Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) UNTUK MENGURANGI
MUAL MUNTAH IBU HAMIL

Disusun oleh
Kelompok 3:
1. Muhammad Syamsul Hidayat NIM. 131214153001
2. Rista Fauziningtyas NIM. 131214153010
3. Putri Kristyaningsih NIM. 131214153017
4. Puteri Indah Dwipayanti NIM. 131214153024
5. Jauhari NIM. 131214153027
6. Alfeus Manuntung NIM. 131214153030
7. Antok Nurwidi Antara NIM. 131214153036
8. Iqlima Dwi Kurnia NIM. 131214153042

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013

Daftar Isi
Halaman Judul ……..………………………………………………….....……. i
Daftar Isi ……….……………………………………………………..……..…. ii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………….……………………...…….…………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………….……………………...……
1.3 Tujuan ………….……………………...……
1.4 Manfaat ………….……………………...……
BAB 2. Konsep Masalah Keperawatan Dan Terapi komplementer
2.1 Kondisi Kesehatan Ibu Hamil……………………………………………..
2.2 Mual muntah selama kehamilan ……………………………………………….
2.3 Konsep Jahe ………………………………………………
2.3.1 Deskripsi Jahe………………………………………
2.3.2 Jenis Jahe……………………………………….
2.3.3 Kandungan Jahe………………………………
2.3.4 Farmakokinetik Jahe………………………………..
2.3.5 Manfaat Jahe…………………………………………….
2.4 Aplikasi Dalam Keperawatan…………………………………….
2.4.1 Jahe dan Kehamilan………………………….
2.5 Perspektif terapi dalam penelitian dan praktek keperawatan ……………
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN
Daftar Pustaka ………..………………………………………………………….
Lampiran ………………………………...……………….……………………..
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah studi Australia yang dipublikasikan tahun 2003 di Australian and


