Anda di halaman 1dari 16

AUDITING KECURANGAN

A. JENIS-JENIS KECURANGAN
Pelaporan keuangan yang curang
Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabadian jumlah atau pengungkapan
yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan itu. Sebagian besar kasus melibatkan
salah saji jumlah yang disengaja, bukan pengungkapan.
Meskipun kebanyakan kasus pelaporan keuangan yang curang melibatkan upaya melebihi
sajikan laba entah dengan melebih sajikan aset dan laba atau dengan mengabaikan kewajiban dan
beban, perusahaan juga sengaja merendahkan sajikan laba. Dalam perusahaan tertutup, hal ini
mungkin dilakukan dalam upaya mengurangi pajak penghasilan. Pengaturan laba (earning
management) menyangkut tindakan manajemen yang sengaja untuk memenuhi tujuan laba.
Perataan laba (income smooting) merupakan salah satu bentuk pengaturan laba di mana
pendapatan dan beban ditukar-tukar di antara periode-periode untuk mengurangi fluktuasi laba.
Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah dengan mengurangi nilai persediaan dan aset lain
perusahaan yang diperoleh pada saat akuisisi, yang menghasilkan laba yang lebih tinggi ketika
aset tersebut nanti dijual.

Penyalahgunaan aset
Penyalahgunaan (misappropriation) aset adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aset,
entitas. Dalam banyak kasus, tetapi tidak semua, jumlah yang terlibat tidak material terhadap
laporan keuangan. Istilah penyalahgunaan atau misaproprisasi aset biasanya digunakan untuk
mengacu pada pencurian yang melibatkan pegawai dan orang lain dalam organisasi.
Penyalahgunaan aset biasanya dilakukan pada tingkat hierarki organisasi yang lebih
rendah. Namun, dalam beberapa kasus yang heboh, manajemen puncak terlibat dalam pencurian
aktia perusahaan. Karena manajemen memiliki kewenangan dan kendali yang lebih besar atas
aktiva organisasi, penyelewengan yang melibatkan manajemen puncak dapat menyangkut jumlah
yang signifikan.

B. KONDISI PENYEBAB TERJADINYA KECURANGAN


Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya pelaporan keuangan yang curang dan juga
penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam SAS 99 (AU 316). Tiga kondisi tersebut
disebut dengan segitiga kecurangan(fraud triangle).

1
GAMBAR 11-1 Segitiga Kecurangan

Insentif / Tekanan

Kesempatan Sikap / Rasional

1. Insentif atau Tekanan


Manajemen ataupun pegawai lainnya mempunyai insentif ataupun tekanan untuk
melakukan tindakan kecurangan.
2. Kesempatan
Situasi yang membuka ataupun memberikan kesempatan bagi manajemen ataupun
pegawai untuk melakukan tindakan kecurangan.
3. Sikap atau Rasionalisasi
Adanya sikap, karakter, ataupun seperangkat nilai-nilai etika yang membolehkan
manajemen atau pegawai untuk melakukan suatu tindakan yang tidak jujur, atau dapat
dikatakan bahwa merekaberada dalam lingkungan yang dapat memberikan tekanan
yang cukup besar yang menyebabkan mereka membenarkan diri mereka untuk
melakukan tindakan yang tidak jujur tersebut.

Faktor Risiko untuk Pelaporan Keuangan yang Curang


 Insentif/Tekanan
Insentif yang umum bagi sebuah perusahaan untuk melakukan manipulasi laporan keuangan
adalah adanya suatu penurunan dalam prospek keuangan dalam perusahaan. Contohnya seperti
penurunan dalam laba yang kemungkinan dapat mengancam kemampuan perusahaan untuk
mendaparkan dana pembiayaan. Perusahaan kemungkinan juga melakukan manipulasi laba
guna memenuhi proyeksi dari para analis pasar, ataupunguna mengelembungkan harga saham,
serta guna menjaga reputasi perusahaan.
 Kesempatan
Meskipun laporan keuangan dari seluruh perusahaan kemungkinan dapat terjadi manipulasi,
risiko akan menjadi lebih besar dalam perusahaan yang bergerak dalam industri yang
melibatkan penilaian atau pertimbangan subjektif dan juga estimasi yang cukup signifikan jauh
lebih besar.
 Sikap/Rasionalisasi
Sikap dari manajemen puncak dalam laporan keuangan merupakan faktor risiko yang penting
dalam menilai kemungkinan adanya suatu kecurangan dalam laporan keuangan perusahaan.

2
Jika CEO ataupun manajer puncak lainnya menunjukkan suatu dominasi terhadap suatuproses
penyusunan laporan keuangan, contohnya seperti mengeluarkan proyeksi yg terlalu optimis
secara terus-menerus ataupun mereka terlalu khawatir dalam memenuhi proyeksi laba dari para
analis pasar kemungkinan terjadinya tindakan kecurangan dalam laporan keuangan perusahaan
akan menjadi lebih besar. Karakter dari manajemen ataupun rangkaian nilai-nilai etika juga
kemungkinan akan mempermudah analis dalam melakukan rasionalisasi tindakan kecurangan.

Faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset


 Insentif/Tekanan
Tekanan keuangan merupakan insentif atau dorongan yang sifatnya umum bagi pegawai yg
melakukan penyalahgunakan aset. Contohnya seperti pegawai yang mempunyai utang yang
sangat banyak, mereka yang memilik masalah kecanduan narkotika dan juga perjudian,dll.
 Kesempatan
Kesempatan dalam melakukan pencurian ada pada seluruh perusahaan. Kelemahandalam hal
pengendalian internal dapat menciptakan kesempatan terjadinya tindakan
pencurian.Pemisahan tugas yang kurang memadai hampir dapat dipastikan menjadi suatu
lisensi bagi parapegawai guna melakukan tindakan pencurian
 Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen dalam pengendalian dan juga kode etik ataupun perilaku etis dapat
menyebabkan parapegawai dan juga manajer membenarkan pencurian aset perusahaan.

C. MENILAI RISIKO KECURANGAN


Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko kecurangan. Auditor
harus mempertahankan tingkat skeptisisme profesional ketika mempertimbangkan serangkaian
informasi yang luas, termasuk faktor - faktor risiko kecurangan, dengan tujuan untuk
mengidentifikasi dan juga menghadapi risiko kecurangan.

Skeptisme Profesional
Standar auditing menyatakan bahwa, dalam melakukan skeptisisme profesional, seorang auditor
“tidak mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur namun juga tidak mengansumsikan
kejujuran absolut”. Selain itu, melalui prosedur evaluasi atas penerimaan dan juga kelanjutan
klien, auditor menolak sebagian besar dari calon klien yang dianggap tidak mempunyai kejujuran
dan integritas.

Pikiran yang Selalu Mempertanyakan


Standar auditing menekankan untuk melakukan pertimbangan atas kecenderungan klien dalam
melakukan kecurangan, tanpa mempertimbangkan bagaimana keyakinan auditor tentang suatu
kemungkinan terjadinya tindakan kecurangan serta kejujuran dan juga intergritas manajemen.
Selama dalam tahap merencanakan audit dalam setiap audit, tim audit haruslah membahas
mengenai kebutuhan untuk menjaga pikiran kritis atau kebutuhan dalam mempertahankan suatu

3
pikiran yang selalu mempertanyakan di sepanjang penugasan audit untuk melakukan identifikas
atas risiko-risiko kecurangan dan juga secara kritis melakukan evaluasi kritis atas bukti-bukti audit.

Evaluasi kritis atas bukti audit


Dalam melakukan pengungkapan atas informasi ataupun kondisi yang ditemukan ataupun kondisi
lainnya yang mengidentifikasikan atau mengindikasikan adanya salah saji material yang
disebabkan oleh kecurangan kemungkinan telah terjadi, auditor haruslahmelakukan penyelidikan
masalah-masalah yang ada secara mendalam, mendapatkan bukti-bukti tambahan apabila
diperlukan dan juga melakukan konsultasi dengan anggota tim lainnya.

Sumber Informasi untuk Melakukan Penilaian atas Risiko Kecurangan


Terdapat lima sumber informasi yang digunakan dalam menilai risiko kecurangan yaitu:
1. Komunikasi Antara Tim Audit
Standar auditing mengharuskan tim audit untuk melaksanakan diskusi untuk berbagi
wawasan di antara anggota tim audit yang lebih berpengalaman dan juga untuk “curah
pendapat”

2. Tanya Jawab Atau Wawancara Dengan Manajemen


Standar auditing mengharuskan seorang auditor untuk mengajukan pertanyaan spesifik
tentang kecurangan dalam setiap audit. Tanya jawab dengan manajemen dan juga pihak
lainnya dalam perusahaan membuka sebuah kesempatan bagi para karyawan untuk
memberitahukan informasi-informasi yang kemungkinan tidak dapat disampaikan dengan
pihak lain. Tanya jawab seorang auditor terhadap manajemen haruslah menanyakan apakah
manajemen mengetahui setiap tindakan kecurangan ataupun kecurigaan terhadap
terjadinya tindakan kecurangan di dalam perusahaan.

3. Faktor-Faktor Risiko
Standar auditing mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko
kecurangan mengindikasikan adanya sebuah insentif ataupun tekanan untuk melakukan
tindakan kecurangan, kesempatan untuk melakukan tindakan kecurangan, ataupun
sikap/rasionalisasi yang digunakan untuk membenarkan atau merasionalisasi tindakan
kecurangan.

4. Prosedur Analitis
Seorang auditor haruslahmelaksanakan prosedur analitis di sepanjang fase perencanaan
dan juga penyelesaian audit guna membantu mengidentifikasikan transaksi atau kejadian
yang tidak biasa yang dapat mengidentifikasikan adanya suatu salah saji yang cukup
material dalam laporan keuangan.

5. Informasi Lainnya
Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dalam setiap
tahap atau bagian audit ketika menilai risiko kecurangan. Kebanyakan prosedur penilaian

4
risiko yang dilakukan auditor untuk menilai risiko salah saji yang material selama tahap
perencanaan dapat mengidentifkasikan risiko kecurangan yang lebih tinggi.

Mendokumentasikan penilaian kecurangan


Standar auditing mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut ini yang berhubungan
dengan pertimbangan auditor mengenai salah saji yang material akibat kecurangan :
 Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan audit tentang kerentanan
laporan keuangan entitas terhadap kecurangan yang material.
 Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kecurangan yang material.
 Risiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah teridentifikasi, serta uraian
tentang respons auditor terhadap risiko tersebut.
 Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada risiko yang signifikan atas
pengakuan pendapatan yang tidak tepat secara material.
 Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi risiko pengabaian pengendalian oleh
manajemen.
 Kondisi dan hubungan analitis lainnya yang menunjukkan bahwa diperlukan prosedur
auditing tambahan atau respons lainnya, serta tindakan yang diambil oleh auditor.
 Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada manajemen, komite audit,
atau pihak lainnya.

