Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN STUDI EPIDEMIOLOGI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BUANG AIR BESAR


SEMBARANGAN (BABS) DI DESA PAKUNDEN, KECAMATAN NGLUWAR,
KABUPATEN MAGELANG

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Program Pendidikan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :
Dita Rahmawati Putri, S.Ked 12711023
Shindy Yudha Utami, S.Ked 12711137
Tedja Prakoso, S.Ked 12711053
Rosalina Febrianti, S.Ked 12711049
R. Zhafira Arrum P, S.Ked 12711015
Muhammad Ali Topan, S.Ked 10711044
Winda Widiyanti, S.Ked 09711101

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2017
LAPORAN EPIDEMIOLOGI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN (BABS) DI DESA PAKUNDEN, KECAMATAN NGLUWAR,
KABUPATEN MAGELANG

Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Klinik


Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Disusun oleh:
Dita Rahmawati Putri, S.Ked 12711023
Shindy Yudha Utami, S.Ked 12711137
Tedja Prakoso, S.Ked 12711053
Rosalina Febrianti, S.Ked 12711049
R. Zhafira Arrum P, S.Ked 12711015
Muhammad Ali Topan, S.Ked 10711044
Winda Widiyanti, S.Ked 09711101

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Dokter Pembimbing Lapangan Dokter Pembimbing Fakultas

dr. Leli Puspitowati, MM dr. Sani Rachman S, M.Sc


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN (BABS) DI DESA PAKUNDEN, KECAMATAN NGLUWAR,
KABUPATEN MAGELANG
Dita Rahmawati Putri , Shindy Yudha Utami1, Tedja Prakoso1, Rosalina Febrianti1,
1

R Zhafirra Arrum P1, Muhammad Ali Topan1, Winda Widiyanti1, Leli Puspitowati2

ABSTRAK
Latar Belakang : Perilaku buang air besar sembarangan (BABS) adalah praktek yang
berkaitan dengan kegiatan pembuangan tinja yang akses jambannya masih sembarangan
seperti di sungai, kolam, dan kebun. Kebiasaan ini menyebabkan terkontaminasinya sumber
air minum dan sumber air sehingga menimbulkan penyakit. Berbagai faktor dinilai
berhubungan dengan perilaku BABS.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku BABS di Desa Pakunden, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang
Metode: Penelitian ini merupakan observational analitic, dengan desain cross sectional yang
dianalisis secara kuantitatif. Sebanyak 91 KK dilibatkan dengan metode consecutive
sampling. Penelitian dilakukan 2 hari dengan kuisioner. Data dikumpulkan untuk dilakukan
analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis data menggunakan SPSS 21.0 dengan uji
chi square.
Hasil Penelitian : Rata-rata usia responden 40-60 tahun. Sebagian besar responden memiliki
pekerjaan non formal (90,1%), memiliki jamban (65,9%), pengetahuan baik (78%), dan sikap
buruk (51,6%). Terdapat hubungan signifikan antara perilaku BABS dengan kepemilikan
jamban, pengetahuan, dan sikap. Tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan
terhadap perilaku BABS di Desa Pakunden, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang.
Kesimpulan : Kepemilikan jamban (p=0,000), pengetahuan (p=0,000), dan sikap (0,000)
berhubungan secara signifikan dengan perilaku BABS di Desa Pakunden, Kecamatan
Ngluwar, Kabupaten Magelang.
Kata Kunci : BABS, pengetahuan, sikap, kepemilikan jamban

ABSTRACT
Background : Defecation of Free (DOF) is the practice related to excreta disposal activity
which toilet access as in rivers, ponds, and farm. This habit causes contamination of drinking
water sources and water sources causing illness. Various factors were assessed to be related
to DOF behavior.
Objective : This study aims to determine the factors that effect the behavior of DOF in the
Pakunden, Ngluwar District, Magelang.
Methods : This research used an observational analitic, with cross sectional design which is
analyzed quantitatively. A total of 91 households are involved with the consecutive sampling
method. The study was conducted 2 days with questionnaires. Data were collected for
univariate, bivariate, and multivariate analyzes. Data analysis using SPSS 21.0 with chi
square test.
Results : The average age of respondents is 40-60 years. Most of the respondents had non-
formal works (90.1%), latrines (65.9%), good knowledge (78%), and bad attitude (51.6%).
There is a significant relationship between the behavior of DOF with the ownership of
latrines, knowledge, and attitude. There is no significant relationship between the works on
the behavior of DOF in Pakunden, Ngluwar District, Magelang
Conclusions : The latrine ownership (p = 0,000), knowledge (p = 0,000), and attitude (0,000)
were significantly related to BABS behavior in Pakunden, Ngluwar District, Magelang.
Key words : DOF, knowledge, attitude, latrine
PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara berkembang saat ini mempunyai permasalahan di bidang


sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, sebagaimana negara berkembang lainnya.
Dengan adanya otonomi daerah, permasalahan di bidang sanitasi ini pun bukan lagi hanya
menjadi urusan bagi Pemerintah Pusat, namun juga sudah menjadi kewajiban dan tanggung
jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Pada kondisi sanitasi saat ini, jumlah penduduk yang
hidup dalam akses sanitasi yang buruk mencapai 72.500.000 jiwa. Mereka tersebar di
perkotaan (18,20 %) dan pedesaan (40 %). Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa di
Indonesia ada 226 kota yang masih bermasalah dengan pengelolaan air limbah, 240 kota
menghadapi masalah pengelolaan sampah, serta 100 kota masih bermasalah dengan drainase.
Sedangkan kota yang bermasalah dengan ketiganya sebanyak 52 kota1.
Salah satu target Pemerintah Indonesia yang dimuat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 terkait dengan sanitasi adalah
tercapainya kondisi Bebas Buang Air Besar Sembarangan (Bebas BABS) atau juga bisa
disebut Open Defecation Free (ODF) dengan sistem pengelolaan air limbah sistem on -site
bagi 90% total penduduk. Hal tersebut tentunya juga menunjang program Millennium
Development Goals (MDG’s) 2015 target 7 tentang memastikan kelestarian lingkungan
hidup poin C yaitu menurunkan hingga separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap
sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 20152.
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan yaitu keadaan
pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih,
teknologi, pendidikan, sosial, ekonomi, dan perilaku sangat mempengaruhi derajat
kesehatan3. Perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan
perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan. Kebutuhan setiap anggota
keluarga antara lain adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti memiliki rumah, yang
mencakup kepemilikan jamban4.
Salah satu indikator rumah sehat adalah kepemilikan jamban bagi keluarga selain
pintu ventilasi, jendela, air bersih, tempat pembuangan sampah, saluran air limbah, ruang
tidur, ruang tamu, dan dapur. Jamban sehat berfungsi untuk membuang kotoran manusia,
dengan berbagai macam bentuk seperti leher angsa, cubluk, dan sebagainya. Dalam kaitannya
dengan sarana pembuangan air besar, hubungannya yang paling mendasar dengan kualitas
lingkungan yakni fasilitas dan jenis penampungan tinja yang digunakan. Masalah kondisi
lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan
terhadap sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan pemeliharaan dan kebersihan
sarana5.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1 milyar orang atau
17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari data tersebut diatas sebesar
81% penduduk yang buang air besar sembarangan. Peningkatan sanitasi diupayakan
pemerintah agar dapat berjalan dengan baik untuk mendukung komitmen nasional dalam
pencapaian target kesepakatan pembangunan negara-negara di dunia yang tertuang dalam
Millenium Development Goals. Berdasarkan laporan MDGs, di Indonesia tahun 2010 akses
sanitasi layak hanya mencapai 51,19%. Rerata nasional perilaku buang air besar di jamban
adalah 80%. Berdasarkan hasil survei angka pertumbuhan penduduk dan rendahnya
pendapatan masyarakat menyebabkan semakin rumitnya masalah jamban. Disamping itu ada
faktor yang menyebabkan masyarakat belum tahu tentang masalah jamban, karena ada
anggapan bahwa semua urusan sanitasi merupakan urusan pemerintah6.
Salah satu kecamatan yang mendapat perhatian tentang sanitasi adalah Kecamatan
Ngluwar. Desa Pakunden merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ngluwar
Kabupaten Magelang. Desa ini memiliki jumlah penduduk 1193 KK dan terbagi menjadi 9
dusun. Kecataman Ngluwar merupakan kawasan pertanian dan merupakan daerah yang tidak
memiliki hutan,oleh karena itu mata pencaharian sebagaian besar penduduknya adalah
pertanian1.
Desa/Kelurahan ODF adalah desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang
air besar di jamban sehat, ini berarti desa/kelurahan tersebut telah mencapai perubahan
perilaku terkait pilar 1 dari 5 pilar STBM. Terkait dengan target pada akhir tahun 2014, yaitu
tidak ada lagi penduduk Indonesia yang melakukan perilaku buang air besar sembarangan
dan kondisi eksisting pada saat ini, maka perlu dilakukan strategi upaya percepatan
pencapaian target salah satunya adalah pencapaian minimal satu Desa/Kelurahan terverifikasi
ODF setiap tahunnya untuk setiap wilayah kerja Puskesmas7.
Upaya bebas buang air besar sembarangan di Desa Pakunden, Wilayah Kerja
Puskesmas Ngluwar Kabupaten Magelang dengan pertimbangan dalam surat edaran Menkes
No.132 tahun 2013 dijelaskan tentang strategi upaya percepatan pencapaian target poin 3, dan
yang termasuk dalam Wilayah Kerja Puskesmas Ngluwar, akan diadakan dideklarasikan
menjadi desa ODF. Desa yang akan diupayakan adalah Desa Pakunden, dengan jumlah KK
yang tidak memiliki jamban dari data tahun 2016 sebanyak 359 KK dari 1176 K . Masalah
kesehatan lingkungan yang diakibatkan dari buang air besar sembarangan dapat muncul
sebagai akibat dari beberapa faktor penyebab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku buang air besar (BABS) di Desa
Pakunden, Kecamatan Ngluwar, Kabupate Magelang.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang
dilakukan di Desa Pakunden, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang selama 1 minggu
yaitu tanggal 15 Mei sampa 20 Mei 2017. Sedangkan pengambilan data dilaksanakan tanggal
16 dan 17 Mei 2017.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) di Desa Pakunden
sejumlah 1193 KK. Sedangkan prosedur untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik sampling non probabilitas yaitu consecutive sampling. Sampel dalam
penelitian adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu
berjumlah 91 orang, jumlah ini didapatkan dari perhitungan besar sampel dengan nilai α 5%.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Kepala keluarga desa Pakunden, KK
yang dimaksud adalah a) Ayah kalau dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak, b) Ibu
kalau dalam keluarga tersebut statusnya janda atau ayah sulit ditemui karena sedang bekerja
di luar 2) bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian adalah :
1) Tidak bersedia menjadi responden.