New Zealand Journal of Obstetrics and Gynaecology, mengamati efek ekstrak
jahe terhadap morning sickness (rasa mual di pagi) pada 120 wanita, yang
semuanya sedang hamil kurang dari 20 bulan.Studi ini menyertakan wanita
yang setiap hari mengalami morning sickness selama minimal satu minggu,
dan wanita yang tidak bisa mendapat kesembuhan dari memodifikasi pola
makan.Para wanita ini entah akan mendapat 125 mg ekstrak jahe (1,5 g jahe
kering) atau sebuah placebo sebanyak 4 kali per hari, selama 4 hari. Setelah
hari pertama perawatan, wanita yang mengkonsumsi ekstrak jahe, secara
signifikan lebih jarang mengalami rasa mual dibanding wanita yang mendapat
placebo.Meski tidak ada perbedaan yang signifikan dalam muntah-muntah,
tapi wanita yang yang mengkonsumsi jahe lebih jarang mengalami muntah-
muntah.Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘Jahe bisa dianggap sebagai
perawatan yang bermanfaat untuk wanita yang menderita morning
sickness.’’Penelitian kedua mengenai manfaat jahe untuk morning sickness
pada wanita Australia dipublikasikan tahun 2004 di Obstetrics & Gynecology.
Selama tiga minggu, 219 wanita, dengan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, diberikan entah 1,05 g jahe atau 75 mg vitamin B6 setiap hari.Dalam
kedua kelompok, lebih dari setengah wanita ini mengalami peningkatan; tidak
terdapat perbedaan yang mencolok dalam hasil-hasil. Para peneliti
menyimpulkan bahwa, ‘‘bagi wanita yang ingin mencari obat untuk mengatasi
rasa mual, dan muntah-muntah, penggunaan jahe pada masa-masa awal
kehamilan akan mengurangi gejala-gejala tersebut yang setara dengan vitamin
B6.’’Studi ketiga, yang dipublikasikan tahun 2003 di American Journal of
Obstetrics and Gynecology, membandingkan 187 wanita hamil yang
menggunakan jahe untuk mengatasi rasa mual dan muntah-muntah, dengan
kelompok kontrol yang terdiri dari 187 wanita yang tidak menggunakan
perawatan apapun.Jahe tampaknya ‘‘sedikit’’ membantu wanita yang
mengalami rasa mual dan muntah, dan tidak ‘‘tampak memberikan
peningkatan pada tingkat dari malformation utama diatas tingkat
dasar.’’Dalam sebuah studi yang dilakukan di Thailand dan dipublikasikan
tahun 2007 di Alternative Medicine Review, para peneliti mencoba untuk
menentukan apakah jahe bisa mengurangi atau mencegah mual-mual dan
muntah-muntah yang sering mengiringi operasi gynecologic besar.Para
peneliti mempelajari sebanyak 120 wanita yang akan menjalani operasi
gynecologic besar. Sebelum dioperasi, 60 wanita mendapat dua kapsul jahe;
60 wanita lainnya mendapat sebuah placebo.Para peneliti menyatakan bahwa
wanita yang diberi jahe sebelum dioperasi mengalami penurunan yang lebih
signifikan dalam rasa mual dan muntah, dibanding wanita yang diberi
placebo.Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘jahe memiliki keampuhan dalam
pencegahan rasa mual dan muntah setelah operasi gynecologic besar.’’Studi
lain dari Thailand, yang dipublikasikan tahun 2006 di American Journal of
Obstetrics & Gynecology, meninjau ulang 5 percobaan placebo-kontrol
terhadap 363 pasien yang dipilih secara acak.Kelima studi ini membandingkan
penggunaan suatu dosis tetap dari jahe dengan placebo, terhadap rasa mual
dan muntah yang dialami oleh pasien setelah 24 jam menjalani operasi
gynecological atau operasi yang lebih kecil.Timbulnya rasa mual dan muntah
pada mereka yang mendapat minimal satu gram jahe itu 1/3 lebih jarang
dibanding mereka yang mendapat placebo.Tapi, studi ini masih tetap memiliki
beberapa keterbatasan.Misalnya, mayoritas pasien adalah orang Asia dengan
berat yang rata-rata hanya 50 kg.Dosis yang diperlukan mungkin perlu
ditingkatkan untuk orang-orang yang bertubuh lebih besar.Meski begitu, para
peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘penggunaan jahe itu adalah sebuah sarana
yang efektif untuk mengurangi rasa mual dan muntah setelah operasi.’’Sudah
diketahui juga bahwa orang yang menjalani perawatan chemotherapy sering
mengalami rasa mual. Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2006 di
Neurogastroenterology & Motility mencoba untuk menentukan apakah jika
makanan-makanan yang tinggi protein dikombinasikan dengan jahe itu bisa
membantu mengontrol rasa mual setelah chemotherapy.Selama tiga hari,
setelah menjalani chemotherapy, 28 pasien kanker ditempatkan pada salah
satu dari tiga kelompok.Kelompok kontrol memakan diet seperti
biasa.Kelompok kedua memakan sebuah minuman protein dan satu gram akar
jahe dua kali sehari.Kelompok ketiga memakan minuman protein ditambah
protein powder dan satu gram akar jahe dua kali sehari.Para peneliti
menemukan bahwa ‘‘makanan-makanan tinggi protein yang dikombinasikan
dengan jahe itu mengurangi rasa mual setelah chemotherapy, dan mengurangi
penggunaan obat-obatan antiemetic [anti-mual].Efek-efek anti mual dari
makanan-makanan berprotein tinggi dan jahe itu berhubungan dengan
peningkatan dari aktivitas normal gastric myoeletrical [arus listrik yang
dihasilkan oleh otot] dan mengurangi gastric dysrhythmias [aktivitas elektris
tidak normal di dalam perut].’’