Setelah risiko kecurangan diidentifikasi dan didokumentasikan, auditor harus mengevaluasi


faktor-faktor yang mengurangi risiko kecurangan sebelum mengembangkan respons yang tepat
terhadap resiko kecurangan itu.

D. MENGAWASI TATA KELOLA KORPORASI UNTUK MENGURANGI RISIKO


KECURANGAN
Manajemen bertanggung jawab mengimplementasikan tata kelola korporasi dan prosedur
pengendalian untuk meminimalkan risiko kecurangan, yang dapat dikurangi melalui kombinasi
antara tindakan mencegah, menghalangi, dan mendeteksi. Dengan mengomunikasikan kebijakan
pendeteksian kecurangan dan hukuman, manajemen dapat menghalangi karyawan untuk
melakukan kecurangan.
Pedoman yang dikembangkan oleh AICPA mengidentifikasi tiga unsur untuk mencegah,
menghalangi, dan mendeteksi kecurangan, yakni:
1. Budaya jujur dan etika yang tinggi.
2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko kecurangan.
3. Pengawasan oleh komite audit.

Budaya Jujur Dan Etika Yang Tinggi


Hasil riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencegah dan menghalangi
kecurangan adalah mengimplementasikan program serta pengendalian antikecurangan, yang

5
didasarkan pada nilai-nilai inti yang dianut perusahaan. Nilai-nilai itu menciptakan lingkungan
yang mendukung perilaku dan ekspektasi yang dapat diterima bahwa pegawai dapat menggunakan
nilai itu untuk mengarahkan tindakan mereka, dan membantu menciptakan budaya jujur dan etika
yang menjadi dasar bagi tanggung jawab pekerjaan para karyawan. Penciptaan budaya jujur dan
etika yang tinggi meliputi enam unsur:
1. Menetapkan Tone at the Top
Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk menetapkan “tone at the top”
terhadap perilaku etis dalam perusahaan. Kejujuran dan integritas manajemen akan
memperkuat kejujuran serta integritas karyawan di seluruh organisasi. “Tone at the Top”
yang dilandasi kejujuran dan integritas akan menjadi dasar bagi kode perilaku yang lebih
rinci, yang dapat dikembangkan untuk memberikan pedoman yang lebih khusus mengenai
perilaku yang diperbolehkan dan dilarang.

2. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif


Tempat kerja yang positif dapat mendongkrak semangat karyawan, yang dapat mengurangi
kemungkinan karyawan melakukan kecurangan terhadap perusahaan. Karyawan juga
harus bisa memperoleh nasihat dari dalam sebelum mengambil keputusan yang akan
berimplikasi legal atau etis. Banyak organisasi, yang meliputi semua perusahaan publik di
A.S., menerapkan proses “whistleblowing” (membuka rahasia) bagi karyawan untuk
melaporkan pelanggaran aktual atau yang dicurigai atau pelanggaran yang potensial atas
kode perilaku atau kebijakan etika.

3. Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat


Agar berhasil mencegah kecurangan, perusahaan yang dikelola dengan baik
mengimplementasikan kebijakan penyaringan yang efektif untuk mengurangi
kemungkinan mempekerjakan dan mempromosikan orang-orang yang tingkat
kejujurannya rendah, terutama yang akan menduduki jabatan penting. Kebijakan itu dapat
mencakup pengecekan latar belakang memverifikasi pendidikan, riwayat pekerjaan, serta
referensi pribadi calon karyawan, termasuk referensi tentang karakter dan integritas orang-
orang yang dipertimbangkan dan dipekerjakan atau dipromosikan menduduki jabatan
penting.

4. Pelatihan
Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspektasi perusahaan menyangkut perilaku etis
pegawai. Pegawai harus diberi tahu tentang tugasnya untuk menyampaikan kecurangan
aktual atau yang dicurigai serta cara yang tepat untuk menyampaikannya. Selain itu,
pelatihan kewaspadaan terhadap kecurangan juga harus disesuaikan dengan tanggung
jawab pekerjaan khusus pegawai itu.

5. Konfirmasi
Sebagian besar perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara periodik
mengonfirmasikan tanggung jawabnya mematuhi kode perilaku. Pegawai diminta untuk

6
menyatakan bahwa mereka memahami ekspektasi perusahaan serta sudah mematuhi kode
perilaku, dan mereka tidak mengetahui adanya pelanggaran. Konfirmasi tersebut akan
membantu mengokohkan kebijakan kode perilaku dan juga membantu menghalangi
pegawai melakukan kecurangan atau pelanggaran etika lainnya.

6. Disiplin
Pegawai harus mengetahui bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban jika tidak
mengikuti kode perilaku perusahaan. Penyelidikan menyeluruh atas semua pelanggaran
dan respons yang tepat serta konsisten dapat secara efektif menghalangi kecurangan.

