Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Setiap siswa memiliki
karakteristik yang berbeda, begitu pula dengan kecenderungan sikap yang dimilikinya.

Sebagaimana yang kita ketahui, pembelajaran merupakan segala usaha yang dilakukan
seorang pendidik agar terjadi belajar pada diri siswanya. Sedangkan belajar adalah proses
perubahan sikap. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Perubahan ini merupakan salah
satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu
pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik
yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif. Pada
makalah ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai pengukuran sikap dan nilai.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari sikap ?
2. Apa saja karakteristik dari sikap ?
3. Apa pengertian dari skala nominal, ordinal, interval dan rasio ?
4. Apa teknik yang digunakan untuk mengukur sikap ?
5. Bagaimana Reabilitas dan validitas dari skala sikap ?
6. Apa pengertian dari pengukuran nilai ?
7. Bagaimana cara pengukuran nilai dengan menggunakan pemungutan dan kuesioner ?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari sikap
2. Mengetahui karakteristik dari sikap
3. Memahami skala pengukuran sikap
4. Mengetahui teknik yang digugunakan untuk mengukur sikap
5. Memahami reabilitas dan validitas dari skala sikap
6. Mengetahui pengertian dari pengukuran nilai
7. Memahami cara pemungutan dan kuesioner.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SIKAP

Menurut Sax (1996:495) Sikap didefinisikan sebagai preferensi mendukung atau


memihak dan tidak mendukung atau tidak memihak untuk kelompok tertentu, instution,
konsep atau objek. Seseorang dengan sikap suka terhadap seni, seperti contoh artis pada
umumnya (kelompok), museum (institusi), warna (konsep), dan lukisan (objek). Sikap yang
tidak suka lebih cenderung menolak berbagai seni. Terkadang perbedaan dibuat antara sikap
dan pendapat. Ketika seseorang menyatakan bahwa kejujuran adalah perbuatan yang terbaik,
pernyataan tersebut merupakan pendapat, yang jika perbuatan jujur dilakukan akan
mencerminkan sikap seseorang.

Ketika seseorang merasa ingin memihak terhadap sesuatu dan melakukannya maka
disitu akan muncul sikap orang tersebut. Sikap merupakan respons evaluatif yabg dapat
berbentuk positif maupun negatif. Faktor-faktor yang dapat membentuk sikap antara lain :

1. Pengalaman pribadi, jika pengalaman pribadi meninggalkan kesan yang kuat maka sikap
dapat terbentuk, dengan melibatkan faktor emosional maka sikap akan semakin mudah
terbentuk.
2. Kebudayaan, seperti contoh sikap orang kota dan orang desa berbeda dikarenakan budaya
yang diterima.
3. Orang lain yang dianggap penting, seperti orang tua.
4. Instuisi dan,
5. Faktor emosional.

Jadi sikap merupakan bagaimana seseorang suka atau tidak suka terhadap sesuatu dan pada
akhirnya menentukan perilaku kita. Seseorang yang memiliki sikap suka akan mendekat,
mencaritahu, bergabung. Sedangkan seseorang yang tidak memiliki sikap suka akan
menghindar dan menjauhi.

2
2.2 KARAKTERISTIK SIKAP

Sikap juga memiliki karakteristik, menurut Sax (1996:496) Sikap memiliki beberapa
karakteristik yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitasnya. Berikut
penjelasan dari kelima karakteristik sikap tersebut, antara lain :

1. Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah
setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau
tidak memihak terhadap sesuatu seseorang sebagai objek.
Sebagai contoh, siswa yang suka atau mendukung dan memihak terhadap sekolah, akan
terarah ke dalam perilaku positif, sedangkan siswa yang tidak suka atau tidak memihak
sekolah atau kegiatan sekolah, akan terarah ke dalam perilaku negatif.
2. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum
tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dalam hal ini seseorang memahami
bahwa sikap harus mencerminkan seberapa kuat orang tersebut merasa tentang hal itu.

3. Sikap mempunyai keluasaan,maksudnya kesetujuan atu ketidaksetujuan terhadap suatu


obyek sikap dapat mengenai hanya yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat
mencakup banyak sekali aspek yang ada dalam obyek sikap.
Sebagai contoh, seseorang mungkin sangat tidak suka satu atau lebih peraturan sekolah,
sedangkan yang lain mungkin tidak menyukai mungkin hampir segala sesuatu tentang
pendidikan.

4. Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang
dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap tersebut.
Seperti contoh, seorang individu mungkin menyatakan bahwa mereka percaya jika semua
pihak politisi tidak jujur, namun individu tersebut juga berargumen bahwa seorang
politikus tertentu memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki kesalahan.

5. Sikap yang memiliki spontanitas, artinya menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk
menyatakan sikapnya secara spontan.
Kebanyakan skala sikap yang berisi pernyataan yang memerlukan respons khusus seperti
setuju atau tidak, dan dengan demikian tidak dapat mengukur spontanitas. Tingkat

3
spontanitas dapat diukur dengan wawancara atau pengamatan yang diberikan peluang
untuk mengekspresikan pendapat.

2.3 MACAM-MACAM SKALA SIKAP

Skala sikap merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap.


