Anda di halaman 1dari 13

KORUPSI.. !

SKENARIO
SCENE 1 INT. RUANG TAHANAN. PAGI HARI
Pagi itu suasana lapas sangat ramai dengan dentuman musik disko, lapangan lapas pun
penuh dengan orang-orang yang sedang berolahraga pagi. Rukmini saat itu masih terbaring
di tempat tidur yang mewah itu.
Rukmini
Aduuuuhhh…berisik amat sich!!
(kesal, karena tidurnya terganggu)
Mawar
Alaahh…kalau gak mau berisik tidur di apartemen sana Yas.”
(menghina sekaligus menyindir)
Namanya juga di kurung seperti ayam jago, masih mending di kurungan kita masih ada TV,
kipas angin, kulkas, dsb.” Coba kamu lihat ruang tahanan yang laen.”
Rukmini
Aaacch…gak urus,”
(semakin kesal)
Rukmini berusaha melanjutkan tidurnya yang terganggu karena dentuman musik senam.
Namun, semakin ia berusaha untuk melanjutkan tidurnya malah ia semakin teringat pada
masa lalunya yang indah akan hamburan banyak uang.
CUT TO: Flashback
SCENE 2 INT. RUANG KANTOR DINAS KESEHATAN KOTA X. PAGI HARI
Pada suatu hari Rukmini kembali masuk kerja. Solehun sudah lama duduk dibangkunya
membaca buku. Demikian terpikat sehingga tidak melihat Rukmini masuk ke dalam.
Rukmini
tidak ada surat?”
Ia letakkan bukunya. Mengangguk, kemudian bangun dari tempat duduknya.
Solehun
Aa..sudah datang, Bu?”
(bertanya dengan nada polos)
Bukan main sakit hatinya Rukmini mendengar ucapan seperti itu.
Solehun
Sudah lama kutunggu-tunggu, Bu. Banyak surat yang tak dapat diurus, dan aku tak tahu ibu
dimana tinggal. Sudah seminggu…..”
Rukmini
Ah, ya urusan diluar kantor banyak sekarang.” Memotong ucapan Solehun

Solehun
Aku juga tahu itu, urusanku diluar kantor juga banyak, karena itu aku mengerti”.(sambil
menata buku-buku di meja)
Rukmini
Menyiapkan program yang akan datang”. Kataku lagi
Solehun
Oow yaa..baru ingat aku, di Makassar bukan?”.
(membalikkan badan, dan memandang Rukmini)
Untuk kesekalian kalinya Rukmini melihat Solehun tersenyum padanya, tapi untuk
sementara ini pemuda itu takkan menyebabkan keberuntungan.
Solehun
Kemarin aku bertemu lagi, tetapi Ibu masih juga tidak ada. Tak tahulah dimana Ibu bisa
kutemui di waktu-waktu aku membutuhkan”.
Rukmini
Ah, ya, waktu-waktu belakangan ini aku harus banyak keluar rumah. Pikir saja, mengurus
pemberantasan DBD di wilayahku, memimpin rapat kematian, mengurus tunjangan untuk
korban kebakaran..
Solehun
Bu..”. Katanya sungguh-sungguh
(Kesungguhan yang menggoyangkan hati Rukmini)
Kita sudah sama-sama dewasa dan tahu kewajiban”.
Ancaman itu terasa ditetakkan lurus-lurus pada Rukmini
Rukmini
Apa maksudmu?”
Tanyaku berani dan tajam menutupi kekecilanku sendiri.
Solehun
Aku sudah sering datang kerumah, dan Ibu bilang sudah lama Ibu tak pulang lebih dari
setahun, katanya”.
Rukmini tergagap-gagap, tetapi jawaban yang sesungguhnya tidak mau keluar dari
mulutnya. Direbahkan dirinya diatas kursi kedudukannya, menarik nafas panjang.
Kemudian barulah keluar suara dari mulutnya, lemah lembut dan minta perhatian.