Tanggung Jawab Manajemen Untuk Mengevaluasi Risiko Kecurangan


Kecurangan tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesempatan untuk melakukannya dan
menyembunyikan perbuatan itu. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan
mengukur risiko kecurangan, mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko yang
teridentifikasi, serta memantau pengendalian internal yang mencegah dan mendeteksi kecurangan.
Mengidentifikasi dan Mengukur Risiko Kecurangan
Pengawasan yang efektif atas kecurangan dimulai dengan pengakuan manajemen bahwa
kecurangan mungkin terjadi, dan hampir semua pegawai sanggup melakukan perbuatan
tidak jujur bila situasinya memungkinkan. Pengakuan ini meningkatkan kemungkinan
bahwa program dan pengendalian yang efektif untuk mencegah, menghalangi, serta
mendeteksi kecurangan akan diterapkan.

Mengurangi Risiko Kecurangan


Manajemen bertanggung jawab merancang dan mengimplementasikan program serta
pengendalian untuk mengurangi risiko kecurangan, dan dapat mengubah aktivitas serta
proses bisnis yang rentan terhadap kecurangan demi mengurangi insentif dan kesempatan
untuk melakukan kecurangan.

Memantau Program dan Pengendalian Pencegahan Kecurangan


Untuk bidang-bidang yang risiko kecurangannya tinggi, manajemen harus mengevaluasi
secara periodik apakah program dan pengendalian antikecurangan yang tepat telah
diimplementasikan serta berjalan efektif. Sebagai contoh, review dan evaluasi manajemen
atas hasil keuangan unit operasi atau anak perusahaan akan meningkatkan kemungkinan
bahwa hasil-hasil yang dimanipulasi akan terdeteksi.
Audit internal memainkan peran yang penting dalam memantau aktivitas untuk
memastikan bahwa program dan pengendalian antikecurangan telah berjalan efektif. Audit
internal akan membantu menghalangi kecurangan dengan memeriksa dan mengevaluasi
pengendalian internal yang mengurangi risiko kecurangan. Mereka akan membantu
mendeteksi kecurangan dengan melaksanakan prosedur audit yang dapat mengungkapkan
pelaporan keuangan yang curang serta penyalahgunaan aset.

7
Pengawasan Oleh Komite Audit
Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi pelaporan keuangan serta proses
pengendalian internal organisasi. Dalam memenuhi tanggung jawab ini, komite audit
memperhitungkan potensi diabaikannya pengendalian internal oleh manajemen serta mengawasi
proses penilaian risiko kecurangan oleh manajemen, dan program serta pengendalian
antikecurangan. Komite audit juga membantu menciptakan “tone at the top” yang efektif tentang
pentingnya kejujuran dan perilaku etis dengan mendukung toleransi nol manajemen terhadap
kecurangan.
Pengawasan oleh komite audit juga berfungsi sebagai penghalang dilakukannya
kecurangan oleh manajemen senior. Sebagai contoh, untuk meningkatkan kemungkinan bahwa
setiap upaya oleh manajemen senior untuk melibatkan pegawai dalam melakukan atau menutupi
kecurangan dapat segera terungkap, pengawasan harus mencakup:
 Pelaporan langsung temuan-temuan penting oleh audit internal kepada komite audit.
 Laporan periodik oleh pejabat etika tentang whistleblowing.
 Laporan lain tentang tidak adanya perilaku etis atau kecurangan yang dicurigai.

Karena komite audit memiliki peran penting dalam menetapkan “tone at the top” yang tepat
dan mengawasi tindakan manajemennya, PCAOB Standard 5 mengharuskan auditor perusahaan
publik mengevaluasi efektivitas komite audit sebagai bagian dari evaluasi auditor mengenai
keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Sebagai bagian dari
evaluasi ini, auditor mungkin mempertimbangkan independensi komite audit dari manajemen.
Auditor eksternal dapat mengumpulkan informasi dengan mengamati interaksi antara tim audit,
komite audit, dan audit internal mengenai tingkat komitmen komite audit dalam mengawasi proses
pelaporan keuangan. PCAOB Standard 5 menyatakan bahwa pengawasan yang tidak efektif oleh
komite audit dapat menjadi indikator yang kuat bahwa ada kelemahan yang material dalam
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

E. MERESPONS RISIKO KECURANGAN


Respon auditor terhadap risiko kecurangan meliputi hal-hal berikut :
1. Mengubah pelaksanaan prosedur audit secalah keseluruhan.
2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk merancang risiko kecurangan
3. Merancang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian pengendalian oleh
manajemen

Mengubah Pelaksanaan Audit Secara Keseluruhan


Auditor dapat memilih di antara beberapa respon secara keseluruhan bila risiko kecurangan
meningkat. Jika risiko salah saji akibat kecurangan meningkat, personil yang lebih berpengalaman
dapat ditugasakan dalam audit itu.
Pelaku kecurangan sering kali sudah mengetahui prosedur sudut yang akan dilaksankan. Karena
alasan ini, standar audting mengharuskan auditor memasukan unsur ketidak terdugaan dalam
rencana audit.