Dapat berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurannya tapi juga bisa berupa
pernyataan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurannya. Terdapat empat
skala sikap yaitu skala nominal, ordinal, interval dan rasio. Berikut penjelasan dari
masing-masing skala :

1. Skala nominal.
Skala nominal mengelompokkan karakteristik dari benda-benda, orang, atau tempat ke
dalam kelompok-kelompok terpisah yang dapat ditetapkan nomor untuk identifikasi
tujuan saja . Sebagai contoh kategori yang digunakan untuk mendeskripsikan pabrik
pembuat mobil yakni Ford, Cadillac, dan Buick dapat diklasifikasikan kedalam
kelompok diskrit tanpa menyiratkan urutan apapun untuk kelompok-kelompok ini.
Selain itu setiap kategori dapat diberikan nomor yang berbeda, selama nomor yang
sama tidak dialokasikan kepada pihak lain pembuat mobil.
Contoh didalam kegiatan sekolah, untuk pembagian kegiatan ekstrakurikuller sekolah
maka setiap kegiatan ekskul diberi nomor, semisal Basket = 1, Voly = 2, Sepak Bola =
3, Tari = 4, dan Pramuka = 5. Nomor-nomor tersebut hanya digunakan untuk
mengkategorikan. Tidak ada artian bahwa nomor 1 adalah yang paling baik maupun
sebaliknya.

2. Skala Ordinal
Skala ordinal memungkinkan sifat, atribut, atau karakteristik untuk digolongkan tanpa
kesetaraan perbedaan. Skala ordinal tidak menganggap bahwa perbedaan dalam
peringkat sama dengan perbedaan dalam atribut yang diukur. Misalnya, perbedaan
individu-individu peringkat pertama dan kedua tidak selalu mewakili perbedaan sama
yang terletak diantara individu-individu yang terletak di peringkat keempat dan
kelima. Mungkin peringkat Kelly lebih tinggi pada beberapa sifat dari Kim, atau lebih
rendah pada sifat-sifat lainnya dari alex, tetapi perbedaan antara dua set peringkat tidak
selalu sama.

4
Contoh lainnya, dalam buku Priciples of Education and Psychological Measurement
and Evaluation, Sax (1996:497) sebagai berikut :

Gambar 1.1 Contoh Skala Ordinal

Dalam contoh tersebut terdapat 5 pernyataan siswa tentang pendidikan yaitu :

1. Pendidikan lebih berarti bagi saya daripada apapun di dunia ini.


2. Pendidikan adalah salah satu kegiatan yang paling penting dan bermanfaat bagi saya.
3. Pendidikan kurang penting
4. Orang akan lebih baik tanpa pendidikan
5. Siapapun yang terlibat dalam pendidikan dengan cara apapun harus diusir dari
Negara.

Misalnya bahwa 5 siswa (A,B,C,D dan E) masing-masing memilih pilihan yang berbeda
sesuai dengan Gambar 1.1 yang menggambarkan tingkat suka atau memihak untuk
individu A sampai dengan E. Dalam pilihan tersebut memiliki arti bahwa hanya sedikit
perbedaan tingkat suka atau memihak antara individu A dan B, tetapi ada perbedaan besar
antara B dan C, meskipun semua siswa hanya terpisah satu peringkat. Seorang individu
yang berubah sikap dari 2 ke 1 tidak membuat perubahan besar seperti seorang individu
yang melakukan perubahan sikap dari 3 sampai ke 2, atau 5 ke 4.

5
3. Skala Interval
Skala Interval memiliki perbedaan yang sama pada setiap kategori berturut-turut dalam
atribut yang diukur. Skala interval tidak hanya memungkinkan untuk mengklasifikasikan,
mengurutkan peringkatnya, tetapi juga bisa mengukur dan membandingkan ukuruaran
perbedaan diantara nilai. Sebagai contoh suhu diukur dengan dalam derajat fahrenheit atau
celcius merupakan skala interval. Kita dapat mengatakan bahwa suhu 50 derajat lebih
tinggi daripada suhu 40 derajat begitupun seterusnya. Jelas disini bahwa pada skala
interval, selain dapat dibedakan atau dikategorikan, mengurutkan nilainya juga dapat
dihitung berapa perbedaan atau selisihnya. Misalnya perbedaan antara suhu 40 dan 50 dua
kali lebih besar dibandingkan dengan perbedaan suhu 30 dan 35. Contoh lain skala
interval adalah tingkat IQ seseorang.

4. Skala Rasio
Skala rasio merupakan skala pengukuran tertinggi. Dari semua skala hanya skala rasio
yang memiliki nilai nol mutlak. Nol mutlak pada tes prestasi akan menunjukkan bahwa
siswa tidak punya pengetahuan apapun mengenai conten pengujian. Arti dari nol mutlak
pada skala sikap telah keras diperdebatkan. Beberapa teori percaya bahwa nol mutlak akan
berarti bahwa responden benar-benar tidak memiliki sikap apapun terhadap topic
pertanyaan.
2.4 TEKNIK UNTUK MENGUKUR SIKAP

Skala sikap dapat diklasifikasikan menurut apakah sifat dan tujuan skala disamarkan,
dan skala tingkatan skala tersebut terstruktur dan tidak terstruktur. Skala sikap terselubung
atau disamarkan berisi item yang benar-benar dirancang untuk menghasilkan informasi
mengenai sikap pribadi seseorang. Tugas yang tidak terstruktur memungkinkan kebebasan
yang besar dalam menanggapi (tapi merumitkan prosedur penilaian), sedangkan tugas
terstruktur membatasi tanggapan. Berikut ini penjelasan mengenai teknik yang digunakan
untuk mengukur skala yaitu.

Teknik tidak terselubung terstruktur dan Teknik tidak terselubung terstruktur.

Tiga metode pengukuran sikap tidak terselubung yaitu Skala jarak sosial (Social-
distance Scale), Skala Likert, dan Skala Thurstone.

