO T141 - 05) Segar.

SNI 03-2834-2000 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton


(BSI 1973) Normal.
SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton.
AASHTO T119 - 05)
SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambahan
untuk Campuan Beton.

ASTM C 309 : Standard Spesification for Liquid Membran-Forming


Compounds for Curing Concrete.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja


a. Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan
dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan
dalam Pasal S8.01.2 “Bahan dan Jaminan Mutu” dari Spesifikasi ini.
b. Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing mutu
beton yang diusulkan untuk digunakan 30 (tigapuluh) hari sebelum pekerjaan
pengecoran beton dimulai.
c. Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh pengujian
pengendalian mutu yang disyaratkan sedemikian hingga data tersebut selalu
tersedia atau bila diperlukan oleh Konsultan Pengawas. Pengujian kuat tekan
beton yang harus dilaksanakan minimum meliputipengujian kuat tekan beton
yang berumur 3 (tiga) hari, 7 (tujuh) hari dan 28 (duapuluh delapan) hari setelah
tanggal pencampuran sesuai dengan SNI 03-1974-1990.
d. Kontraktor harus mengirim Gambar detail untuk seluruh perancah yang akan
digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum
setiap pekerjaan perancah dimulai.
e. Kontraktor harus memberitahu Konsultan Pengawas secara tertulis paling sedikit
24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau pengecoran
setiap jenis beton, seperti yang disyaratkan dalam Pasal S8.01.3 “Pelaksanaan
Pekerjaan” di bawah.

6) Kondisi Tempat Kerja


Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari secara
langsung.

Sebagai tambahan, Kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran bilamana :


a. Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam.
b. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40%.

8-5
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

c. Tidak diijinkan oleh Konsultan Pengawas, selama turun hujan atau bila udara
penuh debu atau tercemar.

Gambar S8.01.1.(1) Grafik Syarat Pengecoran Beton

7) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan dalam Pasal S8.01.1.3) ”Toleransi”, atau yang tidak memiliki permukaan
akhir yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang
disyaratkan dalam Pasal S8.01.2.b.3) ”Ketentuan Sifat-sifat Campuran”, harus
mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, meliputi :
a. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan;
b. Tambahan perawatan dibagian struktur yang hasil pengujiannya gagal;
c. Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjaan
yang dipandang tidak memenuhi ketentuan;
Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Konsultan Pengawas dapat meminta

8-6
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Kontraktor melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa


mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian
tambahan tersebut haruslah menjadi tanggung jawab Kontraktor.

8) Pekerjaan Pasal Lain Yang Berkaitan Dengan Pasal Ini

a) Manajemen Lalu Lintas : Pasal S1.08


b) Pengukuran dan Pemasangan Patok : Pasal S1.09
c) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Pasal S1.18
d) Penambahan Lajur : Pasal S1.26
e) Pembongkaran : Pasal S3.01
f) Pasangan Batu dengan Mortar : Pasal S5.02
g) Gorong-gorong dan Drainase Beton : Pasal S5.03
h) Drainase Porous : Pasal S5.04
i) Galian : Pasal S4.01
j) Timbunan : Pasal S4.02
k) Baja Tulangan : Pasal S8.03
l) Adukan Semen : Pasal S8.08

S8.01.2 Bahan dan Jaminan Mutu


S8.01.2.a Bahan
1) Umum
Semua material yang harus disediakan dan dipergunakan, yang tidak dibahas dalam
pasal ini harus sesuai dengan ketentuan dari bagian lain.

2) Semen
a. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen Portland yang
memenuhi SNI 15-2049-1994 (AASHTO M85) kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan
IV. Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan Pengawas, bahan tambahan (aditif)
yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh
digunakan.
b. Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan Pengawas, hanya satu merk semen
portland yang dapat digunakan di dalam proyek. Bilamana digunakan lebih satu
merk semen, maka Kontraktor harus mengajukan kembali rancangan campuran
beton sesuai dengan merk yang digunakan.

3) Bahan Tambahan (Admixture)


Admixture tidak boleh digunakan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Kontraktor harus menyerahkan contoh admixture kepada Konsultan Pengawas paling

8-7
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

lambat 28 (duapuluh delapan) hari sebelum tanggal dimulainya pekerjaan struktur


tertentu atau bagian dari struktur yang harus memakai material admixture itu.
Bahan tambahan yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton tidak
lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan. Bahan yang akan digunakan
untuk tujuan tertentu harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian campuran di
laboratorium.
Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991
tentang Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton.
Bila akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus yang
dihasilkan sisa proses pembakaran batu bara berbentuk abu terbang (fly Ash), maka
bahan tersebut harus sesuai dengan standar SNI 03-2460-1991 tentang Spesifikasi
Abu Terbang sebagai Bahan Tambahan untuk Campuran Beton yang umumnya
ditambahkan pada semen sebagai bahan utama beton, maka penggunaan bahan
tersebut harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil
kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan Gambar dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton, maka bahan tersebut
ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan
untuk meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete).

4) Air
Air yang dipergunakan untuk beton harus disetujui oleh Konsultan Pengawas dan
harus diuji sesuai dengan SNI 03-6817-2002 (AASHTO T26). Air yang dipergunakan
dalam pencampuran, pengawetan, atau pekerjaan lainnya harus bersih dan bebas dari
minyak, garam, asam, alkali, gula, tumbuhan atau zat lainnya yang merusak hasil
pekerjaan. Bila timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan diminta oleh
Konsultan Pengawas, air harus diuji dengan diperbandingkan terhadap air suling.
Perbandingan harus memakai cara uji semen standar untuk kekerasan, waktu
pembuatan (setting time) dan kekuatan adukan. Petunjuk dari kekerasan, perubahan
waktu pengikat ± 30 menit atau lebih, dan pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (duapuluh
delapan) hari jika penyusutan kuat tekan adukan lebih dari 10% dibandingkan dengan
air suling, cukup menjadi alasan ditolaknya air yang tengah diuji itu.
Bila sumber air dangkal pengambilannya harus sedemikian rupa agar lumpur, rumput,
atau bahan asing lainnya tidak ikut terbawa.

5) Ketentuan Gradasi Agregat


a. Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
Tabel S8.01.2.(1) :

8-8
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Tabel S8.01.2.(1) Ketentuan Gradasi Agregat


Ukuran Saringan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
Kasar Gabungan
Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran
Inci Standar
Halus maks. maks. maks. maks. maks. maks.
(in) (mm)
1½ in ¾ in 3/8 in 1 ½ in ¾ in 3/8 in
(40 mm) (20 mm) (10 mm) (40 mm) (20 mm) (10 mm)
2 50,0 100 - - 100 - -
1½ 37,5 85 -100 100 - 95 – 100 100 -
¾ 20,0 0 – 25 85 – 100 - 45 – 80 95 – 100 -
½ 14,0 - 0 – 70 100 - - 100
3/8 10,0 100 0-5 0 – 25 85 – 100 - - 95 – 100
3/16 5,0 89 – 100 0–5 0 – 25 25 – 50 35 – 55 30 – 65
No. 8 2,36 60 – 100 0–5 - - 20 – 50
No. 16 1,18 30 – 100 - - 15 – 40
No. 30 600 µm 15 – 100 8 – 30 10 – 35 10 – 30
No. 50 300 µm 5 – 70 - - 5 – 15
No.100 150 µm 0 – 15 0 – 8* 0 – 8* 0 – 8*
* Dinaikkan menjadi 10% untuk agregat halus pecah

b. Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak
lebih dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan
dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.

6) Sifat-sifat Agregat
a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat
yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian
SNI 03-2816-1992 tentang Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk
Campuran Mortar dan Beton dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang
diberikan dalam Tabel S8.01.2.(2) “Sifat sifat Agregat” bila contoh-contoh
diambil dan diuji sesuai dengan prosedur SNI/ AASHTO yang berhubungan.

Tabel S8.01.2.(2) Sifat-sifat Agregat


Metode Batas Maksimum yang diijinkan untuk Agregat
Sifat-sifat
Pengujian Halus Kasar
Keausan Agregat SNI 03-2417-1991 - 25% : untuk ≥ K 400
dengan Mesin Los 40% : untuk < K 400
Angeles pada 500
putaran
Kekekalan Bentuk SNI 03-3407-1994 Natrium Sulfat : 10% Natrium Sulfat : 12%
Batu terhadap
Larutan Natrium Magnesium Sulfat : 15% Magnesium Sulfat :18%
Sulfat atau
Magnesium Sulfat

8-9
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Metode Batas Maksimum yang diijinkan untuk Agregat


Sifat-sifat
Pengujian Halus Kasar
setelah 5 siklus
Gumpalan Lempung SNI 03-4141-1996 3% 2%
dan Partikel yang
Mudah Pecah
Bahan yang Lolos SNI 03-4142-1996 3% 1%
Ayakan No.200

7) Beton Siklop
Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, tidak berongga dan tidak
rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak
dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatan dengan beton.
Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak lebih besar dari 250 mm. Beton
siklop terdiri dari campuran beton kelas D ( fc’=15 Mpa ) dengan batu kali atau batu-
batu pecah ukuran besar yang harus diletakkan sebelum pelaksanaan struktur pondasi
(footing) dan harus dibuat dengan cara dan pada tempat menurut Gambar atau perintah
Konsultan Pengawas.
Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati, tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang
tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk
acuan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan. Semua batu-batu pecah harus
cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi
sepertiga dari total volume pekerjaan beton Siklop.

8) Expansion Joint Filler (Asphaltic Joint Filler)


Expansion joint filler harus memenuhi ketentuan AASHTO M 33.
Filler untuk setiap sambungan (joint) harus disediakan satu lempengan untuk seluruh
kedalaman dan lebar yang ditentukan, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan
Pengawas. Bila untuk satu sambungan diperbolehkan menggunakan lebih dari satu
lempengan, ujung yang hendak dihubungkan harus disambung erat dan rapat dengan
bentuk yang tepat dengan memakai alat penjepit atau cara yang disetujui Konsultan
Pengawas.

9) Penyimpanan Material
a. Penyimpanan Semen
Semen dapat diangkut dengan bin yang disetujui di pabrik. Semen harus disimpan
di gudang anti lembab dengan ketinggian lantai sekurang-kurangnya 30 cm dari
tanah, sedemikian rupa mudah untuk diperiksa dan digunakan.
Semen karung tidak boleh ditumpuk lebih dari 13 (tigabelas) sak. Semen yang
menjadi basah atau keadaannya tidak memadai tidak boleh digunakan. Semen
yang disimpan oleh Kontraktor lebih dari 60 (enampuluh) hari harus disetujui
dulu oleh Konsultan Pengawas, bila harus digunakan.

8 - 10
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Bila Konsultan Pengawas mengijinkan penggunaannya, semen dari berbagai


merek, tipe, atau dari pabrik lain harus disimpan terpisah. Semen dari karung
bekas tidak boleh digunakan.
b. Penyimpanan Agregat
Agregat halus dan agregat kasar harus disimpan terpisah agar tidak tercampuri
material asing satu sama lain. Agregat harus disimpan sedemikian rupa agar kadar
air selalu merata, dan harus ditangani sedemikian rupa agar tidak terjadi segregasi.
Agregat harus disimpan terlindung dari sorotan langsung sinar matahari dan
hujan. Agregat dari sumber yang berbeda tidak boleh disimpan dalam tempat
yang sama tanpa izin dari Konsultan Pengawas.

10) Perekat
a. Pendahuluan
Perekat damar epoxy (epoxy resin adhesive) harus digunakan untuk menyambung
balok beton precast.
b. Standar Kualitas
Standar kualitas perekat seperti Tabel S8.01.2.(3) “Standar Kualitas Perekat” di
bawah ini.

Tabel S8.01.2.(3) Standar Kualitas Perekat


Jenis Standar Kondisi Kondisi
Item Satuan
Perangkat Kualitas Pengujian Pengawetan
Perangkat yang Tampak dari  Bahan asing yang
tidak diperkeras luar berbahaya tidak
boleh ikut
dicampur.
 Material tidak
boleh terpisah
Berat Jenis - 1,2 - 1,6 suhu kamar 1)
Viskositas cp 1x104 - 1x105 suhu kerja standar 2)
Umur Jam 2 atau lebih suhu kerja standar 2)
Campuran
(Pot Life)3)
Ketebalan mm 0,3 atau lebih suhu kerja standar 2)
Kendur
Minimum 4)
Kuat tarik kg/cm2 125 atau lebih umur = 7 hari
suhu kamar 1) suhu kamar 1)
2 1)
Perangkat yang Kuat tekan kg/cm 500 atau lebih umur = 7 hari suhu kamar
Diperkeras suhu kamar 1)
Daya Rekat kg/cm2 60 atau lebih umur = 7 hari suhu kamar 1)

suhu kamar 1)

Keterangan :
1)
“Suhu Kamar” berarti kondisi suhu standar Kelas - 2 menurut JIS Z 8703 (kondisi standar lokasi
pengujian) yaitu 200 C ± 20 C.

8 - 11
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

2)
“Suhu Kerja Standar” merujuk kepada 3 kategori, yaitu summer type, spring-and-autumn type, dan
winter type; yang besarnya, secara berturut-turut adalah 300C ± 20 C, 200 C ± 20 C, dan 100 C ± 20 C.
3)
“Umur campuran” (Pot life) adalah 70% dari jangka waktu sejak pencampuran sampai saat mulai
pengentalan.
4)
“Ketebalan kendur minimum” berarti ketebalan minimum lapisan perekat yang terbentuk dengan
memakai perekat itu pada permukaan tegak lurus sampai ketebalan kira-kira 1 mm, dan diukur setelah
perekat itu dikendurkan ke bawah.
Daya rekat diukur melalui uji geser (shearing test).

S8.01.2.b Perbandingan Campuran dan Penakaran


1) Rancangan Campuran (Design Mix Formula)
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode
yang disyaratkan dalam SNI 03-2834-2000 dan sesuai dengan batas-batas yang
diberikan dalam Tabel S8.01.2.(4) ”Pedoman Awal untuk Perkiraan Proporsi Takaran
Campuran”

2) Campuran Percobaan (Trial Mixes)


Selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari sebelum pekerjaan beton dimulai, Kontraktor
harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan dengan membuat
dan menguji campuran percobaan sesuai dengan SNI 03-2834-2000, dengan
disaksikan oleh Konsultan Pengawas, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan
yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan sifat-sifat
campuran yang disyaratkan dalam Tabel S8.01.2.(4) ”Pedoman Awal untuk Perkiraan
Proporsi Takaran Campuran” di bawah.

Tabel S8.01.2.(4) Pedoman Awal untuk Perkiraan Proporsi Takaran Campuran


Mutu Beton Ukuran Rasio Air / Kadar Semen
Jenis
Beton  bk’ Fc’ Agregat Semen Maksimum Minimum
3
(kg/cm2) (Mpa) Maks.(mm) (terhadap berat) (kg/m dari campuran)
K600 50 19 0,35 450
37 0,40 395
K500 45 25 0,40 430
Mutu
19 0,40 455
Tinggi
37 0,45 350
K400 35 25 0,45 385
19 0,45 405
37 0,475 335
K350 30 25 0,475 365
19 0,475 385
37 0,50 315
Mutu
K300 25 25 0,50 345
Sedang
19 0,50 365
37 0,55 290
K250 20 25 0,55 315
19 0,55 335

8 - 12
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Mutu Beton Ukuran Rasio Air / Kadar Semen


Jenis
Beton  bk’ Fc’ Agregat Semen Maksimum Minimum
(kg/cm2) (Mpa) Maks.(mm) (terhadap berat) (kg/m3 dari campuran)
37 0,60 265
K175 15 25 0,60 290
Mutu 19 0,60 305
Rendah 37 0,70 225
K125 10 25 0,70 245
19 0,70 260

3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran


a. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan
"slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel S8.01.2.(5)
“Ketentuan Sifat Campuran” dibawah atau yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI
03-1974-1990 (AASHTO T22), SNI 03-4810-1998 (AASHTO T23), SNI 03-
2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).

Tabel S8.01.2.(5) Ketentuan Sifat Campuran

Mutu Beton Kuat Tekan Minimum rata-rata “Slump” (mm)


Benda Uji Kubus Benda Uji Silinder Tidak
 bk’ fc’ Digetarkan Digetarkan
15 x 15 x 15 cm3 15cm x 30 cm
(kg/cm2) (Mpa) 3 hari 7 hari 28 hari 3 hari 7 hari 28 hari
K600 50 392 490 670 34 42 60 20 - 50 -
K500 45 336 420 570 31 39 55 20 - 50 -
K400 35 272 340 470 25 31 44 20 - 50 -
K350 30 244 305 420 22 27 39 20 - 50 50 - 100
K300 25 189 281 370 17 25 34 20 - 50 50 - 100
K250 20 164 245 320 13 20 27 20 - 50 50 - 100
K175 15 103 167 245 9 15 22 30 - 60 50 - 100
K125 10 78 131 195 7 11 17 20 - 50 50 - 100
Catatan : bila menggunakan concrete pump, slump bisa berkisar antara 75 + 25 mm

b. Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh digunakan
pada pekerjaan, terkecuali bila Konsultan Pengawas dalam beberapa hal
menyetujui penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk bagian tertentu dengan
pembebanan ringan.
Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga
beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau
gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat
pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.
c. Bilamana pengujian beton berumur 7 (tujuh) hari menghasilkan kuat beton di
bawah kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel S8.01.2.(5) “Ketentuan Sifat
Campuran”, maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut
sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan

8 - 13
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton


memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi.
Kuat tekan beton berumur 28 (duapuluh delapan) hari yang tidak memenuhi
ketentuan yang disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang dapat
diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan dalam
Pasal S8.01.1.7) ”Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi
Ketentuan” di atas.
Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil
pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang diragukan lebih
kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan
dalam Pasal S8.01.2.b.6) ”Ketentuan Kekuatan Beton” Spesifikasi ini.
d. Konsultan Pengawas dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan
Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran
atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 (tiga) hari.
Dalam keadaan demikian, Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran
beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian
kuat tekan beton berumur 7 (tujuh) hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan
perbaikan, pada waktu tersebut Konsultan Pengawas akan menelaah kedua hasil
pengujian yang berumur 3 (tiga) hari dan 7 (tujuh) hari, dan dapat segera
memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.
e. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan pada hasil
pengujian kuat tekan beton berumur 3 (tiga) hari saja, terkecuali bila Kontraktor
dan Konsultan Pengawas keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut.

4) Penyesuaian Campuran
a. Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang semula
dirancang oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor akan melakukan perubahan
pada berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apapun kadar
semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah
ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan yang
memenuhi, tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau
oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan Tambahan (aditif) untuk
meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
b. Penyesuaian Kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar
semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.

8 - 14
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

c. Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru


Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Konsultan Pengawas dan bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Konsultan Pengawas menerima bahan tersebut secara tertulis
dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran
percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.

5) Contoh Beton (Specimens)


Untuk menilai kesesuaian mutu beton selama pelaksanaan kerja, Kontraktor harus
menyediakan contoh (specimens) beton untuk diuji pada umur 3 (tiga) hari, 7 (tujuh)
hari, dan 28 (duapuluh delapan) hari sesuai petunjuk Konsultan Pengawas, atau
dengan interval lainnya sesuai dengan kebutuhan, untuk menentukan kekuatan beton.
Contoh tersebut harus dibuat berpasangan, dan tidak boleh kurang dari 8 (delapan)
pasang @2 (dua) buah untuk setiap 100 m kubik beton atau bagian beton yang dicor
dalam satu kali pekerjaan, atau sesuai permintaan. Satu contoh bahan dari setiap
pasangan diuji pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (duapuluh delapan) hari.
Tanpa memperhitungkan volumenya setiap produksi atau pembuatan campuran beton
harus diuji baik kekuatan maupun slump-nya, demikian juga setiap struktur dan bagian
struktur juga harus diuji kekuatan dan slump-nya. Pemeriksaan dan pengujian beton
merupakan wewenang Konsultan Pengawas dan ia bisa menaikkan ketentuan nilai
kekuatan dan persyaratan beton bila diperlukan untuk proyek.
Contoh beton untuk pengujian harus diuji oleh Kontraktor di laboratorium lapangan
atau di laboratorium terakriditasi yang letak dan kelengkapannya memadai.
Kontraktor harus bertanggungjawab untuk menjaga dan mencegah kerusakan contoh
beton untuk pengujian selama penanganan, pengangkutan dan penyimpanannya.

6) Ketentuan Kekuatan Beton


a. Persiapan Spesimen
Kuat tekan ultimate beton harus ditentukan pada contoh yang dibuat menurut SNI
03-6813-2002 atau bila tidak memungkinkan dengan AASHTO T 141 dan
AASHTO T 23.
Silinder uji yang dibuat di laboratorium harus sesuai dengan AASHTO T 126.
Pengujian tekan dengan silinder harus sesuai dengan ketentuan AASHTO T 22.
b. Kuat Tekan dan Kuat Lentur
Nilai kuat tekan dan kuat lentur dalam pelaksanaan (site working strength) pada
umur beton 28 (duapuluh delapan) hari tidak boleh kurang dari kekuatan
minimum menurut Tabel S8.01.2.(5) “Ketentuan Sifat Campuran” sesuai kelas
betonnya dan dihitung dengan menggunakan persamaan Pasal S8.01.2.b.6).c
”Kekuatan Karakteristik” dibawah ini.

8 - 15
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Bila ternyata hasil uji contoh tersebut tidak memenuhi syarat, maka beton yang
diproduksi pada saat pengambilan contoh tersebut dianggap semua tidak
memenuhi syarat.
Bila nilai rata-rata dari keempat hasil uji kuat tekan yang berurutan itu pada beton
umur 7 (tujuh) hari lebih rendah dari 70% nilai minimum untuk beton usai 28
(duapuluh delapan) hari (untuk kuat tekan), atau di bawah 80% dari nilai
minimum kekuatan lentur pada umur 28 (duapuluh delapan) hari, maka kadar
semen dari beton itu harus ditambah sekurang-kurangnya 20 kg per meter kubik
beton padat, tanpa tambahan pembayaran sampai modifikasi campuran itu
menghasilkan rumus campuran yang disetujui setelah pengujian beton umur 28
(duapuluh delapan) hari.
c. Kekuatan Karakteristik
Kekuatan karakteristik berbagai kelas beton harus ditentukan segera setelah
30 (tigapuluh) hasil pengujian yang pertama masing-masing kelas sudah tersedia.
Kekuatan karakteristik dihitung dengan persamaan.

bk = bm - K.S

n
 i
i=l
 bm 
n

n
 (  i   bm)2
S i=l
=
n 1

d = kuat tekan minimum, 28 hari


bk = kekuatan karakteristik
bm = hasil pengujian rata-rata
S = standar deviasi
i = hasil pengujian masing-masing benda uji
K = 1,64

Catatan :
Simbol-simbol bk, bm, dan i digunakan untuk benda uji kubus 150 x 150 x 150 mm
sedangkan untuk benda uji silinder150 mm – 300 mm dapat digunakan simbol-simbol fck,
fcm, fci sebagai pengganti bk, bm, dan i

8 - 16
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

d. Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat, apabila dipenuhi
syarat-syarat berikut :
i. Tidak boleh lebih dari 5% ada di antara jumlah minimum (20 atau 30) nilai hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang dari fc’ atau ’bk.
ii. Apabila setelah selesai pengecoran seluruhnya untuk masing-masing mutu
beton dapat terkumpul jumlah minimum benda uji, maka hasil pemeriksaan
benda uji berturut-turut harus memenuhi fck  fc’ atau ’bk  ’bk
iii. Jika benda uji yang terkumpul kurang dari jumlah minimum yang telah
ditentukan, maka nilai standar deviasi (S) harus ditingkatkan dengan faktor
modifikasi yang diberikan dalam Tabel S8.01.2.(6) dibawah ini.

Tabel S8.01.2.(6) Faktor Modifikasi Standar Deviasi


Untuk Jumlah Hasil Uji Minimum 20 Untuk Jumlah Hasil Uji Minimum 30
Jumlah hasil Uji Faktor Modifikasi Jumlah hasil Uji Faktor Modifikasi
- - 10 1,36
- - 11 1,31
- - 12 1,27
- - 13 1,24
- - 14 1,21
- - 15 1,18
- - 16 1,16
- - 17 1,14
8 1,37 18 1,12
9 1,29 19 1,11
10 1,23 20 1,09
11 1,19 21 1,08
12 1,15 22 1,07
13 1,12 23 1,06
14 1,10 24 1,05
15 1,07 25 1,04
16 1,06 26 1,03
17 1,04 27 1,02
18 1,03 28 1,02
19 1,01 29 1,01
20 1 30 1

Bila kekuatan karakteristik lebih rendah dari kekuatan kerja minimum menurut
Tabel S8.01.2.(5) ”Ketentuan Sifat Campuran”, Kontraktor harus menaikkan
kadar semen sebagaimana cara dalam butir b. di atas sampai dihasilkan
perbandingan campuran yang sesuai, atau sampai ada perbaikan kontrol kualitas
agar kekuatan rata-rata meningkat atau variasi kekuatan semakin kecil, sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
e. Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana

8 - 17
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas. Pengujian tambahan tersebut


meliputi :
i. Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan;
ii. Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan;
iii. Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton dan lubang bekas core
harus diisi kembali dengan beton non shrink;
iv. Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
f. Penyimpangan dari Ketentuan Kuat Tekan
Bila hasil uji kuat tekan tidak sesuai dengan ketentuan menurut pasal ini, atau bila
hasil itu diragukan Konsultan Pengawas harus memeriksa kuat tekan dengan cara
uji pecah (crushed test) pada contoh uji yang diambil dengan alat rotary cor bore
pada titik tertentu yang ditentukan Konsultan Pengawas pada struktur yang telah
dibangun.
Pelaksanaan pengujian harus dilaksanakan oleh petugas-petugas yang ditunjuk
dan dengan alat-alat yang memadai. Apabila pengujian tersebut memperlihatkan
kekuatan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditentukan pada
Spesifikasi ini, maka pekerjaan beton tersebut dapat diterima untuk dibayar.
Tetapi bila hasil tersebut memperlihatkan nilai yang tidak sesuai dengan
Spesifikasi, Konsultan Pengawas dapat memerintahkan Kontraktor untuk
membongkar bagian-bagian tersebut dan memperbaikinya sesuai ketentuan
Spesifikasi ini atas biaya Kontraktor.
g. Pemeliharaan Contoh Beton
Biaya membuat contoh beton dan mengadakan pengujian, termasuk biaya
pembuatan tempat contoh beton yang kuat dan biaya pengangkutan contoh beton
uji dari lokasi kerja ke laboratorium, sudah termasuk pada harga satuan beton
semen Portland. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mencegah kerusakan
pada contoh uji selama pembuatan dan pengangkutannya.
h. Dokumen Hasil Pengujian
Dokumen hasil pengujian disimpan oleh Konsultan Pengawas, tetapi selalu
terbuka untuk Kontraktor. Kontraktor bertanggung jawab untuk membuat
penyesuaian seperlunya untuk membuat beton sesuai ketentuan Spesifikasi;
dokumen hasil uji harus mencakup apakah beton itu sesuai atau tidak.

8 - 18
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.01.3 Pelaksanaan Pekerjaan


S8.01.3.a Peralatan dan Alat-alat Bantu
Peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan untuk menangani material dan
melaksanakan pekerjaan dengan jenis, kapasitas dan kondisi mekanis yang disetujui
Konsultan Pengawas, harus sudah berada di lokasi kerja sebelum pekerjaan dimulai.
Bila peralatan itu tidak dipelihara kebaikan kerjanya atau bila peralatan itu terbukti
tidak memadai ketika digunakan oleh kontraktor, untuk mencapai hasil kerja yang
ditentukan, peralatan tersebut harus diperbaiki atau diganti atau ditambah sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

1) Batching Plant dan Peralatannya


a. Umum
Semua material untuk campuran harus ditakar perbandingannya menurut berat.
Batching Plant harus dilengkapi bin, hopper timbangan dan timbangan agregat
halus dan untuk masing-masing fraksi ukuran agregat kasar. Bila digunakan
semen curah, maka harus disediakan bin (tempat penyimpanan), hopper dan
timbangan semen. Tempat penyimpanan material tersebut harus kedap air.
Perlengkapan untuk mencampur komponen lain dari campuran harus disediakan
pada batching plant, sesuai dengan permintaan Konsultan Pengawas, bisa jenis
stasioner atau juga jenis yang dapat berpindah-pindah. Alat tersebut harus selalu
dijaga agar sesuai degan ketentuan untuk melakukan mekanisme penimbangan
yang benar.
b. Bin dan Hopper
Pada batching plant harus disediakan bin dengan kompartemen-kompartemen
(ruang) terpisah yang memadai untuk agregat halus dan untuk setiap fraksi
agregat kasar. Setiap kompartemen harus dapat mengeluarkan material
secukupnya dan dengan lancar ke hopper timbangan. Harus disediakan juga alat
kontrol sehingga begitu jumlah yang dikehendaki dalam hopper timbangan
hampir terpenuhi, material mengalir pelan-pelan dan berhenti setelah jumlahnya
tercapai tepat. Untuk membuang kelebihan jumlah material dalam hopper harus
disediakan lubang atau sarana lainnya. Hopper timbangan harus dapat
mengosongkan seluruh material tanpa sisa.
c. Timbangan
Timbangan agregat dan semen harus dari tipe palang (beam type) ataupun tipe
cakram non-pegas. Alat timbangan harus mempunyai ketepatan sampai 0,5%
untuk berbagai pemakaian. Untuk memeriksa ketepatan harus disediakan
sekurang-kurangnya sepuluh anak timbangan dengan berat masing-masing 25 kg
dan anak timbangan yang lebih ringan sesuai ketelitian penimbangan.

8 - 19
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Tiang tumpu, gandar dan suku cadang lainnya yang terbuka harus selalu bersih.
Pemeriksaan ketepatan harus dilakukan secara periodik sekurang-kurangnya satu
bulan 1 (satu) kali.
Bila menggunakan timbangan palang (beam type) harus ada alat yang dapat
menunjukkan bahwa beban dalam hopper timbangan hampir mencapai berat yang
diinginkan. Alat penunjuk ini harus bisa menunjukkan angka timbangan
sekurang-kurangnya 100 kg dan sampai beban ekstra 25 kg.
Semua alat penimbang dan penunjuk harus bisa dilihat keseluruhannya oleh
operator pada waktu mengisi hopper dan memungkinkannya sambil harus bisa
menangani alat kontrol.
Semen dapat diukur menurut beratnya atau menurut zak standar. Bila diukur
menurut beratnya, harus disediakan hopper dan timbangan tersendiri dengan
dilengkapi alat untuk mentransfer semen dari hopper ke timbangan. Penanganan
harus dilakukan sebaik-baiknya.
Penakaran harus sedemikian rupa agar berat material hasil campuran sesuai
dengan ketentuan, dengan toleransi 1% untuk semen dan 2% untuk agregat.

2) Mixer
a. Umum
Beton harus diaduk dalam pengaduk campuran (batch mixer). Pengadukan dapat
dilakukan di lokasi kerja di pusat khusus pengadukan atau di perjalanan. Pada
setiap mixer harus tertera lempeng logam dari pabrik yang menunjukkan
keterangan kapasitas drum dalam hal volume beton adukan dan kecepatan rotasi
drum adukan.
b. Mixer di lokasi kerja
Mixer yang berada di lokasi kerja harus tipe drum yang mampu mengaduk semen,
agregat dan air secara merata dalam waktu tertentu dan mengeluarkan adukan
tanpa segregasi.
Mixer harus dilengkapi dengan hopper pengisi yang memadai, tempat air, dan alat
pengukur air yang dengan ketepatan sampai batas 1%. Harus dilakukan kontrol
agar air hanya bisa dipakai bila mixer sedang berisi.
Level pembuangan harus bisa terkunci secara otomatis, sampai material campuran
teraduk dalam waktu tertentu setelah semua material berada dalam mixer. Juga
harus disediakan alat pengeluaran beton sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
Dalam interval waktu tertentu mixer harus dibersihkan. Mata pisau (blade) pick-
up dan throw-over dalam drum harus diganti bila telah mengalami keausan 10%.
c. Central Plant Mixer
Mixer ini harus tipe drum, yang bisa mengaduk agregat, semen dan air secara
merata dalam jangka waktu tertentu dan bisa mengeluarkan adukan tanpa

8 - 20
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

menimbulkan segregasi. Central Plants Mixer harus dilengkapi dengan alat


kontrol timing yang dapat mencegah material campuran keluar sebelum jangka
waktu pengadukan terpenuhi.
Sistem penyaluran air untuk mixer bisa memakai tank pengukur yang ditera atau
meteran dan tidak harus menjadi bagian integral dari mixer.
Setiap interval waktu tertentu mixer harus selalu dibersihkan. Keadaan bagian
dalamnya harus diperiksa setiap hari. Mata pisau (blade) pick-up dan throw-over
dalam drum harus diganti bila jangkauan kedalamannya menyusut 10%.
d. Truck Mixer atau Transit Mixer - Mixer ini harus dilengkapi alat penghitung
bertenaga listrik untuk memperlihatkan jumlah putaran drum atau mata pisaunya
dan alat penghitung ini harus dihidupkan bersamaan dengan dimulainya
pelaksanaan pengaduan pada kecepatan tertentu. Isi mixer tidak boleh melebihi
50% volume kotor drum. Mixer harus bisa mengaduk bahan-bahan beton secara
merata dan bisa mengeluarkan beton secara merata tanpa segregasi.
Kecuali bila akan dipakai hanya sebagai Agitator truck mixer, harus dilengkapi
dengan alat pengukur jumlah air untuk setiap takaran. Jumlah air yang dipakai
harus sesuai ketentuan dengan toleransi  1%.

3) Vibrator
Kecuali bila ada ketentuan lain, beton harus dipadatkan (consolidated) dengan
vibrator mekanik yang bekerja di dalam beton. Bila perlu vibrasi harus dibantu dengan
pemadat dengan tangan menggunakan alat yang memadai untuk menjamin kepadatan
yang memadai.
Tipe vibrator yang digunakan harus disetujui Konsultan Pengawas dan mempunyai
frekuensi minimum 5000 getaran per menit, dan harus bisa membuat beton menjadi
merosot 2 cm pada daerah dengan radius 45 cm. Jumlah vibrator yang digunakan
harus cukup untuk memadatkan beton secara memadai dalam waktu 10 menit setelah
dicor ke cetakan; dan selain itu harus disediakan vibrator cadangan.
Jumlah minimum alat penggetar mekanis internal (Internal Vibrator) diberikan dalam
Tabel S8.01.3.(1), dibawah ini.

Tabel S8.01.3.(1) Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis Internal


Kecepatan Pengecoran Beton (m3 / jam) Jumlah Alat
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
≥ 20 ≥6

8 - 21
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

4) Cetakan
a. Cetakan harus terbuat dari kayu (plywood) atau pelat logam, harus sesuai dengan
bentuk, garis dan ukuran yang ditentukan dalam Gambar dan harus kokoh
sehingga bentuknya harus tidak berubah bila diisi atau karena pengeringan dan
pembasahan, vibrasi dan lain-lain.
b. Cetakan harus dilengkapi dengan rangka, penjepit, penopang, dan alat lain, agar
posisi dan bentuknya tetap sesuai dengan ketentuan dalam Gambar.
c. Cetakan harus bisa dibongkar dengan mudah dan aman. Sambungan pada tepi
atau bidang harus horisontal atau pun vertikal setepat mungkin dan harus cukup
rapat agar material tidak bocor.
d. Cetakan lengkung harus beradius sesuai dengan ketentuan Gambar, dan cetakan
fleksibel yang memadai harus dibuat sesuai dengan radius tersebut.
e. Setelah cetakan terpasang pada tempatnya dan diperiksa dan disetujui Konsultan
Pengawas beton dapat dicor.
f. Cetakan harus bebas dari debu, pelumas, atau bahan asing lainnya. Dilarang
menggunakan material atau cara yang akan mengakibatkan material melekat pada
beton atau menghitamkan beton. Cetakan harus diminyaki oil foam sebelum
tulangan baja dipasang dan selain itu, cetakan kayu harus disirami air segera
sebelum beton dicor.
g. Untuk dinding, tiang yang sempit dan lain-lain yang mana alas cetakan tidak bisa
dicapai, maka papan bawah cetakan harus bisa dilepas agar mempermudah
pembersihan material asing segera sebelum beton dicor.
h. Cetakan untuk permukaan yang nampak/terbuka (exposed) harus dibuat dengan lis
segitiga berukuran tidak kurang dari 2 x 2 cm, untuk mencegah agar mortar tidak
tumpah dan untuk membuat champer (sudut) yang lurus pada setiap tepian beton
yang tajam.

S8.01.3.b Persiapan Kerja


1) Umum
Kontraktor harus menyediakan Pelaksana dan Supervisor yang berpengalaman di
lokasi pekerjaan untuk mengontrol pekerjaan. Pelaksanaan pekerjaan lain selain beton
harus sesuai dengan ketentuan bagian lain atau pasal lain untuk beberapa pekerjaan
yang menjadi satu kesatuan dengan pekerjaan beton.

2) Pondasi
Persiapan pondasi harus sesuai dengan detail dalam Gambar, menurut ketentuan Pasal
S4.01.1.1).h “Galian Struktur” Spesifikasi ini.

8 - 22
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Elevasi dasar telapak (footing), sebagaimana tertera dalam Gambar, Konsultan


Pengawas dapat memerintahkan penggalian yang lebih dalam, untuk menempatkan
dasar telapak (footing) pondasi yang sebaik-baiknya.
Pondasi yang mempunyai beton leveling kelas E (atau batuan) harus digali dengan
toleransi 0-5 cm. Setiap kelebihan harus diisi dengan material dari lapisan atasnya,
tidak boleh ditimbun dengan material galian.
Pondasi tiang pancang (pile foundation) harus dibuat sesuai dengan ketentuan dalam
pasal-pasal yang terkait dan sesuai ketentuan dengan Gambar.

3) Perancah (Falsework)
Perancah harus dibuat dengan pondasi yang cukup kuat untuk mendukung / menopang
berat / muatan beton tanpa mengalami lendutan yang berarti. Perancah yang tidak bisa
dibuat pada pondasi dengan dasar telapak yang padat, harus ditopang dengan tiang
pancang perancah atas biaya dari Kontraktor.
Sebelum membuat cetakan atau perancah, bila diminta atau diperlukan Kontraktor
harus menyampaikan Gambar detail mengenai cetakan dan perancah untuk diperiksa
dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Persetujuan Konsultan Pengawas tidak
membebaskan Kontraktor dari tanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan struktur
sebaik mungkin.
Untuk falsework, harus dipertimbangkan faktor lendutan sesuai dengan gambar kerja
yang dibuat oleh Kontraktor dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

4) Cetakan (Formwork)
Beton tidak boleh dicorkan sebelum Konsultan Pengawas memeriksa dan menyetujui
cetakan (formwork) dan perancahnya (falsework). Adanya persetujuan dari Konsultan
Pengawas tidak mengurangi tanggungjawab Kontraktor dalam penyelesaian struktur
sebaik-baiknya.
Bagian dalam cetakan untuk hollow slab harus dibuat dari plywood, logam tipis atau
bahan lainnya. Kekuatan bahan-bahan itu harus cukup untuk melawan tekanan beton
dan daya apungnya.
Tipe dan struktur sambungan dan penutup cetakan bentuk silinder harus rapat beton
tidak bocor, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Diameter nominal silinder
berarti diameter bagian luar atau diameter luar dari bagian tonjolan bila logam cetakan
yang tipis mempunyai tonjolan. Tinggi tonjolan (projection) harus kurang dari 10 mm.
Cetakan dalam (internal form) harus didudukan pada posisi yang tepat sehingga tidak
rusak waktu beton dicor. Untuk mengencangkan internal forms, harus digunakan baut
bentuk U dan metoda penopang atau penguat cetakan ini harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Baut bentuk U dan suku cadangan lainnya harus dapat menahan
daya apung cetakan.

8 - 23
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Untuk formwork, harus dipertimbangkan faktor lendutan sesuai dengan Gambar kerja
yang dibuat oleh Kontraktor dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

5) Tulangan Beton
Konsultan Pengawas harus memeriksa tulangan beton yang telah terpasang dan
menyetujuinya bila sesuai dengan ketentuan Pasal S8.03 “Baja Tulangan”, saat
sebelum beton dicor. Selama pengecoran beton harus ada tukang pasang tulangan
beton yang perpengalaman dilokasi kerja, untuk menjaga agar tulangan beton tidak
ada yang lepas pada waktu beton dicor, dan bila ada tulangan harus dibetulkan
sebelum pengecoran diteruskan.

S8.01.3.c Penakaran, Pengadukan dan Pengangkutan Material


Untuk pengadukan di tempat kerja, agregat harus diangkut dari batching plant ke
mixer dalam bak takaran, bak kendaraan, atau kontainer lainnya yang kapasitas dan
konstruksinya cukup memadai untuk mengangkut material. Pemisahan kelompok-
kelompok material harus memadai sehingga material tidak bocor dari satu
kompartemen kekompartemen lain, selama dalam perjalanan atau waktu dikeluarkan.
Semen yang masih dalam wadah aslinya dapat ikut diangkut di atas agregat. Jumlah
zak semen yang ditentukan untuk setiap kelompok material harus disimpan di atas
agregat untuk kelompok itu. Semen dari zak harus ditumpahkan dulu ke agregat
sebelum dicorkan ke mixer.
Kelompok-kelompok material harus dicorkan ke mixer secara terpisah dan utuh.
Setiap kontainer kelompok material (batch) harus dicorkan sampai kosong ke mixer
tanpa kehilangan semen, atau tercampurnya atau kebocoran material dari satu
kompatemen ke kompartemen lain.