8
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Audit untuk Menangani Risiko Kecurangan
Prosedur audit yang tepat yang digunakan untuk menangani risiko kecurangan tertentu tergantung
pada akun yang diaudit dan jenis risiko kecurangan yang diidentifikasikan.
Selain itu, Auditor juga harus mempertimbangkan prinsip akuntansi yang dipilih
manajemen yang melibatkan pengukuran yang subjektif atau transaksi yang kompleks

Merancang dan Melaksanakan Prosedur untuk Menangani Pengabaian Pengendalian oleh


Manajemen
Risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen selalu ada dalam hampir semua audit. Karena
manajemen memiliki posisi yang untuk melakukan kecurangan dengan mengabaikan
pengendalian yang sebenarnya berjalan efektif, dalam setiap audit auditor harus melaksanakan
prosedur untuk menangani risiko pengabaian oleh manajemen. Adapun 3 prosedur yang harus
dilaksakan dalam setiap audit antara lain:
 Memeriksa Ayat Jurnal dan Penyesuaian Lainnya untuk Mencari untuk Mencari Bukti
Salah Saji yang Mungkin Akibat Kecurangan
 Mereview Estimasi Akuntansi untuk Mengetahui Adanya Biasa
 Mengetahui Dasar Pemikiran Bisnis untuk Transaksi Tidak Biasa yang Signifikan

Memutakhirkan Proses Penilaian Risiko


Penilaian risiko salah saji yang material akibat kecurangan harus terus dilakukan auditor sepanjang
audit dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian risiko lainnya. Adapun beberapa hal yang
harus diwaspadai oleh auditor dalam melakukan proses audit antara lain:
 Perbedaan dalam catatan akuntansi
 Bukti audit yang bertentangan atau hilang
 Hubungan yang serba salah atau tidak biasa antara auditor dan manajemen
 Hasil dari prosedur substantif atau prosedur analitis pada tahap review akhir yang
mengindikasikan risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui
 Jawaban yang tidak jelas atau tidak masuk akal atas pertanyaan yang diajukan selama audit
atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan informasi lainnya

F. BIDANG-BIDANG RISIKO KECURANGAN YANG SPESIFIK


 Risiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Usaha
Dua akun dalam suatu entitas yang rentan terhadap manipulasi dan pencurian adalah akun
piutang dan pendapatan. Hal ini dibuktikan oleh studi yang dilakukan oleh COSO yang
menemukan bahwa lebih dari sebagian kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan
itu melibatkan piutang usaha dan pendapatan. Demikian pula, sebab penjulan itu sering
sekali dilakukan secara tunai atau cepat dikonversi menjadi kas, dan kas ini juga sangatlah
rentan terhadap adanya pencurian ini

Risiko Pelaporan Keuangan Yang Curang Atas Pendapatan

9
Ada beberapa alasan yang membuat pendapatan rentan terhadap manipulasi. Alasan yang
terpenting adalah bahwa pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar dalam laporan
laba-rugi, sehingga satu salah saji yang hanya merupakan persentase yang kecil dari
pendapatan masih bisa berdampak besar terhadap laba.
Alasan lainnya mengapa pendapatan rentan terhadap manipulasi adalah sulitnya
menentukan wakut yang tepat untuk mengakui pendapatan dalam waktu yang tepat untuk
mengakui pendapatan dalam banyak situasi.
Dalam manipulasi pendapatan, ada tiga jenis utama manipulasi pendapatan yaitu :
1. Pendapatan fiktif
2. Pengakuan pendapatan prematur
3. Manipulasi atas penyesuaian pedapatan

1. Pendapatan Fiktif
Biasanya pelaku berusaha keras untuk menciptakan pendapatan fiktif, dengan cara
menciptakan kebijakan fiktif, serta melibatkan puluhan jumlah karyawan.
2. Pengakuan Pendapatan Prematur
Seringnya, sebuah perusahaan mempercepatwaktu untuk melakukan pengakuan
pendapatan untuk memperoleh target pandapatan serta penjualan. Misalnya saja
perusahaan mengakui pendapatan periode berikutnya pada periode ini
3. Manipulasi atas Penyesuaian Pendapatan
Penyesuaian yang umumnya digunakan untuk pendapatan adalah menyangkut retur
penjualan serta alokasi dari penjualan. Biasanya perusahaan menyembunyikan
retur dari auditor. Adapun maksud dari tindakan ini adalah agar penjualan dan
pendapatan menjadi lebih besar. Selain itu, perusahaan juga biasanya mengecilkan
beban tagihan macet, dengan cara mengecilkan alokasi dari piutang ragu-ragu. Hal
ini dilakukan sebab alokasi tersebut berkaitan dengan umurpiutang, perusahaan
mengubah umur piutang sehingga menjadi tampak lebih muda.

Tanda-Tanda Peringatan Kecurangan Pendapatan.


Ada banyak tanda peringatan atau gejala yang mengindikasikan kecurang pendapatan. Dua
di antara yang paling bermanfaat adalah prosedur analitis dan perbedaan dokumenter.
1. Prosedur Analitis
Pada prosedur ini sering kali memberikan isyarat bahwa terdapat kecurangan.
Adapun prosedur analitis yang sering digunakan untuk menemukan terjadinya
kecurangan yakni “persentase laba kotor” serta “perputaran piutang”.
2. Perbedaan Dokumenter
Pada transaksi fiktif jarang sekali memiliki tingkat bukti dokumenter yang sama
seperti dalam transaksi yang sah atau legal. Sebagai contoh ketidak-detilan dari
transaksi fiktif yang tidak bisa menyamai transaksi legal dari segi detail bukti
dokumenter.