6
Skala Jarak sosial (Social-Distance Scale), skala ini mencoba mengukur tingkat
kehangatan, keakraban, ketidakpedulian, atau permusuhan responden (siswa) terhadap
hubungan sosial tertentu. Skala jarak sosial-Borgandus adalah salah satu skala yang
dikembangkan oleh Emory S. Borgandus. Yang dimaksut dengan jarak sosial adalah
derajat pengertian atau keintiman dan kekariban sebagai ciri hubungan sosial secara
umum, yang kontinumnya terdiri dari Sangat dekat, dekat, biasa, benci sampai kepada
menolak sama sekali. Dalam buku Priciples of Education and Psychological
Measurement and Evaluation, Sax (1996:498) digambarkan skala jarak sosial dari
Emory S. Borgandus sebagai berikut :

Gambar 1.2 Skala Jarak Sosial Borgandus

Dari gambar tersebut dapat dilihat terdapat 6 pertanyaan, semisal untuk pertanyaan di
angka 0 yaitu saudara menerima seseorang untuk menikah dengan saudara, dalam
skala ini akan terlihat sikap pribadi seseorang dalam menerima orang lain. Contoh
lain yang menggambarkan skala jarak sosial Borgandus adalah sebagai berikut :

No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah anda menerima orang hitam untuk
menikah dengan saudara ?
2. Apakah anda menerima orang berkulit hitam
untuk menjadi tetangga anda ?
3. Apakah anda menerima orang berkulit hitam
sebagai teman se klub ?

7
4. Apakah anda menerima orang hitam bekerja di
kantor anda ?
5. Apakah anda menerima orang hitam sebagai
warga Negara ini ?
Skor Total
Tabel 1.1 Contoh Skala jarak sosial-Borgandus

Interpretasi dari tabel tersebut adalah bila seseorang setuju untuk menerima kulit putih
terhadap kulit hitam sebagai keluarga, maka ia pasti juga akan setuju untuk menerima
sebagai sahabat dan situasi lainnya yang kurang intim. Bila seseorang kulit
putih hanya setuju untuk menerima kulit hitam sebagai tetangga, maka ia akan
menerima kulit hitam pada situasi lain yang kurang intim dibandingkan tetangga
(yaitu sebagai warga negara dan turis) dan tidak akan menerima kulit hitam pada
situasi yang lebih intim dibandingkan tetangga (teman, sahabat, dan anggota
keluarga).

Skala Likert, skala jenis ini merupakan sejumlah pernyataan positif dan negatif
mengenai suatu sikap obyek. Skala likert biasanya menggunakan lima pilihan yang
mengungkapkan tingkat kesepakatan atau ketidaksepakatan yang berbeda. Dalam
memberikan respons, subyek menunjukkan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju dan sangat tidak setuju.
Item favorable (suka atau memihak) : sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak
setuju (2), sangat tidak setuju (1).
Item Unfavorable (Tidak memihak atau tidak suka) : sangat setuju (1), setuju (2),
ragu-ragu (3), tidak setuju (4), sangat tidak setuju (5). Berikut merupakan contoh dari
skala likert :
Contoh dalam bentuk checklist :
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara
memberi tanda silang pada kolom yang tersedia.
No Pernyataan Jawaban
SS S RR TS STS
1. Peraturan disekolah untuk keterlambatan
terlalu menekan siswa.

8
Dst….

Skala Thurstone, Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir
yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika disusun,
kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam
bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak
diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan
konten atau konstruk yang hendak diukur.
Perbedaan antara thurstone dan skala likert ialah pada skala thusrtone interval yang
panjangnya sama memiliki intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada likert
tidak perlu sama.

Contoh

Mencari calon petugas sanitasi, pilihlah 5 dari 10 pernyataan yang sesuai dengan
persepsi anda:

1. saya memilih pekerjaan sebagai petugas sanitasi karena pekerjaan yang


terhormat untuk meningkatkan kesehatan

2. bila saya seorang petugas sanitasi, saya akan mengusulkan agar masyarakat
selalu menjaga lingkungan setiap hari

3. saya lebih senang jika saya tak terfokus tentang masalah lingkunagan saja

4. apa yang bisa saya banggakan oleh seorang petugas sanitasi, bila gaji saya
hanya paspasan, bekerja jalan kaki, dan sering mengahadapi masalah-masalah
lingkungan yang rumit

5. senangnya menjadi petugas sanitasi apabila berhasil mendemonstrasikan ilmu


saya kepada masyarakat yang mengahadapi masalah lingkungan

6. sebagai petugas sanitasai saya senang karena saya selalu yang mengawasi
masalah lingkungan secara berkualitas, kreatif dan professional untuk meningkatkan
derajat kesehatan

7. semestinya gaji petugas sanitasi lebih besar dari gaji petugas-petugas lain

9
8. apakah perlu petugas sanitasi bangga diri atas keberhasilannya karena telah
menjadi petugas sanitasi yang baik dan tidak pernah merasa diawasi oleh kepala
petugas sanitasi

9. sebaiknya petugas sanitasi memberikan ilmu yang baik kepada masyarakat agar
masyarakat bisa mengembangkan ilmu yang telah di berikan oleh petugas sanitasi

10. jika saya tidak bisa miningkatkan derajat kesehatan saya akan diam saja.

Evaluasi Teknik Tidak Terselubung (Tidak Disamarkan)

Metode Likert dan Thurstone dalam membangun skala sikap sering dibandingkan.
Skala Likert lebih sederhana untuk dibuat dan menghasilkan koefisien reabilitas lebih tinggi.
Penulisan dan penilaian ratusan item merupakan tugas yang memakan waktu yang dapat
dikurangi dengan membuat Skala Likert daripada Thurstone. Sebelum membuat skala sikap,
tentukan apakah skala tersebut akan sangat bermanfaat atau tidak. Pertanyaan maupun
pernyataan langsung dan tujuannya dipahami oleh responden. Penguji tidak melakukan
tipuan, meskipun responden antara mungkin dan tidak mungkin tidak menyembunyikan
perasaan sebenarnya, tergantung pada kesediaan orang tersebut untuk bekerja sama.