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah pekerjaan, pengetahuan, sikap, dan
kepemilikan jamban sebagai variabel bebas dan perilaku buang air besar sembarangan
(BABS) sebagai variabel terikat. Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perilaku buang air besar sembarangan (BABS) adalah praktek yang berkaitan dengan
kegiatan pembuangan tinja yang akses jambannya masih sembarangan seperti di kolam,
empang, sungai, kebun. Perilaku dikatakan BABS jika dalam KK melakukan dan tidak
jika tidak melakukan perilaku BABS.
2. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan didalam atau diluar rumah untuk membantu
penghasilan keluarga. Pekerjaan dibagi menjadi sektor non formal yaitu buruh, petani,
pedagang/wiraswasta dan pekerjaan sektor formal yaitu PNS atau pegawai swasta8.
3. Tingkat pengetahuan adalah kemampuan yang dimiliki responden mengenai pemanfaatan
jamban yang meliputi pengertian, syarat jamban sehat hingga pemeliharaan jamban.
Pengetahuan dikatakan baik jika jawaban benar dari kuisioner >60% dan pengetahuan
buruk jika jawaban benar <60% 9.
4. Sikap adalah respon responden terhadap pemanfaatan jamban. Sikap dikatakan baik jika
skor 7-11 dari kuisioner dan buruk jika skor 1-6 10.
5. Kepemilikan jamban adalah ketersediaan sarana jamban yang dimiliki responden.
Kategori dibagi menjadi memiliki jamban dan tidak memiliki jamban11

Alat ukur dalam penelitian ini berupa kuisioner. Kuisioner tersebut berisi pertanyaan
tentang karakteristik responden dan faktor yang mempengaruhi perilaku BABS (pekerjaan,
kepemilikan jamban, tingkat pengetahuan, dan sikap). Alat penelitian dalam hal ini kuisioner
telah terlebih dahulu diuji validitas dan realibilitas oleh peneliti sebelumnya dengan uji
korelasi Pearson9. Sehingga alat tersebut dinilai valid dan reliabel untuk digunakan dalam
penelitian ini.
Tahapan penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian dan pelaksanaan penelitian. Pada
tahap persiapan peneliti mempersiapkan instrumen penelitian, mengurus perijinan penelitian
ke puskesmas Ngluwar dan perangkat Desa Pakunden. Pada tahap pelaksanaan peneliti
melakukan pengambilan data melalui perangkat kusioner pada sampel masyarakat Desa
Pakunden.
Dari hasil penelitian ini dilakukan coding kemudian di lakukan analisis univariat untuk
mengidentifikasi karakteristik masing-masing variabel, analisis bivariat untuk menguji
hipotesis hubungan antara variabel bebas dan terikat. Data kemudian diolah menggunakan
SPSS 21.0 menggunakan uji chi square dengan kepercayaan 95% (α=0,05). Hubungan
dikatakan bermakna apabila P<0,05. Teknik analisis multivariat yang digunakan adalah
regresi logistik pada variabel yang memiliki nilai probabilitas p<0,25 setelah diukur dengan
analisis bivariat.
HASIL PENELITIAN

Hasil Analisis Univariat


Dari gambar 1 terlihat bahwa dari 91 sampel responden yang diambil didapatkan frekuensi
terbanyak adalah pada umur 40-60 tahun. Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa dari hasil data
univariat pekerjaan responden lebih banyak pada sektor non formal yaitu 82 dengan
presentase 90,1%. Karakteristik kepemilikan jamban dari total 91 KK didapatkan 60 KK
memiliki jamban dengan presentase 65,9%. Pengetahuan responden mengenai BABS yang
memiliki skor >60% yaitu baik sebesar 71 responden dengan presentase 78%. Sikap
responden yang mendapatkan skor 7-11 yaitu baik sebesar 44 responden dengan presentase
48,4%.

Gambar 1. Grafik Distribusi Usia


Tabel 1. Hasil Analisis Univariat
Variabel Frekuensi Presentase (%)
Pekerjaan
Formal 9 9,9
Non Formal 82 90,1
Kepemilikan Jamban
Memiliki 60 65,9
Tidak memiliki 31 34,1
Pengetahuan
Baik 71 78
Buruk 20 22
Sikap
Baik 44 48,4
Buruk 47 51,6

Tabel 2. Karakteristik Variabel Dependen


Perilaku BABS Frekuensi Presentase (%)
Ya 38 41,8
Tidak 53 51,2
Total 91 100

Hasil analisis univariat untuk variabel dependen yaitu perilaku BABS digambarkan
dalam tabel 2 yaitu didapatkan 38 responden menyatakan melakukan perilaku BABS dengan
presentase 41,8%.

