Warsito
NIM 1214108106
PEMBIMBING
dr. D.A.M Shintya Dewi, Sp.An
Latar Belakang : stres oksidatif dapat menginduksi rigiditas sel darah merah dan hemolisis,
Namun, hemolisis bisa berhubungan dengan level hemoglobin yang rendah, yang akan
menurunkan viskositas darah. Bilirubin bisa bersifat antioksidan atau antioksidan, dan satu
bagian yang tidak diketahui yaitu bagaimana bilirubinemia dan viskositas bisa dihubungkan.
Selanjutnya, stres oksidatif sekarang ini dinilai dengan menggunakan lipoprotein-a ( Lp(a)),
Tujuan : studi ini menginvestigasi hubungan dan korelasi antara level hemoglobin dan
viskositas darah dengan serum Lp(a) dan level bilirubin pada pasien populasi umum.
Material dan metode : enam puluh delapan kasus yang dites Lp(a), secara bersamaan
dengan pemeriksaan darah lengkap dan fungsi liver, dalam arsip database patologi klinik
kami digunakan pada studi ini. Viskositas darah ditentukan dengan menggunakan formula
Hasil : viskositas darah ditemukan secara signifikan berhubungan dengan bilirubin ( p< 0,02 )
namun tidak dengan Lp(a). Konsentrasi hemoglobin berhubungan secara inversi dengan Lp(a)
adalah berhubungan dan berkorelasi secara positif. Pertimbangan serum bilirubin ( sevagai
tes fungsi liver. Total bilirubin umumnya digunakan untuk monitoring pasien dengan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan ritme siklus biologis dan stres oksidatif. Ritem
siklus biologis dihubungkan dengan beberpa proses fisiologis meliputi aktivitas antioksidan
versus stres oksidatif dan viskositas darah. Hal yang menarik, dan properti berlawanan dari
jaundice neonatal, namun selama hemolisis kemungkinan radikal bebas bilirubin seperti
Konsep bilirubin dihubungkan dengan stres oksidatif adalah menarik dengan potensial
dalam penggunaan diagnosis laboratorium kedokteran, oleh karena pemeriksaan ini sudah
dalam indeks laboratorium rutin. Dengan adanya stres oksidatif yang berhubungan dengan
level bilirubin pada satu sisi, perburukan viskositas darah pada sisi lain, ini layak
bukti Stres oksidatif dan setiap kejadian vaskular yang terjadi bersamaan termasuk
berhubungan dengan viskositas darah; ini layak diinvestigasi bagaimana dua parameter
berhubungan, properti antioksidan dan prooksidan dari bilirubin. Penentuan hubungan dan
korelasi bisa berati kemungkinan bahwa dua parameter bisa digunakan untuk menilai
kerusakan oksidatif.
kemungkinan faktor resiko penyakit kardiovaskuler. Studi telah memberikan dukungan untuk
kardiovaskuler. Lp(a) dianggap memiliki peranan sebagai suatu reaktan fase akut inflamasi
dan dihubungkan dengan stres oksidatif. Ini dipercaya level plasma Lp(a) tinggi tidak
diterjemahkan sebagai sebab akibat dari penyakit kardiovaskuler. Sebagai gantinya, ini
dipertimbangkan sebagai resiko tambahan hanya dalam keadaan adanya faktor tradisional.
Walaupun demikian, hemolisis, Lp(a) dan stres oksidatif membentuk marker metabolisme
lipoprotein. Salah satu masalah dalam diagnostik patologi adalah bahwa pengukuran Lp(a)
dalam standarisasi kebutuhan darurat. Lp(a) belum digunakan sebagai biomarker, dan hanya
beberapa klinikus yang minta tes ini. Perhatian dalam studi ini untuk menginvestigasi
Teori stres oksidatif merupakan faktor kontribusi mayor terhadap viskositas darah
sudah ada lebih dari empat dekade. Estimasi viskositas darah sekarang bisa ditentukan dari
shear rate dan menyebabkan kelainan yang berhubungan dengan penurunan respon
darah yang meningkat dengan HCT dan memperkuat prinsip pengobatan hiperviskositas
Stres oksidatif bisa menginduksi rigiditas sel darah merah dan hemolisis, masing-
masing yang selanjutnya bisa menyebabkan peningkatan viskositas darah dan serum bilirubin.