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak jahe dalam mengurangi mual muntah
pada ibu hamil?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh pemberian ekstrak jahe dalam mengurangi mual
Muntah pada ibu hamil.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Deskripsi jahe
2. Mengetahui jenis jahe
3. Mengetahui Kandungan jahe
4. Mengetahui farmakokinetik jahe
5. Mengetahui manfaat jahe
6. Mengetahui Pengaruh pemberian ekstrak jahe dalam mengurangi
Mual Muntah pada ibu hamil.
1.4 Manfaat
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
BAB 2
Konsep Masalah Keperawatan Dan Terapi komplementer
2.1 Kondisi Kesehatan Gizi ibu Hamil
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada
masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang
sehat, cukup bulan, dengan berat badan normal sehingga kualitas bayi yang
dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil
(Lubis 2003).
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi karena
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan
energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi, dan
metabolisme tubuh ibu. Kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil
dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada dasarnya,
semua zat gizi memerlukan tambahan terutama pada intake energy protein dan
beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium (Lubis 2003).
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira
80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan
ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution 1988
dalam Lubis 2003). Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal.
Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai
akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester I diperlukan untuk pemekaran
jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara,
serta penumpukan lemak. Energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin
dan plasenta selama trimester III (Hardinsyah & Martianto 1992).
Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang
berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan
konsentrasi protein pengikat nutrisi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan
penurunan nutrisi mikro. Perubahan ini, di kebanyakan negara berkembang, dapat
diperburuk oleh kekurangan nutrisi dalam kehamilan yang berdampak pada
defisiensi nutrisi mikro seperti anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu hamil
dan bayi baru lahir (Parra et al. 2005 dalam Andotopo & Arifin 2006). Menurut
Lubis (2003), keterbatasan nutrisi kehamilan (maternal) pada saat terjadinya
proses pembuahan janin dapat berakibat pada kelahiran prematur dan efek negatif
jangka panjang pada kesehatan janin. Sekitar 40 % wanita yang melahirkan
prematur disebabkan oleh faktor yang tak diketahui (idiopatik).