Rukmini
Banyak orang yang bertanya demikian kepadaku, karena itu aku heran kalau engkau yang
sesopan itu ikut bertanya pula. Itu adalah urusan tanggaku, dan aku kira tak ada orang
berhak ikut campur tentang hal itu”.
Solehun
Ah, Ibu ini..apakah Ibu pikir orang dapat menceraikan pekerjaan kantor dengan rumah
tangganya?
Tanpa pekerjaan kantor rumah tangga tidak bangun, atau setidak-tidaknya akan berantakan,
ini untuk pegawai seperti kita.
Apakah yang tidak ikut campur aduk dalam hidup ini, Bu?
Rukmini
Sekalipun engkau benar aku tak sudi bicara tentang rumah tanggaku”.
Solehun
Barangkali terlampau banyak rahasia Ibu simpan disana”.
(katanya mulai mendesak dengan kurang ajarnya)
Tapi aku banyak mengetahui rahasia itu, sehingga Ibu sesungguhnya tak perlu lagi bercerita
tentang hal itu”.
Rukmini
Bicara saja tentang pekerjaan kantor.”
(berusaha mengalihkan tema pembicaraan)
Solehun
Memang itulah yang aku maksud, Bu. Ibu terlalu sering mengabaikan kepentingan kantor.
Pekerjaan menjadi berantakan dan dari daerah-daerah datang protes serta biaya alokasi
dana bantuan kesehatan belum juga sampai kepada yang berhak bu.
Rukmini
Toh mereka bisa tunggu.”
(kemarahannya yang terlatih melonjak, kini meluap dan menjolak pula)
Mereka bisa tunggu aku.”
(raungan garang terdengar)
Solehun berdiam diri oleh kemarahan Rukmini, ia tahu benar bahwa ia takkan dapat
berbuat apa-apa untuk menggulingkan Rukmini dari kedudukannya. Ia duduk lurus diatas
kursi dan meneruskan bacaannya. Tetapi kemarahan telah menguasai diri Rukmini
seluruhnya, dengan segera Rukmini berdiri lagi dan berjalan mondar-mandir di depan
meja.”
Tiba-tiba pintu diketuk, dan Opas Nampak dari kiraian pintu.

Opas
Bu, ada tamu.”
(Opas memberitakan dari kiraian)
Rukmini
Persetan dengan tamu.”
(Jawab Rukmini dengan tegas dan penuh emosi)
Pintu tertutup kembali dan Rukmini melanjutkan mondar-mandirnya. Ia melihat
Solehun menulis sesuatu diatas sehelai kertas, kemudian catatan itu disimpannya di dalam
kantongnya.”
Pintu kembali diketuk, dan sekali lagi Opas muncul di kiraian.
Opas
Bu, ada surat dari tamu.”
Dengan sendirinya tangan Rukmini menerima surat itu dan membuka. Isinya: lima
ratus rupiah dengan sedikit tulisan, kalau diperkenankan kami hendak menghadap. Segera
surat dimasukkan ke dalam kantong Rukmini dan menyemburkan perintah pada Opas.”
Rukmini
Tidak terima tamu Opaaaaaaaaaasssss….”
(sambil berteriak kencang-kencang)

SCENE 3 INT. RUANG KANTOR. PAGI HARI


Pintu tertutup kembali dan ia hilang dari pemandangan, dibalikkan badannya
menghadap kursinya, Nampak Solehun sedang membuat catatan kembali, Rukmini
mendekati Syak dan mengintip tulisannya. Cuma beberapa patah kata dapat terbacanya, itu
pun dalam bahasa asing dan tak ada bahasa asing yang dipahaminya selain Belanda. Karena
itulah Rukmini hatinya mengamuk, cemburu hatinya bergumul bersama Syak.
Rukmini
Engkau membuat catatan tentang diriku?”
(Tanya Rukmini, memandang wajah Syak)
Syak
Sekiranya benar, bukankah tidak ada yang melarang?”