Hasil Analisis Bivariat


1. Hubungan pekerjaan dengan Perilaku BABS

Tabel 3. Analisis Bivariat Perilaku BABS dengan Pekerjaan


Perilaku BABS Pekerjaan Formal Pekerjaan Non P value
Formal
Ya 3 35
Tidak 6 47 0,589
Jumlah 9 82
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa responden yang melakukan perilaku
BABS dan memiliki pekerjaan formal sebanyak 3 responden, sedangkan pekerjaan non
formal sebanyak 35 responden. Responden yang tidak melakukan perilaku BABS dan
memiliki pekerjaan formal sebanyak 6 responden, sedangkan memilki pekerjaan non formal
sebanyak 47 responden.
Hasil uji statistic chi square antara variabel perilaku BABS dengan pekerjaan
responden diperoleh nilai p value 0,589 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara pekerjaan dengan perilaku BABS di Desa Pakunden Kecamatan Ngluwar.

2. Hubungan Kepemilikan Jamban dengan Perilaku BABS

Tabel 4. Analisis Bivariat Perilaku BABS dengan Kepemilikan Jamban


Perilaku BABS Memiliki Tidak P value
Jamban Memiliki
Jamban
Ya 12 26
Tidak 48 5 0,000
Jumlah 60 31

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa responden yang melakukan perilaku


BABS dan memiliki jamban sebanyak 12 responden, sedangkan tidak memiliki sebanyak 26
responden. Responden yang tidak melakukan perilaku BABS dan memiliki jamban sebanyak
48 responden, sedangkan tidak memiliki jamban sebanyak 5 responden.
Hasil uji statistic chi square antara variabel perilaku BABS dengan kepemilikan
jamban diperoleh nilai p value 0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara kepemilikan jamban dengan perilaku BABS di Desa Pakunden Kecamatan
Ngluwar.

3. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku BABS

Tabel 5. Analisis Bivariat Perilaku BABS dengan Pengetahuan


Perilaku BABS Pengetahuan Baik Pengetahuan Buruk P value
Ya 22 16
Tidak 49 4 0,000
Jumlah 71 20
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa responden yang melakukan perilaku
BABS dan dengan pengetahuan baik sebanyak 22 responden, sedangkan dengan
pengetahuan buruk sebanyak 16 responden. Responden yang tidak melakukan perilaku
BABS dan dengan pengetahuan baik sebanyak 49 responden, sedangkan dengan pengetahuan
buruk sebanyak 4 responden.
Hasil uji statistic chi square antara variabel perilaku BABS dengan pengetahuan
diperoleh nilai p value 0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan perilaku BABS di Desa Pakunden Kecamatan Ngluwar.

4. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku BABS

Tabel 6. Analisis Bivariat Perilaku BABS dengan Sikap


Perilaku BABS Sikap Baik Sikap Buruk P value
Ya 2 40
Tidak 42 7 0,000
Jumlah 44 47

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa responden yang melakukan perilaku


BABS dan dengan sikap baik sebanyak 2 responden, sedangkan dengan sikap buruk
sebanyak 40 responden. Responden yang tidak melakukan perilaku BABS dan dengan sikap
baik sebanyak 42 responden, sedangkan dengan sikap buruk sebanyak 7 responden.
Hasil uji statistic chi square antara variabel perilaku BABS dengan pengetahuan
diperoleh nilai p value 0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara
sikap dengan perilaku BABS di Desa Pakunden Kecamatan Ngluwar.

Hasil Analisis Data Multivariat


Berdasarkan hasil analisis biviariat diatas, didapatkan hasil bahwa kepemilikan
jamban, pengetahuan, dan sikap berhubungan dengan perilaku BABS secara statistik. Tahap
selanjutnya adalah dilakukannya analisis multivariat menggunakan metode regresi logistik.
Syarat untuk dilakukannya analisis logistik adalah p<0,25 pada analisis bivariat. Analisis
dilakukan dengan metode “enter” yaitu dengan memasukkan satu persatu regresi sederhana
antara variabel.
Tabel 8. Hasil analisis multivariat regresi logistik
Variabel B S.E p Exp.(B) 95%CI
Kepemilikan jamban 2,216 0,916 0,016 9,167 1,522-55,218
Pengetahuan -2,027 1,168 0,083 0,132 0.013-1,300
Sikap -21,758 5788,209 0,997 0,000 0,000

Dari hasil tabel diatas menunjukan bahwa dari variabel pengetahuan (p=0,083) dan
sikap (p=0,997) memiliki p>0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak berhubungan secara
statistik dalam uji analisis multivariat.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapatkan hasil dalam analisis bivariat (p=0,589) bahwa
pekerjaan tidak berhubungan secara signifikan dengan perilaku BABS di Desa Pakunden,
Kecamatan Ngluwar Magelang. Pada hasil penelitian ini rata-rata pekerjaan masyarakat pada
sektor non formal yaitu bertani, buruh, pedagang/wiraswasta. Dari 91 KK terdapat 35 KK
dengan pekerjaan non formal yang melakukan perilaku BABS. Salah satu alasan responden
adalah dikarenakan lokasi jamban yang jauh ketika bertani. Dalam penelitian lainnya terdapat
hubungan signifikan antara pekerjaan dengan perilaku BABS. perbedaan tingkat partisipasi
responden yang tidak bekerja juga terkait dengan aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
perilaku BABS.8