Banyak respon terhadap skala sikap terstruktur atau dibatasi untuk memudahkan
penilaian dan analisis data. Keuntungan dari skala terstruktur adalah bahwa setiap responden
pada dasarnya menghadapi tugas yang sama. Sebagai contoh siswa dapat diminta untuk
menyetujui atau tidak setuju dengan sebuat pernyataan dengan memberikan peringkat pada
kepentingan mereka, atau untuk memilih opsi yang paling sesuai dengan keyakinan atau
perasaan orang tersebut.

Teknik tersamar yang terstruktur dan teknik tersamar yang tidak terstruktur.

Ada tiga jenis teknik terstruktur tersamar yang telah diidentifikasi yaitu tes informasi,
tes persepsi dan memori, dan tes penilaian.

Tes Informasi

Meskipun tes informasi mengukur pengetahuan, tes informasi justru mengukur sikap.
Yang didasarkan pada anggapan bahwa individu cenderung untuk menjawab item tipe kognitif
sesuai dengan keyakinan dasar dan subkonsep mereka.
Untuk contoh seperti berikut ini, Pertimbangkan item terstruktur berikut ini:

10
1. Pada Tahun 1976, Berapa miliaran dolar keuntungan perusahaan di Amerika
Serikat setelah pajak ?
a. $ 30 Miliar
b. $ 50 Miliar
2. Berapa persentase siswa di SMA yang percaya bahwa merokok ganja harus
dilegalkan ?
a. 0-19%
b. 20-39%
c. 40-59%
d. 60-79%
e. 80-100%

Pada item yang pertama menyajikan pilihan yang sama-sama salah; Jawaban yang benar
untuk item kedua umumnya tidak diketahui. Agaknya mereka yang memilih opsi b pada item
pertama percaya bahwa keuntungan perusahaan berlebihan, sedangkan mereka yang memilih
opsi percaya bahwa keuntungan terlalu rendah. Pada butir 2, hipotesisnya adalah bahwa
semakin besar persentase yang dipilih, semakin menguntungkan responden untuk melegalkan
ganja. Ancaman serius dalam penafsiran ini adalah bahwa beberapa orang benar-benar dapat
menanggapi nilai nominal dari item tersebut daripada tidak menyukai sikap atau prasangka
mereka. Misalnya, seseorang mungkin percaya bahwa sebagian besar siswa ingin melegalkan
ganja namun dengan keras menentang undang-undang tersebut. Agar akurat, interpretasi
mungkin harus mempertimbangkan tanggapan terhadap pertanyaan tambahan dan lebih
langsung mengenai sikap terhadap keuntungan perusahaan dan legalisasi ganja. Data tersebut
dapat menunjukkan arti berbagai pilihan untuk kelompok secara keseluruhan.

Tes Persepsi dan Tes Memori

Jika memori dan persepsi selektif, individu dengan sikap yang berbeda harus merespons
secara berbeda terhadap berbagai rangsangan. Salah satu tekniknya adalah dengan
menampilkan secara singkat gambar rinci yang berisi unsur-unsur sikap yang akan diukur.
Misalnya, untuk mempelajari sikap terhadap kesetaraan perempuan, gambaran rinci tentang
pria dan wanita di kantor mungkin diperlihatkan kepada kelompok selama dua atau tiga detik.
Pertanyaan terstruktur atau tidak terstruktur kemudian dapat ditanyakan tentang kegiatan dan
peran yang dilakukan oleh anggota kedua jenis kelamin tersebut. Bahkan mungkin
mengajukan pertanyaan yang tidak memiliki jawaban yang dapat ditentukan dari gambar itu

11
sendiri (misalnya, "Siapa yang duduk di belakang meja kerja?" Ketika tidak ada meja yang
digambarkan). Sekali lagi, interpretasi tanggapan lebih sulit daripada teknik langsung atau
tidak tersamar.

Tes Penilaian

Mengukur sikap secara tidak langsung dengan mengharuskan responden membuat


keputusan dengan menggunakan satu set kriteria yang tampaknya tidak mengancam
sementara sebenarnya mengukur aspek perilaku yang lebih halus. Sikap terhadap komunis,
misalnya, telah diselidiki dengan meminta tiga siswa pascasarjana perempuan untuk
memilah-milah 120 karakter menjadi kategori '' tampan 'dan' jelek' (Hsü, 1949). Kemudian
para siswa diminta untuk menunjukkan orang mana yang komunis dan mana yang tidak.
Kedua wanita yang merupakan anti komunis cenderung mengklasifikasikan sebagai "jelek"
orang-orang yang mereka anggap sebagai komunis. Mahasiswa pascasarjana komunis menilai
"komunis" itu "tampan". Terbukti, bahwa sikap mempengaruhi penilaian.