1) Pengadukan Beton
a. Umum
Beton harus diaduk di tempat pekerjaan, di pusat pencampuran (batching plant),
pada mixer truk, atau kombinasi keduanya. Bila diijinkan oleh Konsultan
Pengawas bisa digunakan pengadukan dengan tangan.
Bila cahaya alam kurang, beton tidak boleh diaduk, dicor/dicor, atau diselesaikan,
kecuali bila ada sistem penerangan dengan lampu yang memadai.
b. Pengadukan di tempat pekerjaan
Beton harus diaduk dalam batch mixer yang tipe dan kapasitasnya disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
Lamanya pengadukan harus ditentukan oleh Konsultan Pengawas menurut JIS A
1119 (Method of Test for Variation in Unit Weight of Air Free Mortar in Freshly
Mixed Concrete). Bila hasil pengujian tersebut tidak ada, maka lamanya
pengadukan harus lebih dari 1½ menit sejak semua material dimasukkan ke dalam

8 - 24
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

mixer, namun lamanya pengadukan jangan lebih dari tiga kali jangka waktu di
atas. Pengisian air ke dalam mixer dimulai sebelum pengisian semen dan agregat.
Selama pengadukan drum harus berkecepatan rotasi menurut ketentuan pabrik.
Mata pisau (blade) pick-up dalam drum mixer yang sudah menyusut 2 cm atau
lebih harus diganti.
Volume setiap batch tidak boleh melebihi kapasitas mixer yang ditentukan pabrik,
tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Dilarang menggunakan mixer
yang kapasitasnya kurang dari kapasitas batch 1 (satu) zak semen.
Beton harus diaduk sebanyak volume beton yang harus segera diperlukan atau
dikerjakan dan beton yang kekentalannya tidak sesuai ketentuan pada waktu
dicor, tidak boleh digunakan.
Mengaduk kembali beton yang telah mengeras tidak boleh dilakukan. Seluruh isi
mixer harus dikeluarkan dari drum sebelum material campuran berikutnya
dimasukkan. Bila pengadukan dihentikan untuk waktu yang cukup lama, mixer
harus bersih. Bila pengadukan dimulai lagi material campuran yang pertama
dimasukkan ke dalam mixer harus memiliki kadar air, pasir dan semen yang
cukup untuk menutupi permukaan dalam dari drum tanpa mengurangi jumlah
bahan adukan yang ditentukan.
c. Central Mixing Plant
Bila beton diaduk di central plant, mixer dan metoda yang digunakan harus
memenuhi ketentuan Pasal S8.01.3.a.2). Beton hasil adukan harus diangkut dari
central mixing plant ke lokasi pekerjaan dengan truk pengaduk (agitator truck)
atau Dump Truck, sesuai dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
Kecuali bila ada ijin tertulis lain dari Konsultan Pengawas, truk pengaduk harus
dilengkapi dengan drum putar kedap air, dan harus bisa mengangkut dan
mengeluarkan beton tanpa segregasi. Kecepatan pengadukan drum harus antara 2
s/d 6 putaran per menit. Volume beton adukan dalam drum tidak boleh melebihi
ketentuan pabrik, atau lebih dari 70% volume kotor drum.
Bila Konsultan Pengawas menyetujui truck mixer dapat digunakan sebagai
pengganti truk pengaduk, untuk mengangkut beton dari central mixing plant.
Volume kotor wadah pengaduk dalam meter kubik, harus sesuai dengan ketentuan
pabrik mixer. Jangka waktu antara pengisian air ke drum mixer dan pengeluaran
beton adukan karena sesuai dengan ketentuan Konsultan Pengawas. Selama
jangka waktu ini, adukan harus diaduk terus-menerus.
Bak dari dump truck harus licin dan kedap air. Harus disediakan penutup untuk
melindungi material dari hujan. Truk ini harus mengangkut beton ke lokasi
pekerjaan dalam keadaan campuran jadi dan teraduk sempurna. Adukan dianggap
merata bila contoh dari batas seperempat dan tiga perempat muatan tidak
mempunyai slump yang berbeda lebih dari 2,5 cm. Pengecoran beton harus selesai
dalam 30 menit sejak pengisian air ke dalam campuran semen dan agregat.

8 - 25
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

d. Pengadukan dalam truk


Beton dapat diaduk pada truk mixer dengan desain yang disetujui. Pengadukan
dalam truk harus sesuai dengan ketentuan berikut. Mixer-nya dapat berupa drum
putar tertutup yang kedap air atau tipe dayung/mata pisau putar atap terbuka (open
top revolving blade).
Mixer harus dapat menyatukan semua bahan menjadi adukan yang merata, dan
harus mengeluarkan beton secara merata pula. Perbedaan maksimum slump dari
contoh yang diambil dari batas seperempat dan tiga perempat dari muatan yang
dikeluarkan adalah 2,5 cm.
Kecepatan pengadukan untuk mixer tipe drum putar tidak boleh kurang dari 4
putaran per menit, atau tidak boleh melebihi kecepatan keliling drum yang
sebesar 1 m/detik. Untuk mixer yang atap terbuka kecepatan pengadukan harus
antara 4 dan 16 putaran per menit pada mata pisaunya.
Kecepatan pengadukan untuk mixer tipe drum putar maupun tipe mata pisau putar
adalah antara 2 dan 6 putaran per menit drum atau mata pisau.
Kapasitas truck mixer harus sesuai dengan ketentuan pabrik kecuali bila
penambahan kapasitas tidak melebihi batas yang ditentukan di sini. Standard
kapasitas normal dalam persentase volume kotor drum, tidak boleh lebih dari 50%
untuk truck mixer dan 70% untuk agitator truck.
Beton harus diantarkan ke lokasi pekerjaan dan pengeluarannya harus selesai
dalam waktu 45 menit setelah penambahan air ke dalam campuran semen dan
agregat, atau bila digunakan admixture maka batas waktunya harus ditentukan
oleh Konsultan Pengawas.
Bila beton diaduk dalam truck mixer, pengadukan harus dimulai dalam batas 30
menit setelah semen dicampur dengan agregat. Kecuali bila harus digunakan
hanya sebagai pengaduk, truck mixer harus dilengkapi dengan alat pengukur
jumlah air yang harus mengukur secara tepat jumlah air pada tiap pencampuran.
Jumlah air yang dicampurkan harus sesuai dengan jumlah yang ditentukan dengan
toleransi sampai 1%.
e. Pengadukan dengan tangan
Dilarang mengaduk beton dengan tangan, kecuali dalam keadaan darurat, tanpa
ada ijin dari Konsultan Pengawas. Bila sudah ada ijin, pengaduk harus dilakukan
hanya pada wadah kedap air dari logam, dll. Beton harus dibolak-balik wadah itu
paling sedikit 6 (enam) kali, sampai butiran agregat kasar terlapisi adukan dan
adukan sudah merata.

2) Dilarang melembekkan kembali adukan beton


Dilarang melembekkan kembali adukan beton yang telah mengeras dengan nenambah
air atau cara lainnya. Beton yang tidak memenuhi batas slump pada saat beton
dicorkan di lokasi pekerjaan tidak boleh digunakan. Penggunaan admixture untuk

8 - 26
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

menambah workability atau mempercepat waktu pengerasan tidak boleh dilakukan,


kecuali bila ada ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.

3) Kekentalan
Slump harus diukur menurut SNI 03-1972-1990 (AASHTO T 119-05), dan harus
memenuhi ketentuan Tabel S8.01.2.(5) “Ketentuan Sifat Campuran” Spesifikasi ini.
Pengujian Slump dilaksanaan setelah campuran beton sampai di lokasi pekerjaan/di
lapangan, dan campuran beton tidak boleh dituang sampai hasil uji Slump memenuhi
syarat.

S8.01.3.d Penuangan/Pengecoran Beton

1) Umum
Beton harus dicor dalam batas waktu menurut Pasal S8.01.3.c.1) “Pengadukan Beton"
Spesifikasi ini. Pengecoran beton harus sedemikian rupa agar tidak terjadi segregasi
dan perubahan kedudukan tulangan dan harus dihamparkan berupa lapisan horisontal.
Bila perlu, beton dicorkan ke dalam cetakan dengan sekop tangan dan vibrator tidak
boleh digunakan untuk menyebarkan beton dalam cetakan. Campuran beton jangan
sampai memerciki cetakan dan tulangan, sehingga sampai mengering sebelum
akhirnya tertutup dengan beton.
Bila sudah melimpah lebih dulu, cetakan dan baja tulangan harus dibersihkan dengan
sikat kawat sebelum beton dicor ke cetakan.
Talang, pipa, atau corong yang digunakan sebagai alat bantu pengecoran beton harus
diletakkan sedemikian rupa agar beton tidak mengalami segregasi. Alat-alat tersebut
harus selalu bersih dari beton atau mortar yang melekat.
Beton harus dicorkan secara kontinyu keseluruh bagian struktur atau antara
sambungan bila ada dalam Gambar atau menurut petunjuk Konsultan Pengawas dan
tidak boleh dicorkan dari ketinggian melebihi 1,5 m.
Bila dalam keadaan darurat pengecoran beton harus dihentikan sebelum selesai, maka
harus dibuat sekat dan sambungan yang diakibatkannya dianggap sebagai sambungan
konstruksi dan diatur seperti di bawah ini.

2) Tiang Beton
Beton untuk tiang atau untuk balok harus dicorkan dalam satu kali pengecoran secara
kontinyu, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar atau oleh Konsultan Pengawas.

3) Concrete slab dan girder spans


Slab dan girder dengan bentang 10 m atau kurang harus dicor dalam satu kali
pengecoran secara kontinyu, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar. Sebaiknya
beton mulai dicor mulai tengah bentang menuju ujung-ujungnya.

8 - 27
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Beton untuk lantai (slab) harus dicor sekali pengecoran secara kontinyu dan satu lapisan
untuk setiap bentang, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar.
Beton untuk girder dengan bentang lebih dari 10 m dapat dicor dalam dua kali
pengecoran. Yang pertama beton dicor meliputi batang girder sampai batas pangkal
slab. Paling lambat 24 jam setelah itu, harus dilanjutkan pengecoran beton untuk
bagian slab-nya.
Prosedur konstruksi untuk concrete deck slab pada box girder harus sedemikian rupa
untuk mengurangi tekanan yang berlebihan pada beton yang baru dicor.
Segera sebelum beton dicor, permukaan atas dari beton yang dicor terdahulu harus
dikerik (hammered) sampai agregatnya timbul dan dibersihkan. Kontraktor harus
memeriksa penyusutan dan pelonggaran falsework dan harus mengencangkan baut
untuk memperkecil lendutan cetakan.

4) Wall, pier dan lain-lain


Bila tembok, pier, kolom dan struktur lainnya membentuk sambungan konstruksi
horisontal, beton tidak boleh dicor di atas beton lain yang tidak boleh berumur kurang
dari 12 jam.
Pekerjaan tidak boleh dihentikan pada batas 45 cm dari bagian permukaan kecuali bila
ada ketentuan yang mengijinkan, yang mana bila diijinkan Konsultan Pengawas,
sambungan konstruksi dapat dibuat pada bagian bawah kepala dinding yang tebalnya
kurang dari 45 cm.
Khusus untuk bangunan gedung fasilitas tol, pada hubungan vertikal untuk beton
kolom dan dinding, Kontraktor harus menyediakan baja tulangan (angkur) berdiameter
8 mm dengan panjang sekitar 40 cm, pada salah satu ujung batang baja tersebut
dibengkokkan dan dibenamkan ke dalam beton dan ujung yang lain sepanjang 25 cm
untuk penyambungan dengan dinding. Angkur tersebut harus diletakkan pada jarak
setiap 50, 150, 250 cm, dan seterusnya diukur dari permukaan beton balok pengikat.

5) Gorong-gorong (culvert)
Slab untuk box culvert harus dikerjakan sekaligus sampai selesai dan harus dibiarkan
tidak kurang dari 12 jam sebelum dilakukan pekerjaan lain diatasnya. Sebelum beton
dicor ke dinding, slab bawah/alas harus bersih dari segala serpihan kayu, bekas
gergajian, dan lain-lain.
Kontraktor harus mengajukan proposal untuk disetujui Konsultan Pengawas,
mengenai pengecoran dinding gorong-gorong sebelum pekerjaan gorong-gorong
dimulai. Beton tidak boleh dicor untuk lapisan yang tingginya lebih dari 1 m relatif
terhadap beton yang dicorkan terlebih dahulu Pengecoran harus dilakukan secara
sistematis.

8 - 28
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

6) Menuang Beton di dalam air


Beton tidak boleh dicor di dalam air tanpa persetujuan dan pengawasan dari Konsultan
Pengawas, dan metoda seperti berikut ini : Untuk mencegah segregasi, beton harus
dicor dalam bentuk massa padat, memakai alat tabung atau pipa atau ember (bucket)
atau alat lain, dan tidak boleh diganggu setelah dicor. Pada tempat perletakan beton air
harus dijaga agar tenang. Beton jangan dicorkan dalam air yang mengalir. Metode
pengecoran atau pengecoran beton harus teratur agar tercipta permukaan yang
horisontal.
Dalam satu kali pengecoran yang kontinyu harus diletakkan sekat beton. Bila
menggunakan tabung atau pipa, sekat ini harus terdiri dari sebuah tabung atau pipa
dengan diameter tidak kurang dari 25 cm dikerjakan pada bagian-bagian yang
mempunyai kopeling flens (flanged coupling) yang dipasang dengan paking.
Penopang tabung tremie jangan sampai menghambat gerakan ujung pengeluaran di
atas beton, dan gerakan waktu turun untuk memperlambat arus pengeluaran. Tabung
tremie ini harus diisi dengan metoda sedemikian rupa agar beton tidak rusak karena
air. Ujung pengeluaran (discharge end) terbenam dalam beton dan tabung tremie harus
harus berisi beton secukupnya agar air tidak masuk.
Bila beton dicorkan dengan ember (bottom-dump bucket), maka kapasitas ember tidak
boleh kurang dari 1,20 meter kubik, dan dilengkapi dengan penutup bagian atas yang
dipasang longgar. Bagian bawah harus dapat dibuka ke bawah ketika beton akan dicor.
Ember harus diisi penuh dan diturunkan perlahan-lahan sampai tiba pada permukaan
dimana beton akan dicor. Selama pengeluaran isinya, ember harus dinaikkan perlahan-
lahan, untuk mencegah air ke lubang pengeluaran dan mencegah adukan beton
teraduk-aduk.
Pengeringan dikerjakan bila sekat beton (concrete seal) sudah cukup kuat menahan
tekanan-tekanan. Konsultan Pengawas akan menentukan kapan pekerjaan ini bisa
dimulai. Material-material yang tidak berguna harus disingkirkan dari permukaan
yang tampak dengan digosok, dikupas dan lain-lain cara asal jangan merusak sekat.

7) Sambungan Konstruksi (Construction Joint)


Sambungan konstruksi harus terletak sesuai dengan ketentuan Gambar, atau instruksi
Konsultan Pengawas. Sambungan Konstruksi harus tegak lurus terhadap garis
tegangan, dan secara umum harus terletak pada daerah dengan gaya lintang minimum.
Pada sambungan konstruksi horizontal, detailnya harus sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas. Sebelum beton dicorkan, permukaan sambungan konstruksi
harus digosok dengan sikat kawat sampai tampak agregat yang bersih, diguyur air dan
harus bersih dan atas persetujuan Konsultan Pengawas dilapisi bonding agent untuk
pelekatan pada sambungan konstruksi dan cara pelaksanaannya harus sesuai dengan
petunjuk dari pabrik pembuatnya.

8 - 29
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Segera sebelum beton baru dicorkan, cetakan harus dikencangkan rapat ke beton yang
sudah keras. Beton untuk substruktur harus dicorkan sedemikian rupa agar seluruh
sambungan konstruksi horizontal benar-benar horisontal.
Pada tempat yang memerlukan sambungan konstruksi vertikal, batang-batang tulangan
harus melampaui sambungan sedemikian rupa agar struktur menjadi monolit.
Sambungan konstruksi jangan sampai menerus ke dinding sayap atau permukaan yang
luas lainnya yang akan diselesaikan secara arsitektur. Paku-paku, alat pengikat dan
alat transfer beban, harus terletak sesuai dengan ketentuan Gambar atau petunjuk
Konsultan Pengawas.

8) Sambungan Ekspansi (Expansion Joints)


Sambungan ini harus berupa asphaltic joint filler setelah 20 mm atau filler lain yang
disetujui Konsultan Pengawas, dan harus diletakkan dan dipasang sesuai dengan
ketentuan Gambar. Asphaltic joint filler akan diukur dan dibayar secara terpisah.

9) Sambungan terbuka (Open joint)


Sambungan terbuka harus dibuat sesuai dengan ketentuan Gambar, dengan
menyisipkan dan kemudian mencabut lagi bilah kayu, pelat logam, atau material
lainnya yang disetujui. Penyisipan dan pencabutan mal (template) jangan sampai
mengakibatkan rusaknya bagian sudut beton. Tulangan tidak boleh dipasang melewati
sambungan terbuka, kecuali bila dibolehkan dalam Gambar.

10) Sambungan Baja (Steel joint)


Pelat atau bentuk-bentuk struktur lainnya harus dibuat dengan bentuk yang tepat di
bengkel, sesuai dengan ketentuan penampang lantai beton. Pembuatan dan
pengecatannya harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi untuk pekerjaan tersebut.
Bila ada ketentuannya dalam Gambar atau dalam Spesifikasi material ini harus
digalvanisasi sebagai pengganti bila tidak dicat. Permukaan bidang yang sudah selesai
harus benar dan tidak melengkung. Penempatan sambungan harus sedemikian rupa
agar kedudukannya tetap selama pengecoran beton.
Celah pada sambungan ini harus sesuai dengan ketentuan Gambar pada suhu normal,
dan harus diperhatikan agar tidak terjadi celah yang tidak memenuhi syarat.

11) Baut angkur (anchor bolts)


Semua baut angkur pada pier atau abutment harus dipasang tepat pada lubang yang
dibuat pada saat pengecoran beton. Lubang dapat dibuat dengan menusukkan batang
kayu, pipa logam, atau alat lainnya yang sudah diminyaki, ke dalam beton baru, dan
mencabutnya lagi setelah beton agak mengeras. Diameter lubang paling sedikit 10
mm. Baut harus dipasang dengan tepat dan ditutup dengan mortar kasar (grout) yang
memenuhi lobang. Grout ini harus berupa adukan (mortar) yang tidak susut, dengan
jenis yang disetujui Konsultan Pengawas.

8 - 30
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Baut angkur yang pemakaiannya berkaitan dengan rocker, roller, dan expansion shoe
harus dipasangkan sedemikian rupa menurut suhu pada waktu pemasangan. Gerakan
bangunan atas jangan sampai menjadi terbatas akibat pemasangan yang tidak benar
pada bearing, baut angkur dan mur.

12) Shoes dan bearing pads


Daerah bridge seat bearing harus dibuat tinggi dan sesuai dengan level yang
ditentukan. Shoes dan bearing pads harus dipasang menurut ketentuan Pasal S8.12
”Perletakan Bearings”.

13) Lubang drainase dan lubang cucuran


Lubang drainase dan lubang cucuran (Weep holes) harus dibuat dengan cara dan pada
tempat menurut ketentuan Gambar atau perintah Konsultan Pengawas. Lubang angin
untuk menyamakan tekanan hidrostatis harus dibuat di bawah muka air yang rendah.
Cetakan lubang cucuran harus berupa pipa PVC. Permukaan pipa yang tampak harus
disiram beton.

14) Pipa, saluran kabel atau pipa kabel


Pipa, saluran kabel atau pipa kabel yang tertanam dalam beton akan dipasang oleh
Kontraktor sebelum beton dicorkan. Kecuali bila ditentukan lain, pipa yang ditanam
dalam beton harus pipa standar, ringan dan anti karat. Pipa harus diikat kuat-kuat agar
tidak bergeser waktu beton dicorkan.

15) Pier dan abutment


Tidak boleh meletakkan beban bangunan atas di atas pier atau abutment yang sudah
selesai, sebelum ada perintah Konsultan Pengawas, tetapi jangka waktu minimum
untuk pengerasan beton bangunan bawah, sebelum beban bangunan atas diletakkan di
atasnya adalah 7 (tujuh) hari, bila digunakan adalah semen portland normal.

16) Diafragma
Campuran beton untuk diafragma menggunakan mutu beton B-1 dengan cara cast-in-
place, sebelum di cor besi tulangan harus dipasang terlebih dahulu sesuai Gambar.

S8.01.3.e Pekerjaan Finishing Pada Beton


Semua permukaan beton harus tetap tampak (exposed) pada pekerjaan yang sudah
selesai, harus sesuai dengan ketentuan 3) Finishing biasa (ordinary finishing), kecuali
bila ada ketentuan lain.
1) Deck beton (concrete decks)
Segera setelah beton dicor, deck beton harus ditempa dengan mal lengkung untuk
membuat penampang melintang yang benar dan harus di-finishing dengan tangan
sampai sesuai dengan permukaan beton yang ditentukan.

8 - 31
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Hasil finishing harus agak dikasarkan secara merata dengan disikat (brooming).
Permukaan yang sudah selesai tidak boleh berbeda lebih dari 10 mm pada
pemeriksaan dengan mal datar (straigh ledge) 4 m yang di pasang sejajar dengan garis
10 mm pada pemeriksaan dengan mal lengkung (template) yang dipasang melintang
memotong badan jalan.

2) Permukaan kerb dan footpath


Permukaan kerb dan footpath yang tampak harus di-finishing sesuai dengan garis dan
kelandaiannya. Permukaan kerb harus digosok dengan alat dari kayu sampai halus
tetapi tidak licin. Permukaan footpath harus dikasarkan secara merata dengan disikat
arah melintang jalan.

3) Finishing biasa (ordinary finish)


Ordinary finish adalah finishing pada permukaan setelah cetakan dibongkar, di mana
lubang-lubang bekas ikatan cetakan ditambal dan kerusakan-kerusakan kecil pada
permukaan diperbaiki. Permukaan beton harus rata, tidak ada lekukan dan warnanya
cukup merata/sama beton sekitarnya.
Permukaan yang tidak rata dan penampilannya jelek, harus ditempa dengan mal datar
dan digosok menurut ketentuan butir 4) Finishing Gosok (Rubbed finish).
Beton pada jembatan, caps, dan bagian atas dinding harus ditempa dengan mal datar
dan digosok sampai grade yang ditentukan. Kecuali bila ada dalam Gambar,
permukaan beton tidak boleh dilapisi adukan semen (mortar).

4) Finishing gosok (rubbed finish)


Setelah cetakan dibongkar, beton harus segera digosok bila kondisi sudah
mengijinkan. Segera sebelum digosok, beton harus dibasahi air. Sebelum dibasahi,
adonan tambalan pada permukaan beton harus sudah kering. Permukaan yang harus
di-finishing harus digosok dengan batu karborundum medium kasar, menggunakan
sedikit adukan (mortar) semen pada permukaannya.
Adonan terdiri dari semen dan pasir halus dengan perbandingan yang sama dengan
beton yang sedang di-finishing. Penggosokan harus sampai menghilangkan bekas-
bekas cetakan dan segala ketidakrataan, lubang-lubang ditambal, dan permukaan
menjadi rata. Pasta hasil penggosokan ini harus dibiarkan tetap pada permukaan.
Setelah semua beton diatas permukaan itu dihilangkan, finishing akhir adalah dengan
menggosok permukaan dengan batu karborundum halus dan air. Penggosokan harus
terus sampai seluruh permukaan halus dan sama warna.
Setelah penggosokan akhir itu selesai dan permukaan menjadi kering, permukaan
harus digosok lagi dengan kain goni untuk membuang butir/partikel lepas. Permukaan
akhir tidak boleh mempunyai tambalan, pasta, bubuk-bubuk dan bekas-bekas lain
yang tidak dikehendaki.

8 - 32
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

5) Pengurugan (backfill and road fill)


Rongga-rongga hasil penggalian yang tidak terisi penuh oleh struktur beton harus
diurug dan dipadatkan dengan material yang semestinya sesuai dengan ketentuan
S4.06 ”Urugan Rembesan” dari Spesifikasi ini.
Bila ada genangan air di balik dinding, urugan tidak boleh diletakkan sebelum dinding
penahan, sekat-sekat atau dinding spandrel berumur 28 (duapuluh delapan) hari. Balok
pelengkung (arches) dan slabs tidak boleh diurug, sebelum beton berumur 28
(duapuluh delapan) hari atau sebelum ada petunjuk dan Uji contoh bahwa beton sudah
mencapai kekuatan umur 28 (duapuluh delapan) hari.

S8.01.3.f Perawatan Beton


Segera setelah cetakan beton dibongkar dan finishing sudah selesai, seluruh beton
harus dilakukan perawatan dengan salah satu metode berikut. Konsultan Pengawas
akan menentukan permukaan beton yang harus dirawat dan metode yang digunakan.
1) Metoda air
Seluruh permukaan yang terbuka selain slab, harus dilindungi dari sinar matahari dan
seluruh struktur harus dilapisi/ditutup kain goni, atau kain lain yang dibasahi
sekurang-kurangnya selama 7 (tujuh) hari. Untuk beton yang menggunakan fly Ash
perawatan metoda air minimal 10 (sepuluh) hari.
Material-material harus tetap basah selama jangka waktu tersebut. Kerb, dinding, dan
permukaan lain yang harus di-finishing dengan digosok bisa dibuka dulu penutupnya
sementara tetapi harus segera ditutup lagi setelah finishing selesai. Seluruh concrete
slab harus secepat mungkin ditutupi dengan pasir, tanah atau material lain yang
memadai dan harus selalu basah sekurang-kurangnya selama 7 (tujuh) hari. Material
penutup ini tidak boleh dibersihkan dari permukaan concrete slab sebelum beton
mencapai umur 21 (duapuluh satu) hari.
Bila cetakan dari kayu boleh tetap di tempat selama jangka waktu perawatan, maka
harus dibuat selalu basah agar tidak menyusut.

2) Selaput Pengawet (membrane - forming curing compound).


Seluruh permukaan harus di-finishing dulu, sebelum dirawat dengan dilapisi bahan ini.
Selama masa finishing, beton harus dilindungi dengan metoda perawatan air.
Bahan pengawet selaput harus digunakan setelah cetakan dibongkar, atau bila air
permukaan sudah hilang. Bahan ini harus disemprotkan pada permukaan beton satu
kali lapisan atau lebih dengan kecepatan sesuai instruksi dari pabrik pembuatnya.
Bila bahan pengawet selaput pecah atau rusak sebelum berakhirnya perioda
perawatan, daerah yang rusak akan segera diperbaiki dengan memberikan tambahan
material pengawet selaput.
Kontraktor dapat menggunakan bahan pengawet selaput cair (liquid membrane curing
compound) dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

8 - 33
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

3) Perawatan dengan Uap


Beton dirawat dengan uap untuk maksud mendapatkan kekuatan yang tinggi pada
permulaannya. Bahan tambah (aditif) tidak diperkenankan untuk dipakai dalam hal ini
kecuali atas persetujuan Konsultan Pengawas.
Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton
telah mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 (duapuluh delapan)
hari. Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini :
a. Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi
tekanan di luar.
b. Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 380C
selama sampai 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur
dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai 650 C dengan kenaikan temperatur
maksimum 140 C/jam secara bersama-sama.
c. Beda temperatur yang diukur di antara dua tempat di dalam ruang uap tidak boleh
melampaui 5,50 C.
d. Penurunan temperatur selama pendinginan tidak boleh lebih dari 11 0 C per
jam.
e. Temperatur beton pada saat dikeluarkan dari penguapan tidak boleh 110 C lebih
tinggi dari temperatur udara di luar.
f. Setiap saat selama perawatan dengan uap, di dalam ruangan harus selalu jenuh
dengan uap air.
g. Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi
selama 4 (empat) hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
Kontraktor harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan
temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak
tergantung dari cuaca luar.
Pipa uap harus ditempatkan sedemikian atau balok harus dilindungi secukupnya agar
beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan
temperatur pada bagian-bagian beton.

S8.01.3.g Pembongkaran Formwork dan Falsework


1) Waktu pembongkaran
Cetakan (formwork) dan Perancah (falsework) tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan
Konsultan Pengawas. Persetujuan tersebut tetap tidak membebaskan tanggungjawab
Kontraktor untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
Rangka dan balok penopangnya harus dibongkar bersamaan dengan cetakan dan
potongan kayu cetakan tidak ada yang boleh tertinggal di dalam beton. Pembongkaran

8 - 34
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

cetakan untuk struktur menerus atau cantilevered structures harus sesuai prosedur
yang sebelumnya sudah disetujui Konsultan Pengawas, dan sedemikian rupa agar
struktur dibongkar tahap demi tahap menurut gaya beratnya.
Bila waktu untuk membongkar cetakan dan penopangnya ditentukan berdasarkan uji
kekuatan beton, pelaksanaannya tidak boleh dimulai sebelum beton mencapai
persentase kekuatan tertentu seperti tertera dalam tabel di bawah ini.
Bila pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak dikontrol dengan uji kuat tekan, maka
waktu yang tertera dalam tabel di bawah itu harus dianggap sebagai batas minimum.

Tabel S8.01.3.(2) Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis Internal


Beton Early strength Persentase
Standar Concrete kekuatan Disain
Centering di bawah girder,
14 hari 7 hari 80%
balok, rangka atau busur-busur
Plat lantai (floor slabs) 14 hari 7 hari 70%
Dinding 1 hari 12 jam -
Kolom 2 hari 1 hari -
Bagian sisi balok dan semua
1 hari 12 jam -
permukaan vertikal lain-nya.

Pada struktur menerus, falsework tidak boleh dibongkar sebelum bentang (spans)
pertama dan kedua pada kedua sisinya mencapai kekuatan sebagaimana ditentukan di
sini atau dalam Spesifikasi Khusus. Untuk cast-in-place post tensioned bridges,
falsework-nya harus tetap di tempat sampai proses post tensioning selesai dilakukan.
Falsework di bawah bentang struktur menerus harus dibongkar sebelum pekerjaan
beton untuk parapet jembatan atau pagar (railing) jembatan di mulai.
Cetakan dan falsework pada bagian bawah beton tidak boleh dibongkar, sebelum
dipastikan beton tersebut sudah mencapai kekuatan cukup, tanpa memperhatikan umur
beton. Bila tidak ada ketentuan kekuatan, cetakan dan falsework tidak boleh dibongkar
sebelum ada ijin dari Konsultan Pengawas.
Cetakan untuk telapak (footing) yang dibuat dalam cofferdam atau crib dapat
dibiarkan ditempatnya bila menurut Konsultan Pengawas pembongkarannya dapat
membahayakan cofferdam atau crib, dan bila cetakan yang tidak dibongkar itu harus
tidak terlihat pada struktur yang telah selesai. Cetakan-cetakan lain harus dibongkar,
baik yang berada di atas maupun di bawah muka tanah atau muka air.
Semua cetakan harus dibongkar dan disingkirkan dari lubang (cells) dalam concrete
box girder yang digunakan untuk utilitas, dan semua cetakan, kecuali yang diperlukan
untuk menopang deck slab, harus dibongkar dari lubang pada box girder.
Untuk mempermudah finishing, cetakan yang digunakan dalam pekerjaan ornamental,
pagar jembatan (railings), parapet jembatan dan permukaan vertikal yang tampak,
harus dibongkar sekurang-kurangnya setelah 12 jam tetapi tidak lebih dari 48 jam,
tergantung keadaan cuaca.

8 - 35
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Untuk menentukan kondisi beton pada kolom, cetakannya harus sudah dibongkar
sebelum dilakukan pembongkaran penopang bawah balok atau girder.
Falsework yang menahan plat lantai pada struktur rangka kaku, tidak boleh dibongkar
bila bagian pondasinya belum diurug.

2) Penambalan (Patching)
Segera setelah pembongkaran cetakan, semua kawat-kawat pengikat (projecting
wires), atau alat-alat logam yang digunakan untuk mengikat cetakan harus dibongkar
atau dipotong sekurang-kurangnya 2,5 cm di bawah permukaan beton. Sisa-sisa
adukan (mortar) dan semua ketidakrataan akibat sambungan cetakan harus
dibersihkan sampai hilang. Lubang-lubang, lekukan dan rongga-rongga yang terletak
pada permukaan beton harus ditambal dengan adonan (mortar) semen, dengan
perbandingan campuran sama dengan yang dipergunakan untuk pekerjaan pokok,
tetapi tanpa agregat.
Permukaan tambalan adonan semen ini harus digosok dengan penggosok kayu
sebelum pengikatan awal terjadi. Warna tambalan harus sama dengan warna beton
sekitarnya dan rapih.

3) Penyebab hasil kerja ditolak


Bila lubang-lubang atau rongga-rongga kecil terlalu banyak (keropos), maka bagian
struktur yang berlubang terlalu banyak itu harus ditolak; dan dengan perintah tertulis
dari Konsultan Pengawas, Kontraktor harus membongkar dan mengulangi pekerjaan
pada bagian struktur tersebut dengan biaya sendiri.

S8.01.3.h Perekat (adhesive)


1) Metoda Pelaksanaan Pekerjaan
a. Penghalusan Permukaan Sambungan
Permukaan balok beton yang harus diberi perekatan harus disikat dengan sikat
kawat sampai halus, untuk membuang butir-butir lepas (sheath) yang menonjol
pada permukaan sambungan.
b. Pembersihan minyak dan debu
Setelah permukaan sambungan halus dan rata, debu dan kotoran harus
dibersihkan dengan pompa udara atau cara lainnya. Bila ada zat yang melekat,
gunakanlah larutan organik.
c. Pengeringan Beton
Setelah melepaskan cetakan dari balok beton (PC), permukaan beton harus
ditutupi agar terlindung dari air hujan hingga balok beton tetap kering. Bila
pekerjaan perlindungan ini harus dilakukan padahal balok (PC) masih basah,
maka harus dilakukan pengeringan dengan gas pembakar (gas burner) dan lain-
lain.

8 - 36
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

2) Pemakaian perekat
a. Mencampur dan mengaduk
Setelah pekerjaan permukaan selesai, bahan dan pengeras harus dicampur dengan
perbandingan tertentu dan diaduk merata.
b. Cara Pemakaian
Perekat harus dipakai secara menyeluruh pada kedua permukaan dengan
menggunakan karet atau sudip (spatula) dari logam. Ketebalan optimal lapisan
perekat untuk setiap permukaan beton adalah 1 mm, dan perekat harus melebar
menyeberang sambungan bila balok itu bersambungan, lalu diberi tekanan awal
(prestressing).
c. Penyambungan
Suhu udara pada waktu balok disambungkan suhu harus antara 5 - 35 C dan
penekanan awal (first-prestresing) harus selesai selambat-lambatnya dalam batas
waktu umur kerusakan perekat (pot life time). Karena dengan penekanan awal,
perekat harus melebar ke luas daerah sambungan dan pada waktu yang sama
tertekan ke dalam lubang sheath, maka harus disisakan daerah 10 - 20 mm
sekeliling lubang sheath tetap tidak terlapisi perekat. Untuk hasil yang
memuaskan, lubang sheath bisa ditutupi dengan pita getah (gum tape).
d. Pengawetan (Curing)
Selama sekurang-kurangnya 24 jam setelah penyambungan (bonding), bagian
beton yang disambungkan harus dilindungi dari air hujan atau benturan.
e. Pengukuran dan Pembayaran
Tidak ada pembayaran terpisah harus dibuat untuk epoxy adhesive seperti terlihat
pada gambar kontrak.

S8.01.3.i Pembersihan
Setelah pekerjaan struktur selesai dan sebelum persetujuan akhir dari Konsultan
Pengawas, Kontraktor harus menyingkirkan segala falsework dan lain-lain, sampai 1,0
meter di bawah garis tanah yang sudah selesai. Material galian atau material yang
tidak berguna dan sisa-sisa lainnya, harus disingkirkan dari lokasi kerja sampai lokasi
menjadi bersih dan rapih.

S8.01.3.j Pembukaan Untuk Lalu Lintas


Lalu lintas atau peralatan konstruksi ukuran besar tidak boleh masuk melintasi struktur
beton bertulang sebelum jangka waktu 28 (duapuluh delapan) hari sejak pengecoran
terakhir beton, kecuali secara berikut ini. Bila struktur beton itu harus digunakan lebih
dini/awal, harus diadakan pengujian contoh ekstra. Struktur beton sudah dapat

8 - 37
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

digunakan bila pengujian menunjukkan bahwa beton sudah mencapai umur 28


(duapuluh delapan) hari.

S8.01.4 Metode Pengukuran


Beton diukur menurut jumlah meter kubik menurut kelas beton yang selesai dan sudah
disetujui. Dalam menghitung jumlah tersebut, ukuran yang digunakan adalah sesuai
dengan ketentuan dalam Gambar dan perintah tertulis Konsultan Pengawas, namun
pengukuran ini tidak berlaku untuk beton pada konstruksi sementara.
Jumlah yang diukur harus tidak dikurangi oleh volume yang ditempati pipa yang
berdiameter kurang dari 200 mm, ataupun ditempati baja tulangan, baut angkur
(anchor), pipa, lubang sulingan (weep holes) atau tiang yang tertanam dalam beton.
Pengurangan hanya akan diadakan untuk volume baja struktur, termasuk tiang
pancang baja dalam beton. Pengukuran juga harus tidak dilakukan untuk beton yang
digunakan pada Konstruksi Cofferdam, Falsework atau volume formwork dan
falsework.
Tambahan kadar semen harus tidak ada pembayaran ekstra, juga semen pada
pekerjaan finishing beton atau lantai beton.
Beton klas B yang dilaksanakan pada struktur yang seharusnya menggunakan beton
kelas C atau D harus diukur dan dibayar sebagai beton kelas C dan D. Beton kelas C
yang dilaksanakan berdasarkan ijin, pada struktur yang seharusnya menggunakan
beton kelas D harus diukur dan dibayar sebagai beton kelas D.
Jumlah baja tulangan dan pekerjaan lain yang tercakup dalam kontrak dan menjadi
satu kesatuan dalam struktur yang sudah selesai dan disetujui harus diukur dan dibayar
sebagaimana ketentuan untuk masing-masing pekerjaan.

S8.01.5 Dasar Pembayaran


Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas untuk masing-masing kelas beton
tertentu, harus dibayar menurut Harga Satuan Kontrak per meter kubik beton seperti
diuraikan di bawah ini.
Pembayaran ini merupakan konpensasi penuh untuk penyediaan dan pemakaian semua
material, termasuk tenaga kerja, peralatan, cetakan (formwork), falsework (perancah
dan penopang); termasuk tiang pancang formwork untuk balok dan slab; untuk
pekerjaan pencampuran, pengecoran, finishing dan perawatan beton dan lain-lain; dan
semua pekerjaan insidentil yang diperlukan.
Penyediaan, pemasangan dan finishing sambungan ekspansi dan baja tulangan harus
dibayar tersendiri dan tidak termasuk dalam pembayaran untuk beton.

8 - 38
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.01.(1) Beton Kelas AA meter kubik
8.01.(2) Beton Kelas A - 1 meter kubik
8.01.(3) Beton Kelas A - 2 meter kubik
8.01.(4).a Beton Kelas B – 1 – 1 (deck slab) meter kubik
8.01.(4).b Beton Kelas B – 1 – 2 (diaphragma) meter kubik
8.01.(4).c Beton Kelas B – 1 – 3 (parapet wall) meter kubik
8.01.(4).d Beton Kelas B – 1 – 4 (pierhead) meter kubik
8.01.(4).e Beton Kelas B – 1 – 5 (kolom/pier) meter kubik
8.01.(5) Beton Kelas B – 2 meter kubik
8.01.(6) Beton Kelas B - 3 meter kubik
8.01.(7) Beton Kelas C - 1 meter kubik
8.01.(8) Beton Kelas C - 2 meter kubik
8.01.(9) Beton Kelas D meter kubik
8.01.(10) Beton Kelas E meter kubik
8.01.(11) Beton Siklop Kelas D meter kubik
8.01.(12) Joint filler, tebal 20 mm meter persegi

8 - 39
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.02 BETON PRA-TEKAN (PRESTRESSED CONCRETE)

S8.02.1 Umum
1) Umum
Pekerjaan ini meliputi struktur beton pra-tekan dan bagian beton pratekan dari struktur
gabungan (composite) yang dibangun sesuai dengan garis, grade, disain dan ukuran
yang tertera dalam gambar, atau ketentuan Konsultan Pengawas, dan ketentuan
Spesifikasi ini dan lainnya.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan alat-alat sistem pratekan yang
harus digunakan, termasuk juga pipa saluran, angkur (anchorage) dan grout yang
digunakan untuk pressure grouting ducts.
Pekerjaan ini meliputi pembuatan, pengangkutan dan penyimpanan balok, slab, dan
bagian struktural lain dari beton precast yang telah diproses pra-tekan dengan metoda
pre-tensioning atau post-tensioning. Juga meliputi pemasangan seluruh bagian beton
pra-tekan precast.