Pada variabel kepemilikan jamban dalam analisis bivariat p=0,000 dan analisis
multivariat 0,016 yaitu menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan
jamban dengan perilaku BABS. Dalam penelitian lainnya terdapat hubungan signifikan
antara kepemilikan jamban dengan perilaku kepala keluarga dalam pemanfaatan jamban
dengan nilai risk prevalence sebesar 5,625.9 Penelitian lainnya terdapat hubungan signifikan
antara kepemilikan jamban keluarga dengan tindakan BABS di desa Sosor Tolong
Doloksanggul.12 Dalam penelitian ini, dari total 91 sampel terdapar 26 sampel KK yang
melakukan perilaku BABS dan tidak memiliki jamban. Alasan sebagian responden tidak
memiliki jamban adalah tidak memiliki cukup dana untuk membuat jamban pribadi atau
jamban ideal untuk rumah. Alasan masyarakat yang belum memiliki jamban adalah faktor
ekonomi, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
dan ketergantungan masyarakat kepada bantuan pemerintah dalam pembangunan jamban.13
Tetapi dari 91 sampel KK yang memiliki jamban terdapat 12 KK yang masih menerapkan
perilaku BABS. Alasannya antara lain karena faktor kenyamanan saat aktivitas buang air
besar dilakukan di sungai/kali dan karena lokasi jamban yang jauh dari rumah apabila sedang
bertani di sawah.

Variabel pengetahuan dalam analisis bivariat p=0,000 yang menunjukan bahwa


terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan perilaku BABS. Hal ini sejalan
dengan penelitian lainnya bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan
perilaku BABS di wilayah Puskesmas Sambungmacan Kabupaten Sragen, didapatkan nilai
p=0,000 dan responden dengan pengetahuan rendah memiliki risiko perilaku 3,255 kali lebih
besar untuk berperilaku BABS daripada yang berpengatahuan tinggi.8 Penelitian lainnya
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku BABS di Desa Kerjokidul
Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri dengan nilai p=0,001. Dari data penelitian ini
didapatkan 16 responden dengan pengetahuan buruk dan melakukan BABS di empang,
kolam, sungai. Sedangkan masyarakat dengan pengetahuan baik terdapat 22 responden yang
melakukan BABS dari total 71 responden dengan pengetahuan baik. Pengetahuan merupakan
domain penting untuk terbentuknya suatu tindakan, yang akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari pengetahuan responden. Pengetahuan ini akan mempengaruhi
perilaku keluarga dirumah dalam memilih.15 Faktor yang berhubungan dengan perilaku
BABS yaitu pengetahuan tentang buang air besar di jamban.16 Salah satu faktor yang
mempengaruhi kesehatan seseorang yaitu faktor predisposisi meliputi pengetahuan,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi seseorang terhadap perilaku kesehatan. Hal
ini juga dipengaruhi oleh pendidikan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Variabel sikap dalam analisis bivariate p=0,000 yang menunjukan bahwa terdapat
hubungan signifikan antara sikap dan perilaku BABS. Hal ini sejalan dengan penelitian
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap pemilik rumah dengan perilaku BABS
dengan nilai p=0,000 dan OR 2,646 yaitu responden dengan sikap tidak baik memiliki risiko
perilaku 2,646 kali lebih besar untuk berperilaku BABS daripada responden dengan sikap
baik.8 Dari penelitian ini didapatkan 40 responden dengan sikap buruk yang melakukan
perilaku BABS. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan menerima, merespon, menghargai, dan
bertanggungjawab. Terwujudnya suatu sikap memerlukan faktor pendukung baik berupa
fasilitas dan pihak lain.15 Dalam penelitian ini yang menjadi faktor pendorong adalah sarana
dan prasaran pelayanan kesehatan yang mudah diakses dan dukungan dari petugas kesehatan.
Apabila peningkatan sikap tidak diimbangi dengan tindakan nyata maka akan memberikan
peluang besar merugikan kesehatan pribadi dan lingkungan karena perilaku masyarakat yang
melakukan BABS.17 Faktor penentu sikap seseorang salah satunya adalah komunikasi sosial,
dapat berupa informasi sosial yang menyebabkan perubahan pada individu tersebut.18

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan pada 91 KK menggunakan kuisoner di Desa


Pakunden, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kepemilikan jamban (p=0,000), pengetahuan (p=0,000), dan sikap (p=0,000)
berhubungan secara signifikan secara statistik dengan perilaku buang air besar
sembarangan di Desa Pakunden, Kecamatan Ngluwar, Magelang.
2. Tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan dengan perilaku buang air besar
sembarangan Desa Pakunden, Kecamatan Ngluwar, Magelang.

