Anda di halaman 1dari 58

PERENCANAAN

SUBDIT TEKNIK JEMBATAN


DIREKTORAT BINA TEKNIK
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

ANGUNAN ATAS JEMBATAN

Makassar, 6 Mei 2013 1


Lingkup Pembahasan

1. Struktur Atas Jembatan


2. Dasar Perencanaan Struktur atas
Jembatan
3. Kriteria Disain Struktur Atas Jembatan
4. Pembebanan Struktur Atas Jembatan
5. Tahap Perancangan Struktur Atas
Jembatan
6. Perhitungan Struktur Atas Jembatan
Jembatan

1. Merupakan bangunan yang membentangi


sungai, jalan, jurang, selat dll agar kedua
tepinya terhubung sehingga dapat dilalui
kendaraan & orang.
2. Jembatan terdiri dari struktur atas,
bangunan bawah dan pondasi.
3. Bangunan atas memikul beban lalu lintas
kendaraan selanjutnya beban tersebut
disalurkan ke kepala jembatan dan
pondasi.
Family Tree Jembatan
PLAT
Beton Biasa
(Slab Bridge)

Balok
GELAGAR
Kayu Cast in Place Balok Box
(Girder Bridge)
Beton Bertulang
Kayu Pra-Fabrikasi Balok
Biasa
RANGKA Composite :
Beton
(Truss) Gelagar Baja + Lantai Beton
Gelagar Baja &
Baja
Lantai Kayu / Baja

Beton Pratekan Pre-tensioned Plat- Slab Units


SUPERSTRUCTURE Balok
JEMBATAN Kayu
Balok
Beton Box
Biasa
Beam Units
PELENGKUNG
Beton Pratekan
(Arch)
Post-tensioned Plat- Slab Units
Baja
Balok
Balok
Pasangan Batu
Box
Balok
KABEL
Beam Units

4
Bagian-bagian Struktur Atas Jembatan

1. LANTAI KENDARAAN
a. Pelat Lantai Kendaraan
b. Balok Memanjang
c. Balok Melintang

2. STRUKTUR PEMIKUL UTAMA


- Balok
- Rangka

3. IKATAN – IKATAN
- Ikatan Angin atas dan bawah
- Ikatan Rem

4. PERLETAKAN
a. Sendi
b. Rol
c. Rubber bearing pad
Bagian-bagian Struktur Atas Jembatan

Gambar A.4. Tampak Atas Lantai Jembatan Gambar A.5. Potongan Melintang Jembatan
Bagian-bagian Struktur Atas Jembatan
Bagian-bagian Struktur Atas Jembatan

Gambar A.8. Letak Ikatan Angin dan Rem


Jenis-jenis Tumpuan

c. Rubber Bearing Pad

a. Model Perletakan b. Model Perletakan


Sendi Rol
Penempatan Ikatan Rem

a. Letak Ikatan Rem pada 1 bagian ujung Lantai Kendaraan

b. Letak Ikatan Rem pada ke 2 ujung Lantai Kendaraan

b. Letak Ikatan Rem pada Bagian Tengah Lantai Kendaraan

Gambar A.9. Penempatan Ikatan Rem


Dasar Perencanan Struktur Atas Jembatan

1. Sebelum pembuatan jembatan perlu dilakukan


perencanaan dengan tujuan agar jembatan
yang dibangun dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya, tidak boros dan mampu menahan
beban sesuai dengan umur rencana.

2. Perancangan jembatan perlu


mempertimbangkan faktor ekonomis. Bentang
ekonomis jembatan ditentukan oleh
penggunaan/pemilihan tipe struktur utama dan
jenis material yang optimum.
SPESIFIKASI TEKNIS RANGKA BAJA PERMANEN

1. Perencanaan struktur jembatan termasuk bangunan pelengkap


mengacu kepada Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan
Indonesia yaitu:
 Bridge Management System (BMS) 1992 bagian BDC (Bridge Design Code)
dengan revisi pada :
• Bagian 2 dengan Pembebanan Untuk Jembatan (SK.SNI T-02-2005),
sesuai Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005
• Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI
T-12-2004), sesuai Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2004
• Bagian 7 dengan Perencanaan struktur baja untuk jembatan (SK.SNI T-
03-2005). sesuai Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005
 Kondisi khusus yang tidak terdapat dalam BMS 1992 (dan revisinya) dapat
menggunakan AASHTO atau peraturan lain yang sejenis dengan mendapat
persetujuan dari Pengguna barang/jasa

