Anda di halaman 1dari 10

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan terdiri dari dua komponen yaitu pelarut dan zat terlarut. Pelarut pada
umumnya adalah zat cair, sedangkan zat terlarut dapat berupa zat padat, cair, maupun gas.
Ketiga jenis dari zat terlarut tersebut memiliki kemampuan melarut yang berbeda-beda.
Komposisi pelarut lebih besar dibandingkan zat terlarut dalam suatu larutan. Fenomena
pelarutan sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pada saat membuat susu,
gula dan susu akan diseduh menggunakan air panas. Jika susu dan gula ditambahkan dengan
air dingin maka akan terbentuk gumpalan gumpalan dari susu dan endapan gula. Hal tersebut
menandakan bahwa gula dan susu akan lebih mudah larut jika ditambahkan pelarut pada suhu
yang tinggi.
Setiap senyawa yang larut ataupun tidak larut, mempunyai energi tersendiri yang
biasanya disebut dengan entalpi. Pada proses pelarutan, entalpi yang berperan adalah entalpi
pelarutan. Dari fenomena pelarutan di atas dapat diketahui bahwa proses pelarutan dapat
dipengaruhi oleh faktor suhu, karena kelarutan suatu zat tergantung dari suhu maka panas
kelarutan yang yang timbul atau diserap juga terpengaruh oleh faktor suhu. Untuk mengetahui
pengaruh dari variasi temperatur terhadap kelarutan suatu zat dan panas kelarutannya, maka
dilakukan percobaan yang berjudul entalpi pelarutan.

1.2 Tujuan
Menentukan pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat dan panas kelarutannya

1.3 Tinjauan Pustaka


1.3.1 MSDS
1.3.1.1 Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH atau Natrium Hidroksida merupakan senyawa yang berbentuk padat dan berbau
dimana berat molekulnya 40 gram/mol dan berwarna putih. Senyawa ini memiliki pH 13,5
titik didih 1388oC dan titik leleh 323oC. Senyawa ini salah satu senyawa yang mudah larut
dalam air dingin. Penanganan jika terjadi kontak dengan mata yakni lepaskan atau periksa
lensa kotak. Kontak langsung dengan mata dapat ditangani dengan membasuh mata dengan
air mengalir dan mata tebuka terus menerus dalam waktu 15 menit. Pada kontak kulit dapat
segera dibasuh dengan air dingin sekurang-kurangnya 15 menit. Pakaian atau sepatu yang
erkena harus dikeluarkan dan dibersihkan sebelum digunakan kembali. Tutup kulit yang
terkontak dengan sesuatu yang lunak. Korban pada kasus inhalasi harus segera dievakuasi ke
tempat yang aman. Longgarkan pakaian yang keta seperti kerah, dasi, dan ikat pinggang, jika
sulit bernapas berikan bantuan oksigen jika korban tidak bernafas lakukan pernafasan dari
mulut ke mulut dan segera cari bantuan medis terdekat (Anonim, 2014).