Penyalahgunaan Penerimaan yang Melibatkan Kas

10
Meskipun penyalahgunaan penerimaan kas jarang sematerial pelapor pendapatan yang
curang. Kecurangan semacam ini dapat berdampak buruk terhadap organisasi karena
aktiva langsung hilang.
Penyalahgunaan kas yang tipikal menyangkut tidak dicatatnya penjualan yang kemudian
diikuti oleh penyesuaian terhadap piutang usaha pelanggan untuk menyembunyikan
pencurian itu

1. Kelalaian Pencatat Penjualan


Merupakan salah satu bentuk kecurangan yang paling susah dideteksi adalah ketika
penjualan itu tidak dicatat dan kemudian kas dari penjualan tersebut dicuri.
Kecurangan ini mudah untuk dideteksi apabila barang yang dikirim kepada
customer secara kredit.
2. Pencurian Penerimaan Kas Setelah Penjualan Dicatat
Jauh lebih sulit menyembunyikan pencurian penerimaan kas setelah penjualan
sudah dicatat. Jika pembayaran dari seseorang dicuri, penagihan berkala atas
rekening yang belum dibayar akan dengan cepat membongkar kecurangan itu.
Akibatnya untuk menyembunyikan pencurian, si pelaku harus mengurangi
rekening pelanggan dengan salah satu dari tiga cara :
a. Mencatat suatu retur penjualan atau pengiurangan harga
b. Menghapus rekening pelanggan
c. Mencatat pembayaran dari pelanggan lain dalam rekening pelanggan itu,
yang dikenal sebagai lapping.

Tanda-tanda Peringatan dan Penyalahagunaan Pendapatan dan Penerimaan Kas


Pencurian dan penerimaan kas terkait yang nilai nya relatif kecil dapat dicegah dan
dideteksi dengan baik oleh pengendalian internal yang dirancang untuk meminimalkan
kesempatan melakukan kecurangan. Untuk melakukan kecurangan yang lebih besar,
prosedur analitis dan perbandingan lainnya mungkin bisa membantu.

 Risiko Kecurangan Persediaan


Persediaan kerap kali merupakan akun terbesar dalam neraca banyak perusahaan, dan
auditor sering merasa sulit memverifikasi eksistensi dan penilaian persediaan. Akibatnya,
persediaan rentan terhadap manipulasi oleh manajer yang ingin mencapai tujuan pelaporan
keuangan tertentu.

Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang Untuk Persediaan


Persediaan fiktif telah menjadi pusat dari beberapa kasus besar pelaporan keuangan yang
curang. Banyak perusaahaan besar memiliki persediaan yang sangat beragam dan
berjumlah besar dibanyak lokasi , sehingga relatif mudah bagi perusahaan untuk
menambah persediaan fiktif pada catatan akuntansi.

11
Dalam beberapa kasus yang melibatkan persediaan fiktif, auditor sudah lebih dulu
memberi tahu klien lokasi persediaan mana yang akan diuji. Akibatnya, relatif mudah bagi
klien untuk memindahkan persediaan ke lokasi-lokasi yang diuji.

Tanda-tanda Peringatan Kecurangan Pesediaan. Serupa dengan penipuan yang


melibatkan piutang usaha, banyak tanda peringatan atau gejala yang berpotensi
menunjukan kecurangan persediaan. Prosedur analitis sangat efektif untuk mendeteksi
kecurangan persediaan.

1. Prosedur analitis
Prosedur analitis, terutama persentasi marjin kotor dan perputaran persediaan,
sering kali membantu membongkar kecurangan persediaan. Persediaan fiktif akan
mengurangsajikan harga pokok penjualan dan melebihsajikan marjin kotor.
Persediaan fiktif juga memperkecil perputaran persediaan.

 Risiko Kecurangan dalam Pembelian dan Utang Usaha


Kasus pelaporan keuangan yang curang yang melibatkan utang usaha relatif umum ditemui
meskipun lebih jarang bila dibandingkan dengan kecurangan yang melibatkan persediaan
atau piutang usaha. Kurang saji yang disengaja atas utang usaha biasanya menghasilkan
kurang saji pembelian dan harga pokok penjualan serta lebih saji laba bersih.
Penyalahgunaan yang signifikan yang melibatkan pembelian juga dapat terjadi dalam
bentuk pembayaran kepada vendor fiktif, serta suap dan perjanjian ilegal lainnya dengan
pemasok.

Risiko Laporan Keuangan yang Curang untuk Utang Usaha


Perusahaan mungkin melakukan upaya yang sengaja untuk mengurangsajikan utang usaha
dan melebih sajikan laba. Hal ini dapat dicapai dengan tidak mencatat utang usaha sampai
periode berikutnya, atau dengan mencatat penurunan fiktif utang usaha.

Penyalahgunaan dalam siklus Akuisisi dan Pembayaran


Kecurangan yang paling umum dalam siklus akuisisi adalah si pelaku melakukan
pembayaran kepada vendor fiktif dan menyimpan uang itu dalam rekening fiktif.
Kecurangan ini dapat dicegah dengan menetapkan bahwa pembayaran hanya akan
dilakuakan kepada vendor yang sudah disetujui dan dengan meneliti secara cermat
dokumentasi yang mendukung akuisisi itu oleh personil yang berwenang sebelum
pembayaran dilakukan.