Bentuk lain dari tes penilaian terdiri dari serangkaian argumen dalam bentuk pernyataan
untuk dan melawan beberapa proposisi. Dalam satu studi (Brighim dan Cook, 1970), skala
sikap dikembangkan untuk mempelajari integrasi, peran intervensi federal dalam desegregasi,
dan hak-hak kelompok minoritas. Setiap skala terdiri dari 15 argumen untuk atau melawan
suatu posisi. Responden diberitahu sebagai berikut:

Ini adalah ujian kemampuan Anda untuk mengemukakan argumen bagus dari argumen
buruk di kedua sisi isu kontroversial. Karena hubungan ras sangat banyak dalam berita akhir-
akhir ini, kami telah memilih argumen yang relevan dengan tiga isu di dalam area umum ini.
Untuk masing-masing masalah ini, argumen di kedua belah pihak akan dipresentasikan. . .
Tugas Anda adalah sebagai berikut: Bayangkan bahwa Anda menilai sebuah perdebatan
antara dua tim mengenai masing-masing dari ketiga isu tersebut. Bertindak sebagai hakim
yang tidak memihak, Anda harus menilai setiap argumen yang diajukan oleh kedua belah
pihak dalam hal efektivitasnya. .. Tanyakan pada diri sendiri, "Seberapa masuk akal
pernyataan ini? Seberapa bagus argumennya? Seberapa efektif argumen ini? "(Brigham and
Cook, 1970, 285)

Pernyataan argumen ini, bersama dengan skala yang tidak menyamar yang mengukur
sikap terhadap perkawinan silang dan orang kulit hitam, diberikan kepada tiga kelompok
siswa: siswa yang aktif dalam kelompok hak-hak sipil, siswa mengambil mata kuliah pilihan

12
dalam masalah kelompok minoritas, dan siswa yang termasuk dalam kelompok yang dinilai
sebagai Anti-Amerika Afrika Para peneliti menemukan, seperti dihipotesiskan, bahwa
penilaian argumen mengenai masuk akal dan efektifitas berhubungan langsung dengan sikap
kelompok. Skor tertinggi (sikap yang paling menguntungkan) diperoleh oleh siswa di
kelompok hak-hak sipil dan yang terendah oleh orang Amerika anti-Afrika.

Evaluasi Teknik Tersamar

Bukti tentang kegunaan teknik tersamar hanyalah sedikit. Keandalan metode ini
nampaknya sebanding dengan metode yang lebih langsung; Tapi, seperti yang bisa diduga,
adalah dengan validitas. Kriteria untuk metode tersamar sering merupakan tanggapan atas
data yang tidak disembunyikan namun tidak dianalogikan untuk orang yang sama. Korelasi
tersebut berkisar dari hampir 0,90 sampai mendekati 0. Korelasi ini hanya menunjukkan
sejauh mana kesepakatan antara ukuran yang disamarkan dan yang tidak disembunyikan dan
tidak membuktikan kemampuan mereka untuk membedakan satu kelompok dengan
kelompok lain untuk memprediksi perilaku.

Jika skala sikap digunakan dalam konseling, mungkin ada sedikit pembenaran untuk
menggunakan teknik menyamar. Hubungan antara guru dan siswa menuntut kejujuran dan
keterbukaan, dan kebohongan tidak perlu dan merusak hubungan ini.

2.5 PENGGUNAAN SKALA SIKAP


Seleksi dan Tingkatan
Skala sikap sebagai teknik evaluasi formal lebih berguna untuk Tingkatan
daripada seleksi. Dua alasan terpenting untuk tidak menggunakan skala sikap untuk
seleksi adalah kemudahan dalam memalsukan respon dan pertimbangan etis. Jika
sikap tertentu relevan dengan kinerja, tidak ada pertanyaan etis yang muncul; Namun,
berpura-pura merupakan masalah serius untuk tindakan yang tidak disamarkan.
Sangat diragukan bahwa seorang guru yang melamar posisi dengan sukarela
mengakui sikap negatif terhadap anak-anak dan pendidikan publik. Apakah
menyamarkan sifat sejati dari skala akan mengurangi anggapan adalah pertanyaan
empiris yang belum terselesaikan, dan etika penggunaan metode tersamar
dipertanyakan.

13
Untuk kelas 7 ke atas. Survei Kebiasaan dan Sikap Belajar (Brown dan
Holtzman, 1965) telah banyak digunakan dalam konseling. Ini adalah skala Likert
yang terdiri dari 100 statments yang menghasilkan tujuh nilai, yaitu:
- Menunda Penghindaran, Kesediaan untuk menyelesaikan tugas tepat
waktu
- Metode Kerja, Efisiensi dan pengetahuan metode belajar
- Persetujuan Guru, Pendapat siswa terhadap guru dan metode mereka.
- Penerimaan Pendidikan, Sikap terhadap tujuan dan persyaratan pendidikan
- Kebiasaan Belajar, Kombinasi antara menunda penghindaran dan metode
kerja
- Sikap Belajar, Kombinasi antara persetujuan guru dan skala penerimaan
pendidikan
- Orieantasi Belajar, Kombinasi antara skala kebiasaan belajar dan sikap
belajar untuk memberi ukuran perilaku dan kebiasaan.
Skor dilaporkan sebagai persentil dan mengidentifikasi item penting yang
membedakan antara siswa yang baik dan yang buruk adalah kemungkinan.

Remediasi
Skala sikap menjadi penting dalam mendiagnosis alasan kegagalan siswa.
Siswa yang percaya bahwa pendidikan tidak bermakna, bahwa guru dan sekolah ada
untuk tujuan menciptakan kesesuaian, dan bahwa setiap bentuk organisasi sosial
adalah pelanggaran terhadap hak individualnya tidak mungkin mencurahkan waktu
dan usaha yang diperlukan untuk menjadi berhasil di jenis institusi itu. Program
alternatif untuk sekolah tradisional mungkin dia rekomendasikan dan tersedia untuk
orang-orang ini.