1.3.1.2 Indikator Phenolphtalien (PP)
Phenolptalien atau biasa disingkat dengan PP adalah senyawa padatan berwarna putih
yang tidak berbau. Titik lebur dan titik leleh pp berada pada suhu 263,7 oC dan kurang dari
450 oC. Senyawa ini merupakan senyawa yang tidak mudah terbakar dan memiliki massa
jenis 1,296 gram/cm3. Penangan bahan ini jika bekerja pada ruang asam jangan menghirup
bahan dan taati label tindakan pencegahan. Penyimpanannya harus ditutup rapat dan pada
tempat kering, dimana memiliki ventilasi yang baik serta ditempat yang terkunci yang hanya
dapat dimasuki oleh orang-orang tertentu. Tindakan pencegahan yang harus dilakukan adalah
dengan menghindari penghirupan debu dan memastikan adanya ventilasi yang baik kemudian
jangan membuang ke saluran pembuangan metode pembersihan yang benar adalah dengan
diambil dalam keadaan kering setelah itu diteruskan ke area pembuangan. Bersihkan daerah
yang terkena pp dan hindari terbentuknya debu (Anonim, 2014).
1.3.1.3 Asam Oksalat (H2C2O4)
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama
sistematis asam etanadioat. Rumus molekul asam oksalat adalah H2C2O4, dengan massa molar
126.07 g/mol. Kelarutan dalam air yaitu 9,5 g/100 mL dalam suhu 15°C dan sebesar 14,3 g
/100 mL dalam suhu25°C, dan sebesar 120 g/100 mL pada suhu100°C. Titik didih asam
oksalat sebesar 101-102°C dalam keadaan dihidrat. Kontak langsung dengan mata dapat
ditangani dengan membasuh mata dengan air mengalir dan mata tebuka terus menerus dalam
waktu 15 menit. Pada kontak kulit dapat segera dibasuh dengan air dingin sekurang-
kurangnya 15 menit (Anonim, 2014).
1.3.1.4 Garam Dapur
Natrium klorida, juga dikenal sebagai garam, garam dapur, garam meja, atau garam
karang, merupakan senyawa ionik dengan rumus NaCl. Natrium klorida adalah garam yang
paling bertanggung jawab atas kadar garam dari laut dan dari cairan ekstraselular multiseluler
dari banyak organisme. Sebagai bahan utama garam bisa dimakan, itu biasanya digunakan
sebagai bumbu dan makanan pengawet. NaCl mempunyai massa molar 58,443 g / mol, tidak
berwarna, berbau, kepadatannya 58,443 g / mol, titik lebur 801 °C, dan titik didih 1413 oC.
Penyimpanannya harus ditutup rapat dan pada tempat kering, dimana memiliki ventilasi yang
baik serta ditempat yang terkunci yang hanya dapat dimasuki oleh orang-orang tertentu.
Kontak langsung dengan mata dapat ditangani dengan membasuh mata dengan air mengalir
dan mata tebuka terus menerus dalam waktu 15 menit. Pada kontak kulit dapat segera dibasuh
dengan air dingin sekurang-kurangnya 15 menit (Anonim, 2014).

