Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN PENGHIMPUNAN DATA SURVEILANS

DI PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG TAHUN 2018

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Surveilans Kesehatan Masyarakat


“Identifikasi Surveilans Penyakit Common Cold, Pharingitis, dan Hipertensi
Primer”

OLEH
KELOMPOK 11

Elmia Wijaya Wati 1710912320017


Muhammad Hasmi Fadhilah 1710912310036
Rada Helmina 1710912320051
Rena Fitriyanti 1710912220034
Sri Ikhza Muliyani 1710912220039

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan laporan identifikasi dan penghimpunan data
survailans di puskesmas Guntung Payung tahun 2018 yang berjudul “Identifikasi
Surveilans Penyakit Common Cold, Pharingitis, dan Hipertensi Primer”.
Penulisan laporan merupakan salah satu kewajiban untuk menyelesaikan tugas
“Survailans” yang ada di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
pada Program Studi Kesehatan Masyarakat.
Dalam penulisan laporan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan
ini, serta rekan-rekan mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Lambung
Mangkurat, dan secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan motivasi serta pengertian yang
besar kepada kami, baik selama mengikuti pelajaran maupun dalam
menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik pada
teknik penulis maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi
kami sehingga tujuan yang kami harapkan dapat tercapai, Amin.

Banjarbaru, 28 November 2018

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ....................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan..................................................................................... 5
C. Manfaat................................................................................... 6
BAB II ANALISIS DATA SURVAILANS PENYAKIT ........................ 7
A. Analisis Data Menurut Orang ................................................ 7
B. Analisis Data Menurut Tempat .............................................. 13
C. Analisis Data Menurut Waktu ................................................ 14
BAB III PENUTUP .................................................................................. 17
A. Kesimpulan............................................................................. 17
B. Saran ....................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Analisis Penyakit Common Cold, Pharingitis, dan Hipertensi


Primer Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................... 9
2.2. Analisis Penyakit Common Cold, Pharingitis, dan Hipertensi ...
Primer Berdasarkan Usia .............................................................. 11
2.3. Analisis Penyakit Common Cold, Pharingitis, dan Hipertensi
Primer Berdasarkan Kunjungan Kasus ......................................... 12
2.4. Analisis Penyakit Common Cold, Pharingitis, dan Hipertensi
Primer Berdasarkan Kunjungan Kasus Perwilayah UPT
Puskesmas Guntung Payung ......................................................... 14
2.5. Analisis Penyakit Common Cold, Pharingitis, dan Hipertensi
Primer Berdasarkan Kejadian Kasus Perbulan ............................. 15

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Analisis Data Menurut Orang, Tempat dan Waktu ......................... 18

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Sumber Buku yang diambil
2. Sumber Jurnal yang diambil
3. Mapping Penyakit yang ada di Puskesmas Guntung Payung.

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.
Konsep sehat sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor di luar kenyataan klinis yang mempengaruhi terutama faktor sosial
budaya. Pengetahuan masyarakat tentang konsep sehat dan sakit yang benar akan
membuat masyarakat mengerti bagaimana memberdayakan diri untuk hidup sehat
dan kebiasaan mereka untuk mempergunakan fasilitas kesehatan yang ada. Hal ini
merupakan dua dari empat grand strategy yang dilakukan Departemen Kesehatan
untuk mewujudkan visinya yaitu “memandirikan masyarakat untuk hidup sehat”
dengan misi “membuat masyarakat sehat” (1).
Transisi penyakit di Indonesia mulai ditandai dengan semakin
meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular yang dirawat inap di beberapa
rumah sakit. Peningkatan ini menempatkan penyakit tidak menular menjadi
penyakit utama rawat inap di berbagai fasilitas kesehatan. Karena itu seharusnya
transisi epidemiologi juga menyebabkan terjadinya transisi kebijakan yang
menyeluruh. Penyakit tidak menular sering disebut sebagai penyakit kronis. Di
berbagai negara yang termasuk negara berkembang, peningkatan penyakit ini
terjadi secara cepat dan memberikan dampak yang sangat signifikan pada sisi
sosial, ekonomi dan kesehatan. WHO sendiri memperkirakan bahwa pada tahun
2020, penyakit tidak menular akan menyebabkan 73% kematian secara global dan
memberikan kontribusi bagi penyebab kematian secara global atau global burden
of disease sebesar 60%. Permasalahannya adalah sekitar 80% dari penyakit tidak
menular ini justru terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah atau yang
sering disebut sebagai low and middle income countries (1,2).
Hasil Riset kesehatan Dasar tahun 2018 menyebutkan penyakit tidak
menular di Indonesia meningkat dibandingkan pada tahun 2013. Berdasarka