Bilirubin bisa sebagai antioksidan dan prooksidan, hal ini akan ada faktor predominan.
Prooksidant bilirubinemia dan viskositas darah bisa berhubungan dan berkorelasi secara
positif; atau penurunan viskositas darah akibat anemia yang disebabkan hemolisis dan
peningkatan antioksidan bilirubin bisa menyebabkan korelasi negatif. Stres oksidatif bisa
dinilai dengan menggunakan Lp(a), namun hubungan dengan viskositas darah belum
ditetapkan. Sehingga, kami membuat hipotesa bahwa peningkatan level plasma Lp(a)
merupakan indeks indirek stres oksidatif yang berhubungan dan berkorelasi secara positif.
Objektif
viskositas darah berhubungan dengan peningkatan bilirubinemia dan atau konsentrasi Lp(a)
plasma pada populasi umum pasien. Hal ini menarik terutama apakah bilirubinemia dan atau
level Lp(a) harus diinvestigasikan untuk penggunaan sebagai indeks indirek stres oksidatif
Asumsi
Terdapat masalah mengenai variasi nilai referensi Lp(a), terutama akibat perbedaan
ras. Ini diasumsikan bahwa variasi ini dalam nilai referensi pada populasi yang berbeda tidak
mempengaruhi studi. Penggunaan hiperbilirubinemia dan atau Lp(a) sebagai indeks indirek
Science Research didukung secara material oleh Albury South West Pathology ,suatu unit
dari Western Pathology Cluster of NSW Health, Australia. Komite etik dari Area Health
Service telah menyetujui penggunaan data diambil dari patologi klinik mulai dari Januari
1999 sampai December 2008. Semua tes dilakukan di Albury laboratory of South West
Pathology, kecuali Lp(a) yang dikirim ke Newcastle Hunter Area Pathology Service,
Newcastle. Pengukuran bilirubin pada studi ini menunjuk pada total bilirubin dan bilirubin
yang tidak terkonjungasi. Uji Lp(a) yang dihasilkan dalam periode 10 tahun diambil dari
sistem dan audit laboratorium. Enam puluh delapan kasus terdiri hanya orang dewasa, yang
HCT dan TP digunakan untuk menentukan viskositas pada high shear rate dengan
Korelasi analisis dilakukan dengan menggunakan fungsi CORREL pada microsof Excel. Para
meter tes fungsi liver dan hematologi dimasukkan. Perhatian untuk memastikan apakah
parameter berhubungan dan atau secara statistik signifikan berhubungan. Dalam visualisasi
kemungkinan perubahan dalam level hemoglobin dan viskositas darah yang berhubungan
dengan serum bilirubin dan Lp(a) pada setiap individu, tiga kasus yang memiliki dua set hasil
ditunjukkan.
Hasil
Deskripsi data dipresentasikan pada tabel 1. Diantara empat parameter yang menarik,
distribusi yang diterima untuk normal ( kurtosis <3 ), namun konsentrasi Lp(a) sangat luas
distribusinya. Sehingga, nilai Lp(a) diubah ke dalam log inverse untuk analisis.
Dalam evaluasi perubahan berbagai parameter dengan perubahan bertahap pada level
pertama versus keempat ( p=0). Analisis univariat ( ANOVA faktor tetap ) dari Lp(a) dan
serum bilirubin menunjukkan signifikan secara statistik berbeda pada yang dulu, namun tidak
pada belakangan.
( ANOVA faktor tetap ) memberikan perbedaan signifikan secara statistik dalam serum
darah dan bilirubinemia, namun tidak dengan Lp(a); sementara hemoglobin menunjukkan
Tiga kasus menujukkan bahwa Lp(a) lebih tinggi, ketiga pasien memiliki serum
bilirubin lebih rendah, dua per tiga kasus viskositas lebih tinggi dengan Hemoglobin lebih
rendah ( tabel 3 ).