Rukmini
Untuk siapa catatan ini?”
Syak
Ini cuma catatan untuk melengkapkan ikhtisar.”
Rukmini
Jangan dikira aku tidak bekerja sebaik-baiknya untuk keberesan kantor ini. Tidak ada
seorang pun dapat menggulingkan aku.”
(dengan nada sombong dan penuh percaya diri)
Syak
Ooh..itu aku mengerti. Untuk itu memang dibutuhkan hubungan batin yang kuat. Hubungan
batin seperti itu tak ada padaku. Lagipula tak ada kedengkian di dalam hatiku untuk
menggulingkan. Disini aku banyak belajar dan mengetahui.”
Kembali pintu terketuk dan tampang Opas yang menyebalkan itu muncul kembali di
kiraian.
Opas
Bu, ada tamu lagi.”
(berkata sambil mengulurkan amplop baru)
Rukmini menerima amplop itu dan membukanya, isinya uang seribu lima ratus
rupiah, dengan surat di dalamnya: kalau Ibu tidak sempat menerima baiklah nanti sore
kutemui di rumah.” Amplop itu dimasukkan ke dalam kantong, sedang suratnya dirobek-
robek. Kemarahannya tidak bisa lenyap dan gangguan Syak yang tidak juga mengendur
perlahan ia menuju kursinya kembali. Terdengar suara tertawa Solehun sengaja
diperdengarkan, dan waktu Rukmini memandang dia, tertawanya kian disengaja.
Solehun
Sekarang, apa yang bisa kuperbuat, Bu?”katanya kemudian
Rukmini memandang Solehun begitu tajam dan jernih begitu juga sebaliknya, kemudian ia
bicara perlahan.
Solehun
Baiklah, pasti akan kukerjakan sendiri apa yang wajib aku kerjakan.”
Rukmini
Engkau mengancam aku?”
Solehun
itukah sebabnya aku mengancam?”
Rukmini diam lagi dan merenung lama-lama, dalam hati Rukmini mengharap Opas
muncul lagi agar ia tahu yang seharusnya ia kerjakan sekarang untuk menghindari campur
aduk yang menggilakan itu. Tetapi ia tidak muncul lagi, ada pikiran membagi rejeki hari ini
dengan Solehun, namun Rukmini tak berani takut kalau ia lebih-lebih lagi mendapatkan
bukti. Dan dengan sendirinya, diambilnya aktentas diplomat yang tebal itu dan siap
meninggalkan kantor.
Solehun
Bagaimana dengan surat-surat yang tertunda?” tanya Solehun.
Rukmini
Mereka boleh tunggu.”
Solehun
Baiklah.”
Sebelum meninggalkan ruangan, Rukmini melihat jam. Satu jam lagi, Rukmini baru
akan dapat mengunjungi Mariam salah seorang anggota organisasi orang-orang semacam
Rukmini, dalam kesulitan seperti Rukmini pula.
Lambat-lambat Rukmini meninggalkan kantor dan menuju mobilnya. Tapi, ada suatu
perasaan yang menyuruhnya balik kembali. Di kalau Rukmini sampai di pintu ruangannya
terdengar berbagai macam suara berkobar-kobar di dalam ruangan kerjanya. Berdengung-
dengung silang-siur berisi hasutan satu sama lain. Rukmini memandangi para pegawainya
yang masih duduk di tempat kerjanya masing-masing dan meneruskan pekerjaannya.
Hatinya berdetak kencang, apuah yang terjadi sekarang? Sambil memandangi pegawai-
pegawai yang sedang bekerja, kupingnya mempertajam suara dan mereka ternyata
berunding untuk menentukan nasibnya sebagai kepala bagian.
Kembali Rukmini mendengarkan celetukan pegawainya, dan kini suaranya mulai teratur.
Pegawai 1
Sudah kenyang dengan uang Negara, harus disimpan di rumah besar.”