1
2

dataRiskesdas 2018 menunjukkan peningkatan penyakit hipertensi naik dari


25,8% jadi 34,1%. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan
dengan pola hidup seperti jumlah perokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, serta
konsumsi buah dan sayur. Sejak tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja usia
10-18 tahun terus meningkat, yaitu 7,2% (Riskesdas 2013), 8,8% (Survei
Indikator Kesehatan Nasional 2016) dan kembali naik jadi 9,1% (Riskesdas
2018). Data proporsi konsumsi minuman beralkohol pun meningkat dari 3%
menjadi 3,3%. Demikian juga proporsi aktivitas fisik kurang juga naik dari 26,1%
menjadi 33,5% dan 0,8% mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. Hal
lainnya adalah proporsi konsumsi buah dan sayur kurang pada penduduk di atas
lima tahun masih sangat bermasalah, yaitu sebesar 95,5% (3,4).
Common cold disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali
dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri
telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Priode prevelensi common cold dihitung
dalam kurun waktu 1 bulan terakhir. Lima provinsi dengan kasus common cold
tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%),
Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2007,
Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan common cold.
Priode prevelensi common cold Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak
jauh berbeda dengan 2007 (25,5%). Karakteristik penduduk dengan common cold
yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1–4 tahun (25,8%). Menurut jenis
kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini lebih banyak
dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah
dan menengah bawah (5,6).
Hipertensi primer adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh
darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain,
terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Didefinisikan sebagai
hipertensi jika pernah didiagnosis menderita hipertensi atau penyakit tekanan
3

darah tinggi oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) atau belum pernah


didiagnosis menderita hipertensi primer tetapi saat diwawancara sedang minum
obat medis untuk tekanan darah tinggi (minum obat sendiri). Kriteria hipertensi
primer yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis
JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk
umur ≥18 tahun, maka prevalensi hipertensi primer berdasarkan pengukuran
tekanan darah dihitung hanya pada penduduk umur ≥18 tahun. Mengingat
pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk umur ≥15 tahun maka
temuan kasus hipertensi pada umur 15-17 tahun sesuai kriteria JNC VII 2003 akan
dilaporkan secara garis besar sebagai tambahan informasi. Prevalensi hipertensi
primer di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun
sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung 30,9%, diikuti Kalimantan
Selatan 30,8%, Kalimantan Timur 29,6% dan Jawa Barat 29,4%. Prevalensi
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4%, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum
obat sebesar 9,5%. Jadi, ada 0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang
mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar
0.7%. Jadi prevalensi hipertensi primer di Indonesia sebesar 26,5% (25,8% + 0,7
%) (5,7,8).
Tingginya kejadian dan kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM)
menjadikan pengendaliannya penting dilakukan. Deteksi dini serta pengobatan
yang tepat membuat pengendalian PTM lebih baik. Surveilans kasus dan faktor
risiko PTM menjadi strategi untuk pencegahan, pengendalian tepat serta terpadu
oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat. Surveilans faktor risiko PTM berbasis
Posbindu merupakan bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
(UKBM) dibawah pembinaan Puskesmas. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Posbindu PTM) adalah kegiatan yang melibatkan peran
masyarakat untuk melakukan deteksi dini serta pemantauan faktor risiko PTM
utama. Pelaksanaan Posbindu dilakukan pada sasaran usia >15 tahun secara
terpadu, rutin, dan periodik (5,9).
4