 Bidang-bidang risiko kecurangan lainnya


Meskipun beberapa akun lebih rentang dibandingkan yang lain, hampir semua akun dapat
dimanipulasi. Berikut beberapa akun lain yang risiko pelaporan keuangan yang curang atau
menyalahgunakan yang spesifik :

12
Aset Tetap
Aset tetap, yang merupakan akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, seringkali
didasarkan pada penilaian yang ditetapkan secara subjektif. Akibatnya, aset dapat menjadi
sasaran manipulasi, terutama bagi perusahaan yang tidak memiliki piutang atau persediaan
yang material.

Beban Penggajian
Perusahaan mungkin saja melebihsajikan persediaan dan laba bersih dengan mencatat
biaya tenaga kerja berlebihan dalam persediaan. Namun demikian, sebenarnya kecurangan
dalam penggajian yang melibatkan penyalahgunaan aktiva itu cukup umum terjadi
walaupun nilai yang terlibat di dalamnya seringkali bersifat tidak material.
Ada dua kecurangan yang umumnya terjadi yaitu :
1. Penciptaan pegawai fiktif
Kecurangan ini bisa dicegah dengan melakukan pemisahan sumber daya manusia
dengan fungsi penggajian.
2. Lebih saji jumlah jam kerja karyawan
Kecurangan ini bisa dicegah dengan menggunakan mesin time lock yang
merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mencetak jam datang serta jam
pulang dari para pegawai atau dengan persetujuan jam kerja.

G. TANGGUNG JAWAB BILA DICURUGAI ADA KECURANGAN


Kecurangan sering kali terdeteksi melaui penerimaan tip anonim, oleh review manajemen, audit
internal, atau secara kebetulan. Auditor eksternal mendeteksi persentase kecurangan yang relative
kecil, tetapi kemungkinan besar akan mendeteksinya apabila kecurangan itu memiliki dampak
yang material terhadap laporan keuangan.

Merespons Salah Saji yang Mungkin Ditimbulkan oleh Kecurangan


Apabila dicurigai ada kecurangan, auditor akan mengumpulkan informasi tambahan untuk
menentukan apakah kecurangan itu memang ada. Sering kali, auditor memulai dengan mengajukan
pertanyaan tambahan kepada manajemen dan pihak lainnya.

Penggunaan Pengajuan Pertanyaan


Pengajuan pertanyaan dapat menjadi teknik pengumpulan bukti audit yang efektif. Wawancara
akan memungkinkan auditor menjernihkan masalah yang tidak teramati dan mengamati respons
lisan serta nonlisan responden serta dapat membantu mengidentifikasi masalah-masalah yang tidak
tercantum dalam dokumentasi atau konfirmasi. Pengajuan pertanyaan sebagai teknik pengumpulan
bukti audit harus disesuaikan dengan tujuan penggunannya.

Kategori Pengajuan Pertanyaan


Auditor dapat menggunakan salah satu atau lebih dari 3 kategori pengajuan pertanyaan
berdasarkan tujuan auditor, yaitu:

13
1. Pengajuan pertanyaan informasional (informational inquiry)
Auditor dapat menggunakan pengajuan pertanyaan informasional untuk memperoleh
informasi tentang fakta dan detail yang belum dimiliki auditor, biasanya mengenai
peristiwa atau proses di masa lalu atau yang sedang berjalan saat ini. Auditor sering kali
menggunakan pengajuan pertanyaan informasional ketika mengumpulkan bukti tindak
lanjut mengenai program dan pengendalian atau bukti lain menyangkut salah saji atau
kecurigaan kecurangan yang terungkap selama audit dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden memberikan detail peristiwa, proses,
atau situasi.
2. Pengajuan pertanyaan penilaian (assessment inquiry)
Auditor dapat menggunakan pengajuan pertanyaan penilaian untuk menguatkan atau
menyangkal informasi sebelumnya. Auditor sering kali memulai pengajuan pertanyaan
penilaian dengan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya umum dan terbuka yang
memungkinkan si terwawacara memberikan respons yang terinci, yang nantinya dapat
ditindaklanjuti dengan pertanyaan yangb lebih khusus. Salah satu kegunaan pengajuan
pertanyaan ini yang biasa dilakukan adalah untuk memperkuat jawaban manajemen atas
pengajuan pertanyaan sebelumnya dengan mengajukan pertanyaan kepada pegawai
lainnya.
3. Pengajuan pertanyaan interogatif (interrogative inquiry)
Pengajuan pertanyaan interrogative sering digunakan untuk memastikan apakah setiap
individu berbohong atau sengaja tidak mengungkapkan pengetahuan penting tentang fakta,
peristiwa, atau situasi penting. Sering kali, pengajuan pertanyaan interogatif bersifat
konfrontasional, karena orang-orang yang ditanya mungkin bersikap defensif ketika
menutup-nutupi bahwa mereka mengetahui fakta, peristiwa, atau situasi tertentu. Pada saat
menggunakan pengajuan pertanyaan interogatif, sering kali auditor mengajukan
pertanyaan khusus dan terarah dengan meminta jawaban “ya” atau “tidak”. Wawancara
interogatif harus dilakukan oleh anggota senior tim audit yang sudah berpengalaman dan
sangat mengenal urusan klien.

Mengevaluasi Respons atas Pengajuan Pertanyaan


Agar pengajuan pertanyaan efektif, auditor harus terampil menyimak dan mengevaluasi respons
atas pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan tindak lanjut yang efektif sering kali menghasilkan
informasi yang lebih baik untuk menilai apakah memang ada kecurangan. Teknik menyimak yang
baik serta pengamatan atas petunjuk perilaku akan mempertajam teknik pengajuan pertanyaan
auditor.

