Disusun Oleh :
Agri Azizah Amalia (1310105094)
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun Proposal Penelitian
dengan tepat waktu. Terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam penyusunan Proposal Penelitian ini. Selain itu, kami juga
berterima kasih kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan, petunjuk dan ilmu
yang telah di berikan.
Semoga Proposal Penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya pada para pembaca. Kami menerima kritik dan saran yang di sampaikan
oleh pembaca yang dapat membangun kreatifitas dan ilmu kami untuk pembuatan
proposal kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................. 6
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................... 11
2.1 Tidur............................................................................................................................ 11
METODOLOGI PENELITIAN.................................................................................... 41
3.6.2 Sampel...................................................................................................................... 45
3.12 Bivariat...................................................................................................................... 51
keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa
berharga dan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Perry & Potter, 2006). Tidur
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan
fisiologis, tidur juga hal yang universal karena semua individu dimanapun ia berada
oleh gangguan tidur yang tidak terdeteksi. Meskipun dampak gangguan tidur yang
tidak disadari ini telah semakin jelas, namun masih sedikit penelitian yang telah
dilaporkan (Tanjung & Sekartini, 2004. Reaksi nyeri sangat erat hubungannya
& Perry, 2005), Respon anak dengan orang dewasa dalam menerima tindakan
invasif berbeda. Pada anak tindakan invasif dapat dipersepsikan sebagai suatu
ancaman, ini terkait terhadap rasa aman yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pemenuhan istirahat tidur (Warda, 2012). Teori Maslow dan Henderson
diatas menunjukkan bahwa tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang penting dan harus terpenuhi dalam keadaan sehat maupun sakit. Berbagai
tindakan medis yang dilakukan di rumah sakit. Namun masih sedikit yang meneliti
tentang gangguan tidur karena rasa ketidaknyamanan anak pada tindakan invasif
yang dilakukan dirumah sakit dalam hal ini tindakan pemasangan infus. Oleh sebab
itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pemenuhan kebutuhan tidur anak yang
terpasang infus. Orang tua dan perawat harus mampu menciptakan rasa
kenyamanan pada anak saat dirawat dirumah sakit sehingga kebutuhan dasar
Sakit dan dirawat di rumah sakit jauh dari menyenangkan bagi anak. Hal ini
merupakan suatu stresor karena anak tidak mengerti mengapa dia dirawat.
lingkungan yang asing bagi anak, penyesuaian dengan banyak orang yang
mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak
yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan (Ratna, 2012).
Rawat inap merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan
rumah. Reaksi anak terhadap rawat inap bersifat individual, bergantung pada usia
koping yang dimilikinya. Anak yang dirawat di rumah sakit sering merasa
kelelahan dan menjadi tidak nyaman yang berakibat sulit untuk tidur (Supartini,
2004).
terbangun. Walaupun demikian, rata-rata waktu tidur total anak hampir sama
dengan dewasa muda. Ritmik sirkadian tidur-bangun anak juga sering terganggu.