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kepemilikan jamban, pengetahuan dan
sikap KK berhubungan dengan perilaku BABS. Atas dasar itu peneliti menyarankan kepada
petugas kesehatan untuk melakukan intervensi lebih lanjut terutama kepada masyarakat baik
berupa pembinaan peran serta masyarakat yang belum memiliki jamban dengan
meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan lingkungan, melakukan
penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan melanjutkan upaya pemicuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak buang air besar sembarangan (BABS).

DAFTAR PUSTAKA

1. STBM, 2013. Roadmap Program Sanitasi Nasional 2013-2015.Sekretariat STBM


Nasional, Jakarta.
2. Apriatman, Nur., 2011. Stop Buang Air Besar Sembarangan/ Community Led Total
Sanitation Pembelajaran Dari Para Penggiat CLTS, Pokja AMPL dan Sekretariat
STBM, Jakarta.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013
Bidang Biomedis. Badan Litbangkes Depkes RI, Jakarta.
4. Djonoputro et al., 2009. Opsi Sanitasi yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik.
Sekratariat WSP, Jakarta.
5. Suparman dan Suparmin, 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, EGC, Jakarta.
6. Water and Sanitation Program., 2012. Materi Advokasi STBM. Sekretariat STBM
Nasional, Jakarta.
7. Thalib, Prastati., 2013. Pengaruh Penerapan Metode Comminuty Led Total Sanitation
(CLTS) Pasca Pemicuan Terhadap Perubahan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan
(BABS), Universitas Indonesia, Jakarta.
8. Widowati, N.N., 2015. Hubungan Karakteristik Pemilik Rumah dengan Perilaku Buang
Air Besar Sembarangan (BABS) di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan II
Kabupaten Sragen, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Surakarta.
9. Kurniawati, L., 2015. Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap Perilaku Kepala
Keluarga dalam Pemanfaatan Jamban di Pemukiman Kampung Nelayan Tambak Lorok
Semarang, Univeritas Negeri Semarang, Semarang.
10. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), Alfabeta, Bandung.
11. Sigalingging, L., 2016, Hubungan Karakteristik Individu dan Kepemilikan Jamban
Keluarga dengan Tindakan Buang Air Besar Sembarangan di Desa Sosor Tolong
Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
12. Otayya, Lian., 2012. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat Terhadap
Penggunaan Jamban Keluarga (Studi kasus di Desa Ilomanga Kecamatan Tabango
Kabupaten Gorontalo), IAIN Sultan Amai, Gorontalo.
13. Sari, A.N., 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tingkat Pendapatan
dengan Perilaku Buang Air Besar Keluarga di Desa Kerjokidul Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Wonogiri, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
14. Notoatmojo, S., 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT Rineka Cipta, Jakarta.
15. Pane E., 2009. Pengaruh Perilaku Keluarga Terhadap Penggunaan Jamban. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol.3.
16. Sunaryo, Y.S., 2004. Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
KUISIONER

1 NO. RESPONDEN
2 NAMA RESPONDEN
3 UMUR
4 PEKERJAAN
1) Informal (Petani,Pedagang/Wiraswasta,Buruh Tani,Tukang Becak)
2) Formal (PNS, BUMN, BUMD, Pegawai Swasta, Polisi, TNI)

Petunjuk pengisian: Pilihlah jawaban dengan memberi centang (√) pada kolom
yang sudah tersedia.

B. KEPEMILIKAN JAMBAN

Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah saudara memiliki jamban dirumah

C. PENGETAHUAN

Pernyataan Ya Tidak
1. Jamban adalah tempat untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia.
2. Jamban adalah sarana pokok yang harus
dimiliki oleh setiap keluarga.
3. Syarat Jamban sehat yang Saudara ketahui:
- Tidak berbau
- Tersedia air,gayung
- Tersedia alat pembersih
- Tersedia dinding dan atap pelindung
- Tersedia ventilasi
- Lantai kedap air
4. Penularan penyakit muntah-berak dapat
dicegah dengan membiasakan menggunakan
jamban
5. Bangunan jamban perlu ada lubang angin
atau ventilasi.
6. Jenis jamban yang Saudara ketahui:
- Jamban Cemplung
- Jamban Empang
- Jamban Leher Angsa
- Jamban septic tank
7. Septic tank merupakan tempat / suatu bak
untuk menampung feses.
8. Selain dapat mencegah penularan penyakit,
manfaat yang dapat diperoleh dengan
menggunakan jamban adalah terciptanya
lingkungan yang bersih dan sehat.
9. Perilaku memanfaatkan jamban harus
dilakukan oleh setiap anggota keluarga
D. SIKAP
Pilihlah jawaban yang tepat bedasarkan situasi dari tiap butir soal di bawah ini.