1.3.2 Dasar Teori


Definisi kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut adalah banyaknya suatu zat dapat
larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu. Biasanya dinyatakan dalam
satuan mol/liter. Jadi bila batas kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas
kesetimbangan, artinya bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat
yang dilarutkan dikurangi, akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan
tergantung pada suhu pelarutan (Sukardjo, 1997).
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi internal
dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja
pada sebuah materi. Secara matematis, entalpi dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐻 = 𝑈 + 𝑃𝑉

Dimana :
H = entalpi sistem (joule)
U = energi dalam (joule)
P = tekanan dari sistem (Pa)
V = volum sistem (m2)
Seperti halnya energi dalam, entalpi juga merupakan fungsi keadaan. Untuk reaksi yang
terjadi pada fasa cair, ∆V biasanya kecil (0,1 liter atau kurang). Entalpi merupakan besaran
yang relatif mudah untuk diukur. Besaran tersebut diukur dengan menggunakan kalorimeter.
Perubahan entalpi pelarutan adalah kalor yang menyertai proses penambahan sejumlah
tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada suhu dan tekanan tetap. Terdapat dua macam
entalpi pelarutan yaitu entalpi pelarutan integral dan entalpi pelarutan diferensial. Entalpi
pelarutan integral adalah perubahan entalpi jika satu mol zat terlarut dilarutkan ke dalam n
mol pelarut (Bird, 1987).
Entalpi pelarutan standart merupakan perubahan entalpi standart jika zat itu melarut di
dalam pelarut dangan jumlah tertentu. Entalpi pembatas pelarutan adalah perubahan entalpi
standart 75,14 Kj/mol. Jika melarut dalam pelarut dengan jumlah tak hingga, sehingga
interaksi antara 2 ion dapat di abaikan contoh untuk HCl
HCl(g) → HCl(aq) ∆H=-75,14 kJ/mol
Mempunyai pengertian bahwa entalpi pelarutan 1,0 mol gas HCl melarut dengan
menghasilkan larutaan yang sangat encer adalah eksoterm sebesar 75,14 kJ dalam kondisi
standart. Entalpi pelarutn HCl sebesar itu merupakan harga batasnya berlambang aq. Harga
batas entalpi pelarutan itu dipakai sebagai acuan untuk kondisi standart derajat kepekaan
umumnya. Standart derajat kepekaan disepakati sebessar 1 mol/kg pelarut. Standart kepekaan
itu bersifat hipotesis, dianggap tidak ada efek klor pengecenran, tidak memperhatikan keadaan
ynag sebenarnya apakah mollitas 1 mol/kg itu sudah sangat encer atau masih pekat
(Atkin, 1999).
Energi dalam (U) adalah keseluruhan energi potensial dan energi kinetik zat-zat yang
terdapat dalam sistem. Energi dalam merupakan fungsi keadaan, besarnya hanya tergantung
pada keadaan sistem. Setiap sistem mempunyai energi karena partikel-partikel materi (padat,
cair atau gas) selalu bergerak acak dan beragam disamping itu dapat terjadi perpindahan
tingkat energi elektron dalam atom atau molekul. Bila sistem mengalami peristiwa mungkin
akan mengubah energi dalam. Jika suhu naik menandakan partikel lebih cepat dan energi
dalam bertambah (Syukri, 1999).
Larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang
tidak terlarut. Pada keadaan kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan kecepatan
mengendap dan konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Jika kesetimbangan terganggu
dengan perubahan temperatur maka konsentrasi larutannya akan berubah. Menurut Van’t Hoff
pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat dinyatakan sebagai berikut :
D In S/dt = ∆H/RT
In S2/S1 = {∆H/R} (T1-1 - T2-1)
In S = - ∆H/RT + C
Dimana :
S2, S1 = kelarutan zat masing-masing pada temperatur T1 dan T2
Δ H = panas pelarutan
R = Konstanta Umum
Secara umum panas pelarutan adalah positif (endotermis) sehingga menurut Van’t Hoff makin
tinggi temperatur maka akan semakin banyak zat yang larut. Sedangkan untuk zat-zat panas
yang pelarutannya negatif (eksotermis), maka semakin tinggi suhu akan makin berkurang zat
yang dapat larut (Tim Kimia Fisik, 2014).
BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
- Termometer
- Buret 50 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas ukur 250 mL
- Pipet volume 10 mL
- Pengaduk gelas
2.1.2 Bahan
- NaOH 0,5 N
- Indikator pp
- Asam oksalat
- Es batu
- Garam dapur

2.2 Skema Kerja

Asam Oksalat

- Dilarutkan dalam akuades 100 mL pada suhu kamar sedikit demi


sedikit hingga keadaan jenuh
- Dilengkapi dengan thermometer dan pengaduk
- Dimasukkan dalam waterbath pada suhu yang ditentukan
- Diaduk selalu agar sistem menjadi homogen
- Dicapai keseimbangan sekitar waktu 30 menit
- Diambil 5 mL larutan (kristal asam oksalat yang tidak larut jangan
sampai terbawa)
- Dilakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,5 M menggunakan indikator
PP
- Dilakukan duplo, dan pengulangan pada suhu 5, 10, 15, 20, 25°C

Hasil
BAB 3. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Percobaan


Suhu (oC) Ulangan Massa Massa Volume
Erlenmeyer (g) Erlenmeyer+H2C2O4 NaOH (ml)
0 1 34,73 38,95 3,5
2 34,64 38,97 3,6
5 1 34,72 39,16 3,6
2 34,73 39,32 3,5
10 1 34,64 39,63 3,9
2 34,72 39,57 3,9
15 1 34,73 38,88 3,5
2 34,64 39,43 4,0
20 1 34,72 39,17 4,0
2 34,73 39,12 4,0