2.2 Mual Muntah Selama Kehamilan


Gejala mual dan muntah banyak dialami oleh hampir semua wanita hamil.
Delapan puluh persen wanita hamil mengalami gejala mual dan muntah pada
bulan-bulan pertama kehamilan. Ditemukan dari penelitian yang dilakukan di
Cornell University, Amerika Serikat, bahwa gejala morning sickness atau mual
dan muntah pada awal kehamilan ini mencapai puncaknya pada minggu ke-6
hingga ke-18 dari masa kehamilan. Morning sickness lebih sering terjadi pada
kehamilan pertama, pada wanita muda, dan kehamilan bayi kembar (Anonim
2007)
Mual dan muntah terjadi karena adanya pengaruh dari peningkatan kadar
hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan estrogen. Kedua hormon ini
diproduksi oleh plasenta dan janin, yang menyebabkan perut kosong lebih lama.
Hal ini mengakibatkan terjadinya gejala mual dan muntah. Teori lainnya adalah
karena pengaruh hormon progesteron yang dominan selama masa kehamilan.
Hormon ini berperan dalam "melembutkan" otot-otot tubuh, terutama di bagian
rahim, untuk mencegah kelahiran prematur. Progesteron juga mengistirahatkankan
kerja saluran pencernaan sehingga proses pengosongan perut berjalan lebih
lambat, dan mengakibatkan meningkatnya asam lambung penyebab munculnya
mual (Anonim 2007).
Berat ringannya gejala mual dan muntah kehamilan berbeda-beda pada
setiap wanita. Ada yang hanya berupa mual-mual biasa, ada juga yang sampai
muntah-muntah berat sampai tak bisa melakukan apa pun. Gejala mual dan
muntah yang parah dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum atau mual
dan muntah terjadi dengan intensitas yang sangat sering dan cukup parah. Batas
yang jelas antara mual dan muntah yang fisiologis dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada namun apabila keadaan umum penderita terpengaruh, maka
dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum (Lestari 2005). Beberapa teori
menekankan penyebab mual dan muntah pada ibu hamil adalah
ketidakseimbangan hormonal selama kehamilan, kekurangan vitamin B,
hipertiroid, hiperasiditas lambung, infeksi H. pylori, gangguan metabolism
karbohidrat, meningkatnya sensitivitas terhadap bau selama kehamilan, dan lain
sebagainya. Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada penyakit ini
antara lain takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, pertentangan dengan suami atau mertua,
kesulitansosioekonomi, dan lainnya. Faktor ini dapat menyebabkan beban mental
yang dapat memperberat mual dan muntah. Beberapa penelitian juga melaporkan
bahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mual dan muntah
pada ibu hamil yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya,
kehamilan kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan pernah mengalami mual
dan muntah berat sebelumnya (Lestari 2005).
Faktor psikis dapat memicu dan memperburuk muntah. Berat badan
penderita menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan perubahan
kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam. Muntah yang
terus terjadi akan dapat menyebabkan kerusakan hati. Komplikasi lainnya adalah
perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika
penderita muntah. Penderita dirawat dan mendapatkan cairan, glukosa, elektrolit,
serta vitamin melalui infus. Penderita berpuasa selama 24 jam. Dapat pula
diberikan obat anti-mual dan obat penenang. Jika dehidrasi telah berhasil diatasi,
penderita dapat mulai memakan makanan lunak dalam porsi kecil. Biasanya
muntah berhenti dalam beberapa hari. Jika gejala kembali kambuh maka
pengobatan akan diulang kembali (Kaem 2006).
2.3 Konsep Jahe
2.3.1 Deskripsi Jahe
Tanaman jahe termasuk keluarga Zingiberaceae yaitu suatu tanaman
rumput - rumputan tegak dengan ketinggian 30 -75 cm, berdaun sempit
memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 – 23 cm, lebar lebih kurang
dua koma lima sentimeter, tersusun teratur dua baris berseling, berwarna hijau
bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu gelap berbintik-bintik
putih kekuningan dan kepala sarinya berwarna ungu. Akarnya yang
bercabang-cabang dan berbau harum, berwarna kuning atau jingga dan
berserat (Rukmana 2000).
2.3.2 Jenis Jahe
Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang, jahe dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu :
1. Jahe putih/kuning besar disebut juga jahe gajah atau jahe badak. Ditandai
ukuran rimpangnya besar dan gemuk, warna kuning muda atau kuning,
berserat halus dan sedikit. Beraroma tapi berasa kurang tajam.
Dikonsumsi baik saat berumur muda maupun tua, baik sebagai jahe segar
maupun olahan. Pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku
makanan dan minuman.
2. Jahe kuning kecil disebut juga jahe sunti atau jahe emprit. Jahe ini
ditandai ukuran rimpangnya termasuk katagori sedang, dengan bentuk
agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa
tajam. Jahe ini selalu dipanen setelah umur tua. Kandungan minyak
atsirinya lebih besar dari jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas.
Jahe ini cocok untuk ramuan obat- obatan, atau diekstrak oleoresin dan
minyak atsirinya.
3. Jahe merah ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil,
berwarna merah jingga, berserat kasar, beraroma serta
berasa tajam (pedas). Dipanen setelah tua dan memiliki
minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil sehingga jahe merah pada
umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan.