(gerutu salah seorang pegawai perempuan)
Pegawai 2
Sabar-sabar..”
(menenangkan kawannya)
Kita harus cari bukti dulu.”
Pegawai 3
Iya kita harus sabar sampai bukti terkumpul
(seru petugas lain)
Pegawai 4
Iya bagaimana kalau kita berunding dengan petugas yang lainnya ?
(usul petugas lain)
Pegawai 1
Setuju!!

CUT TO:
SCENE 4 INT. RUANG KANTOR PEGAWAI. PAGI HARI
Kemudian suara-suara itu kembali menjadi campur aduk, sehingga Rukmini tidak
bisa menangkap sepatah kalimat pun.
Kehancuran belum tiba hari itu, Rukmini masih sanggup menghancurkan mereka
semua. Tidak ada bukti kekurangan uang di kas, tidak ada bukti pemalsuan kuitansi.
Dengan keteguhan hati dan kenekatannya yang membabi buta Rukmini pun segera
melompat ke dalam. Orang-orang yang ada di dalam terkejut memandangi wajah Rukmini,
ada yang menunduk. Kemudian seorang demi seorang keluar seperti domba meninggalkan
kandangnya di pagi hari.
Rukmini
Apa yang terjadi?
Solehun
Kami sedang menyusun tenaga untuk memberantas korupsi.”
Rukmini
Siapa di kantor ini yang berkorupsi?
Solehun
Entahlah, masih aku selidiki.”
Rukmini
Adakah uang kas yang kurang?
Solehun
Tentang itu Ibu bisa mengetahuinya sendiri daripada aku.”
Rukmini
Apakah mereka menuduh aku melakukan korupsi?
Solehun
Mungkin juga.”
(menjawab dengan nada seolah-olah menuduh Rukmini)
Rukmini
Jangan menuduh aku sembarangan kalau tidak ada bukti nyata.”
Solehun
Mungkin akupun tertuduh.”
(merendahkan dirinya sendiri)
Rukmini
Engkau menghiburku?
(bertanya sambil berangsangan)
Solehun
Apakah kesulitan Ibu hingga aku terpaksa menghibur?
Rukmini kehilangan kata-kata, dalam luapan berangsangan itu tak tahu lagi apa
yang harus diperbuat, hanya tas diplomatmya yang dilempar ke meja kerjanya.
Solehun
Ahaa..kita sudah sama-sama dewasa, tua malah, untuk mengerti seluk beluk kejadian.”
(Solehun berkata perlahan pada dirinya sendiri, lalu memandangi ia dan ia memandangi
dirinya dengan senyuman iblis mautnya)
Solehun
Tiap orang, mau tak mau.”
(Solehun meneruskan ucapannya, dan Rukmini merasa disindir mentah-mentah)
Rukmini
Apa maksudmu?
Solehun
Aahh..aku sedang menghafal bait-bait sandiwara shakespare.”
(mengalihakan pembicaraan)
Rukmini tidak tahu tentang sandiwara, juga tak pernah membaca karangan shakespare. Itu
pula yang menyebabkan Rukmini merasa kecil menghadapi setan muda ini dengan kata-
katanya yang ditusukkan padanya.
Lama kelamaan setan muda ini sungguh-sungguh menggilakan ucapannya. Dan tak
mengerti apa yang diperbuat Rukmini, selanjutnya diambilah tas diplomatnya dan dengan
kepala menunduk menuju ke pintu. Bukan main kemarahannya yang mengapi-api,
didapatnya beberapa pegawai menggerombol di depan pintu kerjanya.
Rukmini
Apa yang kalian perbuat disini?
(sambil menggertak dengan kemarahan yang kehilangan kendali)
Mereka bubar menuju tempat kerjanya masing-masing dengan tiada bicara sepatah kata
pun.