Perbaikan Program
Skala sikap sering digunakan untuk membantu mengevaluasi keefektifan
program, film, program studi, atau inovasi kurikulum. Guru studi sosial, misalnya,
mungkin mengajar satu unit tentang orang Amerika Afrika dan mungkin ingin
mengevaluasi perubahan sikap siswa terhadap kelompok ini. Demikian pula, sebuah
film baru dapat dievaluasi dengan menentukan sikap siswa terhadap isinya.
Penggunaan bisa dibuat dari jarak sosial, likert, atau skala Thurstone.

14
Penggunaan skala sikap yang penting adalah mengukur moral sekolah.
Terkadang skala ini diberikan kepada siswa yang saat ini bersekolah; Di lain waktu,
lulusan sekolah atau distrik mungkin diminta untuk mengevaluasi praktik, program,
metode, dan fasilitas yang mereka yakini paling banyak dan paling tidak bernilai.
Menjaga ringkasan tahunan semangat kerja siswa dapat membantu menunjukkan
tren dalam sikap sekolah dan meningkatkan semangat kerja.

2.6 RELIABILITAS (KEANDALAN) SKALA SIKAP


Perkiraan keandalan pengukuran sikap dapat diperoleh dengan stabilitas,
kesetaraan, stabilitas dan kesetaraan, atau teknik konsistensi internal.
Keandalan skala Thurstone biasanya melibatkan kesetaraan, atau sejauh mana
nilai skala pada satu bentuk berkorelasi dengan nilai yang sesuai pada bentuk
kedua. Koefisien kesetaraan untuk skala Thurstone umumnya berkisar antara 0,60
dan 0,85, walaupun koefisien stabilitas yang agak rendah telah dilaporkan, bahkan
saat penyetoran ulang uji coba ulang hanya beberapa minggu.
Pada skala Likert, bentuk keandalan yang paling umum adalah koefisien split-
half (dikoreksi dengan rumus Spearman-Brown). Nilai ini biasanya berkisar dari
0,80 sampai 0,95, dengan korelasi reten selama dua atau tiga minggu di 0,80an
dan 0,90 detik. Ini adalah nilai yang agak lebih tinggi daripada yang dilaporkan
untuk skala Thurstone. Perkiraan reliabilitas alternatif, sementara tidak sering
dilaporkan untuk skala Likert, berada pada angka 90, 90.

2.7 VALIDITAS SKALA SIKAP


Salah satu aspek pengukuran sikap yang paling sulit adalah menetapkan
kriteria untuk menentukan validitas Dalam sebuah studi klasik, Richard LaPiere
(1934) menunjukkan ketidaknyamanan yang biasa antara pernyataan verbal
tentang sikap dan perilaku. Dalam perjalanan LaPiere dengan seorang pelajar
China dan seluruhnya di seluruh Amerika Serikat, hanya satu "kamp otomatis"
yang menolak untuk mengakomodasi pasangan tersebut saat mereka mendaftar
secara langsung. Enam bulan kemudian, 90% dari mereka yang benar-benar
melayani pasangan China tersebut menunjukkan pada sebuah kuesioner bahwa
mereka tidak akan menerima anggota "ras China." Jika sikap didefinisikan sebagai
"keadaan mudah terpengaruh" untuk bertindak sesuai dengan skala yang

15
menguntungkan bagi beberapa kelompok, institusi, atau objek, tampaknya ada
perbedaan antara definisi dan kemampuan untuk menghubungkan sikap dengan
tingkah laku. Namun, jika sikap didefinisikan sebagai respons umum dan bukan
sebagai " keadaan mudah terpengaruh " (Doob, 1947), hubungan antara sikap dan
perilaku lebih mudah dipecahkan, Misalnya; Meskipun skala sikap biasanya
mengukur reaksi nonverbal terhadap objek atau kelompok, apa yang dilakukan
tentang verbalisasi ini Mungkin tidak konsisten Individu barangkali memiliki
sikap negatif yang sama kuatnya (yang diukur dengan skala sikap) terhadap
pemisaha, misalnya, tapi seseorang mungkin telah belajar untuk menanggapi
dengan berpartisipasi dalam kerusuhan, sementara yang lain mungkin menolak
untuk berpartisipasi dalam kegiatan semacam itu. Metode yang paling umum
untuk memvalidasi tanggapan pada skala sikap adalah dengan konten dan validitas
yang bersamaan. Validitas prediktif lebih penting dalam polling opini publik
karena tujuannya sering memprediksi hasil pemilihan, validitas konten mudah
ditentukan pada skala Likert dan Thurstone. Item dapat ditulis ulang dan direvisi
sampai penilai sepakat bahwa mereka jelas dan tidak ambigu. Ambiguitas dapat
diukur dengan analisis item pada skala Likert dan rentang interkuartil item pada
skala Thurstone.
Bersamaan validitas biasanya diperkirakan dengan menentukan sejauh mana
skala sikap mampu membedakan antara anggota kelompok yang memiliki sikap
yang dikenal dan berbeda. Orang yang menghadiri gereja harus memiliki sikap
yang berbeda dari mereka yang tidak.
Metode lain untuk menentukan validitas yang berbarengan adalah
mengkorelasikan tanggapan pada satu skala perilaku dengan skala yang berbeda
yang dirancang untuk mengukur konsep serupa. Orang akan mengharapkan
beberapa korespondensi positif, misalnya, antara skala yang mengukur sikap
terhadap agama dan sikap terhadap Tuhan - namun korelasi ini sangat bervariasi,
beberapa setinggi 0,90 dan yang lainnya jauh lebih rendah. Skala perilaku estetika,
misalnya berkorelasi 0,38 dengan nilai estetika di Allport dan rekan-rekannya /
Study of Values (1960). Korelasi median antara skala yang berbeda yang konon
mengukur sikap yang sama adalah sekitar 0,35 (Shaw dan Wright, 1967, 291).