Gambar 3. Jenis-Jenis Jahe


2.3.3 Kandungan Jahe
Komponen yang terkandung dalam jahe antara lain adalah air 80.9%,
protein 2.3%, lemak 0.9%, mineral 1-2%, serat 2-4%, dan karbohidrat 12.3%.
Kandungan kimia tersebut berbeda-beda tergantung dari faktor genetik dan
faktor lingkungan tumbuh yang meliputi iklim, ketinggian, cuaca, jenis tanah,
pemupukan, dan pengolahan pasca panen. Menurut Young et al. (2003) dalam
Amalia (2004), rimpang jahe mengandung dua bagian utama yaitu minyak
volatile yang membawa aroma dan gingerol sebagai pembawa rasa pedas. Jahe
mengandung 1-2% minyak volatil, 5-8% bahan damar, zat tepung, dan getah.
Friedli (2002) dalam Aminah (2004) menjelaskan kandungan jahe meliputi
minyak volatil, oleoresin (gingerol, shogaol, zingeron), fenol, enzim
proteolitik, vitamin B6, vitamin C, kalsium, magnesium, fosfor, natrium, dan
asam linolenik. Kandungan Kimia Rimpang jahe mengandung 2 komponen,
yaitu:
1. Volatile oil (minyak menguap)
Biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang
khas pada jahe, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air. Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama
minyak jahe. Jahe kering mengandung minyak atsiri 1-3%, sedangkan jahe
segar yang tidak dikuliti kandungan minyak atsiri lebih banyak dari jahe
kering. Bagian tepi dari umbi atau di bawah kulit pada jaringan epidermis
jahe mengandung lebih banyak minyak atsiri dari bagian tengah demikian
pula dengan baunya. Kandungan minyak atsiri juga ditentukan umur panen
dan jenis jahe. Pada umur panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi.
Sedangkan pada umur tua, kandungannyapun makin menyusut walau
baunya semakin menyengat.
2. Non-volatile oil (minyak tidak menguap).
Biasa disebut oleoresin salah satu senyawa kandungan jahe yang sering
diambil, dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Sifat pedas
tergantung dari umur panen, semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan
pahit. Oleoresin merupakan minyak berwarna coklat tua dan mengandung
minyak atsiri 15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe. Kandungan
oleoresin dapat menentukan jenis jahe. Jahe rasa pedasnya tinggi, seperti
jahe emprit, mengandung oleoresin yang tinggi dan jenis jahe badak rasa
pedas kurang karena kandungan oleoresin sedikit. Jenis pelarut yang
digunakan, pengulitan serta proses pengeringan dengan sinar matahari atau
dengan mesin mempengaruhi terhadap banyaknya oleoresin yang
dihasilkan.

Table 1. Komponen Volatil dan Non-volatil Rimpang Jahe


Fraksi Komponen
Volatile (-)-zingeberene, (+)-ar-curcumene, (-)-β-sesquiphelandrene,
-bisaboline, -pinene, bornyl acetat, borneol, camphene,
-cymene, cineol, cumene, β-elemene, farnesene,
β-phelandrene, geraneol, limonene, linalool, myrcene,
β-pinene, sabinene.