mudah jatuh tidur pada siang hari (Perry dan Potter, 2009). Kebutuhan tidur pada
membutuhkan 11-12 jam/hari untuk tidur. Menurut Hurlock, secara teori kebutuhan
tidur adalah jumlah kebutuhan tidur manusia yang biasanya dijelaskan dengan
waktu yang dibutuhkan untuk menjalani aktivitas tidur dalam satu hari untuk
tidur juga bertujuan untuk restorasi sel. Restorasi sel- sel tubuh merupakan salah
satu teori yang dikemukakan oleh para ilmuan untuk menjelaskan sebab atau tujuan
manusia harus tidur. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur dapat terjadi karena
rumah sakit, kebisingan, atau ketakutan serta adanya kondisi patologis pada anak
misalnya penyakit kronik, infeksi, gannguan sirkulasi dan lain-lain. Lingkungan
institusi Rumah Sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang dan aktivitas petugas
pelayanan kesehatan dapat menyebabkan sulit tidur. Besaran jumlah tidur anak,
fisik seperti rasa nyeri, juga dapat mempengaruhi psikologisnya berupa stres,
agresif dan perasaan terkekang akibat imobilisasi area pemasangan infus, yang pada
anak-anak biasanya diberikan spalk dan fiksasi. Selain reaksi perilaku negatif,
aspek yang selama ini kurang mendapat perhatian adalah dampak dari tindakan
terutama tidur di malam hari (Ratna. 2012). Pemenuhan kebutuhan tidur sangat
penting bagi anak yang sedang sakit. Apabila pemenuhan tidur tersebut tercukupi,
maka jumlah energi yang diharapkan untuk memulihkan status kesehatan dan
anak jika tidak segera ditangani akan berdampak serius dan akan menjadi gangguan
tidur yang kronis secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan pola tidur pada anak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kebutuhan pola tidur
selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tidur
Tidur adalah kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur memiliki ciri, yaitu
adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, dan terjadinya
dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Dalam keadaan sadar,
korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur,
terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan
Jenis tidur ini dikenal dengan tidur dalam, istirahat penuh, dengan
a. Tahap I
Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri: rileks,
b. Tahap II
c. Tahap III
Merupakann tahap tidur berciri : denyut nadi dan frekuensi nafas dan
Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam selama 5-20 menit,
bila kondisi oranng sangat lelah maka awal tidur sangat cepat bahkan
lambat.
e. Pada oto perifer terjadi bebrapa gerakan otot yang tidak teratur.
f. Mata cepat tertutup dan cepat terbuka, nadi cepat dan inregular,
metabolisme meningkat.
g. Pada tidur ini sangat penting untuk keseimbangan mental, emosi dan
6. Menyimpan energi.
1. Penyakit
Seseorang yang sedang sakit dapat menjadikan orang itu kurang tidur
2. Stres Psikologis
3. Obat-obatan
4. Nutrisi
sulit tidur.
5. Lingkungan
6. Motivasi
7. Aktivitas
1. Insomnia
3. Hipersomnia
4. Narkolepsi
tidur karena jika terjadi apnea dapat mengacaukan saat bernapas dan
oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
6. Enuresis
anak-anak.
2.2 Hospitalisasi
menimbulkan trauma dan stress pada klien yang baru mengalami rawat inap
dirumah sakit. Hospitalisasi dapat diartikan juga sebagai suatu keadaan yang
memaksa seseorang harus menjalani rawat inap di rumah sakit untuk menjalani
sakit. Pengalaman hospitalisasi yang dialami klien selama rawat inap tersebut tidak
hanya mengganggu psikologi klien, tetapi juga akan sangat berpengaruh pada
psikososial klien dalam berinteraksi terutama pada pihak rumah sakit termasuk
pada perawat.
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani
yang menimbulkan trauma, baik pada anak, maupun orang tua. Sehingga
menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak
dan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit. Oleh karena itu betapa
pentingnya perawat memahami konsep hospitalisasi dan dampaknya pada anak dan
sakit.
2. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar orang tua. Untuk itu,
bergantung pada orang lain dan percaya diri. Tentunya hal ini hanya
dapat dilakukan oleh anak yang lebih besar, bukan bayi. Berikan selalu
meningkatkannya.
yang ada, teman sebaya atau teman sekolah. Beri kesempatan padanya
1. Kepribadian Manusia.
sebagian orang yang sangat menderita dan sangat tergantung pada pada
sendiri dan tidak bisa menerima keadaan itu begitu saja. Semua
kontak yang sudah lama berjalan dengan terpaksa. Dia sudah tidak
dilakukan dan kapan. Pasien menunggu apa yang terjadi dan perawat
pasien.
tadi.
hospitalisasi, klien dalam hal ini adalah anak), tentu akan mengalami stress
anak.
anak.
Berikut beberapa reaksi orang tua saat anak mereka dirawat di rumah
sakit adalah
ini mungkin saja membuat orang tua merasa sedih atau bahkan
menangis karena tidak tega melihat anaknya. Oleh karea itu,
adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau
b. Perasaan Sedih
ajal, orang tua merasa sedih dan berduka. Namun di satu sisi,
c. Perasaan Frustasi
Pada kondisi ini, orang tua merasa frustasi dan putus asa
kesehatan).
d. Perasaan Bersalah
1. Privasi
kepada klien.
privasi klien.
