Anda di halaman 1dari 3

KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG

A. Wilayah dan Perwilayahan

1. Pengertian Wilayah
Wilayah merupakan suatu area yang memiliki karakteristik tertentu berbeda dengan wilayah lainnya.

2. Konsep Wilayah
a. Berdasarkan Keadaan Alamiah
 Berdasarkan variasi iklim terdapat wilayah tropik, subtropik, sedang, arid, dan kutub
 Berdasarkan tinggi rendahnya permukaan bumi terdapat wilayah dataran rendah, dataran tinggi,
dan dataran pantai.
 Berdasarkan persebaran vegetasi terdapat wilayah hutan hujan tropis, hutan campuran, hutan
musim, hutan berdaun jarum, tundra, sabana, dan stepa.

b. Berdasarkan Tingkat Kebudayaan Penduduk: wilayah agraris, wilayah industri, dan wilayah perikanan.
c. Berdasarkan satu kenampakan disebut generic region, contohnya areal tebu, areal gandum, dan areal
padi.
d. Berdasarkan ciri-ciri khusus lokasi dan kekhasannya dibanding wilayah lain disebut spesific region,
contoh wilayah Timur Tengah, Amerika Latin, dan Asia Tenggara.

e. Berdasarkan Kategori
 Wilayah Bertopik Tunggal: suatu wilayah yang keberadaannya didasarkan pada satu topik,
contohnya wilayah curah hujan.
 Wilayah Bertopik Gabungan: suatu wilayah yang dibentuk dari gabungan beberapa topik yang
sama, contohnya wilayah iklim (terdiri dari wilayah curah hujan, wilayah suhu)
 Wilayah Bertopik Banyak : suatu wilayah yang keberadaannya didasarkan atas beberapa topik yang
berbeda untuk tujuan yang lebih luas. Contohnya adalah untuk mengevaluasi lahan suatu wilayah
pertanian, faktor-faktor yang digunakan meliputi iklim, keadaan tanah, kondisi hidrologis, dan topografi.
 Wilayah Total : suatu wilayah yang dalam pembatasannya didasarkan atas semua unsur wilayah.
Contohnya desa, kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi.
 Campage : konsep wilayah yang didasarkan atas dominannya aktivitas manusia sebagai dasar
pembatas. Contoh wilayah perencanaan, wilayah bencana, dan wilayah miskin.

3. Perwilayahan (Regionalisasi)
Perwilayahan adalah suatu upaya untuk membagi permukan bumi dalam lingkup dan tujuan tertentu.
Perwilayahan dilakukan dengan tiga metode yaitu sebagai berikut.
a. Penyamarataan Wilayah (generalisasi)
Penyamarataan wilayah adalah usaha membagi permukaan bumi menjadi beberapa bagian.
Standar generalisasi menggunakan skala.
 Apabila skala diperbesar: derajat generalisasi kecil.
 Apabila skala diperkecil: derajat generalisasi besar.

b. Delimitasi Wilayah
Delimitasi adalah cara-cara penentuan batas terluar suatu wilayah untuk tujuan tertentu. delimitasi
terbagi menjadi dua yaitu:
 Delimitasi kualitatif (berdasarkan kenampakan yang dominan)
 Delimitasi kuantitatif (berdasarkan data yang ada)
c. Klasifikasi Wilayah
Klasifikasi wilayah adalah usaha untuk menggolongkan wilayah secara sistematis ke dalam
bagian-bagian tertentu.

B. Wilayah Formal dan Wilayah Fungsional

1. Wilayah Formal
Wilayah formal (formal/uniform region) yaitu suatu wilayah yang memiliki keseragaman atau
kesamaan dalam kriteria tertentu, baik fisik maupun sosial.

2. Wilayah Fungsional
Wilayah fungsional (nodal region) yaitu wilayah dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat
kegiatan yang saling dihubungkan dengan garis melingkar dan ditandai dengan adanya hubungan atau
interaksi dengan wilayah sekitarnya

C. Wilayah Pusat Pertumbuhan di Indonesia


Pusat pertumbuhan adalah suatu kawasan yang perkembangannya sangat pesat dan dapat dijadikan
pusat pembangunan yang dapat mempengaruhi perkembangan daerah-daerah di sekitarnya. Perkembangan
pusat-pusat pertumbuhan wilayah dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : lokasi (site, situasi), sumber daya alam,
dan sumber daya manusia

D. Teori-teori Pusat Pertumbuhan

1. Central Place Theory (1933) oleh Walter Christaller


Teori ini menyatakan bahwa tempat sentral merupakan pusat pelayan yang dapat melayani daerah
sekitarnya. Secara hierarki Central Place Theory dibagi menjadi 3 tingkatan pelayanan yaitu:
a. Herarkri K=3. Merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang menyediakan barang-barang bagi
daerah sekitarnya (disebut pasar optimal)
b. Hierarki K=4. Merupakan tempat sentral yang memberikan pengaruh bagi daerah sekitarnya yang
memberikan kemungkinan lalu lintas yang efisien (disebut lalu lintas optimal)
c. Hierarki K=7. Disebut sebagai administrasi optimum.
2. Teori Kutub Pertumbuhan (1955) oleh Perroux
Konsep teori kutub pertumbuhan ini mengambil tempat (kota) tertentu sebagai pusat pembangunan
wilayah yang diharapkan dapat menjalankan perkembangan ke pusat yang tingkatannya lebih rendah.

3. Teori Polarisasi Ekonomi (Gunar Myrdal)


Setiap wilayah mempunyai pusat pertumbuhan yang menjadi daya tarik bagi tenaga buruh dari
pinggiran, tenaga terampil, dan modal. Semakin lama interaksi terjalin akan menyebabkan polarisasi
pertumbuhan ekonomi yang cenderung merugikan daerah pinggiran, sehingga timbul ketimpangan wilayah,
kriminalitas tinggi, dan kerusakan lingkungan. Dalam teori ini dikenal dengan adanya back wash effect
(penarikan modal, sumber daya alam, dan sumber daya manusia ke kota yang menyebabkan wilayah
pinggiran lambat perkembangannya) dan spread wash effect (penyebaran pengaruh pusat pertumbuhan ke
daerah pinggiran yang bersifat positif)

Anda mungkin juga menyukai