Diskusi
bagaimana serum level Lp(a) dan bilirubinemia, sebagai potensial indikator indirek stres
oksidatif, akan dihubungkan dan atau berkorelasi dengan viskositas darah dan hemoglobin.
berhubungan dan berkorelasi positif dengan viskositas darah. Dan juga sebaliknya Lp(a)
Selanjutnya, hasil menunjukkan bahwa semua komponen tes fungsi liver, bilirubinemia
merupakan yang paling berkorelasi dan secara statistik signifikan berhubungan dengan
visositas darah. Harus diingat potensi antioksidan bilirubin, korelasi positif dengan viskositas
antioksidan.
Aspek menarik lain pada studi adalah apakah Lp(a) sebagai indeks indirek stres
oksidatif lebih berhubungan dengan anemia atau viskositas darah. Observasi berkaitan
menunjukkan secara statistik signifikan hubungan terbalik antara hemoglobin dan Lp(a). Hal
ini diduga bahwa hubungan negatif secara statistik sebagai akibat stres oksidatif bersamaan
mencatat bahwa hipotesis korelasi antara Lp(a) dan viskositas darah dalah gagal.
Observasi ini dalah dalam segaris dengan hasil apoptosis eritroid yang tidak berhubungan
dengan bilirubinemia. Dalam dua dari tiga kasus, dimana kami menunjukkan asumsi bahwa
perbedaan ras pada level normal Lp(a) mungkin tidak mempengaruhi perubahan yang
diobservasi pada individu yang diteliti, terlihat bahwa viskositas darah lebih tinggi dan
konsentrasi hemoglobin lebih rendah ketika serum konsentrasi Lp(a) meningkat. Sehingga,
viskositas darah, namun analisis korelasi pada populasi umum tidak dikonfirmasikan.
nonsignifikan tidak selalu mengimplikasikan kurang berhubungan. Dalam studi ini, level
hiperviskositas ditunjukkan dengan hubungan positif dan juga korelasi antara bilirubin dan
viskositas darah. Selanjuntnya, secara statistik korelasi inversi antara hemoglobin dan Lp(a)
pada studi cenderung mempengaruhi. Oleh karena itu, setiap empat variabel yang dtunjukkan
suatu korelasi yang mampu menjelaskan paling sedikit satu dari tiga lainnya.
Batasan studi
Terdapat beberapa batasan pada studi ini. Pertama, partisipan tidak diidentifikasi.
Sebagai outcome dari studi ini memberikan merak tanpa keuntungan langsung atau segera,
kontak dengan pasien atau dokter mereka tidak dilakukan. Informasi pada kondisi penyakit,
penangana medis, obat-obatan, atau gangguan koagulasi tidak dinilai. Kedua, serum bilirubin
yang diukur pada studi ini merupakan total fraksi bilirubin tanpa membedakan bilirubin yang
terkonjungasi atau tidak terkonjungasi. Data tidak meliputi neonatus yang umumnya tidak
dites Lp(a) dan kita tahu ini sebagai batasan terutama, karena bilirubin yang tidak
terkonjungasi menembus sawar darah otak dan mempengaruhi integrasi sel monolayer
dianggap sebagai akibatnya. Bilirubin yang tinggi akibat hemolitik, proses prehepatik
memiliki bilirubin yang tidak konjungasi tinggi dan bilirubin akibat proses post hepatik atau
gangguan jalur pemindahan bilirubin akan memiliki bilirubin yng terkonjungasi tinggi. Ini
menjadi pengacau ketika terdapat hemolisis dari anemia dengan penyakit hepatik bersamaan.
Studi ini memiliki batasan lain dimana tanpa kasus anemia nyata atau hiperviskositas dalam
studi populasi. Selanjutnya, fraksi perempuan yang diuji sedikit, dan hemoglobin mereka
Kesimpulan
Studi ini telah menentukan bilirubinemia dan viskositas darah berhubungan dan
berkorelasi secara positif, sementara hemoglobin dan Lp(a) berhubungan dan berkorelasi
secara negatif. Implikasi bahwa kemampuan poroksidan serum bilirubin ( sebagai indeks
indirek dari stres oksidatif ) bisa digunakan dalam kombinasi dengan viskositas darah
( sebagai suatu indeks efek konkomitan makrovaskular dari stres oksidatif ) untuk menilai
kerusakan oksidatif. Investigasi selanjutnya untuk mengkonfirmasikan laporan ini
direkomendasikan.