2. Bangunan atas jembatan harus direncanakan sebagai struktur yang


terletak bebas di atas dua tumpuan (simple beam). Metoda analisa
struktur harus berdasarkan atas anggapan elastik linier untuk
mendapatkan gaya-gaya dalam, sedangkan untuk analisa dimensi
komponen dan sambungan-sambungan menggunakan pendekatan
kekuatan batas (limit states)
3. Lendutan untuk struktur jembatan tidak melebihi lendutan yang
diizinkan akibat beban hidup sebesar 1/800 kali panjang bentang
untuk struktur di atas 2 tumpuan atau 1/400 kali panjang bentang
untuk struktur Kantilever
4. Rangka jembatan standar harus diberikan anti lendut (camber) yang
cukup untuk mengimbangi lendutan akibat beban mati dan beban
hidup sebesar minimal sebesar 150% dan pada saat oprasional,
camber yang terjadi akibat beban mati maksimal sebesar 1/300 kali
panjang bentang serta pada saat uji coba (loading test) tidak boleh
terjadi saging pada saat beban penuh
5. Semua sambungan baut harus direncanakan sebagai sambungan
friksi (friction bolt) dengan koefisien slip = 0.30 untuk baja yang di
Hot-dip Galvanized yang dibersihkan dengan abrasip ringan, dan
harus diperiksa terhadap kekuatan geser dan tumpuan
6. Jembatan harus direncanakan terhadap pengaruh fatik.
Pengelasan dan sambungan baut, termasuk lokasi lubang baut
dan prosedur pengelasan, harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga menjamin tidak terjadi konsentrasi tegangan yang terjadi
untuk menghindari keruntuhan akibat fatik
7. Mengingat lantai beton jembatan dibuat insitu oleh pihak ketiga dan
dengan mempertimbangkan aspek pemeliharaan dimasa yang
akan datang, cross girder dan stinger direncanakan tidak sebagai
girder komposit, Perencanaan sistem sambungan antara stringer
dengan cross girder menggunakan sistem end plate yang sesuai
dan memperhatikan kemudahan pemasangan
8. Perencanaan steel deck harus kuat terhadap beban beton basah
dan berat sendiri, dan diasumsikan hanya sebagai perancah pada
saat pelaksanaan
9. Setiap jembatan harus dirancang dengan sistem pemasangan cara
kantilever dan sebagai bentang pemberat. Pemasangan jembatan
rangka permanen dengan sistem kantilever diharuskan
menggunakan bentang pemberat (beban pengimbang), untuk
memberikan kesetimbangan pada bentang kantilever. Bentang
pemberat merupakan bentang rangka standar. Setiap bentang
jembatan harus dirancang sebagai bentang pemberat dalam kelas
yang sama
Sistem Lantai

1. Lantai jembatan mempunyai ketebalan sebesar 220 mm dipinggir


jalur lalu lintas dan 270 mm pada bagian tengah jalur lalu lintas
untuk kelas B atau 280 mm untuk kelas A, dengan ketebalan
totoar 520 mm. Beton lantai dengan mutu fc’ 30 MPa (K-350) dan
tulangan ulir dengan mutu minimal BJTD 39 (U-39). Pada
permukaan beton harus ditutup waterproofing dan aspal setinggi 5
cm ditambah 3 cm untuk overlay
2. Lantai jembatan menggunakan pelat baja bergelombang (steel
deck) digalvanis yang berfungsi sebagai perancah (pengecoran
beton) pada saat pelaksanaan, terpasang diantara stringer (tidak
menerus) dengan mutu baja minimal grade 36, degan lebar
minimal 1000mm, panjang minimal 1000mm, tebal pelat minimal
1.0 mm, tinggi gelombang 30 mm dan jarak as antar gelombang
maksimal 200 mm
Sistem Lantai

3. Bentuk steel deck dan ketebalannya harus sama untuk semua tipe
jembatan. Sambungan antara steel deck dengan cross girder atau
stringer menggunakan baut (bukan las) dan antar steel dek
overlaping minimal 50mm
4. Pada sistem lantai, jarak antar cross girder sebesar 5.0m dan antar
stinger sebesar 1141mm dengan jumlah 9 buah setiap segmen
(kelasA) atau 1100mm dengan jumlah 7 buah setiap segmen
(kelas B) dengan sistem sambungan pada stringer dengan cross
girder menggunakan sistem end plate yang sesuai. Cross girder
dan stringer dilengkapi shear connector praktis yang dilas, masing-
masing dengan ukuran 2 buah D16 dengan tinggi 125mm jarak
150mm dan ukuran 1 buah D16 dengan tinggi 125mm jarak
100mm (Khusus stringer jarak dapat 2x lebih panjang pada ¼ s/d
¾ bentangnya)

16
Lantai Jembatan

Bahan yang dapat digunakan untuk struktur lantai jembatan


antara lain: pelat baja beton komposit (steel deck composite),
beton bertulang, plat baja dan lain-lain.