Non-volatil Gingerol, shogaol, gingediol, gingediasetat, Gingerdion,


Gingerenon.
Sumber : WHO Monographs on selected medicinal plants Vol 1,1999

Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman jahe terutama
golongan flavonoida, fenolik, terpenoida, dan minyak atsiri (Benjelalai, 1984). Senyawa
fenol jahe merupakan bagian dari komponen oleoresin, yang berpengaruh dalam sifat
pedas jahe (Kesumaningati, 2009), sedangkan senyawa terpenoida adalah merupakan
komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai bau, dapat diisolasi dari bahan nabati
dengan penyulingan minyak atsiri. Monoterpenoid merupakan biosintesa senyawa
terpenoida, disebut juga senyawa “essence” dan memiliki bau spesifik. Senyawa
monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik, ekspektoran, spasmolitik,
sedative, dan bahan pemberi aroma makanan dan parfum. Menurut Nursal, 2006
senyawa-senyawa metabolit sekunder golongan fenolik, flavanoiada, terpenoida dan
minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak jahe diduga merupakan golongan senyawa
bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
2.3.4 Farmakokinetik jahe
Menurut Zick SM, et al ., 2008. Pada manusia konjugat jahe mulai
muncul 30 menit setelah pemberian melalui oral, dan mencapai Tmax antara 45
-120 menit, dengan t½ eliminasi 75 – 120 menit pada dosis dua gram.
2.3.5 Manfaat Jahe
Berdasarkan sejumlah penelitian, jahe memiliki manfaat antara lain untuk
merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah sehingga
darah mengalir lebih cepat dan lancar. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah
menjadi turun. Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang penting. Pertama, protease
yang berfungsi memecah protein. Kedua, lipase yang berfungsi memecah lemak. Kedua
enzim ini membantu tubuh mencerna dan menyerap makanan. Jahe sekurangnya
mengandung 19 komponen bioaktif yang berguna bagi tubuh. Komponen yang paling
utama adalah gingerol yang bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah.
Gingerol diperkirakan juga membantu menurunkan kadar kolesterol. Jahe dapat
menghambat serotonin sebagai senyawa kimia pembawa pesan yang menyebabkan perut
berkontraksi dan menimbulkan rasa mual (Sahelian 2007 dalam Amalia 2004).
Menurut Schuler (1990) dalam Aminah (2004), jahe mempunyai beberapa
manfaat yaitu sebagai antioksidan dan antikanker. Jahe adalah salah satu bahan pangan
yang mengandung senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan. Jahe juga
termasuk jenis bahan pangan yang berpotensi dalam pencegah kanker karena terbukti
memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker (antikarsinogenik) yang tinggi.
Menurut Megawati (2007), Dr.Francesca Borelli dan kawan-kawan dari
University of Na ples Frederico mengulas beberapa literatur medis untuk mempelajari
jahe, mereka menemukan enam penelitian yang menguji jahe pada wanita hamil.
Dikemukakan, jahe berfungsi lebih baik dibandingkan plasebo atau vitamin B6 dan
dianggap aman untuk wanita hamil. Jahe, dalam beberapa penelitian, dapat mengatasi
mual, muntah, bahkan hiperemesis gravidarum. Mengonsumsi jahe dapat merangsang
pengeluaran air liur dan memperlancar cairan pencernaan.

2.4 Aplikasi Dalam Keperawatan


2.4.1 Jahe dan Kehamilan
Jahe efektif untuk mengurangi derita mual dan muntah selama hamil. Penggunaan
jahe untuk mengatasi mual dan muntah tidak akan meningkatkan risiko negatif pada
janin. Beberapa penelitian yang dipublikasikan dua puluh tahun terakhir menerangkan
klaim tradisional dalam penggunaan jahe sebagai anti muntah dan agen anti pembawa
penyakit (Sripramote et al. 2006). Jahe, dalam dosis sedikitnya 1 gram, efektif mencegah
mual dan muntah yang sering menimpa pasien setelah menjalani operasi. Jahe telah
digunakan sebagai obat tradisional di Cina untuk menghilangkan mual, muntah, dan
gejala lambung dan usus lainnya. Beberapa penelitian dalam sepuluh tahun ini telah
mengevaluasi efek jahe dalam mencegah mual dan muntah setelah operasi.
Dibandingkan plasebo, jahe mengurangi risiko mual dan muntah dalam 24 jam setelah
operasi sebanyak 31%. Persentase harapan pasien meningkat sampai 35% dalam
mengatasi mual dan muntah. Satu-satunya efek yang terlihat dari pemberian jahe
tersebut adalah ketidaknyamanan di bagian perut (Sripramote et al. 2006).
Rasmussan et al. (1991) dalam Kimura et al. (2005), dengan menggunakan
percobaan double-blind randomized cross-over, menemukan bahwa 1 gram jahe per hari
efektif dalam mengurangi gejala mual dan muntah kehamilan dan tidak terlihat memiliki
efek samping atau efek yang buruk terhadap kehamilan. Smith et al. (2004) dalam
penelitiannya menyatakan konsumsi tepung jahe dalam dosis 1 gram per hari selama 4
hari terbukti lebih baik dibanding plasebo dalam mengurangi dan mengatasi gejala mual
dan muntah dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi.
Keating dan Chez (2003) dalam Kimura et al. (2005), menggunakan sirup jahe
dalam air untuk mempelajari efek perbaikan jahe pada rasa mual di awal kehamilan.
Penelitian double-blind tersebut menunjukkan perbaikan positif terjadi pada 77% kasus
yang diujikan. Kemudian disimpulkan bahwa 1 gram jahe dalam bentuk sirup per hari
bermanfaat bagi pasien pada beberapa kasus mual dan muntah selama trimester pertama
kehamilan. Vutyavanich et al. (2001) menyimpulkan pada beberapa penelitian double
blind lainnya bahwa jahe bekerja efektif untuk mengatasi gejala mual dan muntah yang
timbul selama masa kehamilan tanpa efek buruk yang menyertai. Fulder dan Tenne
(1996) dalam Kimura et al. (2005), melaporkan bahwa jahe direkomendasikan sebagai
obat alternatif untuk menangani kehamilan yang berhubungan dengan mual dan
muntah di banyak negara bagian barat.
2.5 Perspektif terapi dalam penelitian dan praktek keperawatan