Rukmini merindukan masa dahulu sewaktu tiap kepala kantor ada kekuasaan melepas
pegawainya. Tetapi kekuasaan seperti itu tidak ada lagi, barangkali ada namun Rukmini
tidak tahu. Dan apabila masa-masa itu datang kembali, maka yang akan diperbuat Rukmini
adalah mengusir para pegawainya di waktu itu juga.
CUT TO:
SCENE 5 EXT. DEPAN PINTU MASUK KANTOR. SIANG HARI.
Dengan perasaan sebal, Rukmini menuju pintu depan kantor. Sampainya di depan pintu
masuk kantor, sebentar kemudian rodanya bergerak menggelinding pelataran dan akhirnya
lenyap dengan keriuhan lalu lintas.
Tiba-tiba sopir pribadinya yang dulu mendatanginya dengan kurang ajarnya.
Sopir
Mobil yang disana itu sebenarnya milik siapa, Bu?
(bertanya dengan kurang ajarnya dan menunjukkan ke arah mobil tersebut)
Rukmini
Engkau lagi.”
(sambil menggerutu)
Dahulu Rukmini selalu membanggakan bisa memiliki mobil sendiri, sekarang untuk
pertama kalinya tak berani mengakui lagi dan menjawabnya dengan jujur.
Rukmini
Tentu saja milik kantor.”
Sopir
Sudah kuduga, tentu saja kepunyaan kantor.”
(berkata dengan sabarnya)
Kemudian Rukmini meninggalkan sopir yang menyebalkan tersebut untuk menuju ke
tempat parkir dimana mobil tersebut diparkirkan.
Sopir
Mau kemana, Bu?
(ia bertanya, suaranya hambar tanpa mengandung semangat sedikitpun)
Rukmini
Kalau kamu lapar ikuti saja aku.”
(berbicara dengan nada kesal sambil berjalan menuju parkir)
SCENE 6. INT. RUMAH MAKAN. SORE HARI
Timbul kecurigaan bahwa sopir ikut bersengkongkol dengan pegawai-pegawai lainnya.
Dan bila itu benar terjadi, maka dialah biang keladi yang bisa bercerita banyak tentang
kehidupan barunya, rumahnya, bini barunya, hubungan gelapnya, sampai dengan
perzinahannya.
Tiap hari Rukmini harus menunda keruntuhan yang terjadi padanya, serta hatinya semakin
hari semakin goyah. Dan kali ini Rukmini coba memberanikan diri, dikeluarkanlah uang
dua lembar kertas seratus ribuan dan diulurkannya ke meja depan sopir.
Rukmini
Ambilah ini, untuk beli beras dirumah.”
Tangan kanannya menerima, melihat dua lembar uang kertas tersebut dan selintas langsung
dimasukkannya ke dalam saku.
Sopir
Terima kasih, Bu.”
Biniku akan girang menerima hadiah sebesar gaji ini. Terima kasih banyak-banyak.”
(sambil tersenyum kegirangan dan menunduk-nundukan kepalanya)
Pikiran Rukmini bekerja lagi. Ia harus mengorek isi hati sopir celaka ini.
Rukmini
Apa kata mereka tentang diriku.”
Sopir
Tentang Ibu?
Rukmini
Ya..”
(menjawab dengan nada tegas dan berani)
Sopir
Siapa maksud Ibu?
Rukmini
Yaa..siapa saja.”
Sopir
Orang-orang kantor?
Rukmini
Yaa..orang-orang kantor.”
Sopir
Hh, ah, tidak apa-apa, Bu. Tidak pernah dengar.”
Jawaban itu memperkuat dugaan Rukmini bahwa sang sopir memang tahu apa-apa tentang
dirinya Rukmini.
Rukmini
Sebenarnya aku bisa bersikap lebih baik kepada mereka,”
tetapi mereka tidak mengerti maksudku.”
Sopir
Haahhhh…”
(kaget bukan main, dan mendekatkan wajahnya ke Rukmini)
Rukmini
Apa kata mereka tentang diriku?