Shear connector

beton

Sumber: www.corusconstruction.com
steel deck

Gambar A. 20. Steel Deck Composite


19
Dasar Perencanan Struktur Atas Jembatan
Standar Bangunan Atas Jembatan Bina Marga

1. Standar bangunan atas terdiri dari:


• Gelagar Beton Bertulang Tipe T.
• Gelagar Beton Pratekan Tipe I.
• Gelagar Beton Pratekan Tipe T.
• Girder Komposit Bentang 20 s.d 30m.
• Voided Slab Bentang 6 s.d 16m.
• Rangka Baja Bentang 40 s.d 60m.
Standar Bangunan Atas Jembatan Bina Marga
1. Revisi dan Pengembangan Standar bangunan atas:
• Gelagar Beton Bertulang Tipe T (simple beam & continous beam)
• Gelagar Beton Pratekan Tipe I & U.
• Girder Komposit Bentang 15 s.d 35m. (simple beam & continous
beam)
• Voided Slab Bentang 6 s.d 16m.
2. Standar bangunan pelengkap
• Standard Gorong-gorong Persegi Beton Bertulang (box culvert)
Single.
• Standard Gorong-gorong Persegi Beton Bertulang (box culvert)
Double.
• Standard Gorong-gorong Persegi Beton Bertulang (box culvert)
Triple
Penentuan Lebar dan Kelas Jembatan
Peraturan Perencanaan Struktur Jembatan

1. Bridge Design Code BMS’92, dengan revisi:


2. Pembebanan jembatan, RSNI T-02-2005 (Kepmen PU No.
498/KPTS/M/2005)
3. Perencanaan Struktur Beton jembatan, RSNI T-12-2004
(Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2004)
4. Perencanaan Struktur baja jembatan RSNI T-03-2005 (Kepmen
PU No. 498/KPTS/M/2005
5. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk jbt, Rev SNI 03-
2883-200X
6. Bridge Design Manual BMS’92
Konsep Disain

Filosofi disain yang sering digunakan dalam perencanaan struktur


baja maupun beton adalah perencanaan berdasarkan:

1. Perencanaan dengan Tegangan Ijin (ASD/Allowable Stress


Design )
Perencanaan untuk perhitungan kekuatan struktur didasarkan
kepada tegangan kerja atau yang diijinkan dari material
pembentuk struktur tersebut.

2. Perencanaan dengan Kondisi Batas (LRFD/ Load Resistant


Factor Design)
Kuat rencana komponen struktur tidak boleh kurang dari
kekuatan yang dibutuhkan yang ditentukan berdasarkan
kombinasi pembebanan LRFD.
Kriteria Disain Struktur Atas Jembatan

1.Kriteria disain struktur jembatan mengacu pada edaran


Dirjen BM no UM 0103-Db/242, 21 maret 2008 meliputi:
• Pokok perencanaan (Kekuatan & stabilitas, Kenyamanan &
kesalamatan, Kemudahan, Keawetan, Ekonomis, lingkungan
dan sosial, Estetika)
• Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code)
BMS ’92 dengan revisi (SK-SNI & Kepmen PU)
• Umur jembatan (50 -100 th) & Pembebanan (BM100)

2. Beban Ultimit
• Lebar Jembatan 1+7+1m (Klas A)
• Apabila tidak direncanakan secara khusus, menggunakan
standar Bina Marga sesuai dengan bentang ekonomis dan
kondisi lalu-lintas air di bawah struktur bangunan
• Perencanaan struktur atas menggunakan Limit States atau
Rencana Keadaan Batas berupa Ultimate Limit States (ULS)
dan Serviceability Limit States (SLS).
Pembebanan Struktur Atas Jembatan

BEBAN JEMBATAN

AKSI AKSI LALU AKSI AKSI


TETAP LINTAS LINGKUNGAN LAINNYA

AKSI KOMBINASI
Faktor Beban

SEMUA BEBAN PERLU DIKALIKAN


DENGAN FAKTOR BEBAN YANG TERDIRI
DARI:
-FAKTOR BEBAN KERJA (LAYAN)
-FAKTOR BEBAN ULTIMATE (Pembesaran)
-FAKTOR BEBAN ULTIMATE (Terkurangi)
Aksi Tetap