Pernyataan Setuju Tidak setuju


1. Sebaiknya setiap kepala keluarga wajib
memiliki jamban.
2. James melihat salah satu anggota keluarganya
yang buang air besar di sembarang tempat,
kemudian James menegurnya.
3. Setelah mendapatkan penyuluhan dari petugas
kesehatan, James mendiskusikan dengan
anggota keluarga terlebih dahulu sebelum
memutuskan membangun jamban.
4.Juki memiliki jamban dan selalu
membersihkannya minimal 2 sampai 3 kali
dalam seminggu.
5. Juki memiliki jamban dan mengajak setiap
anggota keluarganya untuk ikut berpartisipasi
memanfaatkan jamban.
6. Saudara punya rencana jangka panjang untuk
memperbaiki/ memiliki jamban.
7. James baru saja menikahkan anaknya, dan
sekarang menantu perempuannya hamil.
Kemudian James membangun jamban untuk
digunakan oleh menantu perempuan saja.
8. Memiliki jamban merupakan prioritas Saudara
dan keluarga
9. Ketika James sedang berada di luar rumah,
James melakukan aktifitas buang air besar di
laut/sungai/kebun, bukan di jamban.
10. Saat musim kemarau, Juki kesulitan
mendapatkan air bersih. Sehingga Juki
memutuskan untuk buang air besar di sungai.
11. Kebersihan jamban umum yang sudah ada
bukan merupakan tanggung jawab Saudara.
LAMPIRAN
ANALISIS UNIVARIAT

Statistics
Umur

Valid 91
N
Missing 0
Mean 48.0549
Median 48.0000
Std. Deviation 13.54446

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

21.00 1 1.1 1.1 1.1

23.00 1 1.1 1.1 2.2

24.00 1 1.1 1.1 3.3

26.00 1 1.1 1.1 4.4

29.00 2 2.2 2.2 6.6

30.00 2 2.2 2.2 8.8

31.00 2 2.2 2.2 11.0

32.00 3 3.3 3.3 14.3

33.00 2 2.2 2.2 16.5

34.00 2 2.2 2.2 18.7

35.00 4 4.4 4.4 23.1

36.00 1 1.1 1.1 24.2


Valid
37.00 1 1.1 1.1 25.3

38.00 1 1.1 1.1 26.4


39.00 3 3.3 3.3 29.7

40.00 3 3.3 3.3 33.0

42.00 3 3.3 3.3 36.3

43.00 3 3.3 3.3 39.6

44.00 1 1.1 1.1 40.7

45.00 2 2.2 2.2 42.9

47.00 6 6.6 6.6 49.5


48.00 2 2.2 2.2 51.6
49.00 3 3.3 3.3 54.9

50.00 4 4.4 4.4 59.3


51.00 1 1.1 1.1 60.4

52.00 2 2.2 2.2 62.6

53.00 2 2.2 2.2 64.8

54.00 3 3.3 3.3 68.1

55.00 2 2.2 2.2 70.3

56.00 2 2.2 2.2 72.5

57.00 3 3.3 3.3 75.8

58.00 2 2.2 2.2 78.0

59.00 2 2.2 2.2 80.2

60.00 3 3.3 3.3 83.5

61.00 1 1.1 1.1 84.6

62.00 1 1.1 1.1 85.7

63.00 1 1.1 1.1 86.8

65.00 1 1.1 1.1 87.9

66.00 1 1.1 1.1 89.0

67.00 1 1.1 1.1 90.1

68.00 3 3.3 3.3 93.4

69.00 1 1.1 1.1 94.5

71.00 1 1.1 1.1 95.6

72.00 1 1.1 1.1 96.7

73.00 1 1.1 1.1 97.8

78.00 1 1.1 1.1 98.9

86.00 1 1.1 1.1 100.0

Total 91 100.0 100.0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

non formal 82 90.1 90.1 90.1

Valid formal 9 9.9 9.9 100.0

Total 91 100.0 100.0

Kepemilikan_jamban

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak memiliki 31 34.1 34.1 34.1


Valid Memiliki 60 65.9 65.9 100.0

Total 91 100.0 100.0


pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

baik 71 78.0 78.0 78.0

Valid buruk 20 22.0 22.0 100.0

Total 91 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

baik 44 48.4 48.4 48.4

Valid buruk 47 51.6 51.6 100.0

Total 91 100.0 100.0

BABS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak 53 58.2 58.2 58.2

Valid ya 38 41.8 41.8 100.0

Total 91 100.0 100.0

ANALISIS BIVARIATE

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pekerjaan * BABS 91 100.0% 0 0.0% 91 100.0%

pekerjaan * BABS Crosstabulation

BABS Total

tidak ya

Count 47 35 82
non formal
Expected Count 47.8 34.2 82.0
pekerjaan
Count 6 3 9
Formal
Expected Count 5.2 3.8 9.0
Count 53 38 91
Total
Expected Count 53.0 38.0 91.0
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .291a 1 .589


Continuity Correctionb .034 1 .854
Likelihood Ratio .298 1 .585
Fisher's Exact Test .730 .434
Linear-by-Linear Association .288 1 .591
N of Valid Cases 91

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.76.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

sikap * BABS 91 100.0% 0 0.0% 91 100.0%

Klasifikasi sikap * BABS Crosstabulation

BABS Total

tidak ya

Count 2 42 44
baik
Klasifikasi Expected Count 20.3 23.7 44.0
sikap Count 40 7 47
buruk
Expected Count 21.7 25.3 47.0
Count 42 49 91
Total
Expected Count 42.0 49.0 91.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 59.347a 1 .000