2) Definisi-definisi
Untuk beton pra-tekan cast-in-place, istilah “suku” yang digunakan dalam bagian ini,
berarti beton yang tidak diproses pra-tekan.
Post-tensioning adalah metoda pra-tekan beton di mana tulang ditegangkan setelah
beton dituang. Pre-tensioning adalah metoda pratekan beton dimana tulangan
ditegangkan sebelum beton dituang. Tulangan pra-tekan adalah tulangan penguat yang
dikenai proses pratekan dengan cara post-tensioning atau pre-tensioning.

3) Pekerjaan Pasal Lain Yang Berkaitan Dengan Pasal Ini

a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Pasal S1.18


b. Beton : Pasal S8.01
c. Baja Tulangan : Pasal S8.03

S8.02.2 Bahan dan Jaminan Mutu


1) Umum
Semua material yang harus disediakan dan digunakan, yang tidak tercakup dalam
pasal ini, harus sesuai dengan ketentuan dalam pasal lain yang berhubungan.

2) Baja tulangan-umum
a. Tulangan penguat non-pra-tekan harus sesuai dengan Pasal S8.03 ”Baja
Tulangan” atau bila kualitas pratekan ditentukan dalam Gambar, harus
diselesaikan dengan kebutuhan untuk baja pra-tekan.

8 - 40
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

b. Baja pratekan harus kawat baja (wire) berdaya tarik tinggi, batang (bars) baja
berdaya tarik atau untaian kawat (strand) baja berdaya tarik tinggi.

3) Baja Pra-tegang
a. Kawat baja berdaya tarik tinggi harus dihilangkan tegangannya (stress relieved)
dan harus sesuai dengan ketentuan JIS G 3536 atau AASHTO M 20 “Uncoated
Stress Relieved Wire for Presstressed Concrete”.
b. Untaian kawat baja berdaya tarik tinggi harus dibebaskan dari patri (weld free)
dan dari tegangannya setelah dihampar, dan harus sesuai dengan ketentuan JIS G
3536 atau AASHTO M 203 Uncoated Seven Wire Stress Relieved Strand for
Prestressed Concrete.
c. Batang baja berdaya tarik tinggi harus dihilangkan tegangannya (stress relieved),
harus sesuai dengan ketentuan JIS G 3109 atau ASTM A 722, dan ketentuan
grade 270 ASTM A416 dengan Ø semua jenis penggunaan : 12,7 mm, Nominal
Area : 98,71 mm2, Modulus Elasticity : 1,97 E+6 kg/cm2 dan Breaking Load :
18,600 ton..
d. Pengujian -pengujian tulangan pre-tegang harus menurut ketentuan Spesifikasi
AASHTO untuk tipe sistem pra-tekan yang digunakan.
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, tulangan dan kabel PC yang digunakan sbb :

Tabel S8.02.2.(1) Tulangan dan Kabel PC

Diameter
Keterangan Nominal Penggunaan
(mm)
PC Wire SWPR 1 (tipe C) 7 PC Pile
PC Wire SWPR 1 (tipe B) 8 Diafragma PC Box Girder
PC-7 Wire Strand SWPR 7A (tipe D) T12.4 PC Core Slab
PC 7 Wire Strand SWPR 7 B (tipe A) T12.7 PC-I-Girder & U-Girder dan
PC Hollow Slab.
PC 19-Wire Strand SWPR 19 (tipe E) T19.3 Diafragma PC 1-Girder
PC Bar SBPR 80/95 23 Diafragma untuk PC Box
Girder

4) Angkur (Anchorages)
Semua baja pra-tekan post-tensioning harus dikunci pada ujungujungnya dengan alat
angkur (anchoring) tipe permanen. Semua alat angkur untuk post-tensioning harus
bisa menahan baja pratekan dari beban yang memberikan tegangan yang tidak kurang
dari 95% daya tarik minimum baja pra-tekan.

5) Pipa grouting (ducts)


Semua pipa saluran harus dari bahan logam dan kedap adonan semen (mortar tight).

8 - 41
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Pipa harus cukup kuat untuk mempertahankan bentuknya menahan tekanan kerja. Bila
ada ketentuan mengenai grouting, lubang udara dan grout harus dibuat dengan pipa
atau alat lainnya, agar semprotan grout dapat mengisi seluruh rongga sepanjang pipa
saluran.

6) Grout
Material grouting tersusun dari semen portland, air dan adukan muai (expansive
admixture) plus retarder, sesuai dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas. Air
harus dapat diminum (potable). Adukan yang mengandung klorida atau nitrat tidak
boleh digunakan.
Kontraktor harus mengajukan proposal perbandingan campuran untuk disetujui
Konsultan Pengawas.
Yang pertama dimasukkan ke mixer adalah air, lalu disusul semen dan adukan. Grout
harus dicampur/diaduk dalam alat pengaduk mekanik dengan tipe yang mampu
menghasilkan grout yang merata.
Grout tidak boleh dilembekkan kembali dengan air. Sebelum dipompakan, grout harus
terus diaduk.

7) Beton
Beton harus sesuai dengan ketentuan Beton kelas A-1, A-2 atau AA Pasal S8.01
”Beton” dari Spesifikasi ini, dan dengan ketentuan di bawah ini, kecuali bila
dinyatakan lain dalam gambar.
Kontraktor harus membuat rancangan campuran yang kemudian diajukan untuk
disetujui Konsultan Pengawas. Ukuran maksimum agregat yang harus digunakan
untuk membuat beton pra-tekan adalah 2 cm.

S8.02.3 Pelaksanaan Pekerjaan


1) Umum
Kontraktor harus menyediakan seorang teknisi yang harus mengawasi dalam
pemakaian sistem pra-tekan, yang akan mengawasi pekerjaan, dan memberikan
bantuan tertentu kepada Konsultan Pengawas bila diperkirakan perlu.
Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan
konstruksi dan pra-tekan. Pekerjaan pra-tekan harus dikerjakan dengan peralatan
dongkrak yang disetujui. Bila memakai dongkrak hidrolik, maka harus lengkap
dengan meteran penunjuk tekanan. Kombinasi dongkrak dan meteran harus
disesuaikan ukuran dasarnya, dan Kontraktor harus menyerahkan grafik hubungan
kedua alat itu kepada Konsultan Pengawas. Bila menggunakan dongkrak tipe lain,
maka harus lengkap dengan cincin (ring) penunjuk yang sudah kalibrasi ukurannya
(calibrated), untuk mengetahui kekuatan dongkrakan secara tepat.
Semua ketentuan yang dapat diberlakukan dari Pasal S8.01.3 “Pelaksanaan Pekerjaan”

8 - 42
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

harus ditaati, kecuali yang mungkin harus diubah dalam pasal ini. Beton pra-tekan
harus dicetak, ditekan, diberi pengawetan, dan dilindungi di bengkel, tempat
pembuatan, dan lain-lain lokasi yang disetujui Konsultan Pengawas, dimana
pembuatan bagian-bagiannya dapat diperiksa dan dikontrol.

2) Rencana Pelaksanaan Pekerjaan


Bila diminta, Kontraktor harus mempersiapkan, memeriksa dan mengarahkan, kepada
Konsultan Pengawas, detail lengkap Gambar Kerja atau Jadwal, mengenai :
a. Rencana alternatif Kontraktor bila alternatif yang diajukan disetujui.
b. Detail proposal pabriknya dan pelaksanaannya.
c. Urutan pekerjaan, dan
d. Uraian mengenai ukuran dan lain-lain secara lengkap, mengenai peralatan,
sambungan, bearing, dan jangkar (anchorages), yang tidak ditentukan atau dirinci
dalam Dokumen-dokumen Kontrak.
Beton tidak boleh dicetak sebelum Konsultan Pengawas menyetujui Gambar dari
Kontraktor, bila ada, mengenai campuran beton, cetakan, metoda pra-tekan, metoda
penuangan, pengecoran, pengawetan, perlindungan, penanganan dan pemasangan
suku-suku penguat. Setiap alternatif rencana dalam Dokumen Kontrak harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas, sebelum Pelaksanaan Konstruksi dan pembuatan.
Kontraktor harus memberi tahu Konsultan Pengawas, tidak kurang dari 3 (tiga) hari
sebelumnya, tanggal dimulainya pembuatan dan tanggal mulai dilaksanakannya
pekerjaan penekanan beton, pencetak unit-unit, dan pemindahan tekanan.

3) Menempatkan Baja Tulang


Semua unit baja tulangan harus ditempatkan secara tepat menurut Gambar, dan tetap
pada posisinya pada waktu beton dituang dan dikeringkan. Jarak unit baja tulangan
dari cetakan harus dijaga dengan memakai ruji penopang, balok, tali, hanger, atau
penahan lain yang disetujui. Balok penahan bahu penahan yang bersentuhan dengan
cetakan harus terbuat dari balok pracetak (precast mortar blocks) dengan bentuk dan
ukuran yang sudah disetujui, lapisan-lapisan unit harus dipisahkan dengan balok ini
atau alat lain yang sama baiknya. Balok kayu tidak boleh digunakan.

4) Metode Pretensioning
Elemen-elemen pra-tekan harus tepat posisinya dan ditekan dengan dongkrak.
Penekanan harus sampai menghasilkan tekanan yang dikehendaki pada kawat atau
untaian (strand) baja segera setelah penangkuran (anchorage), sesuai dengan Gambar
atau perintah Konsultan Pengawas. Pergeseran dongkrak, angkur atau pencengkram
harus diberi kelonggaran.
Harus ada catatan mengenai kekuatan pendongkrakan dan perpanjangan (elongations)
yang ditimbulkan, serta umur minimum (dalam jam) beton pada saat tendon dilepas.

8 - 43
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Beberapa unit dapat dicetak dalam satu barisan kontinyu dan ditekan sekaligus, tetapi
di antara ujung-ujung unit harus dibuat/disisakan ruang secukupnya untuk pemotongan
beton bila kekuatan beton sudah mencapai yang ditentukan.
Tekanan ikat (bond stress) tidak boleh diberikan kepada beton atau angkur akhir (end
anchors) tidak boleh dilepas sebelum beton mencapai kuat tekan tidak kurang dari
85% kekuatan umur 28 hari yang telah ditentukan oleh contoh standar yang dibuat dan
diberi pengawetan sama dengan suku-sukunya. Elemen-elemen pra-tekan harus
dipotong atau dilepaskan dengan cara tertentu sehingga eksentrisitas pra-tekan
minimum.

5) Pengawetan (Curing)
Proses pengawetan uap dapat digunakan sebagai alternatif untuk pengawetan air. Alas
pengecoran untuk setiap unit yang harus diberi pengawetan harus ditutup rapat agar
uap tidak lari ke luar, dan udara luar tidak masuk.
Dua sampai empat jam setelah penuangan beton dan setelah beton mencapai tahap
kering awal, proses awal pengawetan uap harus dilakukan. Bila beton diberi campuran
pelambat (retarding admixture), maka tenggang waktu itu harus ditambah menjadi 4
sampai 6 jam. Metode pengawetan air harus digunakan sejak beton dituang sampai
pengawetan uap mulai diberikan. Kelembaban uap harus 100% agar kadar air tidak
hilang, dan agar kadar air cukup untuk proses hidrasi pada semen. Pengawetan uap
tidak boleh langsung pada beton.
Selama pemakaian uap, suhu udara sekitar harus naik tidak lebih dari 22° C per jam
sampai tercapai suhu maksimum, dan suhu itu harus dipertahankan sampai beton
mencapai kekuatan yang diinginkan. Dalam menghentikan proses pengawetan uap,
suhu udara sekitar tidak boleh lebih dari 22° C per jam sampai tercapai suhu 10° C
lebih tinggi dari suhu udara tempat beton harus dibuka. Maksimum suhu pengawetan
harus 60° C sampai 67° C.
Bila Kontraktor memilih pengawetan dengan metoda khusus yang lain, metoda dan
detail harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Kecuali ditentukan lain dan disetujui, pengawetan harus sesuai dengan ketentuan pada
Pasal S8.01 ”Beton” Spesifikasi ini.

6) Metode Post-tensioning
Penekanan tulangan pra-tekan (prestressed reinforcement) tidak boleh dimulai
sebelum pengujian silinder beton, yang dibuat dari beton yang sama dengan suku
masing-masing yang harus diberi proses pra-tekan, menunjukkan bahwa beton sudah
mencapai kuat tekan yang ditentukan dalam Gambar atau petunjuk Konsultan
Pengawas.
Setelah semua beton mencapai kekuatan yang dikehendaki, tulangan pra-tekan
(prestressing reinforcement) harus ditekan dengan alat dongkrak sampai tegangan
yang dikehendaki, dan tekanan ini harus dipindahkan ke angkur (anchorage) akhir.

8 - 44
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Beton cast-ini-place tidak boleh diberi post-tensioning sebelum 10 hari (sekurang-


kurangnya) setelah beton terakhir dituang ke dalam suku unit yang harus diberi Post-
tensioning, dan sebelum kekuatan kompresi dari beton yang sudah dituang itu
mencapai tingkat yang ditentukan untuk beton pada saat ditekan.
Semua cetakan sisi dan dalam untuk girder harus dibongkar sebelum pelaksanaan
post-tensioning. Falsework di bawah slab yang menyangga struktur utama tidak boleh
dilepaskan sebelum jangka waktu minimum 48 jam setelah proses grouting pada
tendon post-tensioning, atau pun sebelum syarat-syarat lain dalam spesifikasi ini
terpenuhi. Falsework penyangga harus dibangun sedemikian rupa sehingga bagian
struktur utama dapat bebas melepaskan falsework dan mengalami pemendekan pada
waktu proses post-tensioning.
Proses penarikan (tensioning) harus sedemikian rupa agar tekanan yang diberikan
pada perpanjangan elemen pra-tekan dapat diukur setiap waktu.
Harus ada catatan mengenai tekanan (gauge pressure) dan perpanjangan pada setiap
waktu, dan harus diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
Gaya dari alat angkur (anchoring devices) harus disebarkan pada beton dengan alat
yang disetujui yang dapat menyebarkan tekanan beban secara efektif pada beton.
Bila ujung unit yang sudah diberi post-tensioning harus tidak ditutupi beton, peralatan
angkur (anchoring devices) harus dihentikan agar ujung baja pra-tekan dan semua
bagian peralatan angkur berada sekurangkurangnya 50 mm ke dalam permukaan akhir
dari suku unit, kecuali bila ada penanaman (embedment) yang lebih besar pada
Gambar Rencana. Setelah proses post-tensioning, ceruk-ceruk harus ditambal dengan
beton, dan diberi finishing sesuai dengan gambar.

7) Baja pengikat (Bonding steel)


Baja post-tensioned harus diikat ke beton. Semua baja Pra-tekan yang harus diikatkan
ke beton harus bersih dari kotoran, karat, minyak, atau bahan-bahan lain yang
berbahaya.
Baja pra-tekan harus diikatkan ke beton dengan menambal rongga antara pipa (ducts)
dan tendon dengan adukan grout. Semua pipa (ducts) harus bersih dari bahan-bahan
yang berbahaya yang dapat merusak ikatan grout atau mengganggu proses grouting
(Pengisian adukan semen).
Semua grout harus disaring dengan kasa berlubang ukuran 1,20 mm maksimum,
sebelum dimasukan ke pompa grouting.
Pipa injeksi grout harus dipasangi katup penutup mekanis. Lubang angin dan pipa
semprotan harus dipasangi katup (klep), sumbat atau alat lain yang dapat menahan
tekanan pompa. Katup (klep dan sumbat itu tidak boleh dilepas atau dibuka hingga
adukan benar-benar terisi dan padat.

8 - 45
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

8) Penanganan, Pengangkutan dan Penyimpanan


Beton pra-tekan precast tidak boleh dipindahkan dari posisi pencetakan sebelum
mencapai kekuatan kompresi 85% dari kekuatan beton umur 28 (duapuluh delapan)
hari yang sudah ditentukan, atau tidak boleh diangkut sebelum mencapai kekuatan
90% dari kekuatan beton umur 28 (duapuluh delapan) hari.
Penanganan dan pemindahan beton pra-tekan precast harus hati-hati. Slab dan girder
precast harus diangkut dengan posisi tegak lurus, tidak boleh ada guncangan pada
titik-titik penyanggaan dan arah reaksi yang berkenaan dengan suku unit harus
ditentukan bila suku unit sudah mencapai posisi final. Bila Kontraktor menganggap
lebih baik mengangkut atau menyimpan unit-unit beton pra-tekan precast dengan
posisi lain, maka resikonya ditanggung sendiri setelah memberitahu Konsultan
Pengawas. Unit-unit yang oleh Konsultan Pengawas dianggap tidak memenuhi standar
harus diganti atas tanggungan biaya Kontraktor sendiri.

9) Menandai bagian/suku beton pra-tekan precast

10) Menguji bagian/suku beton pra-tekan precast


Setiap suku beton pra-tekan precast harus ditandai untuk menunjukkan tipe, tanggal
pencetakan/pengecoran dan penguatan.
Bila ada perintah dari Konsultan Pengawas, satu tiang atau lebih harus diuji beban
(loading test). Kontraktor harus meminta persetujuan Konsultan Pengawas terlebih
dahulu, mengenai detail tata cara pengujian. Balok yang harus diuji pada titik-titik
dudukan (bearing), harus diberi penyangga, dan defleksi naiknya akibat tenaga pra-
tekan harus diukur relatif terhadap garis yang menghubungkan titik-titik itu.
Kemudian beban-beban yang sama harus diberikan kepada titik ketiga dengan sepuluh
kali kenaikan yang sama, yang keseluruhannya diteruskan selama 5 menit. Kemudian
beban dilepas dari tiang itu.
Defleksi rentang tengah (midspan deflection) relatif terhadap garis acuan harus diukur
untuk setiap penambahan beban. Kurva defleksi beban, yang tersusun dari nilai-nilai
pengukuran itu, harus menunjukkan tidak adanya perbedaan yang berarti dengan garis
lurus. Gambar harus menunjukkan, atau Konsultan Pengawas harus menentukan,
bebanbeban yang harus diberikan dan defleksi-defleksinya yang tidak boleh dilewati.
Balok yang, menurut Konsultan Pengawas, gagal dalam pengujian, harus ditolak, dan
seluruh balok yang dicor dan dicetak dalam baris yang sama dengan tiang itu juga
harus ditolak, kecuali bila diuji sendiri-sendiri atas biaya Kontraktor, dan ternyata
memenuhi syarat.
Kontraktor harus memberikan, kepada Konsultan Pengawas, catatan pengujian yang
berisi tentang tanggal pengujian, beban, defleksi, dan kurva defleksi beban, nilai “E”
dan nilai kekuatan beton, ketika lepas beban, sebagaimana ditunjukkan dari hasil uji
silinder ataupun uji kubus.

8 - 46
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Tes/pengujian dilakukan pada unit-unit yang dipilih oleh dan dihadapan Konsultan
Pengawas, setelah ia menyetujui metoda pengujian dan bentuk pencatatan. Biaya
pengujian dan pencatatan sudah termasuk ke dalam Harga Satuan Kontrak.

S8.02.4 Metode Pengukuran


Jumlah beton pra-tekan (I-girder dan U-girder) yang harus diukur untuk pembayaran
adalah jumlah suku/bagian struktur beton pra-tekan precast dipasang ditempat,
lengkap dan diterima. Setiap bagian meliputi beton, tulang penguat dan baja pra-tekan,
dan material lain yang terkandung atau terpasang dalam unit balok atau lempeng
(slab).
Suku/bagian beton pratekan cast-in-place dibayar berdasarkan jumlah meterkubik
beton, berat (kg) baja tulangan. Untuk beton, pengukuran mangacu ke Pasal S8.01
”Beton”, dan untuk baja tulangan ke Pasal S8.03 ”Baja Tulangan” Spesifikasi ini.
Plat pracetak (concrete plate) dibayar berdasarkan jumlah meter persegi sesuai dengan
Gambar. Baja pra-tekan yang digunakan pada Butir Pembayaran dalam Spesifikasi ini
harus tidak diukur tersendiri untuk pembayaran dalam Pasal S8.02 ”Beton Pra-Tekan
(Prestressed Concrete)” ini.

S8.02.5 Dasar Pembayaran


Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas harus dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak untuk nota pembayaran terdaftar di bawah ini, yang tertera dalam bid
schedule. Harga dan pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan
dan penempatan seluruh material, termasuk seluruh tenaga kerja, peralatan, dan
kebutuhan insidentil yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan menurut Pasal
ini. Pembayaran untuk kabel PC meliputi pekerjaan penarikan, grouting, angkur
(anchorages) dan pipa grouting (ducts). Harga Satuan untuk I-girder dan U-girder
tercakup ke dalam harga beton, tulangan, kabel PC, pengangkutan dan pemasangan/
erection.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.02.(1) P.C.I. Girder, bentang 16.00 m buah
8.02.(1).a P.C.I. Girder, bentang 18.60 m buah
8.02.(1).b P.C.I. Girder, bentang 22.00 m buah
8.02.(1).c P.C.I. Girder, bentang 30.00 m buah
8.02.(1).d P.C.I. Girder, bentang 31.00 m buah
8.02.(1).e P.C.I. Girder, bentang 35.00 m buah
8.02.(1).f P.C.I. Girder, bentang 39.00 m buah
8.02.(1).g P.C.I. Girder, bentang 40.00 m buah

8 - 47
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.02.(1).h P.C.I. Girder, bentang 41.00 m buah
8.02.(1).i P.C.I. Girder, bentang 45.00 m buah
8.02.(1).b P.C.I. Girder, bentang ...... m buah
8.02.(2) P.C.Hollow Girder, bentang ...... m buah
8.02.(2).a P.C. Hollow Girder, bentang ...... m buah
8.02.(3) P.C.Girder, bentang ...... m buah
8.02.(4) P.C.Girder, bentang ...... m buah
8.02.(5) P.C. Girder, bentang ……….. …… m buah
8.02.(6) P.C. Girder, bentang ……… …… m buah
8.02.(7) Plat Pracetak (Concrete Plate) meter persegi
8.02.(8) P.C. Voided Slab …………………. mm buah
8.02.(8).a P.C. Voided Slab …………………. mm buah
8.01.(8).b P.C. Voided Slab …………………. Mm buah
8.02.(9) Full Slab Precast Pretensioned (T=35 cm) Meter Persegi

Catatan: Uraian disesuaikan gambar desain dan daftar kuantitas/harga

8 - 48
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.03 BAJA TULANGAN

S8.03.1 Umum
1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi penyediaan, pembuatan dan pemasangan batang-batang baja
tulangan, dan tulangan angkur yang di galvanis beserta assesoriesnya dengan tipe dan
ukuran yang sesuai dengan Spesifikasi, Gambar dan petunjuk Konsultan Pengawas.

2) Pekerjaan Pasal Lain Yang Berkaitan Dengan Pasal Ini

a. Pengukuran dan Pemasangan Patok : Pasal S1.09


b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Pasal S1.18
c. Beton : Pasal S8.01

S8.03.2 Bahan dan Jaminan Mutu


Baja tulangan harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi berikut ini, kecuali berat
batang ukuran tanpa standar ditentukan dalam Tabel S8.03.4.(1) ”Berat Satuan Batang
Baja Tulangan Polos” dan Tabel S8.03.4.(2) ”Berat Satuan Batang Baja Tulangan
Berulir” dengan mengabaikan Spesifikasi dalam pembuatan.
Batang berdiameter 9 mm atau kurang :
S11 0136-80 (Grade BJTP 24); atau JIS G 3112 (Grade SR 24); atau AASHTO M31
(Grade 40).
Batang berdiameter 10 mm atau lebih :
S11 0136-80 (Grade BJTD 40); atau JIS G 3112 (Grade SD 40A); atau AASHTO
M31 (Grade 60). Penulangan anyaman baja harus mengikuti AASHTO M55.
Baja tulangan tidak boleh disimpan diletakkan di atas tanah dan harus disimpan dalam
bangunan atau tertutup dengan baik. Baja tulangan ulir harus diangkut dan dipelihara
lurus atau dibengkokkan dengan bentuk seperti terlihat pada gambar. Tidak boleh
dibengkokan dan diluruskan kembali atau dibengkokan dua kali pada titik yang sama
pada baja tulangan.

S8.03.3 Pelaksanaan Pekerjaan


1) Pembuatan (pabrikasi)
a. Batang-batang tulangan harus dibuat secara akurat menurut bentuk dan ukuran
dalam gambar, dan pengerjaannya jangan sampai merusak material baja itu.
b. Sebelum dipasang di lapangan harus diuji diadakan uji pembekokan batang
tulangan dengan beberapa diameter lengkung pembekokan, dan harus dilakukan
sedemikian rupa agar sifat fisik baja tidak berubah.

8 - 49
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

c. Kecuali bila ditentukan lain, semua batang tulangan yang harus dibengkokan
maka harus dibengkokan dalam keadaan dingin. Bila batang tulangan
dibengkokan dengan pemanasan, maka cara pengerjaannya harus disetujui dulu
oleh Konsultan Pengawas; dan harus dilakukan sedemikian rupa agar sifat fisik
baja tidak berubah.
d. Batang tulangan yang tidak bisa diluruskan tidak boleh digunakan. Batang
tulangan yang telah tertanam sebagian dalam beton tidak boleh dibengkokan,
kecuali bila tertera dalam gambar atau ada ketentuan lain.
e. Untuk pemotongan dan pembengkokan, harus disediakan pekerja yang ahli dan
alat-alat yang memadai.
f. Apabila ditentukan lain pada gambar dan spesifikasi ini untuk angkur perkuatan
PCC dan PCI girder pada pierhead, maka fabrikasi angkur galvanis harus sesuai
dengan ketentuan besar diameter sesuai kebutuhan beserta assesoriesnya
berdasarkan gambar dan yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas. Cara
pembayaran jumlah pemakaian perbuah dengan pesanan fabrikasi tersendiri dan
tidak ada pembayaran tersendiri untuk pemasangannya.
g. Bila Konsultan Pengawas perlu memeriksa mutu batang tulangan, Kontraktor
harus menguji batang tulangan dengan tanggungan biaya sendiri, dengan cara
menurut ketentuan Konsultan Pengawas.

2) Pemasangan
a. Sebelum dipasang, batang tulangan harus dibersihkan dari karat, kotoran, lumpur,
serpihan yang mudah lepas; dari cat minyak, atau bahan asing lainnya yang dapat
merusak ikatan.
b. Batang-batang tulangan harus ditempatkan pada kedudukan semestinya sehingga
tetap kokoh pada waktu beton dicor. Batang tulangan yang dibutuhkan untuk
keperluan sehubungan dengan cara pelaksanaan struktur, bila perlu, harus
digunakan.
c. Batang tulangan harus diikat pada setiap titik pertemuan dengan kawat besi yang
diperkuat, dengan diameter 0,9 mm atau lebih, atau dengan jepitan yang sesuai.
d. Jarak batang-batang tulangan dari cetakan harus dijaga agar tidak berubah, dengan
gantungan logam (metal hanger), balok adukan penopang dari logam, atau
penopang lainnya yang disetujui Konsultan Pengawas.
e. Setelah ditempatkan, batang-batang tulangan harus diperiksa oleh Konsultan
Pengawas bila batang tulangan telah terlalu lama terpasang, harus dibersihkan dan
diperiksa lagi oleh Konsultan Pengawas sebelum dilakukan pengecoran beton.

8 - 50
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

3) Penyambungan
a. Bila batang tulangan harus disambung pada titik-titik selain yang ditentukan
Gambar, kedudukan dan cara penyambungan harus didasarkan pada perhitungan
kekuatan beton, yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Pada sambungan melingkar, batang harus dilingkarkan dengan panjang tertentu
dan diikat kawat pada beberapa titik temu dengan kawat besi diameter yang lebih
besar dari 0,9 mm.
c. Batang tulangan yang tampak, yang harus disambung nantinya, harus dilindungi
dengan semestinya dari kerusakan dan karat.
d. Pengelasan baja tulangan harus dikerjakan hanya bila ada detailnya dalam
gambar, atau ada ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
e. Penggantian batang tulangan dengan ukuran yang berbeda dari ketentuan dapat
dilakukan bila ada ijin khusus dari Konsultan Pengawas. Bila batang baja
tulangan harus diganti, penggantinya harus sama atau lebih besar.

S8.03.4 Metode Pengukuran


Jumlah batang tulangan yang harus dibayar adalah jumlah berat (kg) batang tulangan
yang dipasang menurut ketentuan Gambar atau perintah tertulis Konsultan Pengawas
Berat dihitung berdasarkan tabel-tabel berikut :

Tabel S8.03.4.(1) Berat Satuan Batang Baja Tulangan Polos


Ukuran Batang
6 9
(Bars) (dia.mm)
Berat per linier meter
0,222 0,499
dalam kilogram

Tabel S8.03.4.(2) Berat Satuan Batang Baja Tulangan Berulir


Ukuran Batang(Bars)
D10 D13 D16 D19 D22 D25 D29 D32
(diameter.mm)
Berat per liner meter
0,617 1,04 1,58 2,23 2,98 3,85 5,19 6,31
dalam kilogram

Panjang yang harus diukur dalam menghitung berat material untuk dibayar ini harus
tertera dalam gambar atau diperintahkan secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
Penulangan anyaman baja, harus diukur sebagai meter persegi luas anyaman.
Sambungan tambahan yang dilakukan Kontraktor untuk kepentingan sendiri atau
sambungan yang tidak tertera dalam gambar atau tidak disetujui Konsultan Pengawas,
harus tidak diukur dan dibayar.
Penjepit, tali dan material lain penguat kedudukan batang tulang harus tidak diukur

8 - 51
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

untuk pembayaran.

S8.03.5 Dasar Pembayaran


Jumlah batang tulang baja yang diukur secara tersebut di atas harus dibayar menurut
Harga Satuan Kontrak per kilogram batang yang sudah terpasang dan diterima.
Pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan tenaga kerja,
peralatan dan material, yang diperlukan untuk pembuatan, pembengkokan,
pembentukan, pemasangan dan jika perlu, pengelasan batang baja dengan tenaga gas,
penyimpanan, pelaksanaan coating pada angkur dengan galvanis untuk sangga PCI
dan PCC pada pier head, dan pengangkutan batang baja tulangan.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.03.(1) Baja Tulangan Polos Grade BJTD 24 Kilogram

8.03.(2) Baja Tulangan Ulir Grade BJTD 32 Kilogram

8.03.(3) Baja Tulangan Ulir Grade BJTD 39 Kilogram

8.03.(4) Baja Tulangan Ulir Grade BJTD 48 Kilogram

8.03.(5) Anchor Bar + anchor cap dia. 32 mm dan Buah


assesories nya (fix & move)

8.03.(6) Anchor Bar + anchor cap dia. 22 mm dan Buah


assesories nya (fix & move)

8.03.(7) Anyaman Baja yang dilas (welded wire mesh) Kilogram

8 - 52
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.04 BAJA STRUKTUR

S.8.04.1 Umum
1) Uraian
a. Yang dimaksud dengan Baja Struktur adalah bahan struktur jembatan baja seperti
jembatan gelagar baja, gelagar baja komposit termasuk komponen gelagar baja
komposit seperti balok, pelat, baut, ring, diafragma yang digunakan sebagai suatu
komponen konstruksi jembatan.
b. Pekerjaan yang diatur dalam Pasal ini harus mencakup struktur baja dan bagian
baja dari struktur baja komposit, yang dilaksanakan memenuhi garis, kelandaian
dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar atau yang ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini terdiri atas pelaksanaan struktur baja baru,
pelebaran dan perbaikan dari struktur.
c. Pekerjaan ini juga akan mencakup penyediaan, fabrikasi, pengangkutan,
pemasangan, galvanisasi dan pengecatan logam struktur sebagaimana yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam
Gambar. Logam struktur harus meliputi baja struktur, paku keling, pengelasan,
baja khusus dan campuran, elektroda logam dan penempaan dan pengecoran baja.
Pekerjaan ini harus juga terdiri atas setiap pelaksanaan logam tambahan yang
tidak disyaratkan lain, semua sesuai dengan Spesifikasi ini dan dengan Gambar.

2) Pekerjaan Pasal Lain Yang Berkaitan Dengan Pasal Ini.

a. Pengukuran dan Pemasangan Patok : Pasal S1.09


b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Pasal S1.18
c. Pembongkaran : Pasal S3.01
d. Beton : Pasal S8.01
e. Baja Tulangan : Pasal S8.03
f. Sambungan Ekspansi (Expansion Joint) : Pasal S8.11
g. Perletakan (Bearing) : Pasal S8.12

3) Pengendalian Mutu
a. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang
telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan pada Pasal
S8.03.2 “Bahan dan Jaminan Mutu” dibawah ini.
b. Mutu Bahan
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan
dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan dalam Standar Rujukan.

8 - 53
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

4) Toleransi
a. Diameter Lubang
i. Lubang pada elemen utama : - 0,4 mm , + 1,2 mm
ii. Lubang pada elemen sekunder : - 0,4 mm , + 1,8 mm
b. Alinyemen Lubang
i. Elemen utama, dibuat di bengkel : - 0,4 mm , + 0,4 mm
ii. Elemen sekunder, dibuat di lapangan : - 0,6 mm , + 0,6 mm
c. Gelagar
Lendutan Balik :
Penyimpangan dari lendutan balik (camber) yang disyaratkan (- 0,2 mm, + 0,2
mm) per meter panjang balok atau (- 6 mm, + 6 mm) dipilih mana yang lebih
kecil.
Penyimpangan lateral dari garis lurus di antara pusat-pusat landasan 0,1 mm per
meter panjang balok sampai suatu maksimum sebesar 3 mm.
Penyimpangan lateral antara sumbu badan (web) dan sumbu flens dalam gelagar
susun : maksimum 3 mm.
Kombinasi kelengkungan dan kemiringan flens pada gelagar atau balok yang dilas
akan ditentukan dengan pengukuran penyimpangan kepala jembatan flens
terhadap bidang badan (web) pada pertemuan sumbu badan (web) dengan
permukaan luar dari pelat flens. Penyimpangan ini tidak boleh melebihi 1/200
dari lebar flens total atau 3 mm, dipilih mana yang lebih besar.
Ketidakrataan dari landasan atau dudukan :
i. Ditempatkan pada penyuntikan (grouting) : maksimum 3,0 mm
ii. Ditempatkan di atas baja, adukan liat : maksimum 0,25 mm.
Penyimpangan maksimum dari ketinggian yang disyaratkan untuk balok dan
gelagar yang di las, diukur pada sumbu badan (web), harus sebagaimana berikut
ini :
i. Untuk ketinggian hingga 900 mm : - 3 mm , + 3 mm
ii. Untuk ketinggian di atas 900 mm hingga 1,8 m : - 5 mm , + 5 mm
iii. Untuk ketinggian di atas 1,8 m : - 5 mm , + 8 mm.
d. Batang Sambungan Geser (Struts)
Penyimpangan maksimum terhadap garis lurus, termasuk dari masing-masing
flens ke segala arah : panjang / 1000 atau 3 mm, dipilih mana yang lebih besar.

8 - 54
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

e. Permukaan Yang Dikerjakan Dengan Mesin


Penyimpangan permukaan bidang kontak yang dikerjakan dengan mesin tidak
boleh lebih dari 0,25 mm untuk permukaan yang dapat dipahat dalam suatu
segiempat dengan sisi 0,5 m.

5) Standar Rujukan

SNI 07-0722-1989 : Baja Canai Panas Untuk Konstruksi Umum


SNI 07-3015-1992 : Baja Canai Panas Untuk Konstruksi Dengan
Pengelasan
SNI 05-3065-1992 : Baut Kepala Segi Enam untuk Konstruksi dengan
Kekuatan Tinggi, Mempunyai Ukuran Lebar Kunci
Besar dan Panjang Ulir Metrik Nominal – Kelas C
untuk Tingkat 8.8 dan 10.9
SNI 03-6764-2002 : Spesifikasi Baja Struktural.

AASHTO M 164-05 : High Strength Bolts for Structural Steel Joint


AASHTO M 253-05 : High-Strength Steel Bolt, Classes 10.9 and 10.9.3,
for Structural Steel Joints
AASHTO M 169-06 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard
Quality
AASHTO M 270-07 : Carbon And High-strength Low-Alloy Structural
Steel Shapes, Plates, and Bars and Quenched-and-
Tempered Alloy Structural Steel Plates for Bridges
AASHTO M 111-04 : Zinc (Hot-DipGalvanized) Coatings on Iron and
Steel Products

ASTM A233 : Mild Steel, Arc Welding Electrode


ASTM A307 : Mild Steel Bolts and Nuts (Grade A)
AWS D20 : Standard Specification for Welded Highway and
Railway Bridges

6) Pengajuan Kesiapan Kerja


a. Sebelum memproduksi struktur baja jembatan Kontraktor diharuskan
menyerahkan gambar struktur (ukuran, dimensi, dll) untuk mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas.
b. Struktur baja jembatan yang diajukan oleh Kontraktor harus bisa dibuktikan
memenuhi persyaratan teknis baik melalui pemodelan dan pengujian.
c. Kontraktor harus menyerahkan laporan pengujian pabrik yang menunjukkan
kadar bahan kimia dan pengujian fisik untuk setiap mutu baja yang digunakan
dalam pekerjaan. Bilamana laporan pengujian pabrik ini tidak tersedia maka
Konsultan Pengawas harus memerintahkan Kontraktor untuk melaksanakan

8 - 55
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

pengujian yang diperlukan untuk menetapkan mutu dan sifat-sifat lain dari baja
pada suatu lembaga pengujian yang disetujui. Laporan pengujian ini harus
diserahkan dengan atau sebagai pengganti sertifikat pabrik.
d. 3 (tiga) salinan dari semua Gambar Kerja terinci yang disiapkan oleh atau atas
nama Kontraktor harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
Persetujuan ini tidak membebaskan tanggung jawab Kontraktor terhadap
pekerjaan dalam Kontrak ini.
e. Kontraktor harus menyerahkan program dan metode pelaksanaan yang diusulkan
termasuk semua Gambar Kerja dan rancangan untuk pekerjaan sementara yang
diperlukan. Data yang diserahkan sebagaimana yang diperlukan harus meliputi
tanggal untuk kunjungan bengkel, pengiriman dan pemasangan, metode
pemasangan, penunjang dan pengaku sementara untuk gelagar selama
pemasangan, detail sambungan dan penghubung, dan setiap keterangan yang
berkaitan lainnya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
f. Kontraktor harus memberitahu kepada Konsultan Pengawas secara tertulis
sekurang-kurangnya 24 jam sebelum memulai pemasangan struktur baja.

7) Penyimpanan Dan Perlindungan Bahan


a. Penyimpanan Bahan
Pekerjaan baja, baik fabrikasi di bengkel dan di lapangan, harus ditumpuk di atas
balok pengganjal atau landasan sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan
dengan tanah dan dengan suatu cara yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Bilamana pekerjaan baja ditumpuk dalam beberapa lapis, maka pengganjal untuk
semua lapis harus berada dalam satu garis
b. Perlindungan Bahan
Bahan harus dilindungi dari korosi, dan kerusakan lainnya dan harus tetap bebas
dari kotoran, minyak, gemuk, dan benda-benda asing lainnya. Perlindungan
korosi dapat dilakukan dengan galvanisasi dan atau pengecatan pada
permukaannya
i. Galvanisasi
Semua komponen struktur baja termasuk komponen Gelagar Baja Komposit
termasuk balok, pelat, baut, ring, diafragma dan sejenisnya harus
digalvanisasi dengan sistem pencelupan panas sesuai dengan AASHTO M
111M-04 Zinc (Hot-Dip Galvanized) Coatings on Iron and Steel Products.
ii. Pengecatan
Permukaan yang akan dicat harus bersih dan bebas dari lemak, debu, produk
korosi, residu garam, dan sebagainya.

8 - 56
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Jenis, komposisi dan tebal cat harus sesuai dengan Pedoman Teknik No.
028/T/BM/1999 (Pedoman Penanggulangan Korosi Komponen Baja Jembatan
dengan Cara Pengecatan).
Apabila ditentukan lain maka sistem proteksi dapat dilakukan dengan cara
pengecatan dengan bahan cat yang telah terlebih dahulu disetujui jenis dan
ketebalannya oleh Konsultan Pengawas di lokasi pekerjaan. Pemasok harus
memberikan lapisan pelindung awal (primer coating) yang berupa cat dasar untuk
menghindari terjadinya karat sebelum pengecatan

8) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


Komponen struktur jembatan yang menurut pendapat Konsultan Pengawas tidak
dirakit dan/atau dipasang sesuai ketentuan dari Spesifikasi ini atau dianggap tidak
memenuhi ketentuan dalam hal lainnya, harus diperbaiki sebagaimana yang
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas. Perbaikan dapat termasuk penggantian
komponen yang rusak atau hilang dan pemasangannya, pelurusan pelat yang bengkok,
perbaikan pelapisan permukaan yang rusak atau hal-hal lainnya yang dianggap perlu
oleh Konsultan Pengawas.
Beban pekerjaan perbaikan yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas sebagai
akibat adanya komponen yang rusak atau hilang karena kelalaian Kontraktor menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
Pekerjaan baja yang rusak selama penyimpanan, penanganan atau pemasangan harus
diperbaiki sampai disetujui oleh Konsultan Pengawas. Setiap bahan atau sambungan
yang rusak sebelum diperbaiki harus ditolak dan segera disingkirkan dari pekerjaan.
Elemen baja dengan dimensi di luar toleransi yang disyaratkan dalam Pasal S8.03.1.4)
“Toleransi” tidak akan diterima untuk digunakan dalam pekerjaan

9) Pemeliharaan Komponen Jembatan Yang Telah Diterima


Tanpa mengurangi kewajiban Kontraktor untuk melaksanakan perbaikan terhadap
komponen jembatan baja yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana disyaratkan,
Kontraktor juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan dari semua struktur
jembatan baja yang telah selesai dan diterima selama Periode Kontrak termasuk
Periode Pemeliharaan.