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Kepmenkes RI No.1116


tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan menyebutkan bahwa surveilans adalah proses pengumpulan,
pengolahan, analisis, interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta
melakukan penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan. Surveilans
epidemiologi dilaksanakan dengan dua cara yaitu pasif dan aktif. Surveilans pasif
merupakan pengumpulan keterangan tentang kejadian penyakit dalam masyarakat
yang dilakukan oleh unit surveilans mulai dari tingkat puskesmas sampai ke
tingkat nasional. Sementara aktif merupakan pengumpulan data terhadap satu atau
lebih penyakit tertentu, dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan yang telah
ditugaskan untuk hal tersebut (10,11)
Salah satu langkah nyata yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah
dengan menyediakan Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
sebagai wadah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas
memiliki banyak peranan vital, mulai dari peran preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif, sehingga dianggap sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Puskesmas merupakan unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah
kecamatan. Pelaksanaan surveilans epidemiologi merupakan salah satu upaya
untuk mengatasi masalah penyakit menular maupun penyakit tidak menular,
mengurangi kesakitan, mencegah kematian, penyembuhan penderita dan
mencegah terjadinya peningkatan penyakit. Puskesmas dalah lingkup surveilans
epidemiologi yang mampu memberikan dukungan berupa sarana pelayanan
kesehatan yang mempunyai tugas pelayanan, pembinaan dan pengembangan
upaya kesehatan secara paripurna bekerja sama dengan Kabupaten atau Kota
melalui Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dalam menyelenggarakan
surveilans dengan baik, teratur, sistematis dan berkesinambungan sehingga
pencegahan dan penanggulangan penyakit dapat berjalan secara efektif (12).
5

Kota banjarbaru sebagai salah satu Kota di Provinsi Kalimantan Selatan


memiliki beberapa Kecamatan yang di dalamnya terdiri dari cakupan wilayah
kerja Puskesmas, yang memiliki tugas untuk mengendalikan kasus penyakit di
wilayahnya dengan salah satu caranya ialah sistem surveilans. Wilayah kerja Unit
Pelayanan Teknis (UPT) Puskesmas Guntung Payung terletak di Kecamatan
Landasan Ulin memiliki wilayah seluas ± 9.242 Ha (24,89% dari luas wilayah
Kota Banjarbaru), yang terbagi menjadi 4 kelurahan yaitu Kelurahan guntung
Payung, kelurahan Guntung Manggis, Kelurahan Landasan ulin Timur, dan
Kelurahan Syamsuddin Noor. Luas wilayah Kelurahan Guntung Payung adalah
1.525 Ha (16,50% dari luas wilayah Kecematan Landasan Ulin) dengan 13 RT
dan 3 RW dengan jumlah penduduk 6.474 jiwa dengan kepadatan 4,25 Jiwa/HA
(13). Sedangkan pada wilayah kelurahan Syamsudinoor memiliki luas wilayah
sebesar 18,67 Km2.
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penyusunan laporan ini
adalah untuk mengidentifikasi dan menghimpun data surveilans sepuluh penyakit
tertinggi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung dan dari data
tersebut terdapat tiga besar penyakit tertinggi yang selalu ada disetiap bulan dari
Januari-September 2018 yaitu common cold, pharingitis dan hipertensi primer.
Jadi penting adanya untuk terus melakukan interpretasi data terhadap penyakit
terbanyak yang terjadi di wilayah tersebut mulai dari catatan harian, mingguan,
bulanan, hingga tahunan, agar kontrol lebih mudah dilakukan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan survailand ini adalah untuk mengidentifikasi dan
menghimpun data surveilans penyakit tertinggi di Puskesmas Guntung Payung.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang terdapat dalam laporan survailans ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mendeskripsikan data surveilans penyakit tertinggi.
b. Untuk menganalisis data surveilans penyakit tertinggi.
6

c. Untuk membuat prediksi data penyakit tertinggi


d. Untuk mengidentifikasi rekomendasi yang tepat terkait program surveilans
surveilans penyakit tertinggi di Puskesmas Guntung Payung.

C. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dalam laporan survailan ini adalah sebagai
berikuti:
1. Bagi Mahasiswa diharapkan akan menambah ilmu pengetahuan dan menambah
wawasan terkait surveilans penyakit tertinggi di Puskesmas Guntung Payung
sebagai sarana pembelajaran sekaligus mengaplikasikan ilmu yang sudah di
dapat selama masa perkuliahan yang nantinya dapat digunakan dalam kegiatan-
kegiatan yang akan datang.
2. Bagi pihak Puskesmas dapat memperbaiki kebijakan dan melakukan
peningkatan terkait program surveilans tertinggi.
BAB II
ANALISIS DATA SURVAILANS PENYAKIT

UPT Puskesmas Guntung Payung berada di Kecamatan Landasan Ulin yang


memiliki luas wilayah sebesar ± 9.242 Ha yang terbagi menjadi 4 kelurahan yaitu
kelurahan Landasan Ulin Timur, kelurahan Guntung Payung, kelurahan
Syamsudinoor dan kelurahan Guntung Manggis. Wilayah kerja UPT Puskesmas
Guntung Payung berada di kelurahan Guntung Payung sedangkan cakupan
wilayah kerja puskesmas berada di kelurahan Guntung Payung dan
Syamsudinoor. Pada wilayah kelurahan Guntung Payung memiliki luas sebesar
15,25 Km2 dengan jumlah 13 Rt dan 3 RW yang mana memiliki jumlah penduduk
sebesar 6.474 jiwa dengan kepadatan 5,25 jiwa/Ha. Sedangkan pada wilayah
kelurahan Syamsudinoor memiliki luas wilayah sebesar 18,67 Km2 dengan jumlah
penduduk sebesar 9.087 jiwa. Pada analisis data yang telah dilakukan pada UPT
Puskesmas Guntung Payung pada bulan Januari-September pada tahun 2018
ditemukan 3 penyakit tertinggi yang sering terjadi yaitu penyakit common cold,
pharingitis dan hipertensi primer (13).

A. Analisis Data Menurut Orang


Berdasarkan analisis dari karakteristik jenis kelamin, dapat diketahui bahwa
jenis kelamin perempuan memiliki kecenderungan terkena penyakit lebih tinggi
daripada laki-laki disetiap penyakit tertinggi yang ada di Puskesmas Guntung
Payung yaitu pada penyakit common cold, pharingitis dan hipertensi primer.
Diketahui penyakit common cold menjadi tingkat prevalensi yang tertinggi
dengan total 2489 kejadian yang mana terjadi paling banyak pada jenis kelamin
perempuan dengan total 1418 kejadian diikuti dengan penyakit terbanyak kedua
yatu pharingitis dan hipertensi primer. Pada dasarnya penyakit common cold dan
pharingitis umumnya yang memiliki resiko lebih tinggi adalah yang berjenis
kelamin laki-laki dari pada perempuan, karena laki–laki lebih sering berada di luar