Lama kelamaan sopir itu tidak menjawab. Ia Nampak gugup. Ia terdesak. Untuk
menyempurnakan kekecilannya, Rukmini memberi persenan lagi. Sekali ini dengan uang
seratus rupiah.
Rukmini
Apa mereka pikir aku berkorupsi?
Sopir
Tidak tahu, Bu.”
(ketakutan, lalu ia menunduk ke bawah)
Rukmini
Aku tahu engkau tahu banyak tentang sangkaan-sangkaan salah itu.”
Sopir
Betul tidak tahu, Bu.”
(menjawab dengan kepala tertunduk)
Rukmini
Aku tidak berbuat apa-apa terhadapmu. Engkau cuma bercerita tentang kabar-kabar yang
engkau dengar. Habis perkara. Bicara saja terus terang.”
Pembicaraan mereka berdua berhenti sejenak, pelayan makanan datang membawa pesanan
mereka berdua. Tak lama setelah pelayan meninggalkan mereka, introgasi kembali
berlanjut.
Rukmini
Apa kata mereka tentang aku?
Sang sopir diam sejenak, ia hanya tersenyum kecil. Dan perlahan mulai berani buka mulut
untuk membeberkan yang sebenarnya terjadi.
Sopir
Ibu memang disangka korupsi.”
Rukmini
Apakah yang mereka pergunakan sebagai bukti?
Sopir
Rumah di Bogor, kata mereka. Mobil. Hubungan dengan perusahaan-perusahaan asing.”
Dan hidup besar dan amat royal.”
Rukmini
Orang-orang itu enak saja menuduh orang berkorupsi. Kadang-kadang seorang opas yang
bisa beli cincin setempel pun dianggap telah berbuat begitu juga. Tetanggaku seorang
mandor, waktu menyunatkan anaknya menanggap ronggeng. Tamunya banyak sekali, dan
keesokannya terdengar dakwaan yang itu juga.”
Sopir
Yaa..sekarang memang lagi musim mendakwa, Bu.”
Kasus korupsi terjadi dimana-mana, Gubernur, Walikota, Bupati bahkan Ketua RT saja
juga ada yang korupsi.”
(sambil tertawa terbahak-bahak)
Rukmini
Dan tentang aku... kalau orang tahu bagaimana dahulu orang tuaku....”
(menunggu sopir untuk berbicara kembali, namun ia tidak melakukannya dan akhirnya
bercerita kembali)
Orang tuaku adalah kaya, mempunyai perusahaan pembakaran kapur dan pabrik tegel di
Yogya dan Gunung Kidul. Dan kakekku....”
Tahu Kakekku?
Sopir
Tentu saja tidak, Bu.”
Rukmini
Dia petani kaya di Purwokerto.”
Sopir
Di Purwokerto memang banyak petani kaya.”
Rukmini
Dua ratus hektar sawahnya.”
Sopir
Ooow begituu...”
Rukmini
Orang-orang itu akan salah duga kalau mendakwa aku melakukan korupsi.”
Sopir
Tentu saja salah duga.”
Sekarang datang giliran Rukmini untuk bertanya, dan kesempatan sebaik itu
takkan dibiarkan hilang percuma.
Rukmini
Apa mereka akan perbuat terhadap diriku?”
Sopir
Mereka mau membuat penyelidikan.”
Rukmini
Mengertilah aku sekarang. Jadi engkau juga ikut menyelidiki aku?
Sopir
Hhh, sebenarnya aku tak tahu apa-apa, Bu. Aku takut sama mereka, jadi....”
(ketakutan, menunduk ke bawah)
Rukmini
Tidak ada gunanya!”
(memotong pembicaraan)
Mereka menyangka aku berkorupsi!”
Sopir itu menyeka mulutnya. Tak tahu lagi ia di mana pandangnya harus ditujukan.
Rukmini
Tidak ada gunanya menyelidiki aku. Dan engkau?”
Sopir
Mengapa, Bu?”
Rukmini
Engkau juga ikut mendakwa aku?”