a. Konvensional: …
b. Komplementer: …
c. Paliatif : …
d. Macam Herbal untuk Mual Muntah : …
1. Jahe
Jahe secara efektif dapat menghalau terjadinya mual dan mengurangi
ketidaknyamanan pencernaan secara umum. Banyak cara untuk menikmati
obat alami tersebut. Jika anda tidak terbiasa dengan menikmati jahe segar
yang panas dan pedas, Anda dapat mengakalinya dengan mengolahnya
sebagai campuran.Menyeduh teh hangat dengan irisan tipis jahe, dipercaya
dapat memberikan dosis yang lebih ringan bagi perut.Jangan memberikan
dosis jahe yang besar pada perut Anda, karena dapat membuat perut
teriritasi dan menyebabkan diare. Beda negara beda pula cara menikmati
jahe. Penduduk Amerika lebih gemar menikmati jahe jika telah diolah
dalam rupa permen, minuman ataupun kue.Secara tradisional, penggunaan
jahe dapat meliputi penyembuhan masalah perut, mengurangi sakit gigi,
rematik, dan diare.Para dokter di zaman China kuno juga sudah
menggunakan jahe guna pengobatan kolera.Pengujian ilmiah menegaskan
efektivitas jahe dalam mengobati masalah pencernaan, termasuk
menghilangkan mual.
Minyak volatile pada jahe menciptakan rasa ramuan dan efek
obat.Pengujian pada hewan dan manusia menunjukkan minyak pada jahe
meringankan mual pagi hari dan mabuk serta mual akibat kemoterapi dan
anestesi, menurut Dr. Kathi J. Kemper, dari Longwood Herbal Task
Force.Pengujian tidak mengkonfirmasi jahe sebagai pengobatan yang
efektif untuk lambung atau perut kembung.Dalam pengujian laboratorium,
jahe menunjukkan efek antibakteri dan anti-jamur.Jahe mengandung
sejumlah besar anti-oksidan zingerone dan dapat melindungi jaringan
tubuh dari kerusakan oksidasi.
Namun terlalu banyak jahe justru dapat meningkatkan gangguan
lambung, karena mengiritasi lapisan mukosa lambung. Jumlah yang
dibutuhkan untuk mengobati mual tergantung pada massa tubuh. Gunakan
jahe hanya hingga 2.000 mg sehari.Jangan menggunakan lebih dari 1 gram
jahe bubuk hingga empat kali sehari. Teh yang dibuat dari 2 sendok
makan jahe segar aman untuk mengurangi gejala pilek dan gejala flu,
namun pastikan Anda minum tidak lebih dari tiga cangkir dalam sehari.
Anak di bawah usia 2 tahun tidak dianjurkan mengonsumsi jahe.
Untuk anak yang lebih tua, skala dosis harus sesuai dengan berat badan,
karena jahe dapat mencegah darah dari pembekuan normal.Jangan
menggunakan jahe dengan obat seperti aspirin atau warfarin.Menggunakan
jahe selama lebih dari 4 hari dapat menyebabkan diare dan mengiritasi
jaringan yang sensitif.Untuk amannya, konsultasikan dengan dokter Anda
sebelum menggunakan jahe sebagai obat.
(http://meetdoctor.com/article/jahe-si-obat-anti-mual)
Untuk mengetahui lebih banyak lagi manfaat dari jahe, National Institutes of
Health telah membuat sejumlah ringkasan tentang kebenaran dari khasiat
jahe dalam mengatasi berbagai penyakit :
Mabuk perjalanan
Beberapa penelitian melaporkan bahwa jahe tidak banyak berpengaruh
dalam mengatasi mabuk perjalanan. Studi lain bahkan mencatat, jahe hanya
dapat mengurangi muntah, bukan mual. Diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui efek yang mungkin dapat ditimbulkan dari konsumsi jahe
dan obat mabuk lainnya.
Mual dan muntah saat kehamilan : Studi awal menunjukkan bahwa jahe
mungkin aman dan efektif untuk mual dan muntah semasa kehamilan bila
digunakan sesuai dosis yang dianjurkan untuk jangka waktu yang singkat.
Mual akibat kemoterapi: Laporan penelitian awal menunjukkan bahwa
jahe dapat mengurangi keparahan dan lamanya waktu mual pada pasien
kanker setelah kemoterapi. Studi lain juga menunjukkan tidak ada efek
samping dari konsumsi jahe. Meski begitu, masih diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk mengkonfirmasi hasil ini.
Mual dan muntah pascatindakan bedah :Beberapa laporan penelitian
mengindikasikan konsumsi jahe sebelum operasi justru dapat memicu
peningkatan mual atau muntah setelah pasien menjalani operasi. Namun,
riset lain justru menunjukkan hasil berbeda sehingga perlu studi lanjutan.