7
8

rumah sehingga keterpaparan udara lebih banyak dari perempuan yang lebih
dominan di dalam rumah (14).
Jenis kelamin laki-laki biasanya dianggap lebih aktif dalam beraktivitas
sehingga mudah untuk kelelahan dan cenderung sistem kekebalan tubuhnya
menurun, dibandingkan jenis kelamin perempuan. Akan tetapi berdasarkan hasil
analisis data UPT Puskesmas Guntung Payung ditemukan jumlah kejadian
cenderung terjadi pada perempuan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
perempuan yang kurang beradaptasi dengan lingkungan kotor membuat daya
tahan tubuh tidak berkembang sempurna dan terutama pada remaja perempuan
biasanya lebih memperhatikan bentuk tubuh dan penampilan sehingga menunda
jadwal makan bahkan hingga mengurangi porsi makanan sehingga membuat daya
tahan tubuh rendah. Hal ini dapat membuat perempuan lebih rentan terhadap
terkenanya pada penyakit common cold ataupun pada pharingitis (15).
Pada penyakit Hipertensi kecenderungan kejadian penyakit juga terjadi pada
jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 704 kejadian sedangkan pada laki-laki
sebesar 411 kejadian. Pada laki-laki hipertensi lebih dikaitkan dengan masalah
pada pekerjaan seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan
pengangguran. Sedangkan pada perempuan hipertensi primer seringkali dikaitkan
dengan kegiatan sehari-hari yang memiliki perilaku tidak sehat seperti pola makan
yang tidak seimbang sehingga menyebabkan kelebihan berat badan, depresi, dan
rendahnya status pekerjaan (16).
9

Gambar 2.1. Analisis Penyakit Common Cold, Pharingitis, dan Hipertensi Primer
Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan
1418

1071

720 704
566
411

Common Cold Pharingitis Hipertensi Primer


Sumber: Data Sekunder dari Bagian Surveilans Puskesmas Guntung Payung

Sedangkan analisis data berdasarkan karakteristik usia, pada penyakit


common cold selalu terjadi disetiap rentang usia yang berarti penyakit common
cold tidak memandang usia untuk menderita penyakit tersebut. Kasus penyakit
common cold terbanyak berada pada rentang usia 1-4 tahun dengan total sebanyak
572 kasus. Bedasarkan Gambar 2.2 pada usia 20-44 tahun kejadian penyakit
common cold juga memiliki jumlah kasus yang tinggi dengan total sebanyak 518
kasus, selanjutnya pada usia ≥45 tahun penyakit common cold mengalami
penurunan yang signifikan dari usia yang sebelumnya.
Usia mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya common cold.
Pada bayi dan balita umumnya terjadi karena penyakit tersebut merupakan
kejadian infeksi pertama serta belum terbentuknya secara optimal proses
kekebalan tubuh secara alamiah. Selain itu imunitas anak belum baik dan lumen
saluran napasnya masih sempit. Oleh sebab itu kejadian common cold pada bayi
dan anak balita akan terjadi dan menimbulkan kasus yang tinggi. Berdasarkan
penelitian bola dkk dalam Shibata dkk. menunjukkan bahwa keadaan tubuh flu
biasa terjadi pada anak-anak (lebih rendah interferon-gamma titer). Oleh karena
itu, kondisi tubuh yang sama mungkin terjadi pada orang dewasa dan hal tersebut
dapat menimbulkan kerentanan terhadap penyakit common cold. Hal tersebut
berarti keadaan fisiologis pada rentang usia 20-44 tahun mengalami penurunan
10