S8.04.2 Bahan dan Jaminan Mutu


S8.04.2.a Bahan
1) Baja Struktur
Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk paku keling, baut atau las
harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M 270-07 Structural Steel Plates for
Bridges. Baja yang digunakan sebagai bagian struktur baja harus mempunyai sifat
mekanis baja struktural seperti dalam Tabel S8.04.2.(1).

8 - 57
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Tabel S8.04.2.(1) Sifat Mekanis Baja Struktural


Tegangan leleh Peregangan
Tegangan putus minimum, fu
Jenis baja minimum, fy minimum
(MPa)
(MPa) (%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 360 13

Mutu baja dan data yang berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas pada unit-unit
yang menunjukkan identifikasi selama fabrikasi dan pemasangan

2) Baut, Mur dan Ring


a. Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307 Mild Steel Bolts and
Nuts (Grade A), dan mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segienam
(hexagonal)
b. Baut, Mur dan Ring dari Baja Geser Tegangan Tinggi
Baut, mur dan ring dari baja tegangan tinggi harus difabrikasi dari baja karbon
yang dikerjakan secara panas memenuhi ketentuan dari AASHTO M164 M-05
High Strength Bolts for Structural Steel Joint, dengan tegangan leleh minimum
570 N/mm2 dan pemuluran (elongation) minimum 12 %.
Alat sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan berikut :
i. Komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
ii. Diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya harus
lebih besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
Ukuran lainnya boleh berbeda
iii. Cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh
berbeda dari ketentuan yang berlaku selama persyaratan gaya tarik minimum
alat sambung pada Tabel S8.04.2.(2) terpenuhi dan prosedur penarikannya
dapat diperiksa.

Tabel S8.04.2.(2)
Gaya Tarik Baut Minimum Untuk Tipe Sambungan Critical Slip
Ukuran Nominal A325 setara 8,8 kN A490 setara 10,9 kN
M 16 91 114
M 20 142 179
M 22 176 221
M 24 205 257
M 27 267 334
M 30 326 408

8 - 58
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Ukuran Nominal A325 setara 8,8 kN A490 setara 10,9 kN


M 36 475 595

Baut dengan standar mutu yang lain dapat digunakan apabila produsen dapat
memberikan data kekuatan material (proof load dan gaya tarik putus) dan gaya
tarik minimum baut.
Kunci torsi harus di verifikasi terhadap gaya tarik minimum baut dengan
menggunakan alat ukur.
Penggunaan metode kunci torsi harus dilakukan dengan teliti dengan memerlukan
perhatian yang lebih detil. Verifikasi kunci torsi dilapangan harus dilakukan setiap
hari atau :
i. Ketika load dari komponen rangkaian baut (baut, ring dan mur) diganti;
ii. Ketika load dari komponen rangkaian baut (baut, ring dan mur) diberi
pelumas kembali;
iii. Ketika terdapat perbedaan yang signifikan pada permukaan baut, ulir, mur
atau ring;
iv. Ketika mengganti kunci torsi atau komponen utama dari kunci torsi diubah
(diberi pelumas).
Pengencangan baut dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman pemasangan
baut jembatan.
c. Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan ketentuan dari
AASHTO M164 M-05 High Strength Bolts for Structural Steel Joints.
Ukuran baut harus sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar.

3) Paku Penghubung Geser Yang Dilas


Paku penghubung geser (shear connector studs) harus memenuhi ketentuan dari
AASHTO M169-06 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality. Grade
1015, 1018 atau 1020, baik baja "semi-killed" maupun "fully killed".

4) Bahan Untuk Keperluan Pengelasan


Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam dari
kelas baja yang memenuhi ketentuan dari SNI 03-6764-2002 harus memenuhi
ketentuan dari ASTM A233 Mild Steel, Arc Welding Electrode.

5) Sertifikat
Semua bahan baku atau cetakan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana diminta oleh
Konsultan Pengawas, harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya yang
menyatakan bahwa bahan tersebut telah di produksi sesuai dengan formula standar dan
memenuhi semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik pembuatannya.

8 - 59
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Sertifikat harus menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat fisik bahan baku, dan
diserahkan kepada Konsultan Pengawas tanpa biaya tambahan.
Ketentuan ini harus digunakan, tetapi tidak terbatas pada produk-produk atau bagian-
bagian yang di rol, baut, bahan dan pembuatan landasan jembatan dan galvanisasi.
Bila diperlukan Konsultan Pengawas dapat meminta pengujian tambahan berupa
pengujian bahan, pengujian baut, pengujian las, pengukuran imensi, loading test, dan
lain-lain yang dilakukan oleh lembaga pengujian independen.

S8.04.2.b Kecakapan Kerja


1) Umum
Semua elemen yang dirakit harus cocok dan tepat dalam toleransi yang disyaratkan
dalam Pasal S8.04.1.4) “Toleransi” Spesifikasi ini.
Sambungan dengan baut harus dilengkapi dengan pelat paking, jika diperlukan, untuk
menjamin agar celah yang mungkin timbul antar permukaan bidang yang
berdampingan tidak melampaui 1 mm untuk baut geser tegangan tinggi dan 2 mm
untuk jenis sambungan lainnya.
Untuk sambungan las, maka setiap penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat
kesalahan penjajaran bagian-bagian yang akan disambung tidak melampaui 0,15 kali
ketebalan pada bagian yang lebih tipis atau 3 mm. Akan tetapi, baik perbedaan
ketebalan yang timbul dari toleransi akibat proses rolling maupun kombinasi toleransi
akibat proses rolling dan kesalahan penjajaran yang diijinkan di atas, maka
penyimpangan yang melampaui 3 mm harus diperhalus dengan suatu kelandaian 1: 4.

2) Pemotongan
Pemotongan harus dilaksanakan secara akurat, hati-hati dan rapi. Setiap deformasi
yang terjadi akibat pemotongan harus diluruskan kembali. Sudut tepi-tepi potongan
pada elemen utama yang merupakan tepi bebas setelah selesai dikerjakan, harus
dibulatkan dengan suatu radius kira-kira 0,5 mm atau ditumpulkan. Pengisi, pelat
penyambung, batang pengikat dan pengaku lateral dapat dibentuk dengan pemotongan
cara geser (shearing), tetapi setiap bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan
harus dibuang. Setiap kerusakan yang terjadi akibat pemotongan harus diperbaiki.
Sudut-sudut ini umumnya dibulatkan dengan suatu radius 1,0 mm.

3) Lubang Untuk Baut


a. Lubang untuk Baut Tidak Terbenam (counter-sunk) dan Baut Hitam (tidak
termasuk toleransi rapat, Baut Silinder (turned barrel bolt) dan Baut Geser
Tegangan Tinggi) :
Diameter lubang tidak boleh lebih besar 2 mm dari diameter nominal paku keling
atau baut. Semua lubang harus dibor atau dibor kecil dahulu kemudian diperbesar
atau dilubangi kecil dengan alat pons kemudian diperbesar.

8 - 60
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Bilamana beberapa pelat atau komponen membentuk suatu elemen majemuk,


pelat-pelat tersebut harus digabung menjadi satu dengan menggunakan klem atau
baut penyetel dan lubang harus dibor sampai seluruh ketebalan dalam satu kali
operasi, atau sebagai alternatif, pada pekerjaan yang sama dan dikerjakan
berulang-ulang, pelat atau komponen dapat dilubangi secara terpisah dengan
menggunakan jig atau mal. Semua bagian tepi lubang yang tajam seperti duri
akibat pelubangan harus dibuang.
b. Lubang Untuk Baut Pas dan Baut Silinder.
Diameter lubang harus sama dengan diameter nominal Baut Batang (shank) atau
Silinder (barrel), memenuhi toleransi – 0,0 mm , dan + 0,15 mm.
Bagian-bagian yang akan dihubungkan dengan baut toleransi rapat atau silinder
harus digabung menjadi satu dengan baut penyetel atau klem dan lubang harus
dibor sampai seluruh ketebalan dalam satu kali operasi dan selanjutnya diperbesar
setelah perakitan. Bilamana cara ini tidak dapat dilakukan maka bagian-bagian
yang terpisah harus dibor melalui jig baja dan diperbesar jika diperlukan. Semua
bagian tepi lubang yang tajam seperti duri akibat pelubangan harus dibuang.
c. Lubang Untuk Baut Geser Tegangan Tinggi
Lubang harus silindris dan tegak lurus pada permukaan pelat kecuali disyaratkan
lain.
Pada umumnya diameter lubang 1 mm lebih besar dari diamater nominal untuk
baut sampai diameter 16 mm dan 1,5 mm lebih besar dari diameter nominal untuk
baut yang lebih besar.
Jarak dari pusat lubang ke tepi pelat tergantung pada ketebalan pelat. Jarak dari
pusat lubang sampai tepi pelat hasil pemotongan cara geser harus minimum 1,7
kali diameter nominal baut, sedangkan untuk tepi pelat yang di rol atau dipotong
dengan las, harus minimum 1,5 kali diameter nominal baut.
Lubang persiapan harus di bor terlebih dahulu, kemudian bagian-bagian baja
dirakit dan lubang diperbesar sampai diameter yang ditentukan. Bagian tepi
lubang yang tajam seperti duri akibat pelubangan harus dibuang dengan alat
pengupas (scraper). Tepi lubang harus ditumpulkan sampai 0,5 mm. Setiap bekas
tanda pada tepi permukaan bidang kontak dari ring, baut dan mur harus
dihilangkan. Pasak pengungkit (drift) dapat dimasukkan ke dalam lubang untuk
memudahkan pengaturan posisi dari elemen-elemen baja, tetapi tenaga yang
berlebihan tidak boleh digunakan selama operasi tersebut dan perhatian khusus
harus diberikan agar lubang-lubang tersebut tidak rusak.

4) Pengaku
Pengaku ujung pada gelagar dan pengaku yang dimaksudkan sebagai penunjang beban
terpusat harus mempunyai bidang kontak sepenuhnya (baik yang dirakit di pabrik, di
lapangan atau baja yang dapat dilas dan terletak di daerah tekan dari flens, dilas

8 - 61
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

sebagaimana yang ditunjukkan dalam rancangan atau disyaratkan) pada flens dimana
beban tersebut diteruskan atau dari mana diterimanya beban. Pengaku yang tidak
dimaksudkan untuk menunjang beban terpusat, kecuali ditunjukkan atau disyaratkan
lain, dipasang dengan cukup rapat untuk menahan air setelah digalvanisasi.

S.8.04.3 Pelaksanaan Pekerjaan


1) Perakitan di Bengkel
Bilamana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas maka unit-unit harus dirakit di
bengkel sebelum dikirim ke lapangan.

2) Sambungan Dengan Baut Standar (selain Baut Geser Tegangan Tinggi)


Baut yang tidak dikencangkan terhadap beban percobaan (proof load) harus
mempunyai mur tunggal yang dapat mengunci sendiri. Ring serong harus digunakan
dimana bidang kontak mempunyai sudut lebih dari 1 : 20 dengan salah satu bidang
yang tegak lurus sumbu baut. Baut harus mempunyai panjang sedemikian hingga
seluruh mur dapat dimasukkan ke dalam baut tetapi panjang baut tidak boleh melebihi
6 mm di luar mur.
Baut harus dimasukkan ke dalam lubang tanpa adanya kerusakan pada uliran. Suatu
"snap" harus digunakan untuk mencegah kerusakan kepala baut.
Kepala baut dan mur harus dikencangkan sampai rapat pada pekerjaan dengan tenaga
manusia yang menggunakan sebuah kunci yang cocok dengan panjang tidak kurang
dari 380 mm untuk diameter nominal baut 19 mm atau lebih. Kepala baut harus
diketuk dengan palu pada saat mur sedang dikencangkan.
Seluruh uliran baut harus berada di luar lubang. Ring harus digunakan kecuali
ditentukan lain

3) Baut Geser Tegangan Tinggi


a. Umum
Kelandaian permukaan bidang kontak dengan kepala baut dan mur tidak boleh
melebihi 1 : 20 terhadap suatu bidang yang tegak lurus sumbu baut. Bagian-
bagian yang akan dibaut harus dijadikan satu bilamana dirakit dan tidak boleh
diberi gasket (lem paking mesin) atau setiap bahan yang dapat didesak lainnya.
Bilamana dirakit, maka semua permukaan yang akan disambung, termasuk yang
berdekatan dengan kepala baut, mur, atau ring harus bebas kerak kecuali kerak
pabrik yang keras dan juga harus bebas dari bagian yang tajam seperti duri akibat
pemotongan atau pelubangan dan benda-benda asing lainnya, yang menghambat
elemen-elemen tersebut untuk dapat duduk sebagaimana mestinya.
b. Penyelesaian Permukaan Bidang Kontak
Permukaan bidang kontak dan tempat-tempat yang berdekatan dengan sekeliling
elemen-elemen baja harus dibersihkan dari semua karat, kerak pabrik, cat, gemuk,

8 - 62
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

cat dasar, dempul atau benda-benda asing lainnya. Setiap bagian yang tajam
seperti duri akibat pemotongan atau pelubangan, atau kerusakan lain yang akan
menghambat elemen-elemen tersebut untuk duduk sebagaimana mestinya atau
akan mempengaruhi gaya geser di antara elemen-elemen tersebut harus
dihilangkan.
Permukaan bidang kontak harus dikerjakan sampai mencapai suatu kekasaran
yang cocok. Tidak ada sambungan yang akan dibuat sampai permukaan yang
akan dihubungkan telah diperiksa dan diterima oleh Konsultan Pengawas
c. Baut Tarik
Perhatian khusus harus diberikan bilamana terdapat perbedaan ketebalan pelat
pada elemen-elemen yang akan dipasang untuk menjamin bahwa tidak terjadi
pembengkokan dan bahwa elemen dasar dan pelat penyambung mempunyai
bidang kontak yang rapat.
Setiap peralatan yang digunakan untuk pengencangan baut harus dikalibrasi
secara teratur dan dibuktikan dengan sertifikat kalibrasi sebelum pekerjaan
pengencangan baut dilaksanakan. Nilai torsi yang diberikan pemasok harus
disesuaikan sebelum setiap diameter dan mutu baut digunakan dalam pekerjaan.
Pengencangan dapat dilaksanakan baik dengan cara putar separuh maupun cara
pengendalian dengan torsi sebagaimana yang disetujui oleh Konsultan Pengawas
atau sesuai dengan manual pengencangan baut yang diterbitkan oleh pemasok
bahan struktur baja yang akan dipasang, baik jenis struktur gelagar baja, gelagar
baja komposit atau rangka baja

4) Kekencangan Baut
Persyaratan kekencangan baut mengacu pada Pasal S8.04.3.2) “Sambungan Dengan
baut Standar (selain baut Geser Tegangan Tinggi)” dari spesifikasi diatas ini.

5) Pengelasan
Prosedur pengelasan baik di bengkel maupun di lapangan, termasuk keterangan
tentang persiapan pemukaan-permukaan yang akan disambung harus diserahkan
secara tertulis, untuk persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum memulai
fabrikasi. Tidak ada prosedur pengelasan yang disetujui atau detail yang ditunjukkan
dalam Gambar yang harus dibuat tanpa persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Cara menandai setiap pelengkap sementara harus disetujui terlebih dahulu oleh
Konsultan Pengawas. Setiap goresan pada pelengkap sementara harus diperbaiki
sampai diterima oleh Konsultan Pengawas. Bilamana perbaikan dengan pengelasan
diperlukan, maka perbaikan ini harus dilaksanakan atas persetujuan Konsultan
Pengawas.
Permukaan las yang tampak harus dibersihkan dari residu kerak. Semua percikan
pengelasan yang mengenai permukaan harus dibersihkan.

8 - 63
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Agar dapat memperoleh ketebalan elemen baja yang penuh pada sambungan dengan
pengelasan maka harus digunakan pelat penyambung “run-on” dan “run-off” pada
bagian ujung elemen

6) Pengecatan dan Galvanisasi


Pelaksanaan pengecatan sesuai dengan Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999
(Pedoman Penanggulangan Korosi Komponen Baja Jembatan dengan Cara
Pengecatan)
Semua permukaan baja lainnya harus dicat atau digalvanis sesuai dengan desain
ketebalan cat atau galvanis yang telah ditentukan sesuai lokasi dimana struktur baja
tersebut akan dipasang dan/atau disetujui oleh Konsultan Pengawas. Untuk semua
komponen struktur baja termasuk komponen Gelagar Baja Komposit termasuk balok,
pelat, baut, ring, diafragma dan sejenisnya harus digalvanisasi dengan sistem
pencelupan panas sesuai dengan AASHTO M 111M-04 Zinc (Hot-DipGalvanized)
Coatings on Iron and Steel Products , atau ASTM A123M– 02

7) Pengangkutan
Setiap elemen harus dicat atau ditandai dengan suatu tanda pemasangan untuk
identifikasi dan Kontraktor harus memberikan suatu diagram pemasangan atau manual
pemasangan dengan tanda-tanda pemasangan yang ditunjukkan di dalamnya.
Elemen struktur harus diangkat dengan cara sedemikian rupa sehingga elemen struktur
pada waktu diangkut dan dibongkar di tempat tujuannya tidak mengalami tegangan,
deformasi yang berlebihan, atau kerusakan lainnya.
Baut dengan panjang dan diamater yang sama, serta mur yang terlepas dari baut atau
ring harus dikemas terpisah. Pen (pin), bagian-bagian yang kecil, dan paket baut, ring
dan mur harus dikirim dalam kotak, krat atau tong, dan berat kotor dari setiap kemasan
tidak boleh melebihi 150 kg. Daftar dan uraian dari bahan-bahan yang terdapat
didalam setiap kemasan harus tertulis dan disebutkan pada bagian luar kemasan dan
diusahakan tidak mudah hilang atau tersobek pada waktu pengiriman

8) Peralatan dan Perancah


Kontraktor harus menyediakan setiap peralatan dan perancah yang diperlukan untuk
pemasangan struktur baja. Perlengkapan pemasangan ini termasuk pengaku sementara,
semua perkakas, mesin, dan peralatan termasuk pasak pengungkit (drift) dan baut
penyetel.
Perancah dan pengaku sementara harus dirancang, dibuat dan dipelihara sebagaimana
mestinya agar dalam tahap pemasangan semua perancah dan pengaku-pengaku
berfungsi dan dapat menahan semua gaya dan beban struktur baja selama pemasangan

8 - 64
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

9) Pemasangan Jembatan Baja


a. Umum
Yang dimaksud dengan pemasangan jembatan baja adalah pekerjaan pemasangan
struktur jembatan baja seperti jembatan gelagar baja, gelagar baja komposit,
jembatan baja semi permanen atau darurat yang disediakan oleh Pengguna Jasa
atau yang berada di bawah kontrak pekerjaan ini.
Pekerjaan pemasangan ini akan mencakup sebagaimana yang diperlukan,
penanganan, landasan, identifikasi dan penyimpanan semua bahan komponen
baja, pemasangan landasan, perakitan, dan penempatan posisi akhir struktur
jembatan baja, pencocokan komponen dan sistem lainnya yang diperlukan untuk
pemasangan struktur jembatan baja sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini
b. Tahap Pekerjaan
Setelah penerbitan detail pelaksanaan (shop drawing) untuk tiap jembatan baja
yang termasuk dalam cakupan Kontrak, Kontraktor harus menjadualkan program
pekerjaannya sedini mungkin dalam Periode Pelaksanaan. Urutan dan waktu
yang sangat terinci dari operasi pemasangan untuk setiap jembatan harus
digabungkan dalam jadwal pelaksanaan Kontraktor, revisi harus diserahkan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan resmi sesuai dengan
ketentuan S1.12 “Jadwal Pelaksanaan” dari Spesifikasi ini.
c. Pengaturan Lalu Lintas
Pengaturan lalu lintas harus sesuai dengan ketentuan pada S1.08 “Manajemen
Lalu Lintas”, dengan mana pemasangan struktur jembatan baja memerlukan
pembongkaran atau penutupan seluruh jembatan lama, maka program penutupan
harus dikoordinasikan dengan Konsultan Pengawas agar pengalihan lalu lintas
(detour) atau perlengkapan alternatif lainnya dapat disediakan untuk memperkecil
gangguan terhadap lalu lintas.
d. Perakitan Pekerjaan Baja
Setiap bagian harus dirakit dengan akurat sebagaimana yang ditunjukkan dalam
Gambar atau manual pemasangan yang disediakan oleh Kontraktor serta
mengikuti semua tanda yang telah diberikan. Bahan struktur baja harus dikerjakan
dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kerusakan seperti terdapat
bagian-bagian yang bengkok, patah, atau kerusakan lainnya. Tidak boleh
digunakan palu yang dapat melukai atau mengubah posisi elemen-elemen.
Permukaan bidang kontak dan permukaan yang akan berada dalam kontak
permanen harus dibersihkan sebelum bagian-bagian tersebut dirakit.

8 - 65
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.04.4 Metode Pengukuran


1) Penyediaan baja struktur
Kuantitas penyediaan baja struktur yang akan diukur untuk pembayaran sebagai
jumlah dalam kilogram baja struktur yang telah tiba di tempat dan diterima. Untuk
menghitung berat nominal dari baja rol atau besi tuang, maka bahan-bahan tersebut
dianggap mempunyai berat volume 7.850 kilogram per meter kubik. Berat logam
lainnya harus sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar atau disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
Berat bahan yang dihitung harus merupakan berat nominal dari pekerjaan baja yang
telah selesai dikerjakan, terdiri atas pelat, bagian-bagian yang dirol, sambungan geser
(shear connector), pengaku, penjepit, paking, pelat sambungan dan semua
perlengkapan, tanpa adanya penyimpangan yang diijinkan atas berat standar atau
dimensi nominal dan termasuk berat las, fillet, baut, mur, ring, kepala paku keliling
dan lapisan pelindung. Tidak ada pengurangan yang dibuat untuk penakikan, lubang
baut dan lubang paku keling.

2) Pemasangan Baja Struktur


Pemasangan baja struktur harus diukur untuk pembayaran dalam jumlah total
kilogram struktur baja yang selesai dikerjakan di tempat dan diterima oleh Konsultan
Pengawas. Berat masing-masing komponen harus diambil dari Gambar Kerja dan
daftar komponen dari pabrik.
Berat total baja struktur yang diukur untuk pembayaran harus dihitung sebagai berat
semua komponen masing-masing baja yang digunakan dalam pemasangan struktur
akhir, termasuk bagian-bagian baja fabrikasi, pelat, baut, mur, ring dan pengencang
lainnya.

S8.04.4 Dasar Pembayaran


1) Kuantitas pekerjaan baja struktur akan ditentukan sebagaimana disyaratkan di atas,
akan dibayar pada Harga Penawaran per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran
yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan
pembayaran ini harus dianggap sebagai kompensasi penuh untuk pemasokan, fabrikasi
pengangkutan dan pemasangan bahan, termasuk semua tenaga kerja, peralatan,
perkakas, pengujian dan biaya tambahan lainnya yang diperlukan atau biasa untuk
penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya dalam Pasal ini.
2) Pemasangan struktur baja mencakup pekerjaan untuk perlengkapan dan penentuan
titik pengukuran pekerjaan sementara, pemasangan landasan jembatan permanen atau
semi permanen, perakitan dan pemasangan komponen baja untuk struktur jembatan,
pembongkaran kembali struktur pembantu dan pengembalian ke tempat penyimpanan
Kontraktor pada pekerjaan pemasangan struktur baja sementara, rol, dongkrak dan
perkakas khusus dan untuk penyediaan semua pekerja, peralatan, perkakas lain dan
keperluan lainnya yang diperlukan atau yang biasa untuk penyelesaian pekerjaan

8 - 66
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

pemasangan sebagaimana mestinya sesuai dengan manual yang telah ditentukan sesuai
dengan Gambar.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.04.(1).a Penyediaan Baja Struktur BJ 34 Kilogram
(Titik Leleh 210 MPa)
8.04.(1).b Penyediaan Baja Struktur BJ 37 Kilogram
(Titik Leleh 240 MPa)
8.04.(1).c Penyediaan Baja Struktur BJ 50 Kilogram
(Titik Leleh 290 MPa)
8.04.(2).a Pemasangan Baja Struktur BJ 34 Kilogram
(Titik Leleh 210 MPa)
8.04.(2).b Pemasangan Baja Struktur BJ 37 Kilogram
(Titik Leleh 240 MPa)
8.04.(2).c Pemasangan Baja Struktur BJ 50 Kilogram
(Titik Leleh 290 MPa)

8 - 67
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.05 TURAP (SHEET PILE)

S8.05.1 Umum
1) Uraian
a. Yang dimaksud dengan Turap (Sheet Pile) adalah suatu jenis tiang pancang
khusus yang digunakan untuk dinding penahan tanah atau untuk pengamanan
terhadap gerusan.
b. Pekerjaan yang diatur dalam Pasal ini harus mencakup turap yang disediakan dan
dipancang atau ditempatkan sesuai dengan Spesifikasi ini, dan sedapat mungkin
mendekati Gambar menurut penetrasi atau kedalamannya sebagaimana yang
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.
c. Pekerjaan ini juga harus mencakup jenis-jenis turap berikut ini :
i. Turap Baja
ii. Turap Beton Pracetak
Jenis turap yang akan digunakan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.

2) Turap Baja
Pada umumnya, turap baja struktur harus berupa profil baja yang harus sesuai dengan
AASHTO M202-02.
Bilamana korosi pada turap baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruas-
ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan galvanis sesuai
AASHTO M 111-04 atau dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang
telah disetujui dan/atau digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat
diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang turap baja yang
terekspos, dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang terganggu di atas
muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
Sebelum pemancangan, kepala turap harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya
dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang
pancang segaris dengan sumbu palu. Setelah pemancangan, pelat topi, batang baja
atau pantek harus ditambatkan pada pur, atau tiang pancang dengan panjang yang
cukup harus ditanamkan ke dalam pur (pile cap).
Pada pemancangan di tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat dengan
menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau siku baja untuk
menambah ketebalan baja. Turap yang berbentuk pipa atau kotak dapat juga
dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana sepatu tiang diperlukan, maka sepatu tiang ini
dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar atau yang dibentuk sedemikian
rupa dari pelat baja dengan mutu yang sama atau baja fabrikasi.

8 - 68
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

3) Turap Beton Pracetak


Turap harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang
diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan akibat
pemancangan tanpa kerusakan.
Baja tulangan harus disediakan untuk menahan tegangan yang terjadi akibat
pengangkatan, penyusunan dan pengangkutan turap maupun tegangan yang terjadi
akibat pemancangan dan beban-beban yang didukung. Selimut beton tidak boleh
kurang dari yang dipersyaratkan dalam Pasal S8.01.1.3).g “Toleransi untuk Penutup/
Selimut Beton Tulangan” dari Spesifikasi ini.
Penyambungan turap harus dihindarkan bilamana memungkinkan. Bilamana
perpanjangan turap tidak dapat dihindarkan, Kontraktor harus menyerahkan metode
penyambungan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan. Tidak ada
penyambungan turap sampai metode penyambungan disetujui secara tertulis dari
Konsultan Pengawas.
Turap harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai sumbu yang sama
(co-axial), jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis tanah seperti batu,
kerikil kasar, tanah liat dengan berangkal dan tanah jenis lainnya yang mungkin dapat
merusak ujung turap beton. Sepatu tersebut dapat terbuat dari baja atau besi tuang.
Untuk tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut dapat ditiadakan. Luas ujung
sepatu harus sedemikian rupa sehingga tegangan dalam beton pada bagian turap ini
masih dalam batas yang aman seperti yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Turap dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari Pasal S8.01 “Beton” dan Pasal
S8.04 “Baja Struktur” dari Spesifikasi ini. Waktu yang diijinkan untuk memindahkan
turap harus ditentukan dengan menguji 4 (empat) buah benda uji yang telah dibuat dari
campuran yang sama dan dirawat dengan cara yang sama seperti turap tersebut. Turap
tersebut dapat dipindahkan bilamana pengujian kuat tekan pada keempat benda uji
menunjukkan kekuatan yang lebih besar dari tegangan yang terjadi pada turap yang
dipindahkan, ditambah dampak dinamis yang diperkirakan dan dikalikan dengan
faktor keamanan, semuanya harus berdasarkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Tidak ada turap yang boleh dipancang sebelum berumur minimum 28 (duapuluh
delapan) hari atau telah mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan.
Setiap turap harus ditandai dengan tanggal pengecoran dan panjangnya, ditulis dengan
jelas dekat kepala turap.
Kontraktor dapat menggunakan semen yang cepat mengeras untuk membuat turap.
Kontraktor harus memberitahu secara tertulis kepada Konsultan Pengawas atas
penggunaan jenis dan pabrik pembuat semen yang diusulkan. Semen yang demikian
tidak boleh digunakan sebelum disetujui oleh Konsultan Pengawas. Periode dan
ketentuan perlindungan sebelum pemancangan harus sebagaimana yang diperintahkan
oleh Konsultan Pengawas.

8 - 69
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.05.2 Bahan dan Jaminan Mutu


Memenuhi ketentuan sebagaimana dalam Pasal S8.01 “Beton” dan S8.04 “Baja
Struktur”.

S8.05.3 Pelaksanaan Pekerjaan


Pelaksanaan pemancangan memenuhi ketentuan sebagaimana dalam Pasal S8.06.3.c
“Tiang Pancang Baja” dan Pasal S8.06.3.a “Tiang Pancang Beton Precast”.

S8.05.4 Metode Pengukuran


Metode pengukuran memenuhi ketentuan sebagaimana dalam Pasal S8.06.4.c “Tiang
Pancang Beton” dan Pasal S8.06.4.a “Tiang Pancang Beton Precast”

S8.05.5 Dasar Pembayaran


1) Turap Baja
Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas harus di bayar menurut harga satuan
kontrak per satuan pengukuran untuk mata pembayaran seperti di bawah ini.
Pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemancangan
turap, untuk material yang diperlukan dalam penyelesaian pemancangan, dan untuk
tenaga kerja, peralatan, pengangkatan, pengangkutan, semprotan, sambungan,
pemotongan dan kebutuhan insidentil lain yang terkait.

2) Turap Beton Pracetak


Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas harus dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak per meter linier untuk mata pembayaran yang terdaftar di bawah ini. Harga
dan pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk semua material, termasuk
tulangan penguat dan sepatu, peralatan, penyemprotan, pemotongan, pengelasan,
koupling, dan segala alat, bor, derek, ketel (boiler), martil, penyemprot, tenaga kerja,
dan peralatan serta pekerjaan insidentil lainnya, serta penyelesaian pemancangan, dan
termasuk untuk tenaga kerja, peralatan, pengangkatan, pengangkutan, semprotan,
sambungan, pemotongan dan kebutuhan insidentil lain yang terkait..

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.05.(1) Penyediaan turap baja meter panjang
8.05.(2) Pemancangan turap baja meter panjang
8.05.(3) Penyediaan turap beton pracetak meter panjang
8.05.(4) Pemancangan turap beton pracetak meter panjang

8 - 70
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.06 PONDASI TIANG

S8.06.1 Umum
1) Uraian
Yang dimaksud dengan Pondasi Tiang adalah komponen struktur berupa tiang
yang berinteraksi langsung dengan tanah, yang berfungsi sebagai penopang akhir dan
menyalurkan beban dari struktur jembatan ke tanah.
Pekerjaan yang diatur dalam Pasal ini harus mencakup tiang pancang dan tiang bor
yang disediakan dan ditempatkan sesuai dengan Spesifikasi ini, sesuai Gambar
menurut penetrasi atau kedalamannya sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas. Tiang pancang uji dan/atau pengujian pembebanan diperlukan
untuk menentukan daya dukung fondasi tiang, jumlah dan panjang tiang yang akan
dilaksanakan.
Pekerjaan ini mencakup jenis-jenis tiang berikut ini :
a. Tiang Pancang Beton Precast (bulat/persegi)
b. Tiang Pancang Beton Pretensioned (bulat/persegi)
c. Tiang Pancang Baja
d. Tiang Bor Beton Cast-in-Place (bore pile)
e. Pemboran Percobaan (test drilling)
Jenis tiang yang akan digunakan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.

2) Tiang Pancang Percobaan (Test Pile)


Konsultan Pengawas dapat memerintahkan kepada Kontraktor untuk melaksanakan
pemancangan percobaan, bilamana dianggap perlu untuk mengetahui dengan pasti
kedalaman dan daya dukung dari fondasi tiang pancang pada jembatan. Kontraktor
akan melengkapi dan melaksanakan pemancangan percobaan pada lokasi yang
ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Semua pengujian tiang pancang uji harus
dilaksanakan dengan pengawasan Konsultan Pengawas.
Bilamana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, tiang pancang uji harus diuji
dengan pengujian pembebanan sesuai dengan ketentuan dari Pasal S8.06.1.3)
”Pengujian Pembebanan Statis (Loading Test)” dan Pasal S8.06.1.4) ”Pengujian
Dinamis” dari Spesifikasi ini.
Setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, pemancangan tiang uji harus
dilanjutkan sampai diperintahkan untuk dihentikan. Apabila pemancangan tiang uji
telah melampaui kedalaman yang ditentukan atau diperlukan serta menunjukkan
bahwa daya dukung tiang pancang masih terus meningkat, maka Kontraktor
selanjutnya harus meneruskan pemancangan tiang pancang uji tersebut sampai didapat
daya dukung tiang yang sesuai dengan rencana, dan Kontraktor melengkapi sisa tiang
pancang dalam struktur yang belum diselesaikan.

8 - 71
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Dalam menentukan panjang tiang, Kontraktor harus mengikuti daftar panjang tiang
pancang yang diperkirakan untuk sisa panjang yang harus diselesaikan dalam struktur.
Jumlah tiang pancang dan lokasi yang diuji akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas,
tetapi jumlah ini minimal satu untuk setiap jembatan. Tiang uji dapat dilaksanakan di
dalam atau di luar keliling fondasi, dan dapat menjadi bagian dari pekerjaan yang
permanen. Jumlah tiang pancang untuk jembatan besar ditentukan oleh Perencana.

3) Pengujian Pembebanan Statis (Loading Test)


Percobaan pembebanan statis pada tiang harus dilakukan dengan cara yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Kontraktor harus menyerahkan detail gambar peralatan
pembebanan yang akan digunakannya kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan. Peralatan tersebut harus dibuat sedemikian hingga memungkinkan
penambahan beban tanpa menyebabkan getaran terhadap tiang uji. Pelaksanaan
pengujian Static Loading Test mengacu pada Standar ASTM D3689-90 Standard Test
Method for Individual Piles Under Static Axial Tensile Load., serta ASTM D1143M-
07 (2013) “Standard Test Methods for Deep Foundations Under Static Axial
Compressive Load”
Bila dipandang perlu, dapat juga dilaksanakan uji kapasitas lateral tiang dengan
melakukan pembebanan lateral pada tiang dengan mengacu pada standar ASTM D
3966M – O7 (2013) “Standard Test Methods for Deep Foundations Under Lateral
Methods”

4) Pengujian Dinamis
Bilamana dipandang perlu, uji beban dinamis untuk mengetahui daya dukung tiang
dan integritas tiang dapat dilakukan sebagai alternatip dari uji beban statis.
Apabila untuk mengetahui daya dukung tiang digunakan metode Pile Driving
Analyzer (PDA), maka alat yang digunakan harus mampu merekam dengan baik
regangan pada tiang dan dan pergerakan relatip (relative displacement) yang terjadi
antara tiang dan tanah di sekitarnya akibat impact yang diberikan. Pengujian dinamis
ini mengacu pada ASTM D 4945-00 Standard Test Method for High-Strain Dynamic
Testing of Piles.
Apabila dipandang perlu, untuk mengetahui integritas tiang dapat dilakukan dengan
pengujian Pile Integrity Test (PIT) dan Crosshole Sonic Logging (CSL) sebagai
berikut:
 Pengujian Pile Integrity Test (PIT) mengacu pada ASTM D 5882-07 “Low
Strain Impact Integrity Testing of Deep Faundations”,
 Pengujian Crosshole Sonic Logging (CSL) mengacu pada ASTM D 6760 – 08
“High Strain Impact Integrity Testing of Deep Faundations”,
.

8 - 72
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

 Pengujian Ultrasonic Crosshole Sonic Logging (UCSL) mengacu pada ASTM


D 6760 – 14 ”Integrity Testing of Concrete Deep Foundations by Ultrasonic
Crosshole Testing”..
 Pengujian kapasitas lateral tiang dapat dilaksanakan dengan melakukan
pembebanan lateral pada tiang dengan mengacu pada standar ASTM D
3966M-07 (2013) e1.

5) Pekerjaan Pasal Lain Yang Berkaitan dengan Pasal Ini

a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Pasal S1.18


b. Pembongkaran : Pasal S3.01
c. Galian : Pasal S4.01
d. Timbunan : Pasal S4.02
e. Beton : Pasal S8.01
f. Beton Prategang : Pasal S8.02
g. Baja Tulangan : Pasal S8.03
h. Baja Struktur : Pasal S8.04

6) Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil penyelesaian harus dipantau dan
dikendalikan seperti yang ditetapkan dalam Standar Rujukan dalam Pasal S8.01
“Beton”, S8.02 “Beton Pra-Tekan (Prestressed Concrete)”, S8.03 “Baja Tulangan”
dan S8.04 “Baja Struktur” dari Spesifikasi ini.

7) Toleransi
a. Lokasi Kepala Tiang Pancang
Tiang pancang harus ditempatkan sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar.
Penggeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan tidak boleh
melampaui 75 mm dalam segala arah.
b. Kemiringan Tiang Pancang
Penyimpangan arah vertikal atau kemiringan yang disyaratkan tidak boleh lebih
melampaui 20 mm per meter (yaitu 1 per 50).
c. Kelengkungan (Bow)
i. Kelengkungan tiang pancang beton cor langsung di tempat harus tidak boleh
melampaui 0,01 dari panjang suatu tiang pancang dalam segala arah.
ii. Kelengkungan lateral tiang pancang baja tidak boleh melampaui 0,0007 dari
panjang total tiang pancang.

8 - 73
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

d. Tiang Bor Beton Cor Langsung Di Tempat


Garis tengah lubang bor tanpa selubung (casing) harus – 0% sampai + 5% dari
diameter nominal pada setiap posisi.
e. Tiang Pancang Beton Pracetak
Tiang pancang harus lurus sehingga garis yang direntang dari ujung ke ujung pada
setiap permukaan harus tidak lebih dari 1/1000 panjang tiang dari permukaan
tiang pada titik manapun.
f. Tiang Pancang Beton Prategang Pracetak
Tiang pancang harus lurus sehingga garis yang direntang dari ujung ke ujung pada
setiap permukaan harus tidak lebih dari 1/1000 panjang tiang dari permukaan
tiang pada titik manapun.

8) Standar Rujukan
SNI 07-0722-1989 : Baja Canai Panas untuk Konstruksi Umum
SNI 03-3448-1994 : Tata cara penyambungan tiang pancang beton
pracetak penampang persegi dengan sistem
monolit bahan epoxy
SNI 03-4434-1997 : Spesifikasi tiang pancang beton pracetak untuk
jembatan ukuran (300x300, 350x350, 400x400)
mm2, panjang 10-20 meter dengan baja tulangan
BJ 24 an BJ 40
SNI 03-6764-2002 : Spesifikasi Baja Struktural

AASHTO M202M-02 : Steel Sheet Piling


AASHTO M168-96 (2003) : Wood Products

AASHTO M133-04 : Preservatives and Pressure Treatment Processes


for Timber

AASHTO M 111-04 : Zinc (Hot-DipGalvanized) Coatings om Iron and


Steel Products

ASTM A252 : Steel Pipe


ASTM D 1143 -07 (2013) Standard Test Methods for Deep Foundations
Under Static Axial Compressive Load”

ASTM D 6760 -14 Integrity Testing of Concrete Deep Foundations


by Ultrasonic Crosshole Testing.
ASTM D 3689 - 90 Standard Test Method for Individual Piles Under
Static Axial Tensile Load
ASTM D 3966M – Standard Test Methods for Deep Foundations

8 - 74
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

07(2013) e1. Under Lateral Methods


ASTM D 5882-07 : Low Strain Impact Integrity Testing of Deep
Foundations
ASTM D 6760-08 : High Strain Impact Integrity Testing of Deep
Foundations

9) Pengajuan Kesiapan Kerja


Sebelum memulai suatu pekerjaan pemancangan, Kontraktor harus mengajukan
kepada Konsultan Pengawas hal-hal sebagai berikut :
a. Program yang terinci untuk pekerjaan pemancangan.
b. Rincian metode yang diusulkan untuk pemancangan atau penurunan tiang
bersama dengan peralatan yang akan digunakan.
c. Perhitungan rancangan, termasuk rumus penumbukan, yang menunjukkan
kapasitas tiang pancang bilamana penumbukan menggunakan peralatan yang
diusulkan oleh Kontraktor.
d. Usulan untuk pengujian pembebanan tiang pancang. Usulan ini mencakup metode
pemberian beban, pengukuran beban dan penurunan serta penyajian data yang
diusulkan.
e. Persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas untuk pengajuan tersebut di atas
harus diperoleh terlebih dahulu sebelum memulai setiap pekerjaan pemancangan.

10) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan


Semen, agregat dan baja tulangan harus disimpan sebagaimana yang disyaratkan
dalam Pasal S8.01 “Beton” dan S8.03 “Baja Tulangan” dari Spesifikasi ini. Unit-unit
beton bertulang atau prategang dan unit-unit baja harus ditempatkan bebas dari kontak
langsung dengan permukaan tanah dan ditempatkan pada penyangga kayu di atas
tanah keras yang tidak akan turun baik musin hujan maupun kemarau, akibat beban
dari unit-unit tersebut.
Bilamana unit-unit tersebut disusun dalam lapisan-lapisan, maka tidak melebihi dari 3
lapisan dengan penyangga kayu dipasang di antara tiap lapisan. Penyangga untuk
setiap lapisan harus dipasang di atas lapisan yang terdahulu. Untuk gelagar dan tiang
pancang, penyangga harus dipasang pada jarak tidak lebih dari 20% dari ukuran
panjang unit, yang diukur dari setiap ujung.

11) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a. Bilamana toleransi yang diberikan dalam Pasal S8.06.1.7) “Toleransi” telah
dilampaui, maka Kontraktor harus menyelesaikan setiap langkah perbaikan yang
dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas dengan biaya sendiri.
b. Setiap tiang pancang yang rusak akibat cacat dalam (internal) atau pemancangan
tidak sebagaimana mestinya, dipancang keluar dari lokasi yang semestinya atau

8 - 75
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

dipancang di bawah elevasi yang ditunjukkan dalam Gambar atau ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas, harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.
c. Pekerjaan perbaikan, seperti yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan
dikerjakan atas biaya Kontraktor, akan mencakup, tetapi tidak perlu dibatasi
berikut ini :
i. Penarikan kembali tiang pancang yang rusak dan penggantian dengan tiang
pancang baru atau lebih panjang, sesuai dengan yang diperlukan
ii. Pemancangan tiang pancang kedua sepanjang sisi tiang pancang yang cacat
atau pendek. Perpanjangan tiang pancang dengan cara penyambungan, seperti
yang telah disyaratkan di bagian lain dari Pasal ini, untuk memungkinkan
penempatan kepala tiang pancang yang sebagaimana mestinya dalam pur
(pile cap).

S8.06.2 Bahan dan Jaminan Mutu


1) Beton
Beton harus memenuhi ketentuan dari Pasal S8.01 “Beton”. Bilamana beton akan
dicor di dalam air, seperti halnya dengan tiang beton cor langsung di tempat, maka
beton harus dicor dengan cara tremi dan harus mempunyai proporsi campuran yang
memenuhi kriteria kelecakan (workability), kekuatan (strength), dan keawetan
(durability).

2) Baja Tulangan
Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dari Pasal S8.03 “Baja Tulangan”.

3) Tiang Pancang Beton Prategang Pracetak


Tiang pancang beton prategang pracetak harus memenuhi ketentuan dari Pasal S8.02
“Beton Pra-Tekan (Prestressed Concrete)”.

4) Tiang Pancang Baja Struktur


Pipa baja yang digunakan harus memenuhi ketentuan dari ASTM A252 Grade 2. Pelat
penutup untuk menutup ujung tiang pancang harus memenuhi ketentuan dari SNI 03-
6764-2002 (ASTM A36).
Pipa baja harus mempunyai garis tengah sebagaimana yang ditunjukkan dalam
Gambar. Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, tebal dinding tidak boleh kurang
dari 17,5 mm. pipa baja termasuk penutup ujung, harus mempunyai kekuatan yang
cukup untuk dipancang dengan metode yang ditentukan tanpa distorsi.
Pelat penutup dan las penyambung tidak boleh menonjol ke luar dari keliling ujung
tiang pancang.

8 - 76
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

5) Sepatu dan Sambungan Tiang Pancang


Sepatu dan sambungan tiang pancang harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

6) Tiang Pancang Beton Pracetak


a. Umum
Ketentuan Pasal ini berlaku bagi beton bertulang pracetak dan beton prategang
pracetak. Tiang pancang beton pracetak harus dirancang, dicor dan dirawat untuk
memperoleh kekuatan yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan,
penanganan, dan tekanan akibat pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang
segi empat harus mempunyai sudut-sudut yang ditumpulkan. Pipa pancang
berongga (hollow piles) harus digunakan bilamana panjang tiang yang diperlukan
melebihi dari biasanya.
Baja tulangan harus disediakan untuk menahan tegangan yang terjadi akibat
pengangkatan, penyusunan dan pengangkutan tiang pancang maupun tegangan
yang terjadi akibat pemancangan dan beban-beban yang didukung. Selimut beton
tidak boleh kurang dari yang dipersyaratkan dalam Pasal S8.01.1.3).g “Toleransi
untuk Penutup/ Selimut Beton Tulangan” dari Spesifikasi ini.

b. Penyambungan
Penyambungan tiang pancang harus dihindarkan bilamana memungkinkan.
Bilamana penyambungan tiang pancang tidak dapat dihindarkan, Kontraktor harus
menyerahkan metode penyambungan kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapat persetujuan. Tidak ada pekerjaan penyambungan tiang pancang sampai
metode penyambungan disetujui secara tertulis dari Konsultan Pengawas.

c. Perpanjangan Tiang Pancang


Perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan penyambungan
tumpang tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala tiang pancang akan
dipotong hingga baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang minimum 40
kali diameter tulangan.
Perpanjangan tiang pancang beton harus dilaksanakan dengan menggunakan baja
tulangan yang sama (mutu dan diameternya) seperti pada tiang pancang yang akan
diperpanjang. Baja spiral harus dibuat dengan tumpang tindih sepanjang
minimum 2 kali lingkaran penuh dan baja tulangan memanjang harus mempunyai
tumpang tindih minimum 40 kali diameter.
Bilamana perpanjangan melebihi 1,50 m, acuan harus dibuat sedemikian hingga
tinggi jatuh pengecoran beton tak melebihi 1,50 m.
Sebelum pengecoran beton, kepala tiang pancang harus dibersihkan dari semua
bahan lepas atau pecahan dan kotoran lain, dibasahi sampai merata dan diberi

8 - 77
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

adukan semen yang tipis. Mutu beton yang digunakan sekurang-kurangnya harus
beton dengan fc’ 35 MPa atau K-400. Semen yang digunakan harus dari mutu
yang sama dengan yang dipakai pada tiang pancang yang akan disambung,
kecuali diperintahkan lain oleh Konsultan Pengawas.
Acuan tidak boleh dibuka sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari setelah pengecoran
atau setelah beton mencapai kuat tekan minimum yang disyaratkan. Perpanjangan
tiang pancang harus dirawat dan dilindungi dengan cara yang sama seperti tiang
pancang yang akan disambung. Bilamana tiang pancang akan diperpanjang
setelah operasi pemancangan, kepala tiang pancang direncanakan tertanam dalam
pur (pile cap), maka perpanjangan baja tulangan yang diperlukan harus seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana tidak disebutkan dalam Gambar,
maka panjang tumpang tindih baja tulangan harus minimum 40 kali diameter
untuk tulangan memanjang, kecuali diperintahkan lain oleh Konsultan Pengawas.

d. Sepatu Tiang Pancang


Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai sumbu
yang sama (co-axial), jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis tanah
seperti batu, kerikil kasar, tanah liat dengan berangkal, dan tanah jenis lainnya
yang mungkin dapat merusak ujung tiang pancang beton. Sepatu tersebut dapat
terbuat dari baja atau besi tuang. Untuk tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu
tersebut dapat ditiadakan. Luas ujung sepatu harus sedemikian rupa sehingga
tegangan dalam beton pada bagian tiang pancang ini masih dalam batas yang
aman seperti yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

e. Pembuatan dan Perawatan


Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari Pasal S8.01
“Beton” dan Pasal S8.03 “Baja Tulangan” dari Spesifikasi ini. Waktu yang
diijinkan untuk memindahkan tiang pancang harus ditentukan dari hasil uji
minimum 3 (tiga) buah benda uji yang telah dibuat dari campuran yang sama dan
dirawat dengan cara yang sama seperti tiang pancang tersebut. Tiang pancang
tersebut dapat dipindahkan bilamana pengujian kuat tekan menunjukkan suatu
nilai kekuatan rata-rata yang mewakili yang lebih besar dari tegangan yang
terjadi pada tiang pancang pada saat dipindahkan, ditambah dampak dinamis yang
diperkirakan dan dikalikan dengan faktor keamanan, semuanya harus berdasarkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Ruas tiang pancang yang akan terekspos untuk pemancangan yaitu tiang-tiang
rangka pendukung, harus diselesaikan sesuai dengan Pasal S8.01.1.3).g “Toleransi
untuk Penutup/ Selimut Beton Tulangan”.
Tiang pancang tidak boleh dipancang sebelum berumur paling sedikit 28
(duapuluh delapan) hari atau telah mencapai kekuatan minimum yang
disyaratkan.

8 - 78
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Acuan samping dapat dibuka minimum 24 (duapuluh empat) jam setelah


pengecoran beton atau setelah beton mencapai kekuatan minimum yang
disyaratkan, tetapi seluruh tiang pancang tidak boleh digeser dalam waktu
minimum 7 (tujuh) hari setelah pengecoran beton, atau setelah beton mencapai
kekuatan minimum yang disyaratkan sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas. Perawatan harus dilaksanakan minimum selama 7 (tujuh)
hari setelah dicor atau sampai beton mencapai kekuatan minimum yang
disyaratkan dengan mempertahankan tiang pancang dalam kondisi basah selama
jangka waktu tersebut.
Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik
seperempat panjangnya atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas. Bilamana tiang pancang tersebut akan dibuat 1,5 m lebih panjang dari
pada panjang yang disebutkan dalam Gambar, Konsultan Pengawas akan
memerintahkan menggunakan baja tulangan dengan diameter yang lebih besar
dan/atau memakai tiang pancang dengan ukuran yang lebih besar dari yang
ditunjukkan dalam Gambar.
Setiap tiang harus ditandai dengan tanggal pengecoran dan panjang, ditulis
dengan jelas di dekat kepala tiang pancang.
Kontraktor dapat menggunakan semen yang cepat mengeras untuk membuat tiang
pancang bila disetujui oleh Konsultan Pengawas. Kontraktor harus memberitahu
secara tertulis kepada Konsultan Pengawas atas penggunaan jenis dan pabrik
pembuat semen yang diusulkan. Semen yang demikian tidak boleh digunakan
sebelum disetujui oleh Konsultan Pengawas. Periode dan ketentuan perlindungan
sebelum pemancangan harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas.

f. Pengupasan Kepala Tiang Pancang


Beton harus dikupas sampai pada elevasi yang sedemikian sehingga beton yang
tertinggal akan masuk ke dalam pur (pile cap) sedalam 50 mm sampai 100 mm
atau sebagaimana ditunjukkan di dalam Gambar.
Untuk tiang pancang beton bertulang, baja tulangan yang tertinggal setelah
pengupasan harus cukup panjang sehingga dapat diikat ke dalam pile cap dengan
baik seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Untuk tiang pancang beton
prategang, panjang kawat prategang yang tertinggal setelah pengupasan harus
dimasukkan ke dalam pile cap sedalam 50 mm sampai 100 mm.
Penjangkaran ini harus dilengkapi, jika perlu, dengan baja tulangan yang di cor ke
dalam bagian atas tiang pancang. Sebagai alternatif, pengikatan dapat dihasilkan
dengan baja tulangan lunak yang di cor ke dalam bagian atas dari tiang pancang
pada saat pembuatan.
Pengupasan tiang pancang beton harus dilakukan dengan hati-hati untuk
mencegah terjadinya pecah atau kerusakan lainnya pada sisa tiang pancang. Setiap

8 - 79
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

beton yang retak atau cacat harus dipotong dan diperbaiki dengan beton baru yang
direkatkan sebagaimana mestinya dengan beton yang lama.
Sisa bahan potongan tiang pancang, yang menurut pendapat Konsultan Pengawas,
tidak perlu diamankan, harus dibuang sampai diterima oleh Konsultan Pengawas.

7) Tiang Pancang Baja


a. Umum
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur berupa profil baja dilas biasa, pipa
baja dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa digunakan, dan akan diisi
dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus fc’ 20 MPa atau K-250 dengan
kadar semen minimum untuk memenuhi kriteria keawetan (durability).

b. Perlindungan Terhadap Korosi


Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang
atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan
pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui dan/atau
digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan
dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang baja yang
terekspos, dan setiap panjang yang tertanam dalam tanah yang terganggu di atas
muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.

c. Kepala Tiang Pancang


Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk
mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu. Setelah
pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek harus ditambatkan pada pur,
atau tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur
(pile cap).

d. Perpanjangan Tiang Pancang


Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan dengan pengelasan. Pengelasan
harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat
ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara
sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas
tiang pancang. Bilamana tiang pancang pipa akan diisi dengan beton setelah
pemancangan, sambungan yang dilas harus kedap air.

e. Sepatu Tiang Pancang


Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau profil
baja gilas lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras,
maka ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau

8 - 80
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

dengan mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang
pancang pipa dapat juga dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana sepatu tiang
diperlukan, maka sepatu tiang ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat
datar atau yang dibentuk sedemikian rupa dari pelat baja dengan mutu yang sama
atau baja fabrikasi.

8) Pemancangan Tiang
a. Umum
Kontraktor harus menyediakan alat untuk memancang tiang yang sesuai dengan
jenis tanah dan jenis tiang pancang sehingga tiang pancang tersebut dapat
menembus masuk pada kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya
dukung yang telah ditentukan, tanpa kerusakan. Bilamana diperlukan, Kontraktor
dapat melakukan penyelidikan tanah dengan tanggungan biaya sendiri.
Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah
asli, maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan.
Perhatian khusus harus diberikan agar dasar fondasi tidak terganggu oleh
penggalian diluar batas-batas yang ditunjukkan dalam Gambar.
Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel
dan kepala tiang kayu harus dilindungi dengan cincin besi tempa atau besi non-
magnetik sebagaimana yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini. Palu, topi baja,
bantalan topi, katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang sama dan
harus terletak dengan tepat satu di atas lainnya. Tiang pancang termasuk tiang
pancang miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam
posisi yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Konsultan
Pengawas atau wakilnya, dan palu pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan
dari kepala tiang pancang tanpa persetujuan dari Konsultan Pengawas atau
wakilnya.
Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi
tertentu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, atau
ditentukan dengan pengujian pembebanan sampai mencapai kedalaman penetrasi
akibat beban pengujian tidak kurang dari dua kali beban yang dirancang, yang
diberikan menerus untuk penurunan sekurang-kurangnya 60 mm. Dalam hal
tersebut, posisi akhir kepala tiang pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih
tinggi jika disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Konsultan Pengawas
dapat memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok
tersebut sehingga beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak
melampaui kapasitas daya dukung yang aman, atau Konsultan Pengawas dapat
mengubah rancangan bangunan bawah jembatan bilamana dianggap perlu.

8 - 81
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis drop hammer, diesel atau hidrolik.
Berat palu pada jenis drop hammer sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat
tiang beserta topi pancangnya. Sedangkan untuk diesel hammer berat palu tidak
boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang total beserta topi pancangnya
ditambah 500 kg dan minimum 2,2 ton. Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui
2,5 meter atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas. Alat
pancang dengan jenis drop hammer, diesel atau hidrolik yang disetujui, harus
mampu memasukkan tiang pancang minimal 3 mm untuk setiap pukulan pada 150
mm dari akhir pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan sebagaimana
yang ditentukan dari rumus pemancangan yang disetujui.
Penumbukan dengan gerakan tunggal (single acting) atau palu yang dijatuhkan
harus dibatasi sampai 1,2 meter dan lebih baik 1 meter. Penumbukan dengan
tinggi jatuh yang lebih kecil harus digunakan bilamana terdapat kerusakan pada
tiang pancang.
Contoh-contoh berikut ini adalah kondisi yang dimaksud :
i. Bilamana terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang harus
ditembus pada saat awal pemancangan untuk tiang pancang yang panjang
ii. Bilamana terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian hingga
penetrasi yang dalam terjadi pada setiap penumbukan
iii. Bilamana tiang pancang diperkirakan akan membal (rebound) akibat batu
atau tanah yang benar-benar tak dapat ditembus lainnya.
Bilamana serangkaian penumbukan tiang pancang untuk 10 kali pukulan terakhir
telah mencapai hasil yang memenuhi ketentuan, penumbukan ulangan harus
dilaksanakan dengan hati-hati, dan pemancangan yang terus menerus setelah tiang
pancang hampir berhenti penetrasi harus dicegah, terutama jika digunakan palu
berukuran sedang. Suatu catatan pemancangan yang lengkap harus dilakukan
sesuai dengan Pasal S8.06.1.(9) tentang Pengajuan Kesiapan Kerja.
Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak dapat
dianggap sebagai perubahan biasa dari sifat alamiah tanah harus dicatat dan
penyebabnya harus dapat diketahui sebelum pemancangan dilanjutkan.
Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m dari beton yang
berumur kurang dari 7 hari atau kurang dari kekuatan minimum yang disyaratkan.
Bilamana pemancangan dengan menggunakan palu yang memenuhi ketentuan
minimum, tidak dapat memenuhi Spesifikasi, maka Kontraktor harus
menyediakan palu yang lebih besar dan/atau menggunakan water jet atas biaya
sendiri.

b. Penghantar Tiang Pancang (Leads)


Penghantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan
kebebasan bergerak untuk palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali

8 - 82
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

atau palang yang kaku agar dapat memegang tiang pancang selama pemancangan.
Kecuali jika tiang pancang dipancang dalam air, penghantar tiang pancang,
sebaiknya mempunyai panjang yang cukup sehingga penggunaan bantalan topi
tiang pancang panjang tidak diperlukan. Penghantar tiang pancang miring
sebaiknya digunakan untuk pemancangan tiang pancang miring.

c. Bantalan Topi Tiang Pancang Panjang (Followers)


Pemancangan tiang pancang dengan bantalan topi tiang pancang panjang sedapat
mungkin harus dihindari, dan hanya akan dilakukan dengan persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas.

d. Tiang Pancang Yang Naik


Bilamana tiang pancang mungkin naik akibat naiknya dasar tanah, maka elevasi
kepala tiang pancang harus diukur dalam interval waktu dimana tiang pancang
yang berdekatan sedang dipancang. Tiang pancang yang naik sebagai akibat
pemancangan tiang pancang yang berdekatan, harus dipancang kembali sampai
kedalaman atau ketahanan semula, kecuali jika pengujian pemancangan kembali
pada tiang pancang yang berdekatan menunjukkan bahwa pemancangan ulang ini
tidak diperlukan.

e. Pemancangan Dengan Pancar Air (Water Jet)


Pemancangan dengan pancar air dilaksanakan hanya seijin Konsultan Pengawas
dan dengan cara yang sedemikian rupa hingga tidak mengurangi kapasitas daya
dukung tiang pancang yang telah selesai dikerjakan, stabilitas tanah atau
keamanan setiap struktur yang berdekatan.
Banyaknya pancaran, volume dan tekanan air pada nosel semprot harus sekedar
cukup untuk melonggarkan bahan yang berdekatan dengan tiang pancang, bukan
untuk membongkar bahan tersebut.
Tekanan air harus 0,5 N/mm2 sampai 1 N/mm2 tergantung pada kepadatan tanah.
Perlengkapan harus dibuat, jika diperlukan, untuk mengalirkan air yang tergenang
pada permukaan tanah. Sebelum penetrasi yang diperlukan tercapai, maka
pancaran harus dihentikan dan tiang pancang dipancang dengan palu sampai
penetrasi akhir. Lubang-lubang bekas pancaran di samping tiang pancang harus
diisi dengan adukan semen setelah pemancangan selesai.

f. Tiang Pancang Yang Cacat


Prosedur pemancangan tidak mengijinkan tiang pancang mengalami tegangan
yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan pengelupasan, pecahnya beton,
pembelahan, pecahnya dan kerusakan kayu, atau deformasi baja.
Apabila terjadi kesalahan posisi dalam pemancangan, maka upaya apa pun untuk
memperbaiki tiang pancang dengan memaksa tiang pancang kembali ke posisi

8 - 83
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

yang sebagaimana mestinya tidak akan diijinkan oleh Konsultan Pengawas. Tiang
pancang yang cacat harus diperbaiki atas biaya Kontraktor sebagaimana
disyaratkan dalam Pasal S8.06.2 “Bahan dan Jaminan Mutu”dan sebagaimana
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Bilamana pemancangan ulang untuk mengembalikan ke posisi semula tidak
memungkinkan, tiang pancang harus dipancang sedekat mungkin dengan posisi
semula, atau tiang pancang tambahan harus dipancang sebagaimana yang
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.

g. Catatan Pemancangan/Kalendering
Sebuah catatan yang detail dan akurat tentang pemancangan harus disimpan oleh
Konsultan Pengawas dan Kontraktor harus membantu Konsultan Pengawas dalam
menyimpan catatan ini yang meliputi: jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran,
panjang aktual, tanggal pemancangan, panjang dalam fondasi telapak, penetrasi
pada saat penumbukan terakhir, enerji pukulan palu, berat dan jenis palu, panjang
perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar.

h. Rumus Dinamis untuk Perkiraan Kapasitas Tiang Pancang


Kapasitas daya dukung tiang pancang harus diperkirakan dengan menggunakan
rumus dinamis (Hiley). Kontraktor dapat mengajukan rumus lain untuk
menghitung daya dukung dan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
efWH W + n2Wp
Pu = X
S + (C1 + C2 + C3)/2 W + Wp
Pa = Pu / N

dimana :
Pu : Kapasitas daya dukung batas (kN)
Pa : Kapasitas daya dukung yang diijinkan (kN)
ef : Efisiensi palu
W : Berat palu atau ram (kN)
Wp : Berat tiang pancang (kN)
n : Koefisien restitusi
H : Tinggi jatuh palu (m)
H = 2 H’ untuk palu diesel (H’ = tinggi jatuh ram)
S : Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir,atau“set”
(m)
C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan poer (m)
C2 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastis dari
batang tiang pancang (m) yang dapat dihitung dengan persamaan :
PuL
; dimana :
AE

8 - 84
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

L = Panjang tiang (m)


E = Modulus elastisitas tiang (KN/m2)
A = Luas permukaan tiang
C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan (m)
yang dapat diambil sebagai berikut :
C3 = 0,0 untuk tanah keras (batu, pasir padat dan gravel)
C3 = 2,5 mm s/d 5 mm untuk lainnya
N : Faktor Keamanan

Tabel S8.06.2.(1) Nilai Efisiensi Palu (ef)


Jenis Palu Efisiensi (ef)
Drop hammer 0.75 – 1.00
Single acting hammer 0.75 – 0.85
Double acting hammer 0.85
Diesel hammer 0.85 – 1.00

Tabel S8.06.2.(2) Nilai Koefisien Restitusi (n)


Material N
Bantalan kayu diatas tiang pancang baja 0.32
Bantalan kayu pada tiang pancang baja 0.4
Tiang pancang baja tanpa bantalan kayu/ tiang beton dengan 0.5
bantalan
Palu besi cor diatas tiang pancang beton tanpa topi 0.4

Tabel S8.06.2.(3)
Nilai K1 – Nilai Perpendekan Elastik Kepala Tiang Pancang
dan Topi Tiang Pancang
K1 ( mm)
Tegangan pemancangan pada kepala
Bahan tiang pancang
3,5 7,0 10,5 14,0
MPa MPa MPa MPa
Tiang atau pipa baja langsung 0 0 0 0
pada kepala tiang
Tiang pancang beton pracetak 3 6 9 12,5
dengan topi setebal (75-100) mm

Topi baja yang mengandung 1 2 3 4


paking kayu untuk tiang baja H
atau tiang baja pipa
Cap Block terdiri dari 5 mm bahan

8 - 85
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

K1 ( mm)
Tegangan pemancangan pada kepala
Bahan tiang pancang
3,5 7,0 10,5 14,0
MPa MPa MPa MPa
fiber diantara dua pelat baja 10 0,5 1 1,5 2
mm

S8.06.3 Pelaksanaan Pekerjaan


S8.06.3.a Tiang Pancang Beton Precast
1) Uraian
Pekerjaan ini terdiri atas tiang pancang beton precast lengkap dan dipancang sesuai
dengan Spesifikasi ini dan sesuai dengan persyaratan dalam Gambar atau di mana saja
dalam Dokumen Kontrak.

2) Material
Tiang pancang beton bertulang precast harus dibuat menurut detail gambar, dengan
mutu beton kelas B-3 yang dicampur dan dicor sesuai dengan ketentuan Pasal S8.01
“Beton” dari Spesifikasi ini. Baja tulangan harus memenuhi ketentuan Pasal S8.03
”Baja Tulangan” dari Spesifikasi ini. Batang tulangan induk harus berupa satu batang
utuh, dan bila hal ini tidak praktis, batang-batang terpisah dapat disambungkan dengan
metoda yang disetujui Konsultan Pengawas. Tiap pancang harus lurus sehingga garis
yang direntang dari ujung ke ujung pada setiap permukaan harus tidak lebih dari
1/1000 panjang tiang dari permukaan tiang pada titik manapun.
a. Cetakan (Formwork)
Cetakan untuk tiang pancang precast harus sesuai dengan persyaratan umum
untuk cetakan beton seperti dalam Pasal S8.01 ”Beton” dari Spesifikasi ini.
Cetakan harus bisa memungkinkan pekerjaan pemadatan beton. Sisi cetakan dapat
dibongkar kapan saja paling lambat 24 jam setelah selesai pengecoran beton.
Tetapi tiang pancang harus tetap disangga paling sedikit 7 (tujuh) hari dan tidak
boleh mendapat tekanan-tekanan sebelum berumur 21 (duapuluh satu) hari, atau
sebagai mana ketentuan Konsultan Pengawas berdasarkan hasil uji kekuatan.
b. Tulang Penguat (Reinforcement)
c. Pencetakan (Casting)
Tulangan harus memenuhi ketentuan dalam Pasal S8.02 ”Beton Pra-Tekan
(Prestressed Concrete)”, dan dipasang sesuai ketentuan dalam Gambar. Tiang
pancang harus dicor/dicetak dalam posisi horisontal. Penuangan beton harus
sedemikian rupa agar tiang pancang tidak mengandung rongga-rongga udara atau
kerusakan lainnya.
Beton harus dituang secara kontinyu dan harus dipadatkan dengan vibrasi atau

8 - 86
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

cara lain yang sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. Cetakan harus diisi
campuran beton agak melimpah, kelebihan beton harus dipapas, dan
permukaannya diratakan dengan finishing.
d. Finishing
Ketika diangkat dari cetakan, tiang pancang harus mempunyai permukaan yang
rata dan halus, tanpa cacat, dan sesuai dengan ukuran yang tertera dalam gambar.
e. Pengawetan dan Perawatan (Curing)
Tiang pancang beton harus ditutupi dengan kain goni basah segera setelah selesai
dituang, dan harus tetap basah sekurang-kurangnya selama 7 (tujuh) hari.
f. Pemindahan (Handling)
Pada waktu mengangkat atau mengangkut tiang pancang precast, Kontraktor
harus menyediakan tali baja dan peralatan lain yang diperlukan untuk mencegah
tiang pancang bengkok atau betonnya retak. Tiang pancang beton tidak boleh
diangkat dengan cara selain digantung dengan tali baja yang dikaitkan pada
lubang pengangkatan, dimana posisinya harus diajukan dan disetujui dulu oleh
Konsultan Pengawas. Tiang pancang yang rusak dalam pengangkatan atau
pemancangan harus diganti. Tiang pancang beton harus selalu ditangani dengan
hati-hati untuk mencegah dari kerusakan.
Tiang pancang tidak boleh dipancangkan sebelum mencapai umur 28 (duapuluh
delapan) hari sejak pengecoran, atau menurut ketentuan Konsultan Pengawas
berdasarkan hasil pengujian.

3) Persiapan untuk Pemancangan


a. Penutup kepala tiang pancang
Kepala tiang pancang beton, karena waktu dipancangkan ada kemungkinan rusak,
harus dilindungi dengan penutup yang disetujui dan dilengkapi bantalan, serta
dipasasng pada saat pencetakan dengan dudukan putar balok kayu. Kepala tiang
pancang tidak boleh dipegang keras-keras untuk mencegah berputarnya tiang
pancang waktu dipancangkan.
b. Penyambungan tiang pancang
Yang boleh digunakan hanyalah tiang pancang yang utuh. Tiang pancang yang
disambung tidak boleh digunakan.

4) Memindah, menanam dan memancangkan


a. Umum
Penandaan tempat tiang-tiang pancang harus sudah selesai sebelum pemancangan
dimulai. Penandaan titik tempat masing-masing tiang pancang harus sudah selesai
dan disetujui paling lambat 8 jam sebelum pekerjaan pada tiang pancang itu
dimulai. Semua titik, garis dan tempat penanaman harus dijaga keamanannya dan

8 - 87
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

tidak terganggu sebelum pekerjaan selesai.


Tiang pancang harus ditanam tepat pada posisinya dan dipancangkan menurut
garis yang tertera dalam gambar atau ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Tiang
pancang yang miring atau tidak sesuai dengan posisi yang ditentukan dengan
perintah Konsultan Pengawas harus dicabut dan ditanamkan lagi sampai garis dan
posisinya benar. Tiang pancang yang rusak karena cara pemancangan yang tidak
benar, atau lokasinya tidak tepat, atau di bawah elevansi yang ditentukan gambar
atau oleh Konsultan Pengawas, harus diperbaiki dengan salah satu metoda berikut
yang disetujui Konsultan Pengawas untuk tiang pancang tertentu, dengan biaya
Kontraktor sendiri.
i. Tiang Pancang harus dicabut dan diganti dengan yang baru dan, bila perlu,
lebih panjang. Lubang bekas tiang pancang yang dicabut dipadati dengan
material non-plastis sebelum dilakukan pemancangan lagi; atau
ii. Tiang Pancang yang kedua harus dipancangkan di dekat tiang pancang yang
salah pasang. Bila dianggap baik, Kontraktor harus bertanggung jawab atas
biaya tambahan untuk mengatur kembali pile group atau pile cap.
Semua tiang pancang yang terdorong ke atas karena pemancangan tiang pancang
lain yang berdekatan atau karena sebab-sebab lain dipancangkan lagi.
b. Tiang Pancang Miring (Batter Pile)
Tiang pancang miring (batter pile) harus dipancang sesuai dengan kemiringan
seperti tertera dalam Gambar. Pipa/rangka alat pancang yang digunakan untuk
pemancangan harus mempunyai alat penuntun dan bisa disesuaikan dengan sudut
yang dikehendaki.
Bila tiang pancang harus dipancangkan di bawah alat penuntun, harus disediakan
alat penuntun sambungan (extention leads), kecuali bila Konsultan Pengawas
mengijinkan digunakannya penyokong.
c. Alat Pemancangan
Sebelum pemancangan dikerjakan, Kontraktor harus mengajukan kepada
Konsultan Pengawas, detail dari alat-alat pemancang tiang pancang dan metoda
pelaksanaan pekerjaan pemancangan yang dimaksud. Semua tiang pancang harus
diberi penutup (caps) untuk perlengkapan ketika dipancangkan sesuai ketentuan
Pasal S8.06.3.b.3) ”Persiapan untuk Pemancangan”.
Untuk tipe tiang pancang tertentu, harus disediakan landasan pukul yang berputar
(madrel) atau alat lainnya, sesuai dengan persyaratan agar tiang pancang dapat
dipancangkan tanpa mengalami kerusakan.
Tiang pancang harus dipancangkan dengan alat martil tenaga diesel, uap atau
udara, kombinasi berbagai martil dengan pancaran air atau martil gravitasi. Bila
menggunakan martil tenaga diesel, martil harus dikalibrasi dengan uji beban.
Bangunan dan peralatan yang disediakan untuk martil udara dan martil uap harus

8 - 88
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

mempunyai kapasitas yang memadai untuk mempertahankan tekanan, dalam


kondisi kerja, dengan cara sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatnya.
Tangki atau ketel harus dilengkapi dengan alat ukur tekanan yang akurat, dan juga
alat pengukur pada lubang masuk ke martil.
Bila menggunakan martil gravitasi, jarak jatuh martil tidak boleh lebih dari 2,5 m
dan berat martil tidak boleh kurang dari setengah berat tiang pancang. Penjatuhan
martil harus teratur agar tiang pancang tidak mengalami kerusakan.
d. Pemancangan
Tiang pancang harus diberi penyangga pada garis dan kedudukan dengan alat
penuntun selama dipancangkan. Alat Penuntun pemancangan tiang pancang
jangan sampai membatasi gerakan martil, tetapi harus kokoh pada posisinya untuk
menyangga tiang pancang pada waktu dipancangkan dengan melalui air, alat
penuntun harus mempunyai panjang yang cukup sehingga tidak diperlukan lagi
penyokong, dan harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan penempatan
pemukul tiang pancang secara tepat.
Bila menurut Konsultan Pengawas, pancaran air (water Jets) diperlukan, jumlah
alat pancar dan volume mulut pipa semprot dan tekanannya harus cukup untuk
menyingkirkan material yang berdekatan dengan pemancangan. Alat ini harus
selalu mempunyai tekanan sekurang-kurangnya 7 kg/cm2 pada kedua mulut pipa
semprotnya. Sebelum tercapai penembusan tiang yang ditentukan, maka
semprotan harus dihentikan dan tiang pancang harus dipancangkan dengan martil
sampai tahap penekanan akhir. Konsultan Pengawas harus menyimpan catatan
terinci mengenai pemancangan tiang pancang dan Kontraktor harus memberikan
segala bantuan sepenuhnya. Catatan itu meliputi : Jumlah tiang pancang,
kedudukan, tipe, panjang, tanggal pemancangan, panjang tonjolan (footing),
jumlah pukulan pada penekanan akhir, energi penumbuk pada pemukul, panjang
pemotongan (cut-off), dan panjang akhir (final pay lengths).
Tiang pancang tidak boleh dipancangkan dekat beton yang baru dituang.
e. Nilai Daya Dukung
Tiang pancang harus dipancangkan sampai nilai daya dukung tidak kurang dari
yang tertera dalam gambar. Konsultan Pengawas harus menentukan penekanan
tiang dan Kontraktor harus memancangkan tiap tiang sampai memenuhi ketentuan
itu. Tetapi bila Konsultan Pengawas menganggap nilai daya dukung yang
dikehendaki belum tercapai.
Bila tiang pancang rusak bukan karena kesalahan Kontraktor, maka baik tiang
pancang yang pertama dan penggantinya harus diukur dan dibayar berdasarkan
pasal ini.
f. Pemotongan (Cut-off)
Tiang pancang beton harus dipotong pada elevasi tertentu sehingga memanjang ke
tutup pelindung (cap) atau footing sebagaimana ditunjukkan dalam gambar.

8 - 89
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Kecuali bila ditentukan lain, panjang potongan tiang pancang menjadi milik
Kontraktor dan harus dibuang diluar tanah milik Pemerintah, dan di luar
jangkauan pandangan dari badan jalan, sampai Konsultan Pengawas menyetujui.
Tiang pancang beton bertulang dapat dicetak sepenuh panjang batang tulangan,
dengan syarat beton dipotong untuk menampakkan bajanya sebagaimana tertera
dalam gambar setelah tiang pancang dipancangkan.

5) Tiang Pancang Percobaan


Konsultan Pengawas dapat memerintahkan pemancanagan percobaan untuk
memastikan tipe pondasi untuk proyek. Kontraktor harus menyediakan dan
melaksanakan pengujian pada lokasi yang ditentukan Konsultan Pengawas.
Panjang tiang pancang seperti yang tertera pada gambar didasarkan pada informasi
dari penelitian lokasi terdahulu. Namun, tiang pancang yang panjangnya berbeda-beda
mungkin juga diperlukan, dan harus memenuhi ketentuan Konsultan Pengawas.
Sebelum panjang tiang pancang ditetapkan, Kontraktor harus membuat tiang pancang
percontohan dengan panjang menurut gambar, dan tiang pancang harus dipancangkan
pada posisi yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas, dan harus memberikan laporan
harian, kepada Konsultan Pengawas, catatan mengenai pemancangan tiang pancang
sampai kedalaman penuh.
Setelah tercapai kedudukan yang ditentukan, pemancangan harus diteruskan sampai
Konsultan Pengawas memerintahkan penghentian. Pemancangan tiang pancang
percontohan (pilot piles) di luar titik kedudukan yang di tentukan harus bisa
menunjukkan bahwa resistensi pemancangan terus bertambah. Kontraktor harus
membiarkan sisa tiang pancang dalam struktur. Dalam menentukan panjang tiang
pancang Kontraktor harus mengacu pada panjang tiang yang dipakai dalam struktur
secara keseluruhan.

S8.06.3.b Tiang Pancang Beton Pretensioned


1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemancangan tiang pancang beton bulat/kotak
pretensioned, sesuai dengan Spesifikasi, persyaratan dalam Gambar atau pada bagian-
bagian lain dalam Dokumen Kontrak.

2) Material
a. Umum
Tiang pancang beton bulat/kotak pretensioned harus dibuat sesuai dengan detail
pada Gambar dan ketentuan ACI 318-77 dan JIS A 5335 Type A dan Type B.
Ketentuan-ketentuan yang berhubungan pada Pasal S8.03 ”Baja Tulangan”
merupakan bagian dari pasal ini.

8 - 90
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

b. Beton
Beton harus beton kelas AA sesuai dengan ketentuan Pasal S8.01 ”Beton” dari
Spesifikasi ini.
c. Tulang Penguat
Penulangan harus sesuai dengan ketentuan Pasal S8.02 ”Beton Pra-Tekan
(Prestressed Concrete)” dari Spesifikasi ini dan pemasangannya harus sesuai
dengan gambar.
d. Baja Pratekan
Kawat baja pratekan berdaya tarik tinggi harus sesuai dengan persyaratan dari JIS
G 3536 Class SWPR 1 135/155.
e. Sertifikat
Sebelum menyediakan tiang pancang beton bulat/kotak pretensioned, Kontraktor
harus menyerahkan sertifikat dari pabrik untuk disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

3) Persiapan Untuk Pemancangan


a. Caps
Kepala tiang pancang beton, yang bisa rusak karena cara pemancangan, harus
dilindungi dengan penutup (caps) dengan bantalannya dan dipasang ke casting
yang kemudian akan menyangga balok kayu.
Kepala tiang pancang tidak boleh dicengkeram terlalu kuat sehingga menghambat
rotasi tiang pancang pada waktu dipancangkan.
b. Sambungan
Sambungan tiang pancang beton putar pretensioned harus dibuat sesuai dengan
gambar dan instruksi Konsultan Pengawas. Pengelasan harus sesuai dengan
ketentuan JIS A 7201.
c. Sepatu tiang pancang
Alas sepatu terdiri dari pelat baja seperti yang tertera dalam Gambar.

4) Pengangkutan dan Pemancangan


a. Umum
Pada waktu mengangkat atau mengangkut tiang pancang, Kontraktor harus
menyediakan kawat baja (sling) dan peralatan lainnya yang diperlukan untuk
mencegah pembengkokan pada tiang pancang.
Sebelum dipancangkan, tahap pematokan harus sudah selesai. Tahap pematokan
masing-masing tiang pancang harus sudah selesai dan disetujui paling lambat
8 jam sebelum pemancangan di mulai. Seluruh titik, garis dan kedudukan
penanaman harus dijaga keamanannya sampai pekerjaan selesai.

