Makanansehatdanbergizi 131003220543 Phpapp02
Makanansehatdanbergizi 131003220543 Phpapp02
2. Menghasilkan toksin :
• Menimbulkan kelaianan pd tubuh manusia.
• Kontak : kupu-kupu, tungau debu.
• Sengatan : lebah, kalajengking.
• Gigitan : kelabang, laba-laba, tarantula,
sengkenit.
CARA PENULARAN
1. VEKTOR MALARIA
Nyamuk Anopheles : dari 2000 spesies
Anopheles, terdapat 60 spesies yang
merupakan vektor malaria
DAUR HIDUP
Mengalami metamorfosis sempurna
selama 2-5 mg bergantung pada spesies,
makanan yang tersedia, suhu udara
TEMPAT PERINDUKAN
Tempat perindukan :
Nyamuk Anophelini : kawasan pantai,
pedalaman, kaki gunung dan gunung
Nyamuk Non anophelini : Tempat ber air
jernih ataupun keruh (polluted):
Permukaan air dapat ditumbuhi
bermacam-macam tanaman air
PERILAKU
Nyamuk Non Anophelini mempunyai kebiasaan
mengisap darah hospes yang berbeda-beda, yaitu
:
Culex : malam hari saja
Mansonia : Siang dan malam hari
Aedes : Siang hari saja
Jarak terbang bervariasi :
Culicini : biasanya pendek (rata-rata beberapa
puluh meter)
Aedes vexans +/- 30 km
Umur Nyamuk dewasa (di alam/di Lab):+/- 2 mg
EPIDEMIOLOGI
Faktor-faktor yang menentukan penyebarluasan
filariasis dan timbulnya daerah-daeah endemi
filariasis, yaitu :
Derajat infeksi alami hasil pembedahan nyamuk alam/liar
yang tinggi
Sifat antropofilik dan zoofilik yang meningkatkan jumlah
sumber infeksi
Umur nyamuk yang panjang sehingga mampu
mengembangkan pertumbuhan larva mencapai stadium
infektif untuk disebarkan/ditularkan
Dominasi terhadap spesies nyamuk lainnya yang
ditunjukkan dengan kepadatan yang tinggi di daerah
endemi
Mudahnya menggunakan tempat-tempat penampung air
sebagai tempat perindukan yang sesuai
EPIDEMIOLOGI (Lanjutan)
Pemberantasan :
Pengobatan semua penderita filariasis
Upaya pengendalian vektor dengan cara
yang mudah dan biaya rendah
Perlindungan/pencegahan terhadap
gigitan vektor
Meningkatkan pengetahuan penduduk
mengenai filariasis dan penularannya
partisipasi dalam pemberantasan
2.2. VEKTOR FILARIASIS NON LIMFATIK (LALAT)
Lalat dari genus simulium (Black fly) dan Chrysops
(Horse Flyl Deer fly)
Pinjal
hidup sebagai parasit tikus
ladang dan bersarang di antara bulu
tikus
Mengalamimetamorfosis sempurna
selama 18 hari
EPIDEMIOLOGI
Penyakit pes sebenarnya adalah penyakit tikus (zoonosis)
Pemberantasan:
Menangkap tikus dengan perangkap dan membunuhnya
Memberantas tikus dengan insektisida DDT dan BHC (bensin
heksaklorida)
Upaya pemberantasan tsb berbahaya, yaitu bila pinjal
kehilangan hospesnya (tikus), pinjal mencari hospes baru.