16
2.8 PENGUKURAN NILAI
Ketika individu mulai merasakan komitmen terhadap sebuah gagasan atau
prinsip, mereka sedang dalam proses penilaian . Seiring menjadi dewasa, nilai
menjadi lebih koheren, terorganisir, dan dikonseptualisasikan untuk membentuk
nilai sistem. Seperti yang ditunjukkan David Krathwohl dan rekan-rekannya
(1964), beberapa orang akan dapat mengatur dan menjalani kehidupan mereka
berdasarkan seperangkat prinsip yang dipahami oleh Cleary. Sampai saat ini, tidak
ada tes yang telah dikembangkan yang akan memungkinkan guru atau psikolog
mengukur semua tingkat nilai yang dijelaskan oleh Krathwohl. Meskipun
demikian, dua tes, yang harus diketahui oleh guru dan psikolog, telah
dikembangkan.
 Skala Penilaian Moral Kohlberg
Lawrence Kohlberg (1973; 1974) telah mengembangkan Skala
Penilaian Moral yang mencoba mengkarakterisasi siswa menjadi satu dari
enam tahap moralitas. Ini adalah tesis Kohlberg bahwa individu harus maju
Berurutan dari tahap pertama ke urutan keenam, walaupun hanya ada sedikit
bukti untuk mendukung gagasan ini.
Skala Penilaian Moral terdiri dari sembilan dilema moral, dimana
siswa diminta untuk menilai dan menjelaskan, Contoh yang khas menyangkut
seorang wanita yang sekarat karena kanker. Satu obat yang bisa
menyelamatkannya hanya tersedia dari apoteker yang mengenakan biaya yang
tidak masuk akal. Suami wanita tersebut menjelaskan situasinya kepada
apoteker dan berjanji untuk membayarnya nanti. apoteker menolak, dan sang
suami masuk ke apotek dan mencuri obat untuk istrinya. Pertanyaan adalah
Apakah suami seharusnya melakukan itu dan mengapa? Tugas pemeriksa
adalah menyelidiki penjelasan yang lebih lengkap sebagai bantuan dalam
menentukan tingkat moral siswa. Kohlberg percaya bahwa siswa lebih
menyukai tingkat moralitas tertinggi yang dapat mereka pahami, Oleh karena
itu, jika pemeriksa dapat menentukan tingkat pemahaman siswa, mungkinkah
untuk memperkirakan tingkat moral penilaian siswa.
Kohlberg mendalilkan enam tahap moralitas:
Tahap 1 Moral didasarkan pada ketaatan dan ketakutan akan hukuman.

17
Tahap 2 Moralitas didasarkan pada kepuasan diri dan kesesuaian dengan
gambaran stereotip tentang bagaimana orang harus bertindak,
Tahap 3 Moralitas didasarkan pada persetujuan orang lain dan dalam
pemeliharaan hubungan baik,
Tahap 4 Moralitas tergantung pada pemeliharaan otoritas dan tatanan sosial
yang diberikan.
Tahap 5 Moralitas berasal dari kontrak legalistik dan kehendak mayoritas,
Tahap 6 Moralitas didasarkan pada hati nurani dan prinsip-prinsip pilihan yang
melibatkan rasa saling menghormati dan kepercayaan.

William Kurtines dan Esther Blank Greif (1974), dalam sebuah kritik
terhadap karya Kohlberg, menyimpulkan bahwa standardisasi perlu
ditingkatkan (petunjuk untuk administrasi dan penilaian longgar), bahwa
karakter utama dalam skala adalah semua laki-laki (ini mungkin satu Alasan
mengapa laki-laki tampak lebih bermoral daripada perempuan), bahwa bukti
reliabilitas itu tidak ada, dan bahwa bukti untuk urutan invarian - terutama
untuk tahap 4 sampai 6 - tidak meyakinkan dan mungkin tidak benar. Meski
begitu, kuat menunjukkan bahwa skala tersebut mampu membedakan berbagai
kelompok sosial seperti polisi dan aktivis politik. Perkembangannya Dari jenis
skala ini dapat membantu mendorong pekerja lain untuk melakukan perbaikan
jenis yang dianjurkan oleh kritik Kohlbergs (memang, beberapa perbaikan ini
telah dilakukan oleh Kohlberg dan lain-lain). Dalam bentuknya saat ini,
meskipun demikian, mungkin memiliki nilai terbesar sebagai instrumen
penelitian.

2.9 POLLING DAN KUESIONER


KONTRUKSI
Survei jajak pendapat atau survei sikap biasanya dilakukan oleh tim yang
bekerja di pusat penelitian, terutama bila data yang sangat akurat dan tidak bias
diperlukan, seperti peramalan politik atau dalam mempelajari preferensi
konsumen. Survei nasional dan daerah besar memerlukan layanan organisasi yang
mampu melakukan investigasi skala besar. Lebih banyak jajak pendapat dan