sistem imunitas sehingga kekebalan tubuh seseorang akan menurun dan dapat
mudah terkena penyakit common cold (17, 18).
Sedangkan pada penyakit pharingitis, angka kejadian tertinggi pada rentang
usia 20-44 tahun yaitu sebesar 369 kasus. Berdasarkan Gambar 2.2 kejadian
pharingitis sering terjadi pada anak-anak yaitu mulai rentang usia 1-9 tahun, akan
tetapi terjadi penurunan kasus pada usia 10-19 tahun. Pada usia ≥45 tahun
prevalensi dari pharingitis juga mengalami penurunan dimulai dari 146 kasus
yang sebelumnya sebesar 369 kasus.
Pada seseorang yang terkena tonsilitas (radang amandel) yaitu
pembengkakan dan peradangan pada amandel yang disebabkan infeksi. Tonsilitas
dapat diartikan sebagai contoh dari pharingitis. Aktivitas dari imun tonsil berada
antara umur 3 sampai 10 tahun, karena itu ukuran tonsil paling besar pada usia
anak. Tonsil mulai mengalami involusi secara bertahap pada saat pubertas.
Aktivitas imun tonsil dimulai dari ukuran tonsil yang membesar meningkat pada
umur 11-20 tahun dan kemudian mengalami penurunan ukuran sejalan
bertambahnya usia. Berdasarkan penelitian Crombie dan Barr menyatakan adanya
kecenderungan ukuran tonsil relatif kecil pada umur <7 tahun dan membesar pada
umur 7-15 tahun, sedangkan pada usia tua memiliki ukuran tonsil yang kecil.
Sehingga dapat disimpulkan rentang usia pada anak-anak akan lebih rentan untuk
terkena penyakit pharingitis karena disebabkan adanya fungsi kerja tubuh yang
lebih sensitif dan belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan tubuh
secara alamiah sehingga akan lebih mudah terkena penyakit pharingitis pada
rentang usia anak-anak (15).
11

Gambar 2.2. Analisis Penyakit Common Cold, Pharingitis, dan Hipertensi Primer
Berdasarkan Usia

Common Cold Pharingitis Hipertensi Primer


572
518

441

369
339 327

227 215 179


184
166 146 164 165
119
110 108 77
88 87 75 44
28 42 37
931 300 5 1 0 1
0

0-7 hr 8-28 1 bln- 1-4 th 5-9 th 10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 >70 th
hr <1 th th th th th th th

Sumber: Data Sekunder dari Bagian Surveilans Puskesmas Guntung Payung

Pada penyakit hipertensi primer, Gambar 2.2 menunjukkan bahwa kejadian


penyakit hipertensi primer sering terjadi pada golongan orang dewasa dengan
prevalensi tertinggi sebesar 339 kasus pada rentang usia 45-54 tahun. Pada usia
60-69 tahun juga memiliki angka prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 327 kasus.
Sedangkan pada usia ≤20 tahun penyakit hipertensi primer jarang terjadi, akan
tetapi terdapat 5 kasus penyakit pada usia 1-4 tahun.
Dengan bertambahnya usia, maka tekanan darah juga akan meningkat.
Umumnya ketika seseorang sudah berusia 40 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan karena disebabkan adanya penumpukan zat kolagen pada
lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan
menjadi kaku. Sehingga seseorang akan berisiko mengalami hipertensi dimasa
yang akan datang dikarenakan fisiologi tubuh yang kinerjanya sudah menurun dan
juga dapat disebabkan oleh pola hidup yang buruk sehingga dapat memicu
penyempitan pembuluh darah (16).
12

Gambar 2.3. Analisis Penyakit Common Cold, Pharingitis, dan Hipertensi Primer
Berdasarkan Kunjungan Kasus

Common cold Pharingitis Hipertensi Primer

1503

941
777 818

488
295

Kasus Baru Kasus Lama


Sumber: Data Sekunder dari Bagian Surveilans Puskesmas Guntung Payung

Selanjutnya analisis data berdasarkan karakteristik kunjungan kasus, yaitu


terdapat dua jenis kunjungan yaitu kunjungan kasus baru dan kasus lama.
Berdasarkan Tabel 2.3 diketahui kejadian penyakit commond cold mengalami
kunjungan kasus paling tinggi yaitu sebesar 941 kasus baru. Dapat disimpulkan
bahwa terjadi kenaikan kasus common cold pada UPT Puskesmas Guntung
Payung pada periode Januari-September 2018. Hal tersebut terjadi disebabkan
adanya pemicu dari lingkungan yaitu berupa kebakaran hutan yang terjadi di
sekitar wilayah kerja UPT Puskesmas Guntung Payung. Hal tersebut berdampak
pada polusi udara yang menimbulkan bencana kabut. Hal tersebut juga
menimbulkan dampak bagi kesehatan karena keterpaparan dengan menghirup
polusi udara tersebut sehingga penyakit common cold dapat meningkat. Selain itu,
hal tersebut juga berdampak pada meningkatnya penyakit pharingitis yang
disebakan daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah terkena infeksi virus
atau bakteri baik yang berasal dari kontak langsung ataupun karena tertular (19).
13