Jalan keluar:
Tikus yang tertangkap dibersihkan pinjalnya kemudian dilepas dan
ditangkap kembali pada penangkapan berikutnya
Mempertahan populasi tikus di daerah endemi pada jumlah
minimal ttt dan di pantau dengan indeks pinjal
4. VEKTOR MEKANIK
4.1. MUSCA
Musca domestika (lalat rumah) berperan sebagai vektor
mekanik amebiasis, disentri basilaris dan penyakit
cacing usus di Indonesia
Mudah berkembang biak
Tempat perindukan : timbunan sampah sekitar rumah,
tinja manusia dan binatang
Jarak terbang : 10 km
Umur lalat dewasa: 2-4 minggu
Mengurangi populasi lalat:
Membersihkan rumah dan pekarangan dari sampah
Memasang kawat kasa
Menutup makanan
Mengadakan samijaga
PENGENDALIAN VEKTOR
Pengendalian vektor terdiri atas :
Pengendalian secara alami : yang berperan adalah
faktor-faktor ekologi yang bukan merupakan
tindakan manusia, yaitu topografi, ketinggian, iklim,
musuh alami vektor
Pengendalian secara buatan : dilakukan atas usaha
manusia, yaitu :
s Pengendalian lingkungan (enviromental control) terdiri
atas :
Modifikasi lingkungan (environmental modification)
Manipulasi lingkungan (environmental manipulation)
PENGENDALIAN VEKTOR (Lanjutan)
1) Pengendalian Kimiawi : menggunakan bahan kimia pembunuh
serangga (insektisida) ataupun penghalau serangga (repellent)
2) Pengendalian Mekanik
Menggunakan alat yang langsung dapat membunuh, menangkap
atau menghalau, menyisir, mengeluarkan serangga dari jaringan
tubuh
4) Pengendalian Fisik
Meliputi pemanasan, pembekuan, hembusan angin,penyinaran
Tujuan: mengganggukehidupan serangga
Pengendalian Biologik
Menggunakan pemangsa dan parasit sebagai musuh alami serangga
9) Pengendalian Genetika
Bertujuan mengganti populasi serangga yang berbahaya dengan
populasi baru yang tidak merugikan, melalui pengubahan
kemampuan reproduksi dengan cara memandulkan serangga jantan
11) Pengendalian Legislatif
Tujuan mencagah tersebarnya serangga berbahaya dari satu daerah
lain atau dari luar negeri ke Indonesia
ANTROPODA PENYEBAB ALERGI DAN REAKSI TOKSIK
1. KONTAK
1.1. Kupu-kupu
Larva kupu-kupu (ulat bulu) mengandung
toksin, bila kontak dengan manusia
kelainan erusisme (urtikaria, nyeri,gatal)
Kontak dengan bulu pada abdomen kupukupu
dewasa Lepidopterisme (dermatitis mirip
giant urticaria)
Epidemiologi : Terdapatnya kasus di suatu
daerah dipengaruhi oleh spesies kupu-kupu,
keadaan daerah dan kebiasaan masyarakat
sebagai petani/pekerja kebun
1.2. Tungau Debu (Dematophagoides pteronyssimus)
Ditemukan pada debu rumah di tempat
tidur,karpet,lantai dan luar rumah seperti sarang
burung dan permukaan kulit binatang
Penyebab asma alergi karena seluruh tubuh tungau
mengandung alergen
Epidemiologi : Populasi tungau debu dalam rumah
tergantung pada :
• Ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut
• Iklim
• Binatang yang ada dalam rumah
• Sanitasi
• Suhu dan kelembaban udara
2. SENGATAN
2.1. Lebah
Memiliki alat penyengat yang mengeluarkan
toksin
Akibat sengatan : ringan (nyeri,gatal) dan berat
(mual,demam,sesak napas,kolaps)
2.2. Kalajengking
Memiliki alat penyengat yang mengeluarkan
toksin
Akibat sengatan:nyeri, dapat menimbulkan
keracunan sistemik kematian karna syok
dan paralisis pernapasan
3. GIGITAN
3.1. Kelabang
Menimbulkan nyeri dan eritema karena toksin yang
keluar
3.2. Laba-laba
Menyebabkan kelainan yang disebut araknidisme
(arachnidisme) ; menurut sifat toksinnya terdiri atas
araknidisme nekrotik dan araknidisme sistemik
3.3. Sengkenit
Mengandung toksin yang dapat menyebabkan paralisis
Epidemiologi : Di Indonesia, terutama di Nusa
Tenggara, banyak terdapat peternakan sapi dapat