8 - 91
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Tiang pancang harus ditanam tepat pada posisinya dan dipancangkan sesuai
dengan garis-garis yang tertera dalam gambar atau ketentuanketentuan Konsultan
Pengawas. Tiang pancang yang menyimpang dari garis yang ditentukan, bila
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, harus dicabut dan ditanamkan lagi
sampai memenuhi ketentuan garis.
Untuk membetulkan posisi atau garis tiang pancang, dilarang menggunakan
metoda secara paksa. Tiang pancang yang rusak karena kesalahan cara
pemancangan, atau pemancangannya tidak tepat pada tempatnya, atau di bawah
elevasi yang ditentukan dalam gambar atau oleh Konsultan Pengawas, harus
diperbaiki dengan salah satu metoda berikut yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas atau tanggungan biaya Kontraktor sendiri.
i. Tiang pancang tersebut harus dicabut dan diganti dengan yang baru dan, bila
perlu, yang lebih panjang. Lubang bekas pencabutan tiang pancang harus diisi
dan dipadatkan dengan material nonplastic sebelum pemancangan kedua
dilakukan atau
ii. Dipancangkan lagi tiang pancang kedua di dekat tiang pancang yang tidak
memenuhi ketentuan itu.
Semua tiang pancang yang terdorong ke atas akibat pemancangan di dekatnya
atau karena hal-hal lain harus dipancangkan lagi.
b. Tiang Pancang Miring (Batter Pile)
Tiang pancang ini harus dipancang sesuai dengan kemiringan seperti tertera
dalam Gambar. Pipa/rangka alat pancang yang digunakan untuk pemacangan
harus mempunyai alat penuntun dan bisa disesuaikan dengan sudut yang
dikehendaki. Bila tiang pancang harus dipancangkan di bawah alas penuntun,
harus disediakan alat penuntun sambungan (extension leads), kecuali bila
Konsultan Pengawas mengijinkan digunakannya penyokong.
c. Alat-alat Pemancangan
Sebelum pemancangan dimulai, Kontraktor harus mengajukan detail peralatan
pemancangan tiang pancang dan metoda pelaksanaan kerjanya kepada Konsultan
Pengawas. Setiap tiang pancang harus dilengkapi dengan penutup (Caps). Untuk
tipe pemancangan tertentu, harus disediakan landasan pukul yang berputar
(madrel) atau lainnya sesuai dengan ketentuan, agar tiap pancang tidak
mengalami kerusakan pada waktu dipancangkan.
Tiang pancang dapat dipancangkan dengan martil tenaga uap, udara atau diesel,
atau kombinasi martil dengan semprotan air atau martil gravitasi. Bila
menggunakan martil diesel, martil itu harus disesuaikan ukurannya dengan uji
beban.
Bangunan dan peralatan yang disediakan untuk martil uap dan martil udara harus
mempunyai kapasitas yang cukup untuk mempertahankan tekanan, dalam kondisi
kerja, dengan cara yang sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatanya. Tangki

8 - 92
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

atau boiler harus dilengkapi dengan alat pengukur tekanan, dan juga alat pengukur
harus dipasang pada lubang masuk ke martil.
Bila menggunakan martil gravitasi, maka jarak kejatuhan martil tidak boleh
melebihi 2,5 meter dan berat martil tidak boleh kurang dari setengah berat tiang
pancang. Penjatuhan martil harus teratur untuk mencegah kerusakan pada tiang
pancang.
d. Pemancangan
Pada waktu dipancangkan, tiang pancang harus disangga pada garis dan posisinya
dengan alat penuntun (leads). Leads pemancang tiang pancang ini harus dibuat
sedemikian rupa sehingga martil tetap dapat bergerak bebas, dan posisi leads
harus kokoh agar tiang pancang selalu tersangga dengan baik selama
pemancangan.
Kecuali bila tiang pancang dipancangkan ke dalam air, panjang leads harus cukup
sehingga bisa mempermudah pemancangan tiang pancang dan direncanakan
sedemikian sehingga dapat menempatkan batter pile. Bila kondisi lokasi kerja
memungkinkan diperlukannya penyokong, Kontraktor dapat menggunakannya
bila sudah disetujui Konsultan Pengawas.
Bila, menurut Konsultan Pengawas, diperlukan semprotan air, maka jumlah
semprotan dan volume mulut pipa semprot dan tekanannya harus cukup untuk
mengikis material yang berdekatan dengan tempat pemancangan. Pada mulut pipa
semprot dengan ukuran 2 cm, tekanan harus selalu tetap tujuh kilogram per
sentimeter persegi. Sebelum penembusan yang ditentukan tercapai, semprotan
harus dihentikan dan tiang terus dipancangkan sampai tahap penekanan akhir.
Konsultan Pengawas harus menyimpan catatan mengenai pemancangan semua
tiang pancang, dan Kontraktor harus memberikan bantuan untuk pengadaan
catatan ini, yang isinya meliputi : jumlah, posisi, tipe, ukuran, panjang
sebenarnya, dan tanggal pemancangan tiang pancang; panjang kaki (footing),
jumlah pukulan, tenaga pukulan martil, panjang yang disambung, panjang
pemotongan, dan panjang akhir yang harus dibayar. Tiang pancang tidak boleh
dipancangkan dekat beton yang baru dituang.
e. Nilai Daya Dukung Tanah
Tiang pancang harus dipancangkan dengan nilai daya dukung tidak kurang dari
yang tertera pada Gambar. Konsultan Pengawas harus menentukan tahap
penekanan akhir dan Kontraktor harus mematuhi ketentuan itu. Tetapi bila
Konsultan Pengawas menilai nilai daya dukung yang ditentukan tidak terpenuhi,
Kontraktor harus melanjutkan pemancangan sampai nilai daya dukung sesuai
dengan yang dikehendaki tercapai.
f. Pemotongan dan Perpanjangan
Tiang pancang harus dipotong pada elevasi tertentu sehingga tiang memanjang
sampai ke penutup (caps) atau kaki (footing) atau slab, cross beam atau balok

8 - 93
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

sebagaimana tertera di dalam Gambar.


Panjang tambahan pada tiang pancang harus cukup untuk mencapai elevasi bawah
caps, kaki, cross beam atau balok, dan harus dari bagian yang sama sebagaimana
tiang pancang itu sendiri, atau sesuai dengan Gambar. Setelah tiang pancang
diperpanjang, pemancangan jangan dihentikan sebelum ada persetujuan
Konsultan Pengawas.
Kecuali ditentukan lain, panjang sisa pemotongan tiang pancang manjadi milik
Kontraktor, dan harus di luar batas daerah milik Kuasa Bangunan, atau di luar
batas jangkauan penglihatan dari daerah jalan, sesuai dengan perintah Konsultan
Pengawas.
g. Hubungan dengan Kaki - Semua tiang pancang harus dihubungkan dengan kaki
(footing) sesuai ketentuan dalam Gambar atau sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas.

5) Tiang Pancang Percobaan


Konsultan Pengawas dapat memerintahkan pemancangan percobaan untuk
menentukan tipe pondasi dan panjang tiang pancang untuk proyek ini Kontraktor
harus menyediakan dan melaksanakan pemancangan percobaaan ini di lokasi yang
ditentukan Konsultan Pengawas. Panjang tiang pancang yang tertera dalam gambar
didasarkan pada informasi dari penyelidikan tanah. Tetapi, mungkin diperlukan juga
tiang pancang yang panjangnya berbeda, dan bila diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas.
Sebelum panjang tiang pancang ditentukan Kontraktor harus membuat tiang pancang
untuk pengujian, dengan panjang sesuai gambar, dan tiang pancang itu harus
dipancangkan dengan posisi yang ditentukan Konsultan Pengawas sebelum
pemancangan. Kontraktor harus memberikan catatan mengenai pemancangan tiang
pancang percobaan sampai pemancangan mencapai kedalaman sepenuhnya.
Setelah tercapai kedalaman yang disetujui, pemancangan harus diteruskan sebelum
Konsultan Pengawas menghentikannya. Pemancangan tiang pancang di luar
kedudukan titik yang ditentukan, harus bisa menunjukkan bahwa resistansi
pemancangan semakin bertambah. Kontraktor harus membiarkan sisa tiang pancang di
dalam struktur. Dalam menentukan panjang tiang pancang, Kontraktor harus mengacu
pada panjang yang diharuskan tertinggal dalam struktur yang secara keseluruhan.
Tiang pancang percobaan harus digunakan sebagai tiang pancang pondasi, bila ada
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Atas biaya sendiri, Kontraktor dapat
menaikkan panjang tiang untuk Konsultan Pengawas fresh heading dan atau panjang
yang sedemikian rupa untuk menyesuaikan metoda kerjanya.

6) Pengeboran awal pemancangan pada tanah keras dengan dry boring


Bila diperlukan atas petunjuk dan perintah Konsultan Pengawas untuk pemancangan
di tanah keras dengan nilai SPT N ≥ 60 pada permukaan tanah yang akan di pancang,

8 - 94
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

maka Kontraktor harus mengadakan pre boring pada posisi lubang pemancangan
dengan cara kering (dry pre boring with Auger) dengan kedalaman sesuai dengan
gambar rencana.
Lubang pre-boring harus lebih kecil dari diameter tiang pancang dan kedalaman pre-
boring sesuai dengan Gambar dan petunjuk serta perintah Konsultan Pengawas.
Bila pengeboran pada suatu kedalaman mengenai lapisan batu dan lubang bor akan
membesar, maka celah tiang pancang dengan dinding tanah di lubang bor di isi dengan
pasir atau material lain yang di setujui Konsultan Pengawas.
Satuan Pengukuran pre boring di ukur dalam meter panjang kedalaman bor yang
dicapai.

S8.06.3.c Tiang Pancang Baja


1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemancangan tiang pancang baja untuk pondasi
struktur, sesuai dengan Spesifikasi ini, Gambar, dan perintah Konsultan Pengawas.
Bila, menurut Konsultan Pengawas tiang pancang tidak diperlukan, berdasarkan hasil
Test Drilling yang ditentukan dalam Pasal S8.08 “Adukan Semen”, atau hasil test
piling, maka Kontraktor harus merubah kaki (footing) sesuai dengan perintah
Konsultan Pengawas.

2) Material
Tiang pancang baja harus dibuat di bengkel dan dari tipe, berat, kualitas dan ukuran
yang ditentukan dalam JIS A 5525 (Pipa Baja : SKK-41), ASTM A 500 (Pipa Baja
Grade B), atau seperti tertera dalam Gambar.
Kontraktor harus menggerahkan sertifikat dari pabrik untuk disetujui oleh Konsultan
Pengawas, sebelum tiang pancang baja itu disediakan.

3) Persiapan Untuk Pemacangan


a. Caps
Kepala tiang pancang baja, yang bisa rusak karena cara pemancangan, harus
dilindungi dengan penutup (caps) dengan bantalannya, dan dipasangkan ke
casting dengan dudukan putar balok kayu. Kepala tiang pancang tidak boleh
dicengkeram terlalu kuat sehingga menghambat rotasi tiang pancang pada waktu
dipancangkan.
b. Sambungan
Sambungan tiang pancang baja harus dibuat sesuai dengan Gambar, dan instruksi
Konsultan Pengawas. Apabila dalam gambar tidak ditentukan cara-cara
penyambungan maka Kontraktor dapat mengajukan cara-cara penyambungan
tersebut kepada Konsultan Pengawas. Pengelasan harus sesuai dengan ketentuan
JIS A 7201.

8 - 95
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

c. Sepatu tiang pancang


d. Alas harus terdiri dari pelat baja seperti tertera dalam gambar.

4) Pengangkutan dan Pemancangan


a. Umum
Pada waktu mengangkat atau mengangkut tiang pancang, Kontraktor harus
menyediakan kawat baja (sling) dan peralatan lainnya yang diperlukan untuk
mencegah pembengkokan tiang pancang. Tiang pancang tidak boleh diangkat
kecuali dengan kawat baja pada lubang pengangkutan, dan posisi yang
diperintahkan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Sebelum dipancangkan, tahap pematokan posisi tiang-tiang pancang harus sudah
selesai. Tahap pematokan masing-masing tiang pancang harus sudah selesai
paling lambat 8 jam sebelum pemancangan dimulai. Seluruh titik, garis dan
kedudukan penanaman harus dijaga keamanannya sampai pekerjaan selesai.
Tiang pancang harus ditanam tepat pada posisinya dan dipancangkan sesuai
dengan garis-garis yang tertera dalam Gambar atau ketentuan Konsultan
Pengawas. Tiang pancang yang menyimpang dari garis yang ditentukan, bila
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, harus dicabut dan ditanamkan lagi
sampai memenuhi ketentuan garis. Untuk membetulkan posisi atau garis tiang
pancang, dilarang menggunakan metoda secara paksa. Tiang pancang yang rusak
karena kesalahan cara pemancangan, atau pemancangannya tidak tepat pada
tempatnya, atau di bawah elevasi yang ditentukan dalam atau oleh Konsultan
Pengawas, harus diperbaiki dengan salah satu metoda berikut yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas, atas tanggungan biaya Kontraktor sendiri :
i. Tiang pancang tersebut dicabut dan diganti dengan yang baru dan bila perlu
lebih panjang. Lubang bekas pencabutan tiang panjang harus dipadati dulu
dengan material non-plastic sebelum pemancangan kedua dilaksanakan; atau
ii. Dipancangkan lagi tiang pancang kedua didekat tiang pancang yang tidak
memenuhi ketentuan itu.
Semua tiang pancang yang terdorong ke atas karena pemancangan didekatkan
atau karena hal-hal lain harus dipancangkan lagi.
b. Tiang Pancang Miring (Batter Pile)
Tiang pancang miring (batter pile) harus dipancangkan sesuai dengan kemiringan
seperti tertera dalam gambar. Pipa/rangka alat pancang yang digunakan untuk
pemancangan harus mempunyai alat penuntun dan bisa disesuaikan dengan sudut
yang dikehendaki.
Bila tiang pancang harus dipancangkan di bawah alas penuntun, harus disedikan
alat penuntun sambungan (extension leads), kecuali bila Konsultan Pengawas
mengijinkan digunakannya penyokong.

8 - 96
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

c. Alat-alat Pemancangan
Sebelum pemancangan dimulai, Kontraktor harus mengajukan detail peralatan
pemancangan dan Metoda Pelaksanaan Kerja kepada Konsultan Pengawas.
Setiap tiang pancang harus dilengkapi dengan penutup (caps) seperti yang
ditentukan dalam item (a) (i) di atas. Untuk tipe tiang pancang tertentu, harus
disediakan landasan pukul yang berputur (madrel) atau alat lainnya sesuai dengan
ketentuan, agar tiang pancang tidak mengalami kerusakan pada waktu
dipancangkan.
Sepatu harus disediakan seperti terlihat pada Gambar. Tiang pancang dapat
dipancangkan dengan martil tenaga uap, udara atau diesel, atau kombinasi martil
dengan semprotan air atau martil gravitasi. Bila menggunakan martil diesel, martil
harus disesuaikan ukurannya dengan uji beban.
Bangunan dan peralatan yang disediakan untuk martil uap dan udara harus
mempunyai kapasitas yang cukup untuk mempertahankan tekanan, dalam kondisi
kerja, dengan cara yang sesuai dengan ketentuan pabrik yang membuatnya.
Tangki atau boiler harus dilengkapi dengan alat pengukur tekanan, dan juga
pengukur harus dipasang pada lubang masuk ke martil.
Bila menggunakan martil gravitasi, maka jarak kejatuhan martil tidak boleh
melebihi 2,5 meter dan berat martil tidak boleh kurang dari setengah berat tiang
pancang. Penjatuhan martil harus teratur untuk mencegah kerusakan pada tiang
pancang.
d. Pemancangan
Pada waktu dipancangkan, tiang pancang harus disangga pada garis dan posisinya
dengan alat penuntun (leads). Leads pemancangan tiang pancang ini harus dibuat
sedemikian rupa sehingga martil tetap dapat bergerak bebas, dan posisi leads
harus kokoh agar tiang pancang selalu tersangga dengan baik selama
pemancangan. Kecuali bila tiang pancang dipancangkan ke dalam air, panjang
leads harus cukup sehingga tidak diperlukan adanya penyokong, dan bentuknya
harus sedemikian rupa sehingga bisa mempermudah pemancangan tiang pancang.
Bila kondisi lokasi kerja memungkinkan perlunya penyokong, maka Kontraktor
digunakannya penyokong, Kontraktor dapat menggunakannya bila disetujui
Konsultan Pengawas. Bila, menurut Konsultan Pengawas, diperlukan semprotan
air, maka jumlah semprotan dan volume mulut pipa semprot dan tekanannya
harus cukup untuk mengikis material yang berdekatan dengan tempat
pemancangan.
Pada mulut pipa semprotan dengan ukuran 2 cm, tekanan harus selalu tetap 7
kg/cm2. Sebelum penembusan yang ditentukan tercapai, semprotan harus
dihentikan dan tiang pancang terus dipancangkan sampai tahap penekanan akhir.
Konsultan Pengawas harus menyimpan catatan mengenai pemancangan semua
tiang pancang dan Kontraktor harus memberikan bantuan untuk pengadaan

8 - 97
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

catatan itu, yang isinya meliputi : jumlah, posisi, tipe, ukuran, panjang
sebenarnya, dan tanggal pemancangan tiang pancang, panjang tonjolan (footing),
jumlah pukulan pada penekanan akhir, energi tumbuk pemukul, panjang yang
sambung, panjang pemotongan, dan panjang akhir yang dibayar.
Tiang pancang tidak boleh dipancangkan dekat beton yang baru dituang.
e. Nilai Daya Dukung
Tiang pancang harus dipancangkan sampai nilai daya dukung tidak kurang dari
yang tertera pada Gambar. Konsultan Pengawas harus menentukan tahap
penekanan akhir dan Kontraktor harus memenuhi ketentuan itu. Tetapi bila
Konsultan Pengawas menilai nilai daya dukung yang ditentukan tidak terpenuhi,
Kontraktor harus melanjutkan pemancangan sampai nilai daya dukung sesuai
dengan yang dikehendaki tercapai.
f. Pemotongan dan perpanjangan
Tiang pancang harus dipotong pada elevasi tertentu sehingga akan memanjang
sampai kepenutup (caps) atau kaki (footing) sebagaimana tertera pada gambar.
Panjang tambahan pada tiang pancang harus cukup untuk mencapai elevasi bawah
caps dan harus dari bagian yang sama sebagai mana tiang pancang itu sendiri,
sesuai dengan gambar setelah tiang pancang diperpanjang, pemancangan jangan
dihentikan sebelum ada persetujuan Konsultan Pengawas.
Kecuali ditentukan lain, panjang sisa pemotongan tiang pancang menjadi milik
Kontraktor, dan harus di luar batas daerah milik Kuasa Bangunan, atau di luar
batas jangkauan penglihatan dari daerah jalan, sesuai dengan perintah Konsultan
Pengawas.
g. Hubungan dengan kaki
Semua tiang pancang harus dihubungkan dengan kaki (footing) menggunakan
batang tulangkan dan pelat baja sesuai ketentuan dalam Gambar atau petunjuk
Konsultan Pengawas.

5) Tiang Pancang Percobaan


Konsultan Pengawas dapat memerintahkan pemancangan percobaan untuk
menentukan tipe pondasi atau panjang tiang pancang untuk proyek itu. Kontraktor
harus menyediakan dan melaksanakan pemancangan percobaan ini di lokasi yang
ditentukan Konsultan Pengawas.
Panjang tiang pancang yang tertera di dalam gambar didasarkan pada informasi dari
penyelidikan tanah., tetapi mungkin diperlukan juga tiang pancang yang panjangnya
berbeda, dan sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.
Sebelum panjang tiang pancang ditentukan, Kontraktor harus membuat tiang pancang
untuk pengujian, dengan panjang sesuai Gambar, dan tiang pancang itu harus
dipancangkan pada posisi yang ditentukan Konsultan Pengawas sebelum

8 - 98
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

pemancangan Kontraktor harus memberikan catatan harian mengenai pemancangan


tiang pancang percobaan sampai pemancangan mencapai kedalaman penuh.
Setelah tercapai kedalaman yang disetujui, pemancangan harus diteruskan sebelum
Konsultan Pengawas menghentikannya. Pemancangan tiang pancang diluar
kedudukan tidak yang ditentukan, harus bisa menunjukkan bahwa resistansi
pemcangan semakin bertambah. Kontraktor harus membiarkan sisa tiang pancang di
dalam struktur. Dalam menentukan panjang tiang pancang, Kontraktor harus mengacu
pada panjang yang diharuskan tertinggal dalam struktur yang secara keseluruhan.
Tiang pancang percobaan dapat digunakan sebagai tiang pancang pondasi, bila ada
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Atas biaya sendiri, Kontraktor dapat menambah panjang tiang untuk fresh heading dan
atau panjang yang sedemikian rupa untuk penyesuaikan metoda kerjanya.

S8.06.3.d Tiang Bor Beton Cast-In-Place


1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi tiang bor beton cast-in-place yang dibuat dengan metoda bor
(reverse circulation drill), sesuai dengan Spesifikasi dan gambar.

2) Material
Tiang bor beton cast-in-place harus dibuat, sesuai dengan detail Gambar, kelas beton
yang sesuai, dicampur dan dituang menurut ketentuan Pasal S8.01 ”Beton” Spesifikasi
ini.
Baja tulangan harus sesuai dengan ketentuan Pasal S8.02 ”Beton Pra-Tekan
(Prestessed Concrete)” Spesifikasi ini.

3) Lubang Bor
Semua lubang untuk tiang bor beton yang dituang pada lubang pemboran harus dibor
sampai memenuhi ujung tiang. Panjang tiang harus ditentukan oleh Konsultan
Pengawas. Mesin bor harus yang sedemikian rupa sehingga lubang dapat dijaga tetap
vertikal selama pemboran.
Tiang yang sudah selesai dan struktur lama yang berdekatan dengan daerah pemboran
harus dilindungi dari gangguan pemancangan, dan Kontraktor harus mengajukan
proposal mengenai hal ini kepada Konsultan Pengawas untuk memperoleh
persetujuannya sebelum pemancangan dimulai.
Lubang yang sudah dibor harus dijaga agar tidak longsor karena limpahan air, dengan
menyediakan pipa casing. Pipa casing harus dipasang cukup kokoh dan menonjol
sekurang-kurangnya 50 cm di atas muka tanah.
Permukaan air pada bagian dalam lubang pemboran harus dijaga tetap sekitar 2 m
lebih tinggi dari permukaan air tanah. Kualitas air harus seperti untuk beton. Semua
material lepas yang terdapat dalam lubang setelah pemboran harus dibuang dengan

8 - 99
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

penyedot atau pompa isap sebelum beton dituang.

4) Baja Tulangan
Baja tulangan harus dipasang dan diletakkan sesuai dengan Gambar. Bagian
sambungan batang tulangan melingkar harus dilas dengan pengelasan listrik atau dapat
digunakan clamps baja.
Pada waktu penempatan tulangan dalam lubang, ketegaklurusan dan posisi tulangan
harus dikontrol dengan cermat untuk mencegah runtuhnya atau rusaknya dinding
lubang.

5) Pengecoran
Beton harus dituangkan dalam satu kali penuangan secara kontinyu dari ujung ke
elevasi pemotongan dengan tabung tremie, dan harus dijaga jangan mengalami
segregasi.
Dengan tanggungan biaya sendiri, Kontraktor harus mengecor tiang bor tambahan di
atas level yang sudah selesai pada ujung (bagian atas) tiang bor, dan
memindahkan/membuang material sisa/kotoran untuk menjamin penyatuan kepala
tiang bor sebaik-baiknya dengan struktur kaki (footing).

6) Laporan
Kontraktor harus menyediakan catatan harian mengenai pelaksanaan pekerjaan tiang
bor, kepada Konsultan Pengawas.

7) Pengujian Tiang Bor Beton


Konsultan Pengawas dapat memerintahkan uji beban pada tiang bor beton cast-in-
place untuk melaksanakan percobaan pembebanan statis dengan mengacu pada ASTM
D 6760-14 serta pemeriksaan profil penampang tiang sepanjang kedalaman (pile
integrity testing) dengan mengacu pada ASTM D 5882-07 (2013).

S8.06.3.e Pengeboran Percobaan (Test Drilling)


1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi pemboran percobaan dalam penelitian lokasi untuk penempatan
pondasi struktur.

2) Bor Percobaan
a. Umum
Bila diperlukan percobaan, Kontraktor harus melakukan pemboran pada setiap
lokasi struktur untuk mengetahui profil tanah, atau sebagaimana petunjuk
Konsultan Pengawas. Bila ditemukan lapisan batu, Konsultan Pengawas dapat
menghentikan pemboran.

8 - 100
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

b. Kedalaman Pemboran
Pemboran harus sampai pada stratum bearing. Biasanya sekitar 5 meter. Bila
stratum bearing belum juga terjangkau pada batas 50 meter dari permukaan,
pengeboran dapat dihentikan, atas persetujuan Konsultan Pengawas.
c. Metoda Pemboran
Kontraktor dapat menggunakan metoda rotary wash atau dry drilling. Lapisan
batuan harus terus dibor sampai setelah lapisan sehingga diperoleh core drilling.
d. Pengujian pada setiap lubang pemboran
Pengujian standar penetration test harus dilaksanakan pada setiap interval 2 (dua)
meter, atau pada setiap pergantian strata/lapisan. Untuk setiap pengambilan strata
harus diambil satu kali tabung undisturbed core sample, dan diserahkan kepada
Konsultan Pengawas. Untuk setiap lubang harus dicatat tinggi permukaan air
statis. Dalam core drilling, maka seluruh bagian kerasnya (core) harus didapat dan
disimpan untuk diperiksa oleh Konsultan Pengawas.
e. Keterangan mengenai pemboran
Bila Konsultan Pengawas memintanya, Kontraktor harus menyediakan informasi
hasil pemboran sebagai berikut :
i. Nama struktur
ii. Posisi dan nomor kode bor
iii. Tingkat keausan ujung
iv. Tanggal dan waktu pemboran
v. Diameter bor
vi. Tipe alat yang digunakan
vii. Kedalaman pemboran
viii. Kedalaman dasar setiap stratum dari permukaan
ix. Uraian mengenai strata/lapisan tanah
x. Kedalaman dan hasil pengujian
xi. Permukaan air statis
xii. Komentar / keterangan lain.
Semua uraian dan klasifikasi tanah harus sesuai dengan “Procedure for Testing
Soils, ASTM”.
f. Pengujian lanjutan yang mungkin diperlukan
Konsultan Pengawas dapat meminta diadakan lagi pengujian yang lebih terperinci
pada lokasi struktur tertentu yang dipandangnya perlu karena informasinya tidak
memadai.

8 - 101
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Bila Konsultan Pengawas memerintahkan, harus dilakukan pengambilan contoh


asli (undisturbed core sample) pada lapisan tanah kohesif. Untuk mengangkut
contoh asli dari lokasi kerja ke laboratorium, dapat digunakan silinder contoh
yang sudah disepakati. Semua pengujian di laboratorium merupakan
tanggungjawab Kontraktor.

S8.06.4 Metode Pengukuran


S8.06.4.a Tiang Pancang Beton Precast
1) Penyediaan Tiang Pancang
Satuan pengukuran untuk penyediaan tiang pancang beton bertulangan precast adalah
meter panjang tiap yang disediakan sesuai instruksi Konsultan Pengawas dan
persyaratan material dari Spesifikasi, dan disimpan dalam kondisi baik pada lokasi
kerja, oleh Kontraktor dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Harus tidak ada
pembayaran untuk panjang tiang pancang pengganti yang semula sudah disetujui
Konsultan Pengawas, yang kemudian ternyata tidak sesuai, atau yang rusak sebelum
selesai Kontrak, dalam penyimpanan, atau pada waktu pengangkatan atau
pemancangan, dan oleh pengawas diperintahkan untuk dibongkar atau dipindahkan
dari lokasi kerja atau dibuang.
Bila Kontraktor membuat tiang pancang beton bertulangan sepenuh panjang batang
tulangan, panjang yang harus dipotong karena cara tersebut, harus tidak diukur untuk
pembayaran.

2) Pemancangan
Jumlah tiang pancang beton bertulangan precast yang dipancangkan, yang harus
dibayar adalah jumlah meter linier tiang pancang yang diperhitungkan, diukur dari
ujung ke ujung potongan.
Panjang yang dibayar dari tiang pancang yang dipancang memuaskan harus diukur
dari ujung sampai pemotongan seperti terlihat pada gambar atau perintah tertulis dari
Konsultan Pengawas. Panjang sisa potongan harus tidak di ukur untuk pembayaran.

3) Pengujian
Jumlah tiang pancang yang diuji sebagaimana dalam pasal S8.06.1.3) “Pengujian
Pembebanan Statis (Loading Test)” dan 4) “ Pengujian Dinamis” yang harus dibayar
adalah jumlah meter linier dari tiang pancang pengujian yang selesai dan disetujui, di
luar dan di dalam pondasi.

S8.06.4.b Tiang Pancang Beton Pretensioned


1) Penyediaan Tiang Pancang
Satuan pengukuran untuk penyediaan tiang pancang beton bulat/kotak pretensioned
adalah meter panjang, disediakan sesuai dengan instruksi Konsultan Pengawas dan

8 - 102
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

persyaratan material dalam Spesifikasi, dan disimpan dalam kondisi baik di lokasi
kerja oleh Kontraktor dan disetujui Konsultan Pengawas. Harus tidak ada pembayaran
untuk panjang tiang pancang yang disediakan Kontraktor untuk mengganti tiang
pancang yang sudah disetujui Konsultan Pengawas tetapi ternyata tidak sesuai atau
rusak sebelum selesai Kontrak ketika dalam penyimpanan, atau ketika diangkat atau
dipancangkan, atau atas perintah Konsultan Pengawas harus dibongkar dan dibuang.

2) Pemancangan Tiang Pancang


Jumlah tiang pancang beton bulat/kotak pretensioned yang terpancang yang harus
dibayar adalah jumlah meter panjang tiang yang benar-benar dipancangkan dan
disetujui. Panjang yang harus dibayar diukur dari ujung ke ujung pemotongan panjang
yang dipotong harus tidak dibayar.

3) Tiang Pancang Percobaan


Jumlah tiang pancang percobaan sebagaimana ketentuan Pasal S8.06.1.2) ”Tiang
Pancang Percobaan” yang harus dibayar adalah jumlah meter panjang tiap yang
diselesaikan dan disetujui, di dalam atau di luar pondasi.

S8.06.4.c Tiang Pancang Baja


1) Penyediaan Tiang Pancang
Satuan pengukuran untuk pembayaran tiang pancang baja yang disediakan adalah
meter panjang, termasuk pelat baja, baja sambungan dan baja tulangan pelindung (cap
reinforcement), yang disediakan sesuai dengan persyaratan material Spesifikasi ini dan
petunjuk Konsultan Pengawas.

2) Pemancangan Tiang Pancang


Jumlah tiang pancang baja yang terpancang yang harus dibayar adalah jumlah meter
panjang tiang yang betul-betul sudah dipancangkan dan disetujui. Panjang yang harus
dibayar diukur dari ujung ke ujung potongan.

3) Tiang Pancang Percobaan


Tiang pancang percobaan harus diukur dan dibayar menurut ketentuan Pasal
S8.06.1.2) ”Tiang Pancang Percobaan”, dan jumlah yang ditentukan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga harus didasarkan pada asumsi bahwa tiang pancang percobaan
dapat dipakai dalam pekerjaan permanen.

S8.06.4.d Tiang Bor Beton Cast-in-Place


1) Tiang bor Beton Cast-in-Place
Jumlah tiang bor beton cast-in-place yang harus dibayar adalah jumlah meter panjang
tiang bor yang dituang dan ditinggalkan di tempatnya pada pekerjaan yang sudah

8 - 103
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

selesai dan disetujui.


Pengukuran dilaksanakan dari ujung tiang sampai bagian bawah kaki (footing). Bagian
tiang yang dicor lebih dalam dari yang ditentukan, akibat prosedur pemboran yang
melewati batas, harus tidak dibayar.
2) Tiang Bor Beton Percobaan
Jumlah tiang bor beton percobaan yang harus dibayar adalah jumlah meter panjang
tiang yang dipasang dan diuji sebagaimana instruksi Konsultan Pengawas, dan
ketentuan dalam Spesifikasi ini. Pengukuran tiang percobaan tidak bergantung pada
panjang yang diinstruksikan Konsultan Pengawas.

S8.06.4.e Pemboran Percobaan (Test Drilling)


Pemboran percobaan ini diukur dan dibayar menurut panjang lubang, tanpa
mempersoalkan material apa yang ditemukan.

S8.06.5 Dasar Pembayaran


S8.06.5.a Tiang Pancang Beton Precast
Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas harus dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak per meter linier untuk mata pembayaran yang terdaftar di bawah ini. Harga
dan pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk semua material, termasuk
tulangan penguat dan sepatu, peralatan, penyemprotan, pemotongan, pengelasan,
koupling, dan segala alat, bor, derek, ketel (boiler), martil, penyemprot, tenaga kerja,
dan peralatan serta pekerjaan insidentil lainnya.
Pembayaran untuk tiang pancang pengujian, dilakukan menurut jumlah meter tiang
pancang yang disediakan dan dipancangkan dengan ukuran yang ditentukan. Bila
tiang pancang pengujian ini bersatu dalam pondasi, tidak ada pembayaran tambahan,
selain hanya untuk tiang pancang pengujian. Tidak ada pembayaran untuk tiang
pancang yang dipancang secara salah, rusak, tidak baik atau tidak disetujui atau untuk
tiap biaya perbaikan yang dikeluarkan Kontraktor untuk tiang pancang itu.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.06.a.(1) Penyediaan tiang pancang mini (mini pile) meter panjang
beton precast, 25x25 cm
8.06.a.(2) Pemancangan tiang pancang mini (mini pile) meter panjang
beton precast,.25x25.cm
8.06.a.(3) Penyediaan dan pemancangan tiang pancang meter panjang
mini (mini pile) beton precast untuk test
..25x25. cm

8 - 104
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.06.a.(4) Penyediaan tiang pancang beton bertulang meter panjang
precast, 35 x 35 cm
8.06.a.(5) Pemancangan tiang pancang beton bertulang meter panjang
precast, 35 x 35 .cm
8.06.a.(6) Penyediaan dan pemancangan tiang pancang meter panjang
beton bertulang precast untuk test 35 x 35 cm

S8.06.5.b Tiang Pancang Beton Pretensioned


Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas harus dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak per meter untuk mata pembayaran di bawah ini. Harga dan pembayaran ini
merupakan kompensasi penuh untuk seluruh material, termasuk proses penegangan,
tulangan dan sepatu, peralatan, hardware, penyediaan, penyambungan, pemancangan,
penyemprotan, pemotongan, pengelasan, kompling dan segala material yang terkait,
bor, derek, boiler, martil, penyemprot, beton pengisi dan tulangan sambungan tiang
dan footing, tenaga kerja dan peralatan serta pekerjaan insidentil lainnya.
Pembayaran untuk tiang pancang percobaan, dilakukan menurut jumlah meter panjang
tiang yang selesai dan disetujui, dilakukan dan dipancangkan. Bila tiang percobaan
ini bersatu dengan pondasi, tidak ada pembayaran tambahan untuk tiang kecuali
sebagai tiang pancang percobaan.
Harus tidak ada pembayaran untuk tiang pancang yang pemancangannya tidak
memenuhi ketentuan, atau pun untuk biaya perbaikannya.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.06.b.(1) Penyediaan tiang pancang beton bulat meter panjang
pretensioned, dia. 50 cm
8.06.b.(2) Pemancangan tiang pancang beton meter panjang
bulat pretensioned, dia. 50 cm
8.06.b.(3) Penyediaan dan pemancangan tiang meter panjang
pancang beton bulat pretensioned, pile
test dia. 50 cm
8.06.b.(3).a Tes PDA (PDA Test) tiang pancang titik
beton bulat pretensioned dia. 50 cm
8.06.b.(4) Penyediaan tiang pancang beton bulat meter panjang
pretensioned, dia. 60 cm
8.06.b.(5) Pemancangan tiang pancang beton meter panjang
bulat pretensioned, dia. 60 cm

8 - 105
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.06.b.(6) Penyediaan dan pemancangan tiang meter panjang
pancang beton bulat pretensioned, pile
test dia. 60 cm
8.06.b.(6).a Tes PDA (PDA Test) tiang pancang titik
beton bulat pretensioned dia. 60 cm
8.06.b.(7) Pengeboran awal untuk tiang pancang meter panjang
(dry pre boring)

S8.06.5.c Tiang Pancang Baja


Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas harus di bayar menurut harga satuan
kontrak per satuan pengukuran untuk mata pembayaran seperti di bawah ini.
Pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemancangan
tiang pancang, untuk material yang diperlukan dalam penyelesaian pemancangan, dan
untuk tenaga kerja, peralatan, pengangkatan, pengangkutan, semprotan, sambungan,
pemotongan dan kebutuhan insidentil lain yang terkait.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.06.c.(1) Penyediaan tiang pancang baja, dia. 50 cm, meter panjang
t = ..... mm.

8.06.c.(2) Pemancangan tiang pancang baja, dia. 50 cm. meter panjang

S8.06.5.d Tiang Bor Beton Cast-in-Place


Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas harus dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak per satuan pengukuran untuk butir pembayaran pada daftar di bawah ini.
Pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk konstruksi tiang bor, termasuk
perlindungan untuk tiang bor dan struktur yang sudah ada; segala material untuk
penyelesaian tiang bor; dan untuk tenaga kerja, peralatan, pengangkatan,
pengangkutan, semprotan, penyambungan, pemotongan dan pekerjaan insidental
lainnya yang terkait.
Pembayaran untuk tiap tiang bor merupakan kompensasi penuh untuk semua tenaga
kerja, peralatan, material, termasuk tiang pancang sementara yang dibuat untuk
percobaan/tes dan untuk uji beton, dengan cara yang disetujui Konsultan Pengawas.
Bila tiang bor menyatu dengan pondasi, untuk tiang tersebut tidak ada pembayaran
tambahan, selain hanya sebagai tiang bor percobaan.

8 - 106
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.06.d.(1) Tiang bor beton cast-in-place, dia. 50 cm meter panjang
8.06.d.(2) Tiang bor beton cast-in-place, dia. 60 cm meter panjang
8.06.d.(3) Tiang bor beton cast-in-place, dia. 80 cm meter panjang
8.06.d.(4) Tiang bor beton cast-in-place, dia. 100 cm meter panjang
8.06.d.(5) Tiang bor beton cast-in-place, dia. 120 cm meter panjang
8.06.d.(6) Tiang bor beton cast-in-place, dia. 150 cm meter panjang
8.06.d.(7) Tiang bor beton cast-in-place, dia. 180 cm meter panjang
8.06.d.(8) Tiang bor beton cast-in-place, dia. 200 cm meter panjang
8.06.d.(9) Tiang bor beton cast-in-place, dia. 240 cm meter panjang
8.06.d.(10) Tes beban Buah
8.06.d.(11) Tiang Bor Pipa Baja, dia. 100 cm meter panjang
8.06.d.(12) Portal Baja WF kg

S8.06.5.e Pemboran Percobaan (Test Drilling)


Pembayaran harus dilakukan berdasarkan jumlah yang diukur secara tersebut di atas
dan menurut harga pada kontrak. Pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk
pemboran, casing bila perlu, standar penetration test dan split-barrel sampling,
pencatatan dan penyampaian hasil dan penyimpanan contoh, sampai Konsultan
Pengawas mengijinkan untuk membuangnya.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.06.e.(1) Pemboran Percobaan meter panjang

8 - 107
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.07 PONDASI SUMURAN

S8.07.1 Umum
1) Uraian
a. Yang dimaksud dengan Fondasi Sumuran adalah komponen struktur dari sumuran
beton yang berinteraksi langsung dengan tanah, yang berfungsi sebagai penopang
akhir dan menyalurkan beban dari struktur jembatan ke tanah pendukung.
b. Pekerjaan yang diatur dalam Pasal ini harus mencakup penyediaan dan penurunan
dinding sumuran yang dicor di tempat atau pracetak yang terdiri dari unit-unit
beton pracetak, sesuai dengan Spesifikasi ini dan sebagaimana yang ditunjukkan
dalam Gambar, atau diperintahkan oleh Konsultan Pengawas. Jenis dan dimensi
sumuran terbuka yang digunakan akan ditunjukkan dalam Gambar.

2) Penerbitan Detil Pelaksanaan


Detail pelaksanaan (shop drawing) untuk Fondasi sumuran terbuka dari beton
bertulang yang tidak termasuk dalam Dokumen Kontrak akan disiapkan oleh
Konsultan Pengawas dan diterbitkan untuk Kontraktor setelah peninjauan kembali
rancangan telah selesai dikerjakan sesuai dengan Pasal S1.09 “Pengukuran dan
Pemasangan Patok” dari Spesifikasi ini

3) Pekerjaan Pasal Lain Yang Berkaitan Dengan Pasal Ini

a. Pengukuran dan Pemasangan Patok : Pasal S1.09


b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Pasal S1.18
c. Penambahan Lajur : Pasal S1.26
d. Galian : Pasal S4.01
e. Beton : Pasal S8.01
f. Baja Tulangan : Pasal S8.03

4) Toleransi
Pekerjaan fondasi sumuran terbuka harus memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan dalam Pasal S8.01.1.3) ”Toleransi” dari Spesifikasi ini.

5) Standar Rujukan
Standar Rujukan seperti yang disyaratkan dalam Pasal S8.01.1.4) “Standar Rujukan”
dari Spesifikasi ini, digunakan.

6) Pengajuan Kesiapan Kerja


Pengajuan kesiapan kerja seperti yang disyaratkan dalam Pasal S8.01 “Beton” dan
Pasal S8.03 “Baja Tulangan” dari Spesifikasi ini, digunakan.

8 - 108
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

7) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan


Penyimpanan dan perlindungan bahan seperti yang disyaratkan dalam Pasal S8.01
“Beton” dan Pasal S8.03 “Baja Tulangan” dari Spesifikasi ini, digunakan.

8) Kondisi Tempat Kerja


Kondisi tempat kerja seperti disyaratkan dalam Pasal S8.01 “Beton” dan Pasal S8.03
“Baja Tulangan” dari Spesifikasi ini, digunakan.

S8.07.2 Bahan dan Jaminan Mutu


Bahan yang digunakan harus sama dengan yang ditunjukkan dalam Gambar. Dinding
sumuran dibuat dari beton bertulang. Pekerjaan beton dan baja tulangan harus
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Pasal S8.01.2 “Bahan dan Jaminan
Mutu” dan Pasal S8.03.2 “Bahan dan Jaminan Mutu”. Kecuali jika ditunjukkan lain
dalam Gambar, maka mutu beton adalah fc’= 20 MPa atau K-250 dan mutu baja BJ24.
Kecuali jika ditunjukkan lain dalam Gambar, maka bahan pengisi Fondasi sumuran
adalah beton siklop yang harus memenuhi ketentuan dalam Pasal S8.01 “Beton”.

