Perbandingan Pemilu Pada Masa Orde Baru dan Era Reformasi
Masa Orde Baru Masa Era Reformasi
UU yang dipakai, UU no 15 tahun 1969 UU yang dipakai, UU no 3 tahun 1999 Asas yang dipakai, Jujur dan adil (JURDIL) Asas yang dipakai, Langsung, umum, bebas, rahasia, serta jujur dan adil (LUBER Asas Jujur artinya dalam penyelenggaraan JURDIL) pemilu, penyelenggara atau pelaksana, pemerintah dan partai politik serta pemilu, Asas Langsung berarti pemilih secara pengawas dan pemantau pemilu, termasuk langsung memberikan suaranya tanpa pemilih, serta semua pihak yang terlibat perantara dan tingkatan. secara tidak langsung bersikap dan bertindak Asas Umum pemilihan itu berlaku jujur sesuai dengan peraturan perundangan menyeluruh bagi semua warga negara yang berlaku. indonesia yang memenuhi persyaratan tanpa Asas adil artinya setiap pemilih dan parpol diskriminasi. peserta pemilu mendapat perlakuanyang Asas Bebas artinya warga negara yang sama serta bebas dari kecurangan pihak berhak memilih dapat menggunakan haknya, manapun. dijamin keamanannya melakukan pemilihan menurut hati nurani tanpa adnya pengaruh, tekanan, dan paksaan dari siapapun dan dengan cara apapun.
Asas Jujur artinya dalam penyelenggaraan
pemilu, penyelenggara atau pelaksana, pemerintah dan partai politik serta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Asas adil artinya setiap pemilih dan parpol peserta pemilu mendapat perlakuanyang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun. Penyelenggara, Pemerintahan lewat komisi Penyelenggara, Pemerintahan lewat komisi pemilihan umum (KPU) pemilihan umum (KPU). Penyelenggaraan Pemilihan Umum dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum yang bebas dan mandiri, yang terdiri atas unsur partai-partai politik peserta Pemilihan Umum dan Pemerintah. yang bertanggung jawab kepada Presiden Pengawas, pemerintahan melalui panwaslu Pengawas, pemerintahan melalui panwaslu (1999)terdiri dari lembaga pengawasan dan pemantau pemilu (panwaslu, forum rektor UNFREL, dan LSM )
Pemilu (2004) pengawas pemilu berasal dari
unsur kepolisian, tokoh masyarakat, kejaksaan, perguruan tinggi dan pers. Peserta, diikuti oleh tiga partai (PDI, PPP, Tahun 1999 diikuti oleh 48 Parpol. GOLKAR) Tahun 2004 diikuti oleh 24 Parpol
Tahun 2009 diikuti oleh 38 Parpol
Hasil pemilu dimenangkan oleh partai Hasil pemilu dimenangkan oleh partai GOLKAR DEMOKRAT KESIMPULAN Pemilu Orde Baru Pemilu Reformasi 1. Kekuatan politik ada ditangan penguasa 1. Kekuatan politik ada di tiap-tiap partai politik 2. Rezim yang berkuasa bersikeras, supaya partainya (Golkar) yang menang 2. Setiap partai politik berambisi supaya partainya yang memenangkan pemilu. 3. Kekerasan terjadi oleh aparat pemerintah terhadap rakyat. 3. Kekerasan terjadi antara masa parpol
4. Represi politik sebagaialat politik 4. Kebebasan politik sebagai modal parpol
penguasa (rezim orba) 5. Terjadi pembagian legitimasi di tengah 5. Serba negara dan tentara. Negara masyarakat memonopoli legitimasi dalam 6. Pelanggaran pemilu dilakukan oleh masa pelaksanaan pemilu parpol 6. Pelanggaran pemilu dilakukan oleh 7. Politik uang menjadi fenomena di tengah birokrasi, Golkar, dan tentara. masyarakat 7. Politik kekerasan oleh penguasa menjadi isu utama Diantara pemilu pada orde baru dan reformasi lebih demokratis pada era reformasi. Sebab masyarakat diberi kesempatan untuk berpartisipasi sesuai dengan pilihannya. Masyarakat diberi kebebasan untuk memilih partai dan figur pemimpin yang diinginkan untuk menuju pemerintahan demokratis dan bukan otoriter. SARAN Dalam setiap pelaksanaan pemilu, hendaknya tetap memegang teguh asas yang digunakan. Asas Langsung, umum, bebas, rahasia, serta jujur dan adil (LUBER JURDIL) harus diterapkan dalam pelaksanaan pemilu. Bukan hanya sekedar teori, tapi harus benar-benar dipraktikkan dalam melaksanakan pemilu agar tercipta pemilu yang demokratis. Selain itu, untuk jumlah partai peserta pemilu lebih baik hanya terdiri dari sedikit partai, agar lebih efektif dan masyarakat lebig mudah untuk menerimanya dan untuk dapat mencapai stabilitas pemerintahan.