3.2 Hasil
Suhu M mol Massa Massa Massa M Mol Kelarutan
(oC) asam asam asam larutan H2 O Solute solute asam
oksalat oksalat oksalat (g) (g) (mmol/g) (mol) oksalat
(M) (mol) (g) (g/ml)
0 0,35 1,75 0,16 4,28 4,12 0,42 1,73.10-3 0,031
5 0,35 1,75 0,16 4,52 4,36 0,40 1,74.10-3 0,033
10 0,39 1,95 0,17 4,92 4,47 0,41 1,94.10-3 0,043
15 0,37 1,87 0,17 4,47 4,30 0,43 1,85.10-3 0,042
20 0,40 2,00 0,18 4,43 4,25 0,47 2,01.10-3 0,051

3.3 Grafik hubungan antara suhu dengan kelarutan

Kelarutan terhadap suhu


0.06
y = 0.001x + 0.0302
0.05
R² = 0.9095
Kelarutan

0.04
0.03
y
0.02
Linear (y)
0.01
0
0 5 10 15 20 25
Suhu (oC)

Entalpi Pelarutan
∆𝐻
m=
𝑅

∆H = m x R
= 0,001 × 0,95
= 9,5.10-4 J/mol
BAB 4. PEMBAHASAN

Percobaan yang telah dilakukan tentang entalpi pelarutan yang bertujuan untuk
menentukan pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat dan panas kelarutannya.
Entalpi pelarutan yaitu perubahan entalpi standart jika zat itu melarut di dalam pelarut dangan
jumlah tertentu. Proses pelarutan pada percobaan ini melibatkan zat yang terlarut yaitu kristal
asam oksalat dan pelarutnya yaitu air. Bahan lain yang diganakan adalah indikator pp, NaOH,
es batu dan garam dapur. Larutan yang digunakan adalah larutan jenuh asam oksalat. Partikel-
partikel zat terlarut, baik berupa molekul maupun berupa ion selalu berada dalam keadaan
terhidrasi (terikat oleh molekul-molekul pelarut air). Semakin banyak partikel zat terlarut
makin banyak pula molekul air yang diperlukan untuk menghidrasi partikel zat terlarut itu.
Jika kedalam sejumlah air ditambahkan zat terlarut secara terus-menerus, maka akan tercapai
suatu keadaan di mana semua molekul air terpakai untuk menghidrasi partikel yang dilarutkan
sehingga larutan itu tidak mampu lagi menerima zat yang ditambahkan. Hal tersebut
dikatakan larutan mencapai keaadaan jenuh. Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang
telah mengandung zat terlarut dalam konsentrasi maksimum. Reaksi yang terjadi adalah

H2C2O4 (s) + H2O H2C2O4 (aq) H = 3.29 KJ/mol


(l)