2. Gaya hidup
3. Otonom
4. Peran
Tingkah laku pasien yang dirawat di rumah sakit dapat dikenal menurut
pandangan luas.
dan takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, jika
muncul pada anak yang berkaitan dengan psikologi anak adalah cemas ,
marah, sedih dan rasa bersalah. Perasaan itu dapat timbul karena
menghadapi sesuatu yang baru dan belum penah dialami sebelumnya, rasa
tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang dirasakan
menyakitkan. Tidak hanya klien, orang tua juga mengalami yang sama.
sakit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan terganggunya interaksi baik dari
Pola tidur adalah kebutuhan dasar yang terpenuhi oleh semua orang. Istilah
tidur cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur memiliki
arti yang berbeda pada setiap orang. (Sumber, Wahit Iqbal Mubarak, SKM & Ns
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan
lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi
faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga
(Wong, 2000).
Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
terbangun. Walaupun demikian, rata-rata waktu tidur total anak hampir sama
dengan dewasa muda. Ritmik sirkadian tidur-bangun anak juga sering terganggu.
mudah jatuh tidur pada siang hari (Perry dan Potter, 2009)
19.299 anak mengalami gangguan tidur. Pada penelitian Sukoati (2012) di Rumah
Sakit Baptis Kediri didapatkan 62% anak mengalami gangguan pola tidur. Metode
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong,
2002). Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena
variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan pemenuhan kebutuhan tidur pada anak usia balita yang terpasang
infus. Penelitian ini, Variabel dalam penelitian ini yaitu lingkungan ruang dan
ketidaknyamana fisik anak. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 31
orang yang didapatkan dengan Purposive Sampling. Tehnik analisis data yang
digunakan adalah analisis cross sectional untuk melihat presentase setiap variabel
yang diolah menggunakan program SPSS. Jumlah bisa bervariasi dalam 1 hingga
40. Tetapi karena penekanannya pada informasi yang rinci dan kaya, maka jumlah
yang besar akan menjadi masalah, karena akan terjadi pengulangan informasi
(Raco, 2010). Dalam penelitian ini, istilah yang dipakai untuk menunjuk pada
sumber data adalah partisipan. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang
tua dengan anak usia balita, anak dalam kondisi sadar penuh, anak yang terpasang
infus dan telah dirawat minimal 2 hari masa perawatan, hal ini merupakan kriteria
Dari hasil penelitian pemenuhan kebutuhan tidur pada anak yang di rawat
kategori kurang baik 58,1% dan kategori baik 41,9%. Anak yang dirawat diruang
perawatan anak dengan kategori tidak nyaman 54,8% dan kategori nyaman
kebutuhan tidur anak yang dirawat dengan nilai p value 0,023. Terdapat hubungan
dan setelah masuk dari pola tidur mereka, "onset tidur" cenderung tertunda dan
waktu malam hari tidur berkurang secara signifikan. Jadi, waktu tidur total kurang
dari sebelum masuk. 2. Mengenai tidur faktor yang mengganggu, obat (hipnotik:
ditemukan. Pria memiliki gangguan lebih dalam tidur daripada wanita karena
kesulitan dalam jatuh tidur dan kurang tidur malam hari. Wanita yang dikonsumsi
dalam tidur siang selama hari dengan bertambahnya usia. 4. Perbedaan signifikan
antara pemuda yang baik dan pemuda miskin yang ditemukan untuk variabel-
variabel berikut: waktu tidur di malam hari, total waktu tidur, waktu tidur, tidur
waktu latency onset, tidur waktu latency setelah bangun di malam hari, waktu
yang dihabiskan di tempat tidur pada gairah, faktor lingkungan, dan faktor
emosional.