18
kuesioner yang terbatas, bagaimanapun, berada di bawah kemampuan guru. Enam
langkah harus diikuti dalam melakukan poling:
1. Tentukan tujuannya Langkah pertama dalam melakukan polling adalah
menentukan secara tepat jenis informasi apa yang dibutuhkan dan untuk
tujuan apa. Dalam mempelajari sikap terhadap sereal sarapan, misalnya
pertanyaan harga, rasa, kenyamanan, nutrisi, kemasan (warna, ukuran,
bentuk, huruf, informasi), bujukan (hadiah, Kontes), dan sejumlah isu
lainnya dapat dipertimbangkan. Kecuali satu Memahami tujuan informasi,
langkah-langkah yang tersisa akan menjadi tidak berarti.
2. Mengidentifikasi populasi Populasi didefinisikan sebagai total semua
orang mengenai siapa informasi yang diinginkan. Mungkin sempit dan
mudah diakses (semua siswa yang menghadiri sekolah tertentu) atau luas
dan tidak dapat diakses (semua orang di Amerika Serikat berusia di atas 4
tahun), mungkin dibatasi oleh lokasi, jenis kelamin, usia, agama, status
sosial ekonomi (SES ), Ras, atau karakteristik lain yang dianggap penting,
Karakteristik populasi ini harus spesifik.
3. Pilih sampel, Sampel didefinisikan sebagai sejumlah individu yang dipilih
dari populasi dengan cara yang tidak bias. Bila populasi kecil dan mudah
diakses, memilih sampel mungkin tidak perlu; Semua individu dalam
populasi dapat dipelajari, Sampling diperlukan di tempat populasi besar, di
mana mereka relatif tidak dapat diakses, dan di mana biaya per unit
informasi yang diperoleh tinggi.
4. Tulislah pokok-pokoknya, Terkadang ada kemungkinan untuk menemukan
sekala sikap yang ada yang berisi hal-hal yang sesuai untuk tujuan
seseorang. Seringkali, bagaimanapun, perlu menulis halyang asli. hal ini
mungkin memerlukan tanggapan tertulis, memberikan pilihan untuk
diperiksa atau dipilih, atau diminta secara lisan dalam sebuah wawancara.
Wawancara memungkinkan penyelidikan dan klarifikasi posisi responden,
namun sangat menguras dan mahal. Kuesioner lebih murah dan mudah
didistribusikan, tapi biasanya tidak memungkinkan tanggapan wawancara
yang mendalam
5. Mengelola kiriman, Kuesioner lewat pos harus berisi tanda tangan sponsor
dan harus disertai dengan surat penjelasan singkat yang menunjukkan

19
kepentingannya, Amplop balik yang dialamatkan dan diberi stempel harus
selalu disediakan. Responden harus diberi tahu apakah tanggapan mereka
akan dijaga anonim atau dalam situasi apa mereka dipublikasikan,
pengembalian Anonim tidak mengizinkan pengiriman surat tindak lanjut
untuk meyakinkan responden untuk mengembalikan formulir mereka.
Ketika responden mengetahui bahwa mereka hanya diidentifikasi untuk
tujuan ini, mereka biasanya bersedia untuk diidentifikasi, Jika nomor kode
digunakan untuk identifikasi, responden harus diberitahu mengenai fakta
ini.
6. Menganalisis dan menginterpretasikan data, Kuesioner, wawancara, dan
polling biasanya dianalisis dengan menentukan persentase individu yang
menyukai atau menentang beberapa masalah. Keakuratan data semacam
itu --- dengan asumsi sampel tidak bias - ditentukan terutama oleh jumlah
kasus yang dipilih untuk dimasukkan dalam sampel dan variabilitas sikap
pada populasi, Jika setiap orang di populasi memiliki sikap yang sama
(yaitu, nol variabilitas ), Sampel dari satu kasus akan secara akurat
mencerminkan sikap populasi. Karena variabilitas dalam sikap meningkat,
lebih banyak kasus akan dibutuhkan untuk mengkompensasi perbedaan
ini. Peningkatan ukuran sampel ini mengasumsikan, tentu saja, bahwa
sampel dipilih secara tidak bias. Jika sampelnya bias, meningkatkan
jumlah kasus hanya menghasilkan sejumlah kasus bias yang lebih tinggi.

20
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sikap merupakan preferensi mendukung atau memihak dan tidak mendukung atau
tidak memihak untuk kelompok tertentu, instution, konsep atau objek. Karakteristik sikap
yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitasnya. Skala sikap merupakan
kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Terdapat empat skala sikap
yaitu skala nominal, ordinal, interval dan rasio. Skala sikap dapat diklasifikasikan menurut
apakah sifat dan tujuan skala disamarkan, dan skala tingkatan skala tersebut terstruktur dan
tidak terstruktur. Skala sikap terselubung atau disamarkan berisi item yang benar-benar
dirancang untuk menghasilkan informasi mengenai sikap pribadi seseorang.

Untuk menggunakan skala sikap ada tiga yaitu untuk seleksi dan tingkatan, remediasi
serta untuk perbaikan program agar lebih maju kedepannya. Keandalan dari skala sikap dapat
diperoleh dengan stabilitas, kesetaraan, stabilitas dan kesetaraan, atau teknik konsistensi
internal. Ada juga validitas skala sikap yakni validitas biasanya diperkirakan dengan
menentukan sejauh mana skala sikap mampu membedakan antara anggota kelompok yang
memiliki sikap yang dikenal dan berbeda. Metode lain untuk menentukan validitas yang
berbarengan adalah mengkorelasikan tanggapan pada satu skala perilaku dengan skala yang
berbeda yang dirancang untuk mengukur konsep serupa.

Pengukuran nilai, nilai menjadi lebih koheren, terorganisir, dan dikonseptualisasikan


untuk membentuk nilai sistem. Pada pengukuran nilai Lawrence Kohlberg (1973; 1974) telah
mengembangkan Skala Penilaian Moral yang mencoba mengkarakterisasi siswa menjadi satu
dari enam tahap moralitas. Ini adalah tesis Kohlberg bahwa individu harus maju Berurutan
dari tahap pertama ke urutan keenam, walaupun hanya ada sedikit bukti untuk mendukung
gagasan ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sax, Gilbert dan James W. Newton. 1998. Principle of Educational and Psycological
Measurement and Evaluation. London : Wadsworth Publishing Company

22

Anda mungkin juga menyukai