ditemukan kasus paralisis karena sengkenit
ANTROPODA PENYEBAB PENYAKIT
1. SKABIES
Adalah penyakit kudis, yaitu penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis
Gejala klinis; gatal-gatal terutama pada malam hari
(pruritus nokturna) didahului dengan timbulnya bintik-
bintik merah (rash)
Tungau hidup dalam terowongan kulit (berwarna putih
abu) di jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian
luar, pada bayi menyerang telapak tangan dan kaki
Epidemiologi : Penyakit ini dapat terjadi pada satu
keluarga, tetangga yang berdekatan, bahkan bisa
terjadi di seluruh kampung
2. DEMODIASIS
Infestasi oleh tungau folikel rambut
(Demodex follicularum)
Hidup di folikel rambut dan kelenjar
keringat terutama disekitar hidung dan
kelopak mata sebagai parasit permanen,
kadang-kadang ditemukan dikulit kepala
Menyebabkan kelainan:blefaritis,akne
rosasea,impetigo kontangiosa disertai gatal
dan dapat terjadi infeksi sekunder
Epidemiologi: bersifat kosmopolit dan tidak
berbahaya
3. PEDIKULOSIS
Adalah gangguan yang disebabkan infestasi
tuma, misalnya gangguan pada rambut kepala
disebabkan oleh tuma kepala (pediculus humanus
var.capitis)
Menimbulkan papula merah dan rasa gatal karena
air liur tuma
Epidemiologi :
Infestasi mudah terjadi dengan kontak langsung
Pencegahan : Menjaga kebersihan kulit kepala
Pemberantasan : Menggunakan tangan,sisir serit,
insektisida golongan klorin (benzen heksa klorida)
4. FTIARIASIS
Ftiariasis (pedikulosis pubis) adalah gangguan
pada daerah pubis disebabkan oleh infestasi
tuma phtirus pubis
TERDIRI ATAS :
Pengendalian secara alami : yang berperan
adalah faktor-faktor ekologi yang bukan
merupakan tindakan manusia, yaitu topografi,
ketinggian, iklim, musuh alami vektor
Pengendalian secara buatan :
dilakukan atas usaha manusia yaitu :
Pengendalian lingkungan
(environmental control)
Pengendalian kimiawi
Pengendalian Fisik
Pengendalian Biologik
Pengendalian Genetik
Pengendalian Legislatif
PENGENDALIAN SECARA ALAMI
Rintangan penyebaran serangga : gunung, lautan,
danau, sungai yang luas
Daerah ketinggian : ketidakmampuan
mempertahankan hidup didaerah ketinggian
tertentu
Pengaruh cuaca dan iklim :
Perubahan musim gangguan pada serangga
Iklim panas, udara kering, tanah tandus atau iklim dingin
tidak memungkinkan
perkembangbiakanserangga
Angin besar dan curah hujan yang tinggi
mengurangi jumlah populasi serangga
Pemangsa serangga : burung, katak, cicak
Penyakit serangga
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
Mengelola lingkungan sehingga terbentuk lingkungan
yang tidak
cocok yang dapat mencegah/membatasi
perkembangan vektor
D. Modification Lingkungan
Tidak merusak keseimbangan alam, tidak
mencemari lingkungan, harus dilakukan terus
menerus
Pengaturan sistem irigasi
Penaganan sampah
Pengaliran air tergenang hingga kering
B. Manipulasi Lingkungan
Pembersihan/pemeliharaan sarana fisik
yang telah ada
Agar tidak terbentuk perindukan atau
peristirahatan
Serangga
Membersihkan tanaman air
Melestarikan tanaman bakau
Melancarkan aliran air got
PENGENDALIAN KIMIAWI
Menggunakan bahan kimia untuk membunuh (insektisida)
atau
mengusir serangga (repellent).
Keuntungan :
Dapat dilakukan segera, meliputi daerah luas, hasil
diperoleh
dalam waktu singkat
Kerugian:
Hasil bersifat sementara
Potensi mencemari lingkungan
Potensi menimbulkan resistensi serangga
Dapat membunuh pemangsa serangga
Penolakan oleh penduduk
Menuangkan solar/minyak tanah pada permukaan tempat
perindukan
Penggunaan larvisida untuk larva nyamuk; herbisida untuk
tanaman air tempat berlindungnya larva nyamuk, insektisida untuk
nyamuk dewasa
PENGENDALIAN MEKANIK