Teknik Menyimak
Sangat penting bagi auditor untuk memanfaatkan keterampilan menyimak yang efektif selama
proses pengajuan pertanyaan. Auditor harus terus memperhatikan dengan mempertahankan kontak
mata, mengangguk sebagai tanda setuju, atau memperlihatkan tanda-tanda pemahaman lain.
Auditor juga harus berusaha untuk tidak membentuk terlebih dahulu ide-ide tentang informasi
yang diberikan.

14
Mengamati Petunjuk Perilaku
Auditor yang mahir dalam menggunakan pengajuan pertanyaan akan mengevaluasi petunjuk lisan
dan nonlisan ketika mendengarkan pihak yang diwawancarai. Petunjuk-petunjuk lisan,, dapat
mengindikasikan kegugupan, ketidaktahuan, atau bahkan kebohongan responden. Penggunaan
pengajuan pertanyaan juga memungkinkan auditor mengamati perilaku nonlisan. Investigator
yang berpengalaman akan memperhatikan bahwa subjek yang tidak nyaman memberikan jawaban
atas pertanyaan yang sering kali mempertontonkan banyak perilaku nonlisan. Auditor yang belum
berpengalaman harus berhati-hati ketika mereka mulai melihat sikap yang tidak biasa, dan mereka
harus mendiskusikan kekhawatirannya dengan anggota senior tim audit sebelum melakukan apa
pun untuk merespons perilaku itu.

Tanggung Jawab Lain Apabila Dicurigai Ada Kecurangan


Apabila auditor curiga bahwa mungkin ada kecurangan, standar auditing mengharuskan auditor
memperoleh bukti tambahan untuk menetukan apakah kecurangan yang material sudah terjadi.

Analisis Perangkat Lunak Audit


Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA untuk menentukan
apakah mungkin ada kecurangan. Auditor menggunakan perangkat lunak audit, termasuk alat
bantu spreadsheet dasar seperti Excel, untuk memilah transaksi atau saldo akun ke dalam beberapa
subkategori guna diuji lebih lanjut. Auditor juga memakai alat bantu spreadsheet dasar, seperti
Excel, untuk melaksanakan prosedur analitis pada tingkat disagregat. Tren yang tidak biasa, yang
tidak teramati pada tingkat agregat, mungkin terdeteksi bila data dianalisis secara lebih terinci.

Pengujian Substantif yang Diperluas


Auditor juga dapat memperluas prosedur substantive lainnya untuk menanggapi risiko kecurangan
yang lebih tinggi. Dalam beberapa contoh, auditor mungkin mengkonfirmasi setiap transaksi, dan
bukan keseluruhan saldo akun, terutama untuk transaksi bernilai besar yang dicatat menjelang
akhir tahun.
Sering kali risiko kecurangan ini tinggi untuk akun-akun yang didasarkan pada estimasi
subjektif manajemen. Untuk menanggapi risiko yang lebih tinggi bahwa manajemen
menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam mengestimasi saldo akun, seperti penyisihan untuk
keusangan persediaan, auditor dapat memanfaatkan spesialis guna membantu mengevaluasi
keakuratan dan kelayakan asumsi-asumsi kunci.

Implikasi Audit Lainnya


Standar auditing mengharuskan auditor memperhitungkan implikasi bagi aspek audit lainnya.
Sebagai contoh, kecurangan yang melibatkan penyalahgunaan kas dari dana kas kecil yang
berjumlah sedikit biasanya dianggap tidak signifikan oleh auditor, kecuali masalah itu melibatkan
manajemen dari tingkat yang lebih tinggi, yang mungkin mengindikasikan persoalan yang lebih
luas menyangkut integritas manajemen. Hal ini mungkin menunjukkan kepada auditor akan

15
perlunya mengevaluasi kembali penilaian risiko kecurangan serta dampaknya terhadap sifat,
waktu, dan luas bukti audit.
Apabila auditor menetapkan bahwa kecurangan mungkin saja terjadi, standar auditing
mengharuskan auditor membahas masalah itu serta pendekatan audit untuk investigasi lebih lanjut
dengan tingkat manajemen yang tepat, sekalipun masalah itu mungkin dianggap tidak penting.
Tingkat manajemen yang tepat paling tidak harus satu tingkat di atas orang-orang yang terlibat,
serta manajemen senior dan komite audit. Jika auditor yakin bahwa manajemen senior mungkin
terlibat dalam kecurangan itu, auditor harus membahas masalahnya langsung dengan komite audit.
Penemuan bahwa ada kecurangan juga berimplikasi bagi laporan auditor perusahaan publik
mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan. PCAOB Standard 5 menyataka bahwa
kecurangan sebesar berapa pun oleh setidaknya manajemen senior harus dianggap sebagai
defisiensi yang signifikan, dan mungkin merupakan kelemahan yang material dalam pengendalian
internal atas pelaporan keuangan. Hal ini mencakup kecurangan oleh manajemen senior yang
menimbulkan salah saji yang tidak material sekalipun. Jika auditor memutuskan bahwa
kecurangan oleh manajemen senior merupakan kelemahan yang material, laporan auditor
mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan akan memuat pendapat tidak wajar.

16

Anda mungkin juga menyukai