Ia tergagap-gagap, buru-buru menelan ludah, mengintip aku sekilas dalam tunduknya.
Sopir
Tidak, Bu, tidak. Betul, Bu.”
Rukmini
Sebenarnya mereka tak perlu menuduh-nuduh. Mereka bisa pergi kepada polisi dan
mengadukan halku. Itu lebih gampang,”
(Rukmini menggertak)
Tahu benar aku, bahwa gertakan itu akan melenyapkan dakwaan yang bukan-bukan.
Mereka takkan berani mengadu kepada polisi karena mereka pun takut berhubungan
dengan polisi dan mendapat kesusahan karenanya.
Tapi sekiranya mereka kerjakan juga, habis tandaslah riwayat Rukmini. Rukmini melihat
sopir itu mulai percaya pada kejujurannya.
Rukmini
Mereka boleh hitung uang di kas, dan berapa yang hilang aku pergunakan. Tidak sopir,
yang pegang uang bukanlah aku tetapi kasir. Dan sekiranya ada korupsi hanya kasirlah
yang bisa mengerjakan.”
Sopir
Bu, kalau aku mewarisi harta benda sebegitu banyak aku takkan bekerja.”
(mengalihkan pembicaraan lain)
Mula-mula terkejut juga mendengar itu. Tetapi kala kuketahui bahwa ia bicara tentang
dirinya sendiri, dan sama sekali bukan tentang diri Rukmini, disambutlah ucapannya itu
dengan nada candaan.
Rukmini
Pir pir…kan engkau tahu kekayaan tidaklah banyak berguna kalau diri kita tidak punya
pangkat. Itu memang ajaran orang tuaku dahulu. Karena ajaran itu telah menjadi
kepercayaan sendiri, inilah sebabnya aku menjadi pegawai.”
Sopir tersebut mengangguk, hormat, malu, takut sekaligus. Namun kini Rukmini sudah
berada dalam tahanan kelas atas, ia hanya bisa mengenang kata-kata busuknya untuk
membuat sopir mempercayai ucapannya. Rukmini pun seperti orang dalam rumah sakit
jiwa, keadaan jiwanya seperti tidak normal.
DISOLVE TO:
SCENE 7. INT.RUANG TAHANAN. PAGI HARI
Rukmini juga belum bangun dari tidurnya, Mawar yang nampak kelelahan kembali ke
ruang tahanannya yang kebetulan hanya diisi oleh 2 orang saja.
Mawar
Huuwooooeeeeiii….bangun hwooeeeeeiii…
(berteriak di dekat telinga Rukmini)
Udah sore nih..”
Rukmini
(langsung bangun dari tidur, dan ambil kuda-kuda seolah-olah mau berantem)
Ada apa…ada apa?”
Ada maling lagi.”
Mawar
Maling kepalamu peyang.”
Waktunya beraktivitas, enggak malah molor kayak kerbau di sawah.”
Rukmini
Iya brow..iya.”
Aku masih kepikiran kejadian di kantor dulu, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
sesuatu yang hanya bersifat sementara.
Mawar
Naahh..kalau begitu kita harus sama-sama berintropeksi diri.”
Kita kan sekarang sudah pada tempat yang semestinya, ini masih hukuman di dunia belum
nanti di akhirat.
Rukmini
Uang bukan segala-galanya, namun segalanya membutuhkan uang.”

Rukmini dan Mawar pun akhirnya sama-sama berfikir dan berintropeksi diri untuk menatap
masa depan. Hari-harinya kini ada dibalik jeruji besi, keistimewaan di dalam tahanan pun ia
nikmati berdua. Perbedaan fasilitas tahanan menjadi permasalahan, yang kaya bisa berbuat
apa saja. Sedangkan yang miskin harus menerima keterbatasan fasilitas, itulah
ketidakadilan yang terjadi di negeri ini dari berbagai aspek.

Anda mungkin juga menyukai