1. BEBAN SENDIRI
2. BEBAN MATI TAMBAHAN
3. BEBAN PENGARUH SUSUT DAN RANGKAK
4. BEBAN PENGARUH PRATEGANG
5. BEBAN TEKANAN TANAH
6. BEBAN PENGARUH PELAKSANAAN TETAP
AKSI LALU LINTAS

BEBAN ‘D‘ BEBAN ‘T‘

BEBAN ‘D‘ BEBAN ‘D‘


MERATA GARIS
Perlu
Dikalikan
DLA = Dynamic Load Allowance /
Faktor Kejut ‘ DLA ‘
Beban Lajur

Gambar A.12. Beban Lajur (D)


BEBAN TRUK ‘T’ TERPUSAT

‘T‘
‘ T ’ TERPUSAT TERPUSAT

4m - 9 m 5m 0.5 m 1.75 m 0.5 m


500 mm

112,5 kN 112,5 kN 500 mm 500 mm

125 mm
25 kN

112,5 kN 112,5 kN
25 kN
500 mm

125 mm

200 mm
200 mm 200 mm
Aksi Lalu Lintas

Beban lalu-lintas
 Beban Lajur "D" ( UDL dan KEL)
• Beban merata (UDL)
L < 30m q = 9 kPa
L > 30m q = 9 x ( 0,5+15/L ) kPa
• Beban garis (KEL) P = 49 kN/m
• DLA (KEL) = 0.4 untuk L < 50 meter

 Beban Truk "T“ (semi trailer)


• T = 500 kN
• DLA (T) = 0.3

Beban lalu-lintas terpilih adalah yang memberikan total


gaya dalam yang maksimum pada elemen-elemen
struktur jembatan.
Faktor Beban

FAKTOR BEBAN

JENIS s u
KMS KMS
MATERIAL
Normal Terkurangi

Baja, Alumunium 1.0 1.1 0.90


Balok Pracetak 1.0 1.2 0.85
Beton Cor Setempat 1.0 1.3 0.75

Kayu 1.0 1.4 0.70


Faktor Beban

FAKTOR BEBAN ‘ T ‘ (Transient)


s u
KTT KTT

1.0 2.0

FAKTOR BEBAN REM (Transient)


s u
KTB KTB

1.0 2.0
JEMBATAN RANGKA TERTUTUP

TEW1 TEW2

JEMBATAN RANGKA TERBUKA

TEW1 TEW2
CARA MELETAKKAN BEBAN UDL DAN KEL SEPANJANG
JEMBATAN
Pada arah memanjang jembatan, cara meletakkan
beban UDL dan KEL harus diatur sedemikian rupa
sehingga mendapatkan reaksi yang maksimum
BTR BGT

BTR BGT

BTR BGT
PEMBEBANAN UNTUK PEJALAN KAKI
6 Beban Pejalan Kaki yang berdiri sendiri
dengan bangunan atas jembatan
5

4
kPa

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Luas yang dibebani (m2)
Tahapan Perancangan Struktur Atas Jembatan

Data – data yang diperlukan

1. Fungsi jembatan; berhubungan dengan syarat kenyamanan


2. Umur rencana; berhubungan dengan material yang akan digunakan
dan bahan pengawetnya
3. Lebar jalan dan klas jalan; lebar jembatan dan pembebanan
4. Jenis jembatan ( viaduk, aquaduk); penentuan clearance ( sungai :
tergantung jenis sungainya, jalan : 5 m, laut 15 m ).
5. Horizontal clearance ditentukan berdasarkan kemudahan navigasi
kapal.
6. US Guide Specification, horizontal clearance minimum adalah
• 2 – 3 kali panjang kapal rencana, atau
• 2 kali lebih besar dari lebar channel
7. Vertical clearance ditentukan berdasarkan tinggi kapal yang lewat
dalam kondisi balast dan permukaan air tinggi. Tinggi kapal
memperhitungkan kondisi kapal yang ada & proyeksi ke depan.
Aliran

KERUSAKAN JEMBATAN AKIBAT CLEARANCE Dasar

Panjang

Air Luapan

Jembatan
Jembatan
Jarak bebas

Hanyutan
Kebebasan pelayaran

. Muka air biasa .