B. Analisis Data Menurut Tempat


Berdasarkan hasil analisis dari karakteristik kunjungan penyakait
perwilayah kerja UPT Puskesmas Guntung Payung. Gambar 2.4 menunjukkan
bahwa Kelurahan atau Desa Guntung Payung memiliki prevalensi tertinggi dari
seluruh wilayah kerja UPT Puskesmas Guntung Payung. Hal tersebut dapat dilihat
dari jumlah kunjungan Puskesmas pada penyakit common cold yaitu sebesar 936
kasus, pada pharingitis sebesar 509 kasus dan pada hipertensi primer 437 kasus.
Gambar 2.4 juga menunjukkan adanya kunjunan kasus dari luar wilayah kerja
UPT Puskesmas Guntung Payung yaitu dari kelurahan Guntung Manggis dan dari
kelurahan Landasan Ulin Timur. Selain itu juga terdapat kunjungan kasus dari
luar wilayah kecamatan yaitu terdapat 34 kasus penyakit common cold, pada
pharingitis sebesar 27 kasus dan pada hipertensi primer sebesar 27 kasus.
Pada penyakit common cold dan pharingitis upaya penularannya dapat
bersumber dari udara, kepadatan hunian yang tergolong padat akan memudahkan
penularan patogen penyakit dari satu orang dengan orang lain dalam satu rumah.
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan frekuensi kontak dan kedekatan antara satu
orang dengan orang lainnya dalam satu rumah yang tergolong padat menjadi
semakin tinggi. Sehingga dapat menyebabkan mudahnya penyakit-penyakit
tersebut menular ke orang lain. Kepadatan hunian yang tidak berlebih merupakan
salah satu syarat rumah sehat, oleh karena itu jika semakin padat tempat tinggal
seseorang, maka risiko penularan penyakit common cold dan pharingitis juga
semakin tinggi (20).
Pada penyakit hipertensi primer kasus tertinggi juga terjadi diwilayah
Guntung Payung dan berjumlah sebanyak 437 kasus. Hal tesebut dapat terjadi
dikarenakan faktor wilayah Guntung Payung memiliki kepadatan penduduk yang
tinggi daripada wilayah lain yang mana memiliki jumlah penduduk sebesar 6.474
jiwa dengan kepadatan 5,25 jiwa/Ha. Urbanisasi dianggap sebagai penentu
kesehatan dan menjadi salah satu pendorong utama penyakit tidak menular.
Penduduk kota biasanya lebih berisiko terkena penyakit ini dibandingkan dengan
penduduk desa. Selain itu seseorang yang berada dilingkungan yang kurang sehat
seperti kebiasaan keterpaparan dengan rokok akan berpotensi meningkatkan
14

tekanan darah. Seseorang yang merokok akan mencederai dinding pembuluh


darah dan mempercepat pembentukan ateroklerosis (pengerasan pembuluh darah),
membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan pembuluh darah
untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah.
(21).

Gambar 2.4. Analisis Penyakit Common Cold, Pharingitis, dan Hipertensi Primer
Berdasarkan Kunjungan Kasus Perwilayah UPT Puskesmas Guntung
Payung

Common Cold Pharingitis Hipertensi Primer

936
869

509
437 424
335318
277
207 196 132
122
34 27 27

Guntung Payung Syamsudinoor Guntung Manggis


Landasan Ulin Timur Luar wilayah
Sumber: Data Sekunder dari Bagian Surveilans Puskesmas Guntung Payung

C. Analisis Data Menurut Waktu


Berdasarkan hasil analisis data pada karakteristik kunjungan kasus setiap
bulan, Gambar