S8.07.3 Pelaksanaan Pekerjaan


1) Umum
Fondasi sumuran harus dibuat memenuhi ketentuan dimensi dan fungsinya.
Kontraktor harus menyediakan alat yang sesuai dengan jenis tanah sehingga
penggalian tanah dapat mencapai kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai
daya dukung yang telah ditentukan. Bilamana diperlukan, Kontraktor dapat melakukan
penyelidikan tanah dengan tanggungan biaya sendiri.

2) Unit Beton Pracetak


Unit beton pracetak harus dicor pada landasan pengecoran yang sebagaimana
mestinya. Cetakan harus memenuhi garis dan elevasi yang tepat dan terbuat dari
logam. Cetakan harus kedap air dan tidak boleh dibuka minimum 3 hari setelah
pengecoran atau setelah beton mencapai kuat tekan minimum yang disyaratkan. Unit
beton pracetak yang telah selesai dikerjakan harus bebas dari segregasi, keropos, atau
cacat lainnya dan harus memenuhi dimensi yang disyaratkan.
Unit beton pracetak tidak boleh digeser sebelum 7 (tujuh) hari setelah pengecoran,
atau sampai pengujian menunjukkan bahwa beton telah mencapai kuat tekan minimum
yang disyaratkan. Unit beton pracetak tidak boleh diangkut atau dipasang sampai
beton tersebut mengeras paling sedikit 14 (empatbelas) hari setelah pengecoran, atau
sampai pengujian menunjukkan bahwa beton telah mencapai kuat tekan minimum
yang disyaratkan.

8 - 109
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

3) Dinding Sumuran dari Unit Beton Pracetak


Beton pracetak yang pertama dibuat harus ditempatkan sebagai unit yang terbawah.
Bilamana beton pracetak yang pertama dibuat telah diturunkan, beton pracetak
berikutnya harus dipasang di atasnya dan disambung sebagimana mestinya dengan
adukan semen untuk memperoleh kekakuan dan stabilitas yang diperlukan. Penurunan
dapat dilanjutkan minimum 24 jam setelah penyambungan selesai dikerjakan.

4) Dinding Sumuran Cor Di Tempat


Cetakan untuk dinding sumuran yang dicor di tempat harus memenuhi garis dan
elevasi yang tepat, kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 (tiga) hari setelah
pengecoran atau sampai pengujian menunjukkan bahwa beton telah mencapai kuat
tekan minimum yang disyaratkan.
Beton harus dicor dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penurunan
tidak boleh dimulai paling sedikit 7 (tujuh) hari setelah pengecoran atau sampai
pengujian menunjukkan bahwa beton telah mencapai kuat tekan minimum yang
disyaratkan.

5) Pengisian Sumuran dengan Beton Siklop


Beton siklop yang diisikan pada Fondasi Sumuran sesuai dengan Pasal S8.01 ”Beton”.

6) Galian dan Penurunan


Bilamana penggalian dan penurunan fondasi sumuran dilaksanakan, perhatian khusus
harus diberikan untuk hal-hal berikut ini :
a. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan aman, teliti, mematuhi undang-
undang keselamatan kerja, dan sebagainya.
b. Penggalian hanya boleh dilanjutkan bilamana penurunan telah dilaksanakan
dengan tepat dengan memperhatikan pelaksanaan dan kondisi tanah. Gangguan,
pergeseran dan goncangan pada dinding sumuran harus dihindarkan selama
penggalian.
c. Dinding sumuran diturunkan dengan cara akibat beratnya sendiri, dengan
menggunakan beban tambahan (superimposed loads), dan mengurangi ketahanan
geser (frictional resistance), dan sebagainya.
d. Cara mengurangi ketahanan geser :
Bilamana ketahanan geser diperkirakan cukup besar pada saat penurunan dinding
sumuran, maka disankan untuk melakukan upaya untuk mengurangi geseran
antara dinding luar sumuran dengan tanah disekelilingnya.

8 - 110
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

e. Sumbat Dasar Sumuran


Dasar sumuran harus diisi Beton Kelas C dari dasar sumur. Dalam pembuatan
sumbat dasar sumuran, perhatian khusus harus diberikan untuk hal-hal berikut ini:
i. Pengecoran beton dalam air umumnya harus dilaksanakan dengan cara tremi
atau pompa beton setelah yakin bahwa tidak terdapat fluktuasi muka air
dalam sumuran.
ii. Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah pengecoran
beton untuk sumbat dasar sumuran.
f. Pengisian Sumuran
Sumuran harus diisi dengan beton siklop Kelas D fc’ 15 Mpa atau K-175 sampai
elevasi satu meter di bawah fondasi telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi
dengan beton Kelas C fc’ 20 Mpa atau K-250, atau sebagaimana yang ditunjukkan
dalam Gambar.
g. Pekerjaan Dinding Penahan Rembesan (Cut-Off Wall Work)
Dinding penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu
menahan gaya-gaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses
penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik setelah pelaksanaan sumuran
selesai dikerjakan.
h. Pembongkaran Bagian Atas Sumuran Terbuka
Bagian atas dinding sumuran yang telah terpasang yang lebih tinggi dari sisi dasar
Fondasi telapak harus dibongkar. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan
menggunakan alat pemecah bertekanan (pneumatic breakers). Peledakan tidak
boleh digunakan dalam setiap pembongkaran ini.
Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam Fondasi telapak harus
mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.
i. Pengendalian Keselamatan
Dalam melaksanakan pembuatan Fondasi sumuran, standar keselamatan yang
tinggi harus digunakan untuk para pekerja dengan ketat mematuhi undang-undang
dan peraturan yang berkaitan. Kontraktor harus mengajukan mengajukan seluruh
metode kerja dan sistim keamanan untuk mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.

S8.07.4 Metode Pengukuran


Kuantitas sumuran yang disediakan sesuai dengan ketentuan bahan dalam Spesifikasi ini
diukur untuk pembayaran, haruslah jumlah panjang sumuran dalam meter seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar dan diperintahkan secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
Satuan pengukuran untuk penurunan sumuran haruslah jumlah meter panjang penurunan
yang diterima, diukur dari tumit sumuran sampai sisi dasar pondasi telapak.

8 - 111
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Tidak ada pengukuran terpisah untuk pembayaran yang akan dilakukan untuk
penggalian, pemompaan, acuan dan setiap pekerjaan sementara untuk pembuatan
sumuran, dimana semua pekerjaan tersebut dipandang telah termasuk dalam pengukuran
dan pembayaran sumuran.
Beton siklop sebagai pengisi pondasi sumuran akan dibayar terpisah sesuai ketentuan
pada Mata Pembayaran 8.01.(11) Spesifikasi ini.

S8.07.5 Dasar Pembayaran


Pembayaran untuk yang disebutkan di atas harus dilakukan dengan Harga Satuan
Kontrak menurut Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk penyediaan semua pekerja, bahan, peralatan, perkakas, galian
untuk penurunan termasuk pembuangan bahan yang digali, pembongkaran (jika
diperlukan) bagian atas sumuran untuk memperoleh elevasi yang disyaratkan,
penghubung, sambungan dan semua pekerjaan kecil dan sementara yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
S8.07.(1) Penyediaan Dinding Sumuran Silinder, meter panjang
Diameter 250 cm
S8.07.(2) Penyediaan Dinding Sumuran Silinder, meter panjang
Diameter 300 cm
S8.07.(3) Penyediaan Dinding Sumuran Silinder, meter panjang
Diameter 350 cm
S8.07.(4) Penurunan Dinding Sumuran Silinder, meter panjang
Diameter 250 cm
S8.07.(5) Penurunan Dinding Sumuran Silinder, meter panjang
Diameter 300 cm
S8.07.(6) Penurunan Dinding Sumuran Silinder, meter panjang
Diameter 350 cm

8 - 112
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.08 ADUKAN SEMEN

S8.08.1 Umum
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan dan pemasangan adukan untuk penggunaan
dalam beberapa pekerjaan dan sebagai pekerjaan akhir permukaan pada pasangan batu
atau struktur lain sesuai dengan Spesifikasi ini.

2) Pekerjaan Pasal Lain Yang Berkaitan Dengan Pasal Ini

a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Pasal S1.18


b. Pasangan Batu Dengan Mortar : Pasal S5.02
c. Gorong-gorong dan Drainase Beton : Pasal S5.03
d. Beton : Pasal S8.01
e. Pasangan Batu : Pasal S8.09

3) Standar Rujukan

SNI 15-7063-2004 : Semen Portland Komposit


SNI 15-0302-2004 : Semen Portland Pozolan
SNI 15-2049-2004 : Semen Portland
SNI 03-6820-2002 : Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan
plesteran dengan bahan dasar semen
SNI 03-6378-2000 : Spesifikasi kapur hidrat untuk keperluan pasangan
batu

ASTM C476 : Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry

S8.08.2 Bahan dan Jaminan Mutu


1) Bahan
a. Semen harus memenuhi ketentuan dalam Pasal S8.01.2.1) “Bahan dan Jaminan
Mutu” Spesifikasi ini.
b. Agregat halus harus memenuhi ketentuan dalam SNI 02-6820-2002.
c. Kapur tohor harus memenuhi ketentuan dalam jumlah residu, letupan dan lekukan
(popping & pitting), dan penahan air sisa untuk kapur jenis N dalam ASTM C207.
d. Air harus memenuhi ketentuan dalam Pasal S8.01.2.a.4) “Bahan dan Jaminan
Mutu” dari Spesifikasi ini.

2) Campuran
a. Adukan Semen untuk pekerjaan akhir dan perbaikan.

8 - 113
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Adukan yang digunakan untuk pekerjaan akhir atau perbaikan kerusakan pada
pekerjaan beton, sesuai dengan Pasal yang bersangkutan dari Spesifikasi ini,
harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur dalam proporsi yang sama
dalam beton yang sedang dikerjakan atau diperbaiki. Adukan yang disiapkan
harus memiliki kuat tekan yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan untuk
beton dimana adukan semen dipakai. Untuk keperluan perbaikan beton atau
pekerjaan pemasangan pada bagian yang berhubungan langsung dengan elemen
structural, adukan semen harus memiliki sifat tahan susut.
b. Adukan Semen untuk Pasangan
Kecuali diperintahkan lain oleh Konsultan Pengawas, adukan semen untuk
pasangan harus mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2 (5 MPa) pada
umur 28 (duapuluh delapan) hari dengan benda uji mortar 50 mm x 50 mm x 50
mm. Dalam adukan semen tersebut kapur tohor dapat ditambahkan sebanyak
10% berat semen.

S8.08.3 Pelaksanaan Pekerjaan


1) Pencampuran untuk pekerjaan pasangan
a. Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau
dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sampai campuran menunjukkan
warna yang merata, kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima
sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan
adukan dengan konsistensi (kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh
melebihi 70% dari berat semen yang digunakan.
b. Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk
penggunaan langsung. Bilamana diperlukan, adukan semen boleh diaduk kembali
dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan
kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.
c. Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan
harus dibuang.

2) Pencampuran untuk pekerjaan perbaikan


Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat
pencampur adukan yang disetujui, sampai campuran menunjukkan warna yang merata,
kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit.
Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan konsistensi (kekentalan)
yang diperlukan dengan perbandingan air semen yang menghasilkan kekuatan setara
dengan bagian beton yang diperbaiki.

3) Pemasangan
a. Permukaan yang akan menerima adukan semen harus dibersihkan dari minyak
atau lempung atau bahan terkontaminasi lainnya dan telah dibasahi sampai merata

8 - 114
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

sebelum adukan semen ditempatkan. Air yang tergenang pada permukaan harus
dikeringkan sebelum penempatan adukan semen.

b. Bilamana digunakan sebagai lapis permukaan, adukan semen harus ditempatkan


pada permukaan yang bersih dan lembab dengan jumlah yang cukup sehingga
menghasilkan tebal adukan minimum 1,5 cm, dan harus dibentuk menjadi
permukaan yang halus dan rata.

4) Penyelesaian akhir
a. Segera setelah pekerjaan pemasangan adukan selesai, permukaan harus segera
ditutup dengan kain/goni basah dan harus dijaga tetap basah selama 4 (empat)
hari.
b. Setelah semua pekerjaan selesai, semua sisa bahan (debris) yang masih menempel
harus dibersihkan dari tempat kerja.

S8.08.4 Metode Pengukuran


Adukan semen tidak akan diukur untuk pembayaran yang terpisah.

S8.08.5 Dasar Pembayaran


Pekerjaan ini harus dianggap sebagai pelengkap terhadap berbagai jenis pekerjaan
yang diuraikan dalam Spesifikasi ini dan biaya dari pekerjaan telah termasuk dalam
Harga Kontrak yang telah dimasukan dalam berbagai mata pembayaran.

8 - 115
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.09 PASANGAN BATU

S8.09.1 Umum
1) Uraian
a. Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan struktur yang ditunjukkan dalam
Gambar atau seperti yang diperintahkan Konsultan Pengawas, yang dibuat dari
Pasangan Batu. Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan, galian,
penyiapan fondasi dan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan
struktur sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan
dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
b. Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti dinding
penahan, gorong-gorong pelat, dan tembok kepala gorong-gorong besar dari
pasangan batu yang digunakan untuk menahan beban luar yang cukup besar.
Bilamana fungsi utama suatu pekerjaan sebagai penahan gerusan, bukan sebagai
penahan beban, seperti lapisan selokan, lubang penangkap, lantai gorong-gorong
(spillway apron) atau pekerjaan pelindung lainnya pada lereng atau di sekitar
ujung gorong-gorong, maka kelas pekerjaan di bawah Pasangan Batu (Stone
Masonry) dapat digunakan seperti Pasangan Batu dengan Mortar (Mortared
Stonework) atau pasangan batu kosong yang diisi (grouted rip rap) seperti yang
disyaratkan masing-masing dalam Pasal S5.02 “Pasangan Batu Dengan Mortar”
dan S8.09 “Pasangan batu”.

2) Penerbitan Detil Pelaksanaan


Detil pelaksanaan untuk pasangan batu yang tidak disertakan dalam Dokumen
Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkankan oleh Konsultan Pengawas setelah
peninjauan kembali rancangan awal atau revisi desain telah selesai dikerjakan sesuai
dengan Pasal S1.09 “Pengukuran dan Pemasangan Patok” dari Spesifikasi ini.

3) Pekerjaan Pasal Lain Yang Berkaitan Dengan Pasal Ini

a. Pengukuran dan Pemasangan Patok : Pasal S1.09


b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Pasal S1.18
c. Selokan dan Saluran Air : Pasal S5.01
d. Pasangan Batu Dengan Mortar : Pasal S5.02
e. Gorong-gorong dan Drainase Beton : Pasal S5.03
f. Drainase Porous : Pasal S5.04
g. Galian : Pasal S4.01
h. Timbunan : Pasal S4.02
i. Beton : Pasal S8.01
j. Adukan Semen : Pasal S8.08
k. Pasangan Batu Kosong dan Bronjong : Pasal S8.10

8 - 116
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

4) Toleransi Dimensi, Pengajuan Kesiapan Kerja, Persetujuan, Jadwal Kerja, Kondisi


Tempat Kerja, Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau
Rusak
Ketentuan yang disyaratkan untuk pekerjaan pasangan batu dengan mortar dalam
Pasal S5.02 “Pasangan Batu Dengan Mortar” dari Spesifikasi ini harus digunakan.

S8.09.2 Bahan dan Jaminan Mutu


1) Batu
a. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis
yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian
yang tipis atau lemah. Batu yang terdiri dari bahan yang porous atau batu kulit
harus ditolak.
b. Batu harus lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci
bila dipasang bersama-sama.
Ukuran batu dalam arah manapun tidak boleh kurang dari 15 cm.

2) Adukan
Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari Pasal S8.08 “Adukan
Semen” dari Spesifikasi ini.

3) Drainase Porous
Bahan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung penyaring untuk
pekerjaan pasangan batu harus memenuhi kebutuhan dari Pasal S5.04 “Drainase
Porous” dari Spesifikasi ini.

S8.09.3 Pelaksanaan Pekerjaan


1) Persiapan Fondasi
a. Fondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat untuk
Pasal S4.01 “Galian”.
b. Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar fondasi untuk
struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga tegak lurus
terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar fondasi harus mendatar
atau bertangga yang juga horisontal.
c. Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus
disediakan bilamana disyaratkan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal S5.04
“Drainase Porous”.
d. Bilamana ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Konsultan
Pengawas, suatu fondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus
memenuhi ketentuan dari Pasal S8.01 “Beton” dari Spesifikasi ini.

8 - 117
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

2) Pemasangan Batu
a. Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada
fondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada
lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada
sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan pengelompokkan
batu yang berukuran sama.
b. Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
c. Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu
yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang
batu yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang.
Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekejaan yang baru dipasang
tidak diperkenankan.

3) Penempatan Adukan
a. Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan
dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik
jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan
selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan
dengan batu yang akan dipasang.
b. Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan
merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara
batu yang dipasang terisi penuh.
c. Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras.
Bilamana batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan
awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu
tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.

4) Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi


a. Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali
ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Konsultan Pengawas,
lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari
sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.
b. Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka delatasi
harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi harus 30
mm lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang
digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa
sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang
disyaratkan di atas.

8 - 118
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

c. Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir kasar
dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak
dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak hanyut
melewati sambungan.

5) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu


a. Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana pekerjaan
dilaksanakan.
b. Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh pasangan batu
harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 2 cm, dan
dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang
dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan
cuaca tersebut harus dimasukkan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.
c. Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh
permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.
d. Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk
Pekerjaan Beton dalam Pasal S8.01.3 “Pelaksanaan Pekerjaan” dari Spesifikasi
ini.
e. Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu
yang tidak lebih dini dari 14 (empatbelas) hari setelah pekerjaan pasangan selesai
dikerjakan, penimbunan kembali harus dilaksanakan seperti disyaratkan, atau
seperti diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, sesuai dengan ketentuan yang
berkaitan dengan Pasal S4.02 “Timbunan”, atau Pasal S5.04 “Drainase Porous”.
f. Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan untuk
memperoleh bidang antar muka rapat dan halus dengan pasangan batu sehingga
akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan
pasangan batu.

S8.09.4 Metode Pengukuran


1) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume
pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang
ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dan disetujui.

2) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang disetujui harus tidak
diukur atau dibayar.

3) Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan kembali dengan bahan porous
atau kantung penyaring harus diukur dan dibayar sebagai Drainase Porous, seperti
yang disebutkan dalam Pasal S5.04.4 “Metode Pengukuran” dari Spesifikasi ini. Tidak

8 - 119
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang harus dilakukan untuk penyediaan
atau pemasangan lubang sulingan atau pipa, juga tidak untuk acuan lainnya.

S8.09.5 Dasar Pembayaran


Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan Harga
Kontrak per satuan dari pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah
dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan
semua bahan, dan penyiapan seluruh formasi atau fondasi, untuk pembuatan lubang
sulingan dan sambungan konstruksi, untuk pemompaan air dan pekerjaan akhir dan
untuk semua pekerjaan lainnya atau biaya lain yang diperlukan atau lazim untuk
penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Pasal
ini.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.09.(1) Pasangan Batu Meter Kubik

8 - 120
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.10 PASANGAN BATU KOSONG DAN BRONJONG

S8.10.1 Umum
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan baik batu yang diisikan ke dalam bronjong
kawat (gabion),pasangan batu kosong (non-grouted rip rap), maupun pasangan batu
kosong yang diisi adukan (grouted rip rap) pada landasan yang disetujui sesuai
dengan detil yang ditunjukkan dalam pada Gambar dan memenuhi Spesifikasi ini.
Pemasangan harus dilakukan pada tebing sungai, lereng timbunan, lereng galian, dan
permukaan lain yang terdiri dari bahan yang mudah tererosi di mana perlindungan
terhadap erosi dikehendaki.

2) Penerbitan Detil Pelaksanaan


Detil pelaksanaan untuk pasangan batu kosong dan bronjong yang tidak termasuk
dalam Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Konsultan
Pengawas setelah peninjauan kembali rancangan awal selesai dikerjakan menurut
Pasal S1.09 “Pengukuran dan Pemasangan Patok” Spesifikasi ini.

3) Pekerjaan Pasal Lain Yang Berkaitan Dengan Pasal Ini


a. Pengukuran dan Pemasangan Patok : Pasal S1.09
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Pasal S1.18
c. Galian : Pasal S4.01
d. Timbunan : Pasal S4.02
e. Selokan dan Saluran Air : Pasal S5.01
f. Drainase Porous : Pasal S5.04

4) Standar Rujukan
SNI 03-3046-1992 : Kawat bronjong dan bronjong berlapis PVC
(Polivinil chlorida)
SNI 03-3750-1995 : Bronjong jaringan kawat baja las (JKBL)
SNI 03-3760-1995 : Bronjong logam bentang
SNI 03-0090-1999 : Bronjong kawat
SNI 03-6154-1999 : Kawat bronjong
SNI 07-6443-2000 : Metode Pengujian untuk Menentukan Daerah
Lapisan Seng Paling Tipis dengan Cara Dreece pada
Besi atau Baja Digalvanis.
SNI 07-6892-2002 : Spesifikasi Pagar Anyaman Kawat Baja Berlapis
Seng.
SNI 2417 : 2008 : Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los
Angeles.
ASTM B 117 : Salt Spray Exposure Test

8 - 121
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

5) Pengajuan Kesiapan Kerja


a. Dua contoh batu untuk pasangan batu kosong (rip rap) dengan lampiran hasil
pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal S8.10.2.2) “Batu” di bawah.
b. Contoh dari keranjang kawat dengan sertifikat dari pabrik bila ada.

S8.10.2 Bahan dan Jaminan Mutu


1) Kawat Bronjong
a. Haruslah baja berlapis seng yang memenuhi SNI 07-6892-2002 Kelas 1, dan SNI
07-6443-2000. Lapisan galvanisasi minimum haruslah 0,26 kg/m2.
Haruslah memenuhi salah satu SNI berikut ini : SNI 03-6154-1999, SNi 03-0090-
1999, SNI 03-3750-1995, SNI 03-3760-1995 atau SNI 03-3046-1992.
b. Karakteristik kawat bronjong adalah :

Tulangan tepi, diameter : 4,0 mm, 6 SWG


Jaringan, diameter : 3,0 mm, 8 SWG
Pengikat, diameter : 2,1 mm, 14 SWG
Kuat Tarik : 4200 kg/cm2
Perpanjangan diameter : 10% (minimum)

c. Anyaman
Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang teranyam dengan tiga lilitan
dengan lubang kira-kira 80 mm x 60 mm yang dibuat sedemikian rupa hingga
tidak lepas-lepas dan dirancang untuk diperoleh kelenturan dan kekuatan yang
diperlukan. Keliling tepi dari anyaman kawat harus diikat pada kerangka bronjong
sehingga sambungan-sambungan yang diikatkan pada kerangka harus sama
kuatnya seperti pada badan anyaman.
d. Keranjang haruslah merupakan unit tunggal dan disediakan dengan dimensi yang
disyaratkan dalam Gambar atau sesuai petunjuk Direksi dan dibuat sedemikian
sehingga dapat dikirim ke lapangan sebelum diisi dengan batu.

2) Batu
Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri dari batu yang keras dan
awet dengan sifat sebagai berikut :
a. Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang dari 40%.
b. Berat isi kering lebih besar dari 2,3.
c. Peyerapan Air tidak lebih besar dari 4 %.

8 - 122
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

d. Kekekalan bentuk agregat terhadap natrium sulfat atau magnesium sulfat dalam
pengujian 5 siklus (daur) kehilangannya harus kurang dari 10 %.
Batu untuk pasangan batu kosong haruslah bersudut tajam, memiliki dimensi
minimum 200 mm. Konsultan Pengawas dapat memerintahkan batu yang
ukurannya lebih besar jika kecepatan aliran sungai cukup tinggi.

3) Landasan
Landasan haruslah dari bahan drainase porous seperti yang disyaratkan dalam Pasal
S5.04.2.1), dengan gradasi yang dipilih sedemikian hingga tanah fondasi tidak dapat
hanyut melewati bahan landasan dan juga bahan landasan tidak hanyut melewati
pasangan batu kosong atau bronjong.

4) Adukan Pengisi (Grout)


Adukan pengisi untuk pasangan batu kosong yang diberikan harus adukan semen
dengan kekuatan 5 MPa seperti yang disyaratkan dalam Pasal S8.08.2.2) “Campuran”
dari Spesifikasi ini.

S8.10.3 Pelaksanaan Pekerjaan


1) Persiapan
Galian harus memenuhi ketentuan dari Pasal S4.01 “Galian”, termasuk kunci pada
tumit yang diperlukan untuk pasangan batu kosong dan bronjong. Landasan harus
dipasang sesuai dengan Pasal S5.04.3 “Pelaksanaan Pekerjaan” dari Spesifikasi ini.
Seluruh permukaan yang disiapkan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum
penempatan pasangan batu kosong atau bronjong.

2) Penempatan Bronjong
a. Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh bentuk
serta posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penarik
kecil sebelum pengisian batu ke dalam kawat bronjong. Sambungan antara
keranjang haruslah sekuat seperti anyaman itu sendiri. Setiap segi enam harus
menerima paling sedikit dua lilitan kawat pengikat dan kerangka bronjong antara
segi enam tepi paling sedikit satu lilitan. Paling sedikit 15 cm kawat pengikat
harus ditinggalkan sesudah pengikatan terakhir dan dibengkokkan ke dalam
keranjang.
b. Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan maksimum
dan rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisi setengah dari
tingginya, dua kawat pengaku horinsontal dari muka ke belakang harus dipasang.
Keranjang selanjutnya diisi sedikit berlebihan agar terjadi penurunan (settlement).
Sisi luar batu yang berhadapan dengan kawat harus mempunyai permukaan yang
rata dan bertumpu pada anyaman.

8 - 123
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

c. Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan dengan batang penarik atau
ulir penarik pada permukaan atasnya dan diikat.
d. Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan vertikal harus
dibuat berselang seling.

3) Penempatan Pasangan Batu Kosong


Terkecuali diletakkan untuk membentuk lantai (apron) mendatar, pasangan batu
kosong harus dimulai dengan penempatan lapis pertama dari batu yang paling besar
dalam galian parit di tumit lereng. Batu harus ditempatkan dengan mobil derek (crane)
atau dengan tangan sesuai dengan panjang, tebal dan ke dalaman yang diperlukan.
Selanjutnya batu harus ditempatkan pada lereng sedemikian hingga dimensi yang
paling besar tegak lurus terhadap permukaan lereng, jika tidak maka dimensi yang
demikian akan lebih besar dari tebal dinding yang disyaratkan. Pembentukan batu
tidak diperlukan bilamana batu-batu tersebut telah bersudut, tetapi pemasangan harus
menjamin bahwa struktur dibuat sepadat mungkin dan batu terbesar berada di bawah
permukaan air tertinggi. Batu yang lebih besar harus juga ditempatkan pada bagian
luar dari permukaan pasangan batu kosong yang telah selesai.

4) Penimbunan Kembali
Seperti ketentuan dari Pasal S4.02 “Timbunan”.

5) Penempatan Pasangan Batu Kosong yang Diisi Adukan


Seluruh permukaan batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai jenuh sebelum
ditempatkan. Beton harus diletakkan di atas batu yang telah dipasang sebelumnya
selanjutnya batu yang baru akan diletakkan di atasnya. Batu harus ditanamkan secara
kokoh pada lereng dan dipadatkan sehingga bersinggungan dengan batu-batu yang
berdekatan sampai membentuk ketebalan pasangan batu kosong yang diperlukan.
Celah-celah antar batu dapat diisi sebagian dengan batu baji atau batu-batu kecil,
sedemikian hingga sisa dari rongga-rongga tersebut harus diisi dengan beton sampai
padat dan rapi dengan ketebalan tidak lebih dari 10 mm dari permukaan batu-batu
tersebut.
Lubang sulingan (weep holes) harus dibuat sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas.
Pekerjaan ini harus dilengkapi peneduh dan dilembabi selama tidak kurang dari 3 hari
setelah selesai dikerjakan.

S8.10.4 Metode Pengukuran


Kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah jumlah meter kubik dari bronjong
atau pasangan batu kosong lengkap di tempat dan diterima. Dimensi yang digunakan
untuk menghitung kuantitas ini haruslah dimensi nominal dari masing-masing

8 - 124
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

keranjang bronjong atau pasangan batu kosong seperti yang diuraikan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.

S8.10.5 Dasar Pembayaran


Kuantitas, yang ditentukan seperti diuraikan di atas, harus dibayar pada Harga Kontrak
per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan
ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga dimana harga dan pembayaran tersebut
haruslah merupakan kompensasi penuh untuk seluruh galian guna penyiapan seluruh
formasi dan fondasi penimbunan kembali, untuk pemasokan, pembuatan, penempatan
semua bahan, termasuk semua pekerja, peralatan, perkakas, pengujian dan pekerjaan
lain yang diperlukan untuk penyelesaian yang memenuhi ketentuan dari pekerjaan
seperti yang diuraikan dalam Gambar dan Spesifikasi ini.

NomorMata Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran

8.10.(1) Pasangan Batu Kosong yang Diisi Meter Kubik


Adukan

8.10.(2) Pasangan Batu Kosong Meter Kubik

8.10.(3).a Bronjong dengan kawat yang dilapisi Meter Kubik


galvanis

8.10.(3).b Bronjong dengan kawat yang dilapisi Meter Kubik


PVC

8.10.(3).c Tambahan biaya untuk anyaman Meter Persegi


penulangan tanah dengan kawat yang
dilapisi PVC

8 - 125
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.11 SAMBUNGAN EKSPANSI JEMBATAN (BRIDGE EXPANSION JOINT)

S8.11.1 Umum
1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan sambungan ekspansi pada geladak/
lantai jembatan, rangka reinforced concrete dan piled slabs.

2) Standar Rujukan

AASHTO M120 - 05 : Steel for Expansion Joint Class A.


AASHTO M153 - 06 : Preformed Sponge Rubber Expansion Joint Fillers
for Concrete Paving and Strucrural Construction.
AASHTO M173 - 84 : Concrete Joint Sealer, Hot Poured Elastic Type.
AASHTO M213 - 01 : Preformed Expansion Joint Fillers for Concrete
Paving and Structural Construction (nonextruding
and resilient bituminous type)
AASHTO M220 - 84 : Preformed Elastomeric Compression Joint Seals for
Concrete.

3) Pengajuan Material
Contoh dari material sambungan ekspansi yang direncanakan yang akan digunakan
dalam pekerjaan ini, bersama-sama dengan sumber dan data ujinya yang menyatakan
sifat-sifatnya harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan disetujui sebelum
penyediaan sambungan itu. Kontraktor harus menyerahkan sertifikat pabrik kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum menyediakan
sambungan itu.

4) Tipe-tipe Sambungan Ekspansi Jembatan (Expansion Joint)


a. Sambungan Seal Tipe Karet (Rubber Seal Expansion Joint)
Sambungan ekspansi karet tipe A harus untuk sambungan tetap selebar 30 mm
dan tipe B1 untuk sambungan bergerak selebar 30 mm dan tipe B2 sambungan
bergerak selebar 40 mm.
b. Seamless Joint
Tipe C harus untuk sambungan tetap maupun bergerak selebar 30 mm.
c. Tipe Sealant
Sealant tipe D harus untuk sambungan tetap.

8 - 126
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

d. Asphaltic Plug Joint


Tipe E harus untuk sambungan bergerak selebar 40 mm dan Tipe F untuk
sambungan tetap selebar 30 mm.

S8.11.2 Bahan dan Jaminan Mutu


1) Material untuk sambungan seal karet tipe A dan B harus memenuhi ketentuan
spesifikasi sebagai berikut :
a. Sambungan Karet
Sambungan ini merupakan karet sintetik (Neoprene) yang tahan terhadap cuaca,
oli, minyak, dan lain-lain, yang berfungsi untuk mengakomodasi movement yang
terjadi.
Mutu elemen neoprene seal berkualitas tinggi dengan standar sebagai berikut :
i. Tensile Strength, min. : 13.8 Mpa ASTM D-412
ii. Hardness, Shore A durometer : 65 ± 5 ASTM D-240
iii. Elongation at break, min. : 250% ASTM D-412
iv. Compression Set, 22 hours
@ 70oC, max. : 35% ASTM D-395
v. Tear strength, min. : 30 KN/m ASTM D-624
vi. Oil swell, 70 hours @ 100oC,
weight change, max. : 45% ASTM D-471
vii. Ozone Resistant, 70 hours at 40oC : No Cracks ASTM D-149
b. Epoxy Adhesive
Material epoxy adhesive adalah epoxy perekat antara dinding celah dengan
Expansion Joint Seal yang memenuhi standar mutu sebagai berikut :
i. Tensile Strength, 28 days : 130 kg/cm2 ASTM D-638
ii. Flexural strength, 28 days. : 300 kg/cm2 ASTM D-790
iii. Bend strength, 28 days : 30 kg/cm2 ASTM D-882
iv. Compressive strength, 28 hours : 500 kg/cm2 ASTM D-695
v. Pot Life @30oC : 40 minutes
c. Polyurethane Mortar Header
Material ini adalah material Polyurethane 100% solid yang digunakan pada
konstruksi eksterion yang tahan terhadap benturan beban lalu lintas berat (impact
resistant), sinar matahari, ozon, abrasi dan pengaruh kimia lainnya.

8 - 127
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Mutu material Polymer Concrete Header berkualitas tinggi dengan standar mutu
sebagai berikut :
i. Spesifikasi Binder
(a) Tensile Strength, min. : 5.17 Mpa ASTM D-638
(b) Elongation at break, min. : 180% ASTM D-638
(c) Hardness, durometer : 30 – 49 ASTM D-2240
(d) Compression Set, 22 hours
@ 70oC, max. : 50% ASTMD-395 (B)
(e) Tear Resistance, min. : 1.43 kg/mm ASTM D-624
(f) Water Absorption, min., max. : 3% (weight)
(g) After aging @ 70oC for 72 hours Tensile
Oven Aging : 5.17 MPa ASTM D-638
Elongation, min. : 150%
ii. Spesifikasi Mortar
(a) Compressive Strength, min. : 15.16 MPa ASTM D-695
(b) Resilience, @ 5% deflection, min. : 90% ASTM D-695
(c) Slant Shear Bond Strength
to Concrete, min. : 1.72 MPa
(d) Impact Resistance (Ball Drop),14 days
@ 0oC : No Cracks ASTMD-5628
@ -29oC : No Cracks ASTM D-5628
@ 70oC : No Cracks ASTM D-5628
(e) Pot Life : 10 minutes @ 24oC

2) Material untuk sambungan ekspansi karet tipe C harus memenuhi ketentuan


Spesifikasi berikut :
a. Sambungan Karet
Sambungan ini merupakan karet sintetik (Neoprene) yang tahan terhadap cuaca,
oli, minyak, dan lain-lain, yang berfungsi untuk mengakomodasi movement yang
terjadi.
Mutu elemen neoprene seal berkualitas tinggi dengan standar sebagai berikut :
i. Tensile Strength, min. : 13.8 MPa ASTM D-412
ii. Hardness, Shore A durometer : 65 ± 5 ASTM D-240
iii. Elongation at break, min. : 250% ASTM D-412

8 - 128
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

iv. Compression Set, 22 hours


@ 70oC, max. : 35% ASTM D-395
v. Tear strength, min. : 30 KN/m ASTM D-624
vi. Oil swell, 70 hours @ 100oC,
weight change, max. : 45% ASTM D-471
vii. Ozone Resistant, 70 hours at 40oC : No Cracks ASTMD-1149
b. Epoxy Adhesive
Material epoxy adhesive adalah epoxy perekat antara dinding celah dengan
Expansion Joint Seal yang memenuhi standar mutu sebagai berikut :
i. Tensile Strength, 28 days : 130 kg/cm2 ASTM D-638
ii. Flexural strength, 28 days. : 300 kg/cm2 ASTM D-790
iii. Bend strength, 28 days : 30 kg/cm2 ASTM D-882
iv. Compressive strength, 28 hours : 500 kg/cm2 ASTM D-695
v. Pot Life @30oC : 40 minutes
c. Surface Sealant
Spesifikasi material ini adalah sebagai berikut :
i. Softening Point, min. : 200oF (93oC) ASTM D-36
ii. Flexibility 90o Bend, 1” (25mm) : Pass at -20oF (-29oC)
iii. Cone Penetration, 77oF (25oC), max. : 60 ASTM D-5329
iv. Flow, 140oF (60oC), 5 hours : 0 mm ASTM D-5329
v. Elongation 77oF (25oC), min : 1000%
vi. Opening to traffic time, max. : 30 minutes
vii. Safe heating temperature : 400oF (204oC)
viii. Application temperature range : 325 – 400oF (163 – 204oC)
d. Heat Resistance Backer Rod
Material terbuat dari bahan polyethylene.

3) Material Sealant
Material sealant terdiri dari 2 bagian material polysulphine sesuai dengan JIS K 6301.

Perpanjangan = 500 %
Kekuatan tarik =  8 kg/cm2

8 - 129
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

4) Material Asphaltic Plug Joint


Asphaltic Plug Joint adalah bahan pengisi celah yang merupakan campuran binder
asphaltic dan agregat yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Binder
tersebut adalah campuran aspal dan karet ditambah bahan kimia sebagai additive.
Spesifikasi material adalah sebagai berikut :
a. Binder asphaltic

Uraian Metoda Uji Spesifikasi


1. Berat Jenis (25C) ASTM-D 70-90 1.35  0.10
2. Penetrasi (25C;150 g; 0.1 mm) ASTM-D 5329 Maks. 30
3. Penetrasi (60C;150 g; 0.1 mm) ASTM-D 5329 100

4. Softening Point, Ring & Ball, C ASTM E-28 110 - 130C


5. Flash Point COC, C ASTM-D-62-90 > 250C
6. Flow Test (45C) ASTM D 1559 BS 2499 Maks. 3 mm

b. Agregat
Material yang digunakan dari satu jenis ukuran batu granite 20 mm (14 mm jika
kedalaman dan pada sambungan lebih dari 75 mm).
Sifat dari batuan sesuai di bawah ini :

Uraian Metoda Uji Spesifikasi


1. Nilai Impact Agregat (%) BS 812 < 15
2. Nilai Pecah Agregat (%) ASTM D 693-84 < 20
3. Nilai Abrasi Agregat (%) SNI 03-2417-1991 <8
4. Nilai Polished Stone ASTM D 3319-90 > 55
5. Indeks Kepipihan (%) BS 812 < 25
6. Indeks Bentuk dan Ukuran (%) BS 594 < 60

5) Material untuk tipe sambungan Seismic Modular Joint harus memenuhi spesifikasi
sebagai berikut :
a. Elemen baja (edge beam, center beam, support bar, dan lain-lain) merupakan baja
monolit yang diesktrud dengan mesin.
b. Semua komponen pelat baja untuk konstruksi support box mempunyai
ketebalan minimum 3/8”.
c. Seal profile harus memenuhi ASTM D 2628-91.

8 - 130
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Material terbuat dari bahan karet sintetik neoprene yang tahan terhadap cuaca, oli,
minyak, dan lain-lain, yang berfungsi untuk mengakomodasi movement yang terjadi.
Mutu elemen neoprene seal berkualitas tinggi dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Tensile Strength, min. ASTM D-412 13.8 Mpa
b. Elongation at break, min. ASTM D-412 250%
c. Hardness, shore A ASTM D-2240 60 ± 5
d. Oven aging, 70 hrs @ 100oC
- Tensile strength, loss max. ASTM D-573 20%
- Elongation, loss max. ASTM D-573 20%
- Hardness, shore A, duro change ASTM D-573 0 to + 10 pts
e. Oil swell, ASTM Oil 3, 70 hrs. @ 100oC
weight change, max. ASTM D-471 45%
f. Ozone Resistance, 20 % strain, ASTM D-1149 No cracks
100 hm, 70 hrs at 40 oC
g. Watertight sealing 100%
h. High impact condition dan multy support
bars serta untuk digunakan sebagai
pergerakan yang besar (large movement)
i. Achore stud dia.13 x 50 mm dan dia. 13 x
100 mm LG

8.11.3 Pelaksanaan Pekerjaan


S8.11.3.a Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Pompa (hand pump)
2) Mesin potong aspal/concrete (cutter)
3) Chipping hammer
4) Gurinda
5) Mixer + stick mixer
6) Blower

S8.11.3.b Pemasangan Sambungan


Pemasangan sambungan ekspansi harus dibentuk sesuai dengan detail dan tipe yang
tertera pada Gambar Rencana atau atas persetujuan Konsultan Pengawas dan sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik.
1) Pemasangan tipe karet (Rubber Seal Expansion Joint)
a. Persiapan gap dilakukan oleh main kontraktor.
Ukuran gap yang disediakan harus sesuai dengan gambar rencana.

8 - 131
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

b. Pemasangan header mortar


i. Persiapan blockout, chipping permukaan betonnya hingga kasar.
ii. Bekisting
iii. Pengecoran
Blockout yang telah dibersihkan dengan concrete cleaner diolesi permukaannya
dengan Epoxy Bonding Agent. Polyurethane mortar yang telah diaduk merata
dituang ke dalam blockout kemudian di-finishing permukaannya.
c. Pemasangan Rubber Seal
i. Permukaan header pada kedua sisi gap digurinda dan dibersihkan dengan
concrete cleaner.
ii. Rubber seal dipersiapkan panjangnya, kemudian kedua ujungnya ditutup
dengan end cap dan diberi air valve, lalu dites terhadap kebocoran.
iii. Rubber seal dibersihkan dengan sikat kawat, kemudian dengan conditioning
agent.
iv. Kedua sisi permukaan header maupun kedua sirip Rubber Seal diolesi dengan
Epoxy Adhesive.
v. Rubber Seal dimasukkan ke dalam gap, kemudian dipompa dengan hand
pump.
vi. Epoxi Adhesive yang keluar ke permukaan dibersihkan.
d. Air inflation
Sistem pemompaan perlu dilakukan untuk penyempurnaan pemasangan, terutama
kerekatan epoxynya antara Seal Profile dengan header.
Setelah 24 jam, Seal Profile dikempeskan kembali dengan membuka air valve.
e. Pemeriksaan terakhir-selesai
Pemeriksaan terakhir dilakukan untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan
dengan baik.