dapat terlihat jelas , yaitu Durasi tidur, Kedalaman tidur, Frekuensi terbangun,
Masalah yang nampak saat tidur. tema tersebut menggambarkan bahwa : Durasi
tidur anak setelah masuk rumah sakit dan terpasang infus rata-rata mengalami
perubahan rasa nyeri saat dilakukan tindakan pemasangan infus dan kesulitan
menjalani posisi tidur yang biasa karena terpasang infus dan spalk. Kedalaman
tidur anak yang dirawat dirumah sakit dan terpasang infus tidak terpenuhi karena
dibuktikan dengan sikap anak yang saat tidur kesulitan menjalani posisi tidur,
mudah terbangun ditengah malam dan saat terbangun anak selalu menangis.
Frekuensi terbangun anak makin meningkat setelah masuk rumah sakit karena
adanya perasaan takut, cemas dan trauma akibat tindakan invasif yang
Masalah yang nampak saat anak tidur yang sering terjadi saat anak masuk rumah
sakit adalah mengigau dan mengompol yang disebabkan karena perasaan takut
dan trauma yang dirasakan anak akibat tindakan pemasangan infus. Ditemukan
bahwa kuantitas dan kualitas tidur yang signifikan diubah, tapi strategi yang
memadai untuk tidur lebih baik tidak dilakukan. Penelitian lebih lanjut diperlukan
mencegah masalah tidur. Dengan demikian, periode yang lebih lama dari tindak
lanjut dengan pemantauan yang akurat dari durasi tidur dan kualitas dan
dampak durasi tidur dan kualitas pada risiko mungkin lebih besar pada anak-anak
mengenai efek merusak potensi pembatasan tidur pada kesehatan jangka panjang
dan kesejahteraan harus dimulai pada awal kehidupan dan melibatkan orang tua,
menunjukkan bahwa kurang tidur parsial kronis, perilaku yang khusus untuk
spesies manusia dan tampaknya telah menjadi lebih dan lebih umum selama
dengan tidur pendek adalah peningkatan regulasi selera makan, dengan leptin
lebih rendah dan tingkat ghrelin lebih tinggi, Mekanisme yang mendasari efek
samping dari kurang tidur masih harus diidentifikasi dan cenderung
multifaktorial.
Hasil dari review kelima jurnal tersebut adalah terdapat masalah yang terjadi
pada kebutuhan tidur pada anak yang dirawat dan terpasang infus yaitu, salah
kurang baik dikatakan juga mempengaruhi kebutuhan tidur. Juga terdapat masalah
kebutuhan istirahat khususnya pada anak (Potter & Perry, 2005), Respon anak
dengan orang dewasa dalam menerima tindakan invasif berbeda. Pada anak
tindakan invasif dapat dipersepsikan sebagai suatu ancaman, ini terkait terhadap
Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun saat dimana
sebagian besar sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan
diri dengan stres dan perubahan yang moderat. Selama periode ini sebagian
prasekolah adalah anak berusia 3-6 tahun yang merupakan sosok individu,
usia 3-5 tahun dan merupakan kurun yang disebut sebagai masa keemasan
(the golden age). Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik
ciri anak prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada TK. Ciri-ciri yang
sempurna.
1. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi
lebih besar
Taman Kanak-kanak ini anak belajar untuk dapat hidup dalam lingkungan
yang lebih luas yang tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja,
dalam masa ini anak belajar untuk dapat saling memberi dan berbagi dan
kemampuannya untuk dapat bergaul dan berinteraksi dengan anak lain dalam
masa ini anak juga perlu menyadari bahwa apa yang dilakukannya akan
kebutuhannya dan dapat menghasilkan jasa bagi orang lain. Contoh, seorang
dokter mengobati orang sakit, guru mengajar anak-anak di kelas, pak polisi
6. Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing. Pada masa ini anak perlu
benda berdasarkan ukuran, bentuk, dan warnanya. Selain dari itu, anak dapat
belajar menguasai berbagai kata-kata baru baik yang berkaitan dengan benda-
Contoh, anak dapat menyebutkan nama suatu benda, atau mengajak anak lain
sayang terhadap apa-apa yang ada dalam lingkungan, seperti pada teman
dimilikinya.