Continuity Correctionb 56.149 1 .000
Likelihood Ratio 69.781 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 58.694 1 .000
N of Valid Cases 91

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.31.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for klasifikasi .008 .002 .043


(baik / buruk)
For cohort BABS = tidak .053 .014 .208
For cohort BABS = ya 6.409 3.226 12.733
N of Valid Cases 91

pengetahuan * BABS Crosstabulation

BABS Total

tidak Ya

Count 49 22 71
Baik
Expected Count 41.4 29.6 71.0
Pengetahuan
Count 4 16 20
Buruk
Expected Count 11.6 8.4 20.0
Count 53 38 91
Total
Expected Count 53.0 38.0 91.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 15.414a 1 .000


Continuity Correctionb 13.464 1 .000
Likelihood Ratio 15.757 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.244 1 .000
N of Valid Cases 91

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.35.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for 8.909 2.668 29.745


pengetahuan02 (baik /
buruk)
For cohort BABS = tidak 3.451 1.417 8.405
For cohort BABS = ya .387 .257 .584
N of Valid Cases 91

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kepemilikan_jamban * 91 100.0% 0 0.0% 91 100.0%


BABS

Kepemilikan_jamban * BABS Crosstabulation

BABS Total

Tidak ya

Count 5 26 31
tidak memiliki
Expected Count 18.1 12.9 31.0
Kepemilikan_jamban
Count 48 12 60
Memiliki
Expected Count 34.9 25.1 60.0
Count 53 38 91
Total
Expected Count 53.0 38.0 91.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 34.285a 1 .000


Continuity Correctionb 31.709 1 .000
Likelihood Ratio 36.229 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 33.908 1 .000
N of Valid Cases 91

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.95.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for .048 .015 .151


Kepemilikan_jamban (tidak
memiliki / Memiliki)
For cohort BABS = tidak .202 .089 .454
For cohort BABS = ya 4.194 2.471 7.118
N of Valid Cases 91

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Included in Analysis 91 100.0

Selected Cases Missing Cases 0 .0

Total 91 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 91 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of


cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak 0
ya 1

Categorical Variables Codings

Frequency Parameter
coding

(1)

baik 71 1.000
pengetahuan02
buruk 20 .000
baik 44 1.000
Sikap
buruk 47 .000
tidak memiliki 31 1.000
Kepemilikan_jamban
Memiliki 60 .000

Classification Tablea,b

Observed Predicted

BABS Percentage

tidak ya Correct

tidak 53 0 100.0
BABS
Step 0 ya 38 0 .0

Overall Percentage 58.2

a. Constant is included in the model.


b. The cut value is .500
ANALISIS MULTIVARIAT

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Included in Analysis 91 100.0

Selected Cases Missing Cases 0 .0

Total 91 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 91 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of


cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak 0
ya 1

Categorical Variables Codings

Frequency Parameter
coding

(1)

tidak memiliki 31 1.000


Kepemilikan_jamban
Memiliki 60 .000
Baik 44 1.000
sikap
Buruk 47 .000
Baik 71 1.000
pengetahuan02
Buruk 20 .000

Classification Tablea,b

Observed Predicted

BABS Percentage

tidak ya Correct

tidak 53 0 100.0
BABS
Step 0 ya 38 0 .0
Overall Percentage 58.2

a. Constant is included in the model.


b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -.333 .213 2.450 1 .118 .717

Variables not in the Equation

Score df Sig.

pengetahuan02(1) 15.414 1 .000

Variables klasifikasi_sikap(1) 61.081 1 .000


Step 0
Kepemilikan_jamban(1) 34.285 1 .000

Overall Statistics 66.016 3 .000

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 88.385 3 .000

Step 1 Block 88.385 3 .000

Model 88.385 3 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R


Square Square

1 35.284a .621 .836

a. Estimation terminated at iteration number 20 because


maximum iterations has been reached. Final solution cannot be
found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .201 4 .995

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

BABS = tidak BABS = ya Total

Observed Expected Observed Expected


1 38 38.000 0 .000 38

2 6 6.000 0 .000 6

3 6 6.149 6 5.851 12
Step 1
4 1 .851 6 6.149 7

5 2 1.851 16 16.149 18

6 0 .149 10 9.851 10

Classification Tablea

Observed Predicted

BABS Percentage

tidak ya Correct

tidak 50 3 94.3
BABS
Step 1 ya 6 32 84.2
Overall Percentage 90.1

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

pengetahu -2.027 1.168 3.012 1 .083 .132 .013 1.300


an02(1)

klasifikasi_ - 5788.20 .000 1 .997 .000 .000 .


Step sikap(1) 21.758 9
1a Kepemilika 2.216 .916 5.848 1 .016 9.167 1.522 55.218
n_jamban(
1)

Constant 1.977 1.068 3.427 1 .064 7.223

a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan02, klasifikasi_sikap, Kepemilikan_jamban.

Model if Term Removed

Variable Model Log Change in -2 Log df Sig. of the


Likelihood Likelihood Change

pengetahuan02 -19.709 4.134 1 .042

Step 1 klasifikasi_sikap -36.855 38.427 1 .000

Kepemilikan_jamban -21.201 7.118 1 .008


.

Anda mungkin juga menyukai