2) Pemasangan tipe Seamless joint


a. Persiapan gap dan pekerjaan aspal dilakukan oleh main kontraktor. Elevasi beton
sepanjang 50 cm dari kedua sisi gap diturunkan untuk membuat ketebalan aspal di
sekitar joint menjadi 100 mm.
b. Pemasangan SEAL
i. Permukaan beton pada kedua sisi gap digurinda dan dibersihkan dengan
concrete cleaner.
ii. SEAL dipersiapkan, kemudian kedua ujungnya ditutup dengan end cap dan
diberi air valve, lalu ditest terhadap kebocoran.

8 - 132
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

iii. SEAL dibersihkan dengan sikat kawat, kemudian dibersihkan dengan


conditioning agent.
iv. Kedua sisi permukaan beton maupun kedua sirip SEAL diolesi dengan
Epoxy Adhesive.
v. Seal dimasukan ke dalam gap, kemudian dipompa dengan hand pump.
vi. Epoxy Adhesive yang keluar ke permukaan dibersihkan.
c. Air Inflation
Sistem pemompaan perlu dilakukan untuk penyempurnaan pemasangan, terutama
kerekatan epoxynya antara Seal Profile dengan permukaan sisi beton. Setelah 24
jam, SEAL dikempeskan kembali dengan membuka air valve.
d. Pemasangan Heat Resistant Backer Rod
Sebelum pengaspalan dimulai, pasang Heat Resistant Backer Rod di atas seal
sebagai penahan panas aspal.
e. Pengisian Surface Sealant
24 jam setelah pengaspalan, potong aspal di sekitar joint, kemudian diisi dengan
surface sealant.
f. Pemeriksaan terakhir
Pemeriksaan terakhir dilakukan untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan
dengan baik.
g. Open Traffic

3) Pemasangan Asphaltic Plug Joint


Pemasangan sambungan ekspansi harus dibentuk sesuai detail dan tipe yang tertera
dalam Gambar atau, atas pengarahan Konsultan Pengawas dan sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik. Pemasangan sambungan dapat dilaksanakan minimal 1
minggu (perkerasan aspal sudah mantap) setelah pelaksanaan lapisan permukaan
aspal. Sebelum dilakukan pengaspalan, celah sambungan ditutupi terlebih dahulu
dengan tripleks agar bahan aspal tidak mengisi.
a. Agregate harus dalam keadaan kering betul, bersih dan dipanaskan pada bak
pengaduk disemprot dengan udara panas dari kompresor.
b. Binder dipanaskan pada temperatur 190 – 220 C.
c. Ketebalan lapisan batu granit panas tidak boleh kurang dari 20 mm dan tidak lebih
dari 40 mm dan dihampar pada permukaan beton. Setelah seluruh permukaan
beton selesai dilapisi, segera dihampar dengan binder panas. Setiap lapisan
sebaiknya diaduk-aduk untuk memastikan bahwa batu granit tersebut telah
terlapisi dan menutup pori-porinya. Proses ini akan dihentikan bila mencapai
ketebalan 25 mm dari permukaan dimaksudkan sebagai lapisan akhir.

8 - 133
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

d. Lapis Permukaan
Campuran material panas yang akan disiapkan dengan metode lain harus
ditransfer ke lokasi sambungan dan dihamparkan ke daerah yang akan diisi. Lapis
permukaan ini harus dipadatkan dengan menggunakan Vibrator Plate guna
meratakan permukaan tersebut.
e. Lapis Akhir
Permukaan sambungan dan sekelilingnya haruslah dibersihkan dan dikeringkan
dengan kompresor. Setelah itu segera dilapisi binder panas guna
mengisi/menutupi celah-celah pada permukaan.
Peralatan untuk pekerjaan asphaltic plug joint adalah sebagai berikut :
i. Kompresor udara panas, minimal dapat menyemprotkan udara panas dengan
kecepatan 550 m per menit pada temperatur 1.000 C saat kompresor
mempunyai tenaga minimal 85 putaran/menit.
ii. Mesin pengaduk berlubang dengan kapasitas 90 – 100 liter dengan lubang
pembuang abu.
iii. Pemanas sealant dengan semburan api dilengkapi agitator datar kapasitas
minimum 450 liter.
iv. Mesin pengaduk (tidak berlubang) sebagai alat pencampuran material.

S8.11.4 Metode Pengukuran


Jumlah yang harus dibayar adalah jumlah meter linier untuk sambungan ekspansi tipe
A sampai dengan F yang betul-betul sudah dipasang, selesai di tempatnya sesuai
dengan Gambar dan disetujui Konsultan Pengawas.
Sealant dan back up dari bahan polystyrene busa atau material sejenis yang digunakan
pada tempat yang berbatasan dengan kerb dan dinding parapet, tidak diukur dan
dibayar terpisah akan tetapi menjadi bagian yang diukur untuk pembayaran
Sambungan Ekspansi.

S8.11.5 Dasar Pembayaran


Jumlah yang diukur tersebut di atas, harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan
pengukuran untuk setiap mata pembayarannya seperti di bawah ini. Harga dan
pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pembongkaran
perkerasan jalan, pembentukan sambungan konstruksi dengan beton yang sudah ada;
dan untuk tenaga kerja dan peralatan, penyediaan material meliputi adonan epoksi
(epoxy mortar), epoxy beton, baja tulangan dan beton, pembuatan, pengangkutan,
pengecatan, pemasangan sambungan ekspansi dan untuk pekerjaan insidental lainnya.
Pembayaran untuk sambungan ekspansi sudah mencakup biaya sekat (sealant) yang
digunakan pada pekerjaan dan dinding jembatan yang berdekatan.

8 - 134
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Untuk Asphaltic Plug Joint jumlah yang dibayar adalah jumlah meter panjang
sambungan ekspansi yang betul-betul sudah terpasang, selesai di tempatnya sesuai
dengan Gambar Rencana. Jumlah yang diukur tersebut di atas, akan dibayar menurut
harga Kontrak persatuan pengukuran untuk setiap mata pembayarannya seperti di
bawah ini. Harga dan pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
pembongkaran perkerasan jalan, pembentukan sambungan konstruksi dengan beton
yang sudah ada, tenaga kerja, peralatan, penyediaan material, pengangkutan,
pemasangan sambungan ekspansi dan untuk pekerjaan insidental lainnya.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.11.(1) Sambungan Ekspansi (Expansion Joint), Tipe A meter panjang
8.11.(2) Sambungan Ekspansi (Expansion Joint), Tipe B meter panjang
8.11.(3) Sambungan Ekspansi (Expansion Joint), meter panjang
tipe C1 (celah = 20 mm)
8.11.(4) Sambungan Ekspansi (Expansion Joint), meter panjang
tipe C2 (celah = 30 mm)
8.11.(5) Sambungan Ekspansi (Expansion Joint), meter panjang
tipe C3 (celah = 40 mm)
8.11.(6) Sambungan Ekspansi (Expansion Joint), meter panjang
tipe C4 (celah = 50 mm)
8.11.(7) Sambungan Ekspansi (Expansion Joint), tipe D meter panjang
8.11.(8) Sambungan Ekspansi (Expansion Joint), tipe E meter panjang
8.11.(9) Modular Expansion Joint 2 seal meter panjang
8.11.(10) Modular Expansion Joint 1 seal meter panjang
8.11.(11) Rubber Expansion Joint, Fixed 20 meter panjang
8.11.(12) Rubber Expansion Joint, Moved 50 meter panjang
8.11.(13) Rubber Expansion Joint, Moved 100 meter panjang

8 - 135
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.12 PERLETAKAN BEARINGS

S8.12.1 Umum
1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan bearing shoes dan bearing pads
untuk bangunan atas jembatan, dan lembaran karet untuk RC frame dan plat injak
(approach slabs).

2) Standar Rujukan
SNI 03-4801-1998 : Spesifikasi Bantalan Elastomer Tipe Polos dan Tipe
Berlapis untuk Perletakan Jembatan
SNI 03-4816-1998 : Spesifikasi Bantalan Karet untuk Perletakan Jembatan
(AASHTO M251-90)
SNI 06-3042-1992 : Bantalan Karet Jembatan
SNI 03-3967-2002 : Metode Pengujian Regangan Tekan dan Tegangan
Geser Bantalan Karet Jembatan
AASHTO M102-06 : Carbon Steel Forging or General Industrial Use
AASHTO M105-07 : Gray Iron Castings
AASHTO M163-07 : Corrosion-Resistant Iron-Chromium, Iron-Chromium-
Nickel and Nickel-based Castings for General
Application.
AASHTO M169-06 : Cold-finishing Carbon Steel Bars and Shafting
AASHTO M183-90 : Structural Steel
AASHTO M192-86 : Steel Casting for Highway Bridges
AASHTO M251-90 : Laminated Elastomeric Bridge Bearings
ASTM A-47 : Mild Castings (Grade No. 35019)
ASTM D-3183 : Elastomeric Bearings

S8.12.2 Bahan dan Jaminan Mutu


1) Bearing Shoes
Material untuk bearing shoes tipe umum harus memenuhi ketentuan berikut:
JIS G 3101 : Baja Gulung untuk struktur umum SS-41
JIS G 5101 : Baja Karbon Tuang SC-46
JIS G 5102 : Kuningan Tuang Kuat Tarik Tinggi HBsC3
Kontraktor harus menyiapkan dan menyerahkan usulan untuk material ini untuk
meminta Persetujuan Konsultan Pengawas sebelum menyediakan bearing shoes Type
seperti dalam Gambar.

8 - 136
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

2) Bearing Pads
Bearing Pads terdiri lapisan elastometer dan logam, atau elastometer dan serat yang
direkatkan menjadi satu kesatuan. Bahan dasar elastomer adalah karet alam (natural
rubber) atau karet sintetis (chloroprene) yang harus memenuhi persyaratan berikut :

No. Uraian Test ASTM Persyaratan


1. Hardness D - 2240 65 ±5
2. Tensile Strength D - 412 Min. 169 kg/cm2
3. Elongation at Break D - 412 Min. 350 %
4. Shear Strength D - 624 Min. 15 kg/cm2
5. Compression Set, 22 jam pada suhu 70° C D - 395 Min. 25 %
6. Ozone Resistance, 20 % strain pada suhu D - 1149 Tidak retak
38° C ± 1° C selama 100 jam (No cracks)
7. Accelerated Aging selama 70 jam pada suhu
100°C
- Perubahan Hardness D - 573 Maks. +10 point
- Perubahan Tensile Strength Maks. – 15 %
- Perubahan Elongation at Break Maks. – 40 %
8. Adhesion Strength D 429 Min. 714 kg/m
Kekuatan adhesi vulkanisasi
Kontraktor harus menyerahkan sertifikat dari pabrik dan hasil test tersebut diatas
untuk disetujui Konsultan Pengawas sebelum menyediakan bearing pad.

3) Rubber Sheet
Material untuk rubber sheet adalah karet sintetis chloroprene atau styrene – butadiene,
sesuai dengan ketentuan pada :

Durometer Hardness ASTM D-2240 40 points + 5


Tensile Strength, min. ASTM D-412 1450 psi
Ultimate Elongation, min. 400%
.
Kontraktor harus menyerahkan sertifikat dari pabrik, untuk disetujui Konsultan
Pengawas sebelum menyediakan lembaran karet.

S8.12.3 Pelaksanaan Pekerjaan


1) Bearing Shoes
a. Bearing shoes umumnya harus dipasang tepat pada posisi yang ditentukan,
sebelum pelaksanaan pekerjaan bagian bangunan atas jembatan dilakukan.
Pekerjaan pemasangan ini harus dikerjakan hati-hati dengan adukan mortar
khusus yang tidak susut (non-shrink mortar) sehingga alas bearing shoes melekat
pada bagian atas pier atau abutment secara kokoh.

8 - 137
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Bila Konsultan Pengawas memberikan persetujuan dan bearing shoes dipasang


setelah pelaksanaan bangunan atas jembatan, adonan anti susut harus disebar di
bawah alas bearing shoes, dan kemudian dilekatkan pada bagian atas bangunan
bawah jembatan (substructure).
b. Memasang baut angkur
Pemasangan baut angkur sesuai ketentuan Pasal S8.01.3.b.11) ”Persiapan Kerja”.
c. Klasifikasi bearing shoes adalah sebagai berikut :

Type Beban Perencanaan Keterangan


Type A 125 Ton Moveble Bearing
Type B 150 Ton Moveble Bearing
Type C 175 Ton Moveble Bearing
Type D 275 Ton Moveble Bearing
Type E 450 Ton Moveble Bearing
Type F 450 Ton Fixed Bearing

d. Pot Bearing
Semua ketentuan mengenai Bearing (Dudukan Jembatan) dalam Spesifikasi ini,
yang tidak bertentangan dengan Spesifikasi tentang Pot Bearing yang akan
diuraikan dibawah ini tetap berlaku.
i. Umum
(a) Lingkup Pekerjaan :
Disain (Perencanaan, Pembuatan, Pengiriman, dan Pemasangan Pot
Bearing).
(b) Perhitungan Pot Bearing dan Shop Drawing :
(i) Sebelum pelaksanaan pembuatan/produksi Pot Bearing dimulai
maka perhitungan dan shop drawingnya harus diserahkan lebih
dahulu untuk dilakukan pengecekan (review) terhadap Spesifikasi
yang telah diberikan dan harus mendapat persetujuan dari Pemberi
Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
(ii) Shop drawing yang disampaikan tersebut harus menunjukkan
dengan jelas ukuran plat, alat pelengkap penyambungan, ukuran
angkur dan jenis pengencang (mur, baut dan ring) serta peralatan
tambahan lainnya. Untuk gambar penyambungan dengan las harus
menggunakan simbol standar pengelasan termasuk panjang bersih
pengelasan.

8 - 138
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

(iii) Gambar pelaksanaan (shop drawing) tersebut harus ditandatangani


dan diperiksa oleh teknisi fabrikasi yang bertanggung jawab pada
pelaksanaan pembuatan.
(c) Surat Lisensi :
Pot Bearing dirakit / diproduksi di negara bukan dari tempat asal negara
yang bersangkutan (perakitannya dilakukan di negara lain), maka
sebelum mengajukan perhitungan dan shop drawing pihak Kontraktor
harus menunjukkan surat lisensi yang diterbitkan langsung oleh pabrik
negara asal tempat Pot Bearing itu di produksi awal.
ii. Design dan Pembuatan
Disain dan pembuatan Pot Bearing harus memenuhi semua persyaratan-
persyaratan termasuk persyaratan desain seperti yang tercantum dalam
Gambar, dan diproduksi sesuai dengan ketentuan AASHTO 1992 atau BS
(British Specification) 5400 bagian 9 dan juga petunjuk serta persyaratan
yang diuraikan dalam Spesifikasi dibawah ini :
(a) Perakitan Pot Bearing
(i) Jenis-jenis
Pot Bearing yang akan diproduksi meliputi Fixed, Guided dan Free
(Multi Directional) sebagaimana ditunjukkan dalam gambar dan
harus mampu memenuhi semua persyaratan :
 Beban yang disyaratkan sebagaimana disebutkan dalam Gambar.
 Movement (pergerakan/pergeseran) sebagaimana disebutkan
dalam Gambar.
 Rotasi (min. 0,02 radian).
(ii) Kondisi beban bekerja penuh
Desain Pot Bearing harus memperhitungkan kondisi pada saat beban
bekerja penuh sedemikian rupa, sehingga tidak mengalami
kerusakan yang dapat mempengaruhi kinerja dan fungsinya atau
dapat menyebabkan pengeluaran biaya perawatan yang sedemikian
besar dalam kurun waktu umur manfaat Pot Bearing.
(iii) Kondisi batas Ultimate
Kekuatan batas dan stabilitas Pot Bearing harus cukup kuat untuk
menahan beban desain ultimate dan dapat menerima pergerakan/
pergeseran struktur yang terjadi.
(iv) Umur Rencana
Pot Bearing dan hasil pemasangannya harus mempunyai umur
penggunaan/pemakaian yang sepadan dengan umur rencana
Jembatan. Oleh karena itu pihak calon rekanan dan/atau Sub

8 - 139
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Kontraktor harus memberikan surat jaminan (garansi) minimal 10


tahun terhadap produksi Pot Bearing dan pemasangannya.
(v) Regangan Tahanan terhadap Translasi :
Pot Bearing harus didesain sedemikian rupa sehingga mempunyai
regangan tahanan yang cukup kuat untuk menahan pergeseran
translasi akibat pengaruh beban (service load) ataupun 10% dari
rencana beban tetap arah vertical dan ditentukan berdasarkan
pengaruh yang terbesar.
(vi) Pelat untuk Pot Bearing baik yang berupa bahan baja maupun
stainless steel harus dibentuk dari bahan dasar yang utuh (solid),
bukan dari baja tuang maupun hasil penyambungan dengan las.
(b) Bahan
(i) Bahan yang digunakan untuk pembuatan Pot Bearing harus dari
bahan baku yang baru, bukan dari bahan baku bekas ataupun dari
bahan daur ulang.
(ii) Semua komponen baja untuk pembuatan Pot Bearing harus dari baja
tahan cuaca sebagai disyaratkan dalam ASTM A588 atau BS Grade
50.
(iii) Penyelesaian semua komponen Pot Bearing yang meliputi plat atas
dan plat dasar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Sebelum perakitan harus dibersihkan dengan menggunakan udara
tekanan tinggi (Blast Clean) sesuai dengan SSPC-SP8
commercial Blast Cleaning.
 Semua permukaan harus di Prime Coat sebelum dirakit.
 Semua permukaan Expose harus diberikan “one top coat”.
 Cat yang digunakan untuk melapisi permukaan harus diberi bahan
Zinc dan mempunyai lapisan akhir berupa lapisan film setebal
100 m minimum.
 Semua peralatan pengencang/ pengikat seperti baut, mur dan ring
harus tahan terhadap karat (galvanized).
 Lempengan Stainless Steel harus diberi bahan yang memenuhi
persyaratan BS Type 316. Penyambungan antara stainless steel
dan plat baja harus dilakukan dengan menggunakan pengelasan
dengan cara menerus (tidak terputus). Permukaan stainless steel
yang berhubungan dengan Poly Tetra Flour Ethylene (PTFE)
harus merupakan permukaan yang benar-benar licin dengan
kualitas seperti kaca cermin (bright annealed mirror, No. 8)
dengan ketidakrataan/kekasaran permukaan kurang dari
0,0005 mm2. Pembuatan permukaan dengan kualitas tersebut

8 - 140
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

diatas dilakukan bukan dengan cara mekanis (menggosok


permukaan dengan amplas hingga licin), tetapi melalui proses
kimiawi, yaitu annealed mirror (pemanasan permukaan yang
kemudian didinginkan secara perlahan-lahan, sehingga tidak
getas).
 PTFE (Poly Tetra Fluor Ethylene)
o Merupakan bahan Polymer murni 100% yang harus memenuhi
persyaratan ASTM D1457-91a, unfilled (polos) atau filled
(terisi) dengan bahan yang sesuai dan / atau diperkuat untuk
mengurangi kecenderungan aliran udara dingin sehingga
kualitas gesekan PTFE yang disyaratkan dapat tetap
dipertahankan.
o Bagian PTFE yang akan disambungkan dengan baja harus
dibuat kasar sebelum dilakukan penyambungan.
o Ketentuan ini berlaku untuk PTFE menurut Tabel S8.12.3.(1)
dibawah ini.

Tabel S8.12.3.(1) Ketentuan PTFE (Poly Tetra Fluor Ethylene)


Lembaran Lembaran
ASTM
Lembaran dengan dengan Fabrikasi
Sifat Phisik (metode
Tanpa isi 15% 25% fiber woven
test)
fiberglass carbon
Specific Grafity D4894, 2,16±0.03 2,22±0.03 2,10±0.03 -
D4895
atau
D5977
Melting Point D4894, 623±2 621±18 621±18 -
(°F) D4895
atau
D5977
Tensile Strength D4894, 2800 1 2000 2 1300 2 24000
(psi) D4895
atau
D5977
Elongation at D4894, 200 1 150 2 75 2 35 1
Break (%) D4895
atau
D5977
Keterangan :
1
Digunakan Metode Test ASTM D - 2256
2
Digunakan Metode Test ASTM D - 638

8 - 141
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

o Bahan baku PTFE tersebut harus memenuhi persyaratan :


 Tahan terhadap semua jenis produk asam, alkali serta
minyak.
 Stabil pada suhu antara – 220 C sampai dengan 260 C.
 Tidak mudah terbakar.
 Tidak menyerap air.
 Bahan Elastomer dari bahan karet jenis chlorophene yang dilebur
menjadi satu bagian. Karakteristik/ sifat fisik karet alam yang
digunakan harus memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut
dalam dalam ketentuan Tabel pada S10.10(2)b pada Spesifikasi
ini.
(c) Toleransi
(i) Toleransi semua dimensi bagian-bagian bearing tidak boleh lebih
dari  3 mm pada arah mendatar maupun pada arah vertical.
(ii) Toleransi kemiringan PTFE maksimum sebesar 0,2 mm untuk
diameter atau panjang diagonal kurang dari 800 mm. Sedangkan
untuk diameter lebih besar dari 800 mm toleransinya adalah 0,025%
dari diameter atau panjang diagonal. Untuk bidang PTFE yang
membuat lebih dari satu bagian PTFE, maka digunakan ukuran
diameter lingkaran atau panjang diagonal dari segi empat (rectangle)
yang mengelilingi PTFE.
(iii) Toleransi dimensi PTFE arah mendatar tidak boleh lebih dari
 1,00 mm.
(iv) Toleransi ukuran cerukan (recess) untuk sisi PTFE adalah :
 Antara 0 mm hingga + 1 mm untuk dimensi PTFE tidak lebih dari
500 mm.
 Antara 0 mm hingga 2 % dari dimensi PTFE yang lebih besar
dari 500 mm.
(v) Toleransi kerapatan antara piston dan pot, yaitu antara + 0,75 mm
sampai +1,25 mm.
iii. Pengetesan
(a) Ketentuan Umum
Pengetesan Pot Bearing harus dilakukan minimal satu buah untuk
masing-masing type Pot Bearing, yaitu Fixed, Guided dan Free Pot
Bearing. Jadi ada 3 (tiga) Type Pot Bearing yang akan dilakukan
pengetesan (sesuai yang dipakai dalam Gambar). Biaya pengetesan yang
akan dilakukan harus sudah diperhitungkan dalam harga yang diajukan

8 - 142
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

dalam penawaran. Pelaksanaan pengetesan dilakukan setelah pembuatan


Pot Bearing selesai. Pengetesan minimal harus disaksikan oleh dua orang
wakil dari Pemberi Tugas, satu orang dari Konsultan Pengawas dan
wakil dari Kontraktor.
(b) Ketentuan Teknis
Ketentuan pelaksanaan pengetesan yang dilakukan secara terpisah untuk
masing-masing item pengetesan, meliputi :
(i) Pengetesan arah vertikal dilakukan dengan gaya sebesar 100% dari
beban vertikal maksimum pada kondisi ultimate (Sesuai tabel gaya
Pot Bearing pada Gambar).
(ii) Pengetesan arah Horizontal (gaya geser) dilakukan dengan gaya
sebesar 100% dari beban horizontal maksimum kondisi ultimate
(sesuai tabel gaya Pot Bearing pada Gambar).
(iii) Pengetesan sliding (gelincir) pada Pot Bearing type Guided untuk
menentukan koefisien geser pada kondisi beban vertikal maksimum
dan minimum.
(iv) Pengetesan terhadap rotasi maksimum yang terjadi pada kondisi
beban bekerja (service load) yang terjadi bersama-sama baik beban
vertikal maupun beban horizontal.
(c) Ketentuan Lainnya
(i) Rotasi
Kapasitas rotasi bearing pada sumbu horizontal sekurang-kurangnya
 2%.
(ii) Rel (Guides) untuk type Guided dan Free Bearing
Rel yang digunakan untuk penahan gaya lateral harus dilapisi
dengan PTFE baik type Filled maupun Unfilled (polos) sehingga
koeffisien geseknya jauh lebih kecil dari pada koefisien gesek antara
baja dengan baja. Material yang umumnya digunakan untuk melapisi
rel penahan tersebut dapat berubah dari :
 PTFE polos (Unfilled).
 PTFE filled : mengandung bahan serat gelas (fibre glass) seberat
25%,
 Lead filled PTFE in a bronze matrix,
 PTFE yang diperkuat dengan jala logam (metal mesh)
(iii) PTFE yang digunakan dalam Rel penahan harus dilekatkan tidak
hanya menggunakan bonding (bahan perekat), tetapi juga
menggunakan pengencang mekanis sebagai perkuatan tambahan.

8 - 143
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

(iv) Tekanan akibat pengaruh total beban bekerja/ service load (beban
mati dan beban hidup) pada bagian tengah dan tepi PTFE, harus
lebih kecil dari 45 N/mm2.
(v) Tekanan beton Maksimum yang diperkenankan terjadi dibawah
Pot Bearing tidak boleh lebih besar dari pada 225 Kg/cm2.
(vi) Pabrik Pot Bearing harus bertanggung jawab terhadap semua hasil
produksi, meliputi bagian Pot Bearing termasuk kekuatan
sambungan permukaan PTFE dan stainless Steel. Sambungan
antara lembaran stainless steel dan PTFE pada bahan baja harus
mempunyai kekuatan minimal 20% dari beban bekerja
maksimum pada bidang geser.
(vii) Koefisien geser dari permukaan PTFE terhadap permukaan
stainless steel harus kurang dari 0,03.
(viii) Penggantian Pot Bearing
Bearing yang akan diproduksi merupakan removable pot bearing
(bearing dapat diganti pada saat jangka waktu umur
penggunaannya telah berakhir). Tekanan gelincir pada bidang
kontak PTFE : Tekanan rata-rata pada bidang kontak PTFE murni
didalam bearing tidak boleh lebih dari ketentuan berikut :
 Pengaruh beban tetap : 30N/mm2 (pada bagian tepi maupun
tengah PTFE).
 Pengaruh total beban : 45N/mm2 (pada bagian tepi maupun
tengah PTFE).
(ix) Pengelasan Stainless steel
Pengelasan pada sambungan antara stainless steel dan plat baja
tumpuannya harus menerus untuk mencegah pengaruh
kelembaban, dan seragam tanpa overlap. Pastikan bahwa
stainless steel tetap mempunyai posisi datar selama umur
pemakaiannya. Pelekatan dengan menggunakan Bonding tidak
diizinkan.
2) Bearing Pads
Bearing pads harus dipasang tepat pada tempatnya sesuai dengan Gambar atau
petunjuk Konsultan Pengawas.
Bila dipasang diatas lapisan tipis adukan semen (mortar), adukan itu harus diberi
pengawet dan harus sudah mencapai kekuatan yang cukup sebelum balok jembatan
diletakkan.
Bearing pads harus dijaga tetap pada posisinya selama penempatan belok jembatan.
Bila balok jembatan telah terpasang, bearing pads dan daerah sekitarnya harus
dibersihkan.

8 - 144
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

3) Rubber Sheet
Lembaran karet ukuran dalam Gambar harus dipasang pada Mesnager hinge (concrete
hinge) slab jembatan menerus pada ujung RC frame dan approach slab yang
berdekatan sebagaimana nampak pada Gambar atau atas petunjuk Konsultan
Pengawas.

S8.12.4 Metoda Pengukuran


Jumlah bearing shoes diukur menurut jumlah masing-masing tipe yang sudah selesai
terpasang di tempat dan disetujui.
Jumlah bearing pads diukur menurut jumlah masing-masing tipe yang sudah selesai
terpasang di tempat sesuai dengan gambar, tanpa melihat ukurannya.
Jumlah lembaran karet diukur menurut jumlah meter persegi yang sudah selesai
terpasang ditempat dan disetujui.

S8.12.4 Dasar Pembayaran


Pekerjaan yang diukur secara tersebut di atas dibayar menurut Harga Satuan Kontrak.
Pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan, pembuatan,
pengangkutan, pengecatan dan pemakaian segala material, termasuk tenaga kerja,
peralatan dan kebutuhan-kebutuhan insidental lainnya.
Detail asesori seperti tertera dalam gambar, dan mencakup batang angkur dan
penutupnya, baja tulangan, dan lain-lain.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.12.(1) Metal Bearing shoe, tipe A Buah
8.12.(2) Metal Bearing shoe, tipe B Buah
8.12.(3) Metal Bearing shoe, tipe C Buah
8.12.(4) Metal Bearing shoe, tipe D Buah
8.12.(5) Metal Bearing shoe, tipe E Buah
8.12.(6) Bearing Pad dengan asesori ukuran (200 x 200 x Buah
20 mm)
8.12.(7) Bearing Pad dengan asesori ukuran (300 x 300 x Buah
24 mm)
8.12.(8) Bearing Pad dengan asesori ukuran (300 x 350 x Buah
36 mm)
8.12.(9) Bearing Pad dengan asesori ukuran (350 x 400 x Buah
39 mm)

8 - 145
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.12.(10) Bearing Pad dengan asesori ukuran Buah
(400 x 450 x 45 mm)
8.12.(10).a Bearing Pad dengan asesori ukuran buah
(400 x 400 x 39 mm)
8.12.(10).b Bearing Pad dengan asesori ukuran buah
(400 x 450 x 39 mm)
8.12.(11) Bearing Pad dengan asesori ukuran buah
(450 x 500 x 60 mm)
8.12.(11).a Bearing Pad dengan asesori ukuran buah
(450 x 450 x 39 mm)
8.12.(11).b Bearing Pad dengan asesori ukuran buah
(450 x 500 x 52 mm)
8.12.(12) Bearing Pad dengan asesori ukuran buah
(500 x 550 x 68 mm)
8.12.(12).a Bearing Pad dengan asesori ukuran buah
(500 x 550 x 60 mm)
8.12.(13) Rubber Sheet meter persegi

8 - 146
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.13 SANDARAN (RAILING)

S8.13.1 Umum
1) Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pengecoran beton untuk tembok sandaran yang mengacu
pada S8.01 “Beton”. Sedangkan pekerjaan sandaran terdiri dari penyediaan, fabrikasi
dan pemasangan sandaran baja untuk jembatan dan pekerjaan lainnya seperti
galvanisasi, pengecatan, tiang sandaran, pelat dasar, baut pemegang dan sebagainya,
sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar, memenuhi Spesifikasi ini atau
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.

2) Pekerjaan Pasal Lain Yang Bekaitan Dengan Pasal Ini


a. Manajemen Lalu Lintas : S1.08
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : S1.18
c. Beton : S8.01
d. Baja Struktur : S8.04
e. Adukan Semen : S8.08

3) Toleransi

Diameter lubang : + 1 mm, - 0,4 mm


Tiang Sandaran : Akan dipasang baris demi baris serta ketinggian, tiang-
tiang harus tegak dengan toleransi tidak melampaui 3 mm
per meter tinggi.
Sandaran (railing) : Panel sandaran yang berbatasan harus segaris satu dengan
lainnya dalam rentang 3 mm.
Kelengkungan : Sandaran harus memenuhi kurva jembatan. Kurva ini
dapat dibentuk dengan serangkaian tali antara tiang.
Tampak : Sandaran harus menunjukkan penampilan yang halus dan
seragam jika dalam posisi akhir.

4) Standar Rujukan
SNI 03-6764-2002 : Spesifikasi Baja Struktural.
AASHTO M111 - 87 : Galvanizing.
AASHTO M160 - 90 : General Requirement for Delivery of Structural Steel.
ASTM A-307 : Mild Steel Nuts and Dolts.
AWS D-210 : Welded Highway and Steel Bridges.
Pd T-07-2005-B : Pelaksanaan pekerjaan beton untuk pekerjaan jalan dan
jembatan

8 - 147
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

5) Pengajuan Kesiapan Kerja


a. Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja untuk disetujui Konsultan Pengawas
untuk setiap jenis sandaran baja yang akan dipasang. Fabrikasi tidak boleh
dimulai sebelum gambar kerja disetujui.
b. Kontraktor harus menyerahkan sertifikat pabrik pembuat sandaran baja yang
menunjukkan mutu baja, pengelasan, dan sebagainya.

6) Penyimpanan dan Penanganan Bahan


Bagian-bagian baja harus ditangani dan disimpan dengan hati-hati dalam tempat
tertentu, rak atau landasan, dan tidak boleh bersentuhan langsung dengan permukaan
tanah serta harus dilindungi dari korosi. Bahan harus dijaga agar bebas dari debu,
minyak, gemuk dan benda-benda asing lainnya. Permukaan yang dicat harus
dilindungi baik di bengkel maupun di lapangan. Sekrup-sekrup harus dilindungi dari
kerusakan.

7) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a. Selama pengangkutan, penyimpanan, penanganan atau pemasangan, setiap
sandaran yang mengalami kerusakan berat seperti melengkung atau penyok, harus
diganti. Sandaran yang mengalami kerusakan pada pengelasan harus
dikembalikan ke bengkel untuk diperbaiki pengelasannya dan digalvanisasi ulang.
b. Sandaran yang mengalami kerusakan pada galvanisasi atau pengecatan harus
dikembalikan ke bengkel dan diperbaiki sampai baik. Kerusakan kecil pada
pekerjaan cat mungkin dapat diperbaiki di lapangan, sesuai dengan persetujuan
dari Konsultan Pengawas.

8) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima


Tanpa mengurangi kewajiban Kontraktor untuk melaksanakan perbaikan terhadap
pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana disyaratkan dalam
Pasal S8.13.1.7) “Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan”
di atas, Kontraktor juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan dari semua
sandaran jembatan yang telah selesai dan diterima selama Periode Pelaksanaan.

S8.13.2 Bahan dan Jaminan Mutu


1) Baja
Bahan untuk sandaran jembatan harus baja rol dengan tegangan leleh 2800 kg/cm2
memenuhi SNI 03-6764-2002 atau standar lain yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Atas perintah Konsultan Pengawas, Kontraktor harus menguji baja rol di
instasi pengujian yang disetujui bilamana tidak terdapat sertifikat pabrik pembuatnya.

8 - 148
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

2) Baut Pemegang (Holding Down Bolt)


Baut pemegang harus berbentuk U dan berdiameter 25 mm memenuhi ASTM A-307
atau, bila disetujui oleh Konsultan Pengawas, setara dengan Baut Jangkar Dengan
Perekat Epoxy (Epoxy Bonded Stud Anchor Bolts). Paku jangkar jenis lainnya tidak
diijinkan. Semua baut pemegang harus diproteksi terhadap korosi atau digalvanisasi.

3) Beton
Bahan pekerjaan beton mengacu kepada Pasal S8.01 “Beton”.

4) Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan
dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan dalam Standar Rujukan dalam Pasal
S8.13.1.4) “Standar Rujukan”.

S8.13.3 Pelaksanaan Pekerjaan


S8.13.3.a Peralatan
1) Umum
Fabrikasi umumnya harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari Pasal S8.04
“Baja Struktur”. Sandaran harus difabrikasi di bengkel yang disetujui. Sambungan
pada panel yang berbatasan harus sangat tepat (match-marked) untuk maksud
pemasangan.

2) Pengelasan
Pengelasan harus dilaksanakan oleh tenaga yang trampil, dengan cara yang ahli,
mengetahui detil semua sifat-sifat bahan. Lapisan yang terekspos harus dikupas,
digosok, dikikir dan dibersihkan untuk mendapatkan penampilan yang bersih sebelum
digalvanisasi.
Pelat dasar harus dilas ke tiang-tiang untuk menghitung setiap ketinggian yang
diberikan dalam Gambar dan dengan cara yang sedemikian hingga tiang-tiang ini akan
tegak jika dalam posisi akhir.

3) Galvanisasi
Semua bagian baja harus digalvanisasi sesuai dengan AASHTO M111-90
Galvanizing, kecuali jika galvanisasi ini telah mempunyai tebal minimum 80 mikron.
Pekerjaan pengeboran dan pengelasan harus sudah selesai sebelum galvanisasi. Agar
kondensasi uap air dapat lolos setelah fabrikasi sebelum galavanisasi, pipa harus
dilengkapi dengan lubang yang ditunjukkan dalam Gambar. Setiap penambahan
lubang yang diperlukan untuk pengaliran atau diperlukan untuk galvanisasi harus
diletakkan dalam posisi yang sedemikian hingga tidak langsung tampak dan tidak
mengurangi kapasitas pipa terhadap beban. Pipa harus digalvanisasi luar dan dalam.

8 - 149
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Setelah galvanisasi elemen-elemen sandaran selesai, pengelasan atau pengeboran tidak


boleh dilakukan tanpa persetujuan Konsultan Pengawas. Perbaikan galvanisasi,
selanjutnya akan dilaksanakan (setelah semua karat, uap air, galvanisasi yang
mengelupas, minyak dan benda-benda asing lainnya telah dibersihkan) dengan 3 lapis
cat dasar serbuk seng (zinc dust) yang bermutu tinggi dan awet seperti yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

S8.13.3.b Pemasangan
Pemasangan harus sesuai dengan Pasal S8.04 “Baja Struktur”. Sandaran harus
dipasang dengan hati-hati sesuai dengan garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam
Gambar. Sandaran harus disetel dengan hati-hati sebelum dimatikan agar dapat
memperoleh sambungan yang tepat, alinyemen yang benar dan lendutan balik
(camber) pada seluruh panjang. Persetujuan dari Konsultan Pengawas harus diperoleh
sebelum sandaran dimatikan. Kontraktor akan memberitahukan Konsultan Pengawas
bilamana pemeriksaan dan persetujuannya diperlukan.

S8.13.4 Metode Pengukuran


Sandaran baja harus diukur untuk pembayaran dalam jumlah meter panjang sandaran
dari jenis yang ditunjukkan dalam Gambar, selesai di tempat dan diterima. Pengukuran
harus dilaksanakan sepanjang permukaan elemen-elemen sandaraan antara pusat-pusat
tiang tepi dan harus termasuk semua tiang-tiang bagian tengah, penyangga sandaran
dan elemen-elemen ujung. Tidak ada pembayaran tersendiri yang dibuat untuk pelat
dasar, baut pemegang, panel-panel yang dimasukkan dan setiap perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menyelesaikan sandaran.

S8.13.5 Dasar Pembayaran


Kuantitas sandaran baja diukur seperti yang disyaratkan di atas akan dibayar dengan
Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum di
bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan pembayaran
yang demikian harus dipandang sebagai kompensasi penuh untuk penyediaan
sandaran, tiang-tiang tepi dan bagian tengah, penyangga sandaran, pelat dasar, baut
pemegang, panel-panel yang dimasukkan, panel dan perlengkapan ujung, ditambah
pengiriman, pemasangan, penanganan permukaan dan penyediaan semua pekerja,
peralatan, perkakas dan lain-lain yang diperlukan untuk penyelesaian yang
sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Pasal ini.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.13.(1) Sandaran (Railing) meter panjang

8 - 150
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

S8.14 PAPAN NAMA JEMBATAN

S8.14.1 Umum
1) Uraian
Arti dari papan nama jembatan dalam Spesifikasi ini adalah papan monumen yang
menerangkan nama, nomor, lokasi, tahun pembuatan dan panjang jembatan yang
dipasang di parapet jembatan. Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan dan pemasangan
papan nama jembatan dalam bentuk dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar.

2) Pekerjaan Pasal Lain Yang Bekaitan Dengan Pasal Ini


a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Pasal S1.18
b. Adukan Semen : Pasal S8.08

S8.14.2 Bahan dan Jaminan Mutu


Bahan yang digunakan adalah marmer atau batu alam. Papan nama ini harus diukir
nama dan lambang Kementerian Pekerjaan Umum dan PT. Jasa Marga dan nama
jembatan yang telah disetujui secara tertulis, jumlah dan lokasi jembatan yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

S8.14.3 Pelaksanaan Pekerjaan


Kontraktor harus mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas atas apa yang akan dituliskan pada papan nama jembatan.
Papan nama jembatan telah diberi nama jembatan dan telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas, dapat dilakukan pemasangan yang sesuai. Selanjutnya Konsultan Pengawas
akan memberikan persetujuan pemasangan papan nama jembatan tersebut.

S8.14.4 Metode Pengukuran


Kuantitas yang dibayar adalah jumlah aktual papan nama jembatan yang telah selesai
dipasang dan diterima oleh Konsultan Pengawas.

S8.14.5 Dasar Pembayaran


Kuantitas yang diukur seperti disyaratkan di atas harus dibayar berdasarkan Harga
Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah dan
ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut sudah merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan bahan, pekerja,
peralatan, perkakas dan semua keperluan lainnya atau biaya untuk menyelesaikan
pekerjaan yang sebagaimana mestinya seperti disyaratkan dalam Pasal ini.

8 - 151
Spesifikasi Umum (Jasa Marga)

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
8.14.(1) Papan Nama Jembatan Buah

8 - 152

Anda mungkin juga menyukai