Pada masa pendidikan anak usia dini (PAUD) maupun masa taman kanak-
dimaksudkan agar proses pembelajaran anak bisa berjalan efektif dan efisien.
2.7 Kerangka Pemikiran
Tidur
Hospitalisasi
Fisiologi Tidur
Manfaat Hospitalisasi
Jenis tidur
Fungsi dan tujuan tidur Faktor penunjang hospitalisasi
Apabila seseorang melakukan penelitian, maka disadari atau tidak dia telah
memiliki cara memandang terhadap suatu obyek, masalah, atau peristiwa yang
sedang diteliti. Di dalam dirinya telah terbentuk suatu kepercayaan yang didasarkan
pada asumsi – asumsi tertentu yang menurut Guba (dalam Moleong, 2005: 48)
Tidur adalah kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur memiliki ciri, yaitu
adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, dan terjadinya
proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak
Independent
Hospitalisasi
4. Pola Tidur
Keterangan :
Diteliti
5.
Ada Hubungan
hubungan antar variabel dimana dalam hal ini variabel penelitian adalah pola tidur
dan hospitalisasi. Pengukuran dan pengambilan variabel dilakukan pada satu saat
harus diuji melalui data atau fakta yang diperoleh melalui penelitian. Selanjutnya
hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekan. Selain itu,
menurut Zuriah (2006:162) hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara
tersebut belum tentu benar, benar tidaknya suatu hipotesis tergantung hasil
sesuatu yang berbentuk apasaja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kesimpulannya.
3.6.1 Populasi
perawatan anak akan merasa nyaman dan aman serta anak bisa memenuhi
3.6.2 Sampel
a. Kriteria Insklusi
b. Kriteria Eksklusi
Responden yang tidak mengisi dengan lengkap lembar kuesioner yang telah
disediakan.
c. Besar Sampel
berdasarkan rumus :
Keterangan :
n = Jumlah sampel N
= Jumlah populasi
= 153 sampel
3.7 Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan data primer yang didapat langsung dari
partisipan. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah katakata dan
(Moleong, 2010) Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan
pemenuhan kebutuhan tidur pada anak usia prasekolah yang terpasang infus.
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
adalah :
2007).
kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono. 2012). Alat untuk
X = skor butir
Y = skor total
N = jumlah responden
instrumen penelitian, bila harga korelasi setiap item instrumen di bawah 0.30,
maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik
(Arikunto, 2010). Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius atau
harus baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Alat untuk
Dimana:
k = Jumlah Item
St = Varians total
diketahui bahwa suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai Alpha ≥ 0.60,
sedangkan suatu instrumen dinyatakan tidak reliabel jika nilai Alpha < 0.60.
Kuesioner yang telah diisi oleh responden, dalam hal ini adalah seluruh
ketepatan data, jelasnya jawaban yang ada di kuesioner, serta relevan dan
konsisten.
angka.
c. Processing, yaitu kegiatan untuk memproses data yang dilakukan dengan cara
dilaporkan.
tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005 : 188). Analisa univariat
peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa univariat
3.12 Bivariat
Analisis secara simultan dari dua variabel. Hal ini biasanya dilakukan untuk melihat
apakah satu variabel, seperti jenis kelamin, adalah terkait dengan variabel lain,
mungkin sikap terhadap pria maupun wanita kesetaraan. Analisis bivariate terdiri
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Rangkuman Etika
metode dan prosedur penelitian, publikasi hasil. Jujur pada kekurangan atau
b. Obyektivitas
c. Integritas
Tepati selalu janji dan perjanjian; lakukan penelitian dengan tulis, upayakan
d. Ketelitian
catat pekerjaan yang Anda dan rekan anda kerjakan, misalnya kapan dan di
jurnal atau agen publikasi lainnya. Secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide,
alat dan sumber daya penelitian. Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru.
Penelitian ini akan dimulai dengan studi awal penelitian pada bulan april –
juni 2017.