Terdapat banyak senyawa yang terkandung di dalam jahe dan yang


terutama memberikan rasa spesifik adalah senyawa bernama gingerol dan
shogaol. Senyawa itu diduga kuat bekerja dengan cara mengurangi kontraksi
usus, menetralkan asam yang bekerja mencerna makanan dan menghambat
pusat muntah di otak.Yang penting untuk diketahui pula adalah, bahwa
dokter pun menganjurkan pemakaian jahe sebagai pencegah mual, dengan
alasan utama karena tidak menimbulkan efek samping seperti yang dipunyai
oleh obat anti mual sintetis.Bahkan, ada yang sudah memakainya untuk
mengurangi rasa mual yang terjadi sesudah sebuah tindakan operasi atau
sesudah chemotherapy.Karena kemampuan mencegah lebih baik daripada
menghentikan, maka sebaiknya jahe dikonsumsi paling sedikit 20 menit
sebelum bepergian dengan mobil atau kapal. Takarannya sederhana, yaitu ¼
sendok the jahe bubuk, 1 gram jahe di dalam kapsul atau lebih kurang 50 cm
rimpang jahe segar.

2.5 Teori Keperawatan yang Berhubungan dengan Terapi Mual Muntah


BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

...

DAFTAR PUSTAKA

Website:
http://cls.maranatha.edu/khusus/ojs/index.php/jurnal-kedokteran/article/view/146,
(File: Jurnal Terapi Mual Muntah.pdf), Diakses tgl 3 Mei 2013, Jum’at
Website:
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/article/view/634,
(File: Jurnal Terapi Mual Muntah 2 pdf.pdf ), Diakses tgl 3 Mei 2013, Jum’at

Anda mungkin juga menyukai