(Rencana aliran banjir keadaan ultimate)
Muka air banjir
sekali dalm 2 tahun
Peluapan

Aliran

Dasar

Panjang

Air Luapan

Jembatan

Kebebasan pelayaran

Muka air banjir


sekali dalm 2 tahun

40
Jenis-Jenis Kapal

41
Tahapan Perancangan Struktur Atas Jembatan

1. Bahan yang akan digunakan; berhubungan dengan


ketersediaan material
2. Peta situasi; penentuan posisi jembatan terhadap jalan
dan sungai
3. Lokasi jembatan ( di kota / di daerah mana );
berhubungan dengan peninjauan gempa
4. Data tanah ; peninjauan gempa dan jenis pondasi
5. Topografi sungai ; penentuan bentang, perlu tidaknya
pilar, penentuan letak pilar, penentuan letak kepala
jembatan.
6. Jenis sungai ; penentuan letak kepala jembatan,
Clearance, perlu tidaknya pilar
7. Muka air banjir / rintangan dibawah jembatan; posisi
struktur atas
8. Kecepatan arus air banjir; gaya pada pilar
9. Kecepatan angin; gaya pada struktur atas dan bawah
Tahapan Perancangan Struktur Atas Jembatan

1. Pembuatan bentuk / arsitek jembatan


2. Pemodelan struktur
3. Preliminary design ( Pra desain)
4. Analisa struktur
Girder Komposit

1. Struktur dikatakan komposit apabila tidak terjadi slip antara 2


material yang dihubungkan.
2. Aksi komposit antara profil baja dan lantai beton dibentuk oleh
penghubung geser (shear connector). Penghubung geser ini
direncanakan harus mampu menahan gaya geser yang terjadi di
lokasi transisi antara beton dengan baja (diantara material yang
berbeda).
3. Struktur komposit pada dasarnya adalah menambah kuat struktur
dengan penambahan momen kopel.
4. Dilihat dari sifatnya, struktur balok komposit dibedakan menjadi 2
macam:
• Semi Komposit. Pada struktur semi komposit, elemen
(girder) baja direncanakan kuat memikul beban beton cair di
atasnya. Untuk itu, tidak diperlukan perancah pada masa
pengecoran.
• Komposit Penuh. Struktur komposit sempurna, girder kuat
memikul beban setelah aksi komposit terjadi. Pada masa
pengecoran dibutuhkan perancah.
Girder Komposit

Momen nominal girder/balok komposit


1. Daerah momen negatif
Pada daerah ini aksi komposit tidak terjadi,
sebab gaya yang bekerja adalah gaya tarik,
padahal beton tidak mampu menerima gaya tarik
sehingga momen nominal yang diperhitungkan
hanya yang disumbangkan oleh penampang
profil baja saja,
 = 0,85 dan Mn = Mp
1. Daerah momen positif
Momen nominal memperhitungkan kuat tekan
pelat beton dan kuat tarik dari penampang baja
(terjadi aksi komposit).
Girder Komposit

I Shape Steel Section Hollow Steel Section


I Shape Steel Section

Box Girder with Open Section


I Shape Section with CSD

Multi Girders Section Box Girder

Gambar A.22. Tipe-tipe Girder Komposit


Girder Komposit

Gambar A.23. Penghubung Geser/Shear Connector


Girder Komposit

Lebar efektif:
1. Bentang efektif merupakan penyederhanaan distribusi
beban pada serat atas balok komposit.
2. Besarnya nilai lebar efektif (beff) adalah nilai minimum
dari
• 2 × 1/8 bentang jembatan
• 2 × 0.5 jarak antar girder
• 2 × 6 tebal pelat
Girder Beton Bertulang

Tabel A.22. Bentang Ekonomis pada Jembatan Beton


Bertulang

Jenis Bentang Ekonomis


Beton bertulang s/d 12 m
Beton prategang 12m s/d 30 m
Box Girder 30 s/d 50 m
Girder Beton Bertulang

Gambar A.27. Tampak Melintang Jembatan Balok Beton Bertulang


Girder Beton pratekan (Prategang)

Penarikan tendon pratekan dapat


dilakukan dengan dua cara:
1. Dilakukan sebelum beton dicor (pre
tensioning)
2. Dilakukan setelah beton mengeras
(post tensioning)
Pembuatan Girder Beton
Prategang
Jembatan Rangka
Bentang ekonomis 25 s/d 60 m
Tabel A.24. Berat Jembatan Rangka Baja
Rangka Baja Girder Baja

Proporsi Ekonomis
- Panjang panel 6 m
- Tinggi rangka 1/8 s/d 1/5 bentang
- Sudut batang diagonal 450 s/d 600
Jembatan Rangka
Model contoh Analisis Struktur

55
Model contoh Analisis Struktur

56
Model contoh Analisis Struktur

57

Anda mungkin juga menyukai