Pada saat melarutkan serbuk asam oksalat dalam 100 ml aquades, dinding dari beaker
glass terasa dingin. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kalor oleh sistem dari
lingkungan yang dikenal dengan proses endoterm. Kemudian larutan jenuh tersebut
dimasukkan dalam Water-bath dan dilengkapi dengan es batu besera garam dapur. Fungsi dari
es batu adalah untuk memperoleh suhu yang diinginkan dan menurunkannya hingga mencapai
0, 5, 10, 15, 20˚C. Sedangkan fungsi garam adalah untuk menjaga agar es batu tidak cepat
mencair. Larutan yang telah setimbang pada suhu yang diinginkan kemudian diambil 5 ml
untuk ditritrasi.
Asam oksalat merupakan asam lemah, jika dititrasi menggunakan larutan basa kuat
NaOH 0.5N titik ekuivalennya berada di atas pH 7. Indikator PP merupakan bahan yang
digunakan sebagai indikator pada proses titrasi ini yang memiliki trayek perubahan pH 8,3-
10,0. Apabila diteteskan pada larutan yang bersifat basa akan mengubah warna larutan
menjadi merah muda, sedangkan jika indikator PP diteteskan pada larutan yang bersifat asam
tidak terjadi perubahan warna dalam titrasi. Reaksi antara asam oksalat dengan natrium
hidroksida adalah sebagai berikut:
H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) N2C2O4(aq) + 2H2O(l)
S
Semakin tinggi suhu larutan maka semakin banyak asam oksalat yang terlarut
sehingga jika dititrasi membutuhkan volum larutan NaOH dengan jumlah yang lebih banyak.
Titik ekuivalen tercapai jika seluruh mol dari asam oksalat tepat habis bereaksi dengan mol
NaOH yang ditambahkan dan ditandai dengan berubahnya warna indikator pada larutan dari
tidak berwarna menjadi merah mudah. Sedangkan pada suhu yang rendah, jumlah asam
oksalat yang terlarut berkurang sehingga NaOH yang dibutuhkan untuk merubah larutan dari
tidak berwarna menjadi merah mudah lebih sedikit. Tetapi hasil dari percobaan menunjukkan
ketidak sesuaian dengan literatur. Hasil yang diperoleh terjadi penurunan pada suhu 5oC yang
kemudian naik pada suhu 10oC dan mengalami penurunan lagi pada suhu 15oC.
Secara umum panas pelarutan yang bersifat endotermis akan mengalami kelarutan
yang semakin tinggi dengan bertambahnya suhu. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan
kelarutan yang mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya suhu. Namun terjadi
𝑛(𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒)𝑥 𝑀𝑟
penurunan dan kenaikan. Hasil yang diperoleh dapat dicari dengan rumus 𝑆 = .
𝑉

Hasil kelarutan pada suhu 0oC sebesar 0,031 g/ml, pada suhu 5oC sebesar 0,033 g/ml, suhu
10oC sebesar 0,043 g/ml, suhu 15oC sebesar 0,042 g/ml, dan pada suhu 20oC adalah 0,051
g/ml. Faktor yang mungkin mempengaruhi kesalahan pada percobaan ini yaitu pada saat
melarutkan asam oksalat yang terlalu jenuh. Kemingkinan lain muncul saat akan melakukan
titrasi yang suhunya tidak sesuai konstan dengan yang diinginkan. Berdasarkan grafik yang
didapatkan menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan dalam percobaan yang telah dilakukan.
Seharusnya grafik mengalami peningkatan, seiiring dengan naiknya suhu, namun grafik yang
dihasilkan tidak sesuai dengan literatur. Hasil entalpi yang didapatkan dari grafik adalah
sebesar 9,5.10-4 J/mol.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Percobaan yang te;ah dilakukan tentang entalpi pelarutan dapat disimpulkan bahwa:
1. Temperatur mempengaruhi kecepatan suatu zat untuk melarut. Semakin tinggi temperatur
larutan maka zat akan semakin cepat melarut dan komposisi zat terlarut pada pelarut
semakin banyak.
2. Hasil entalpi yang diperoleh sebesar 9,5.10-4 J/mol.

5.2 saran
Seharusnya praktikan lebih teliti dan berhati-hati saat melakukan percobaan agar
mendapatkan hasil yang maksimal (akurat). Alat laboratorium harus dijaga agar tetap bersih
dan tidak terkontaminasi dengan zat lain.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Msds Asam Oksalat.[serial online].


http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927133. [diakses 5 maret 2014].
Anonim. 2014. Msds Garam Dapur.[serial online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927227. [diakses 5 maret 2014].
Anonim. 2014. Msds Natrium Hidroksida.[serial online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=992718. [diakses 5 maret 2014].
Anonim. 2014. Msds Phenolftalein. [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927062. [diakses 5 maret 2014].
Atkin, PW. 1999. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rinaka Cipta.
Syukri,S. 1999.Termodinamika Kimia. Jakarta : Erlangga.
Tim Penyusun Kimia Fisik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia fisik 1. Jember: FMIPA UNEJ.

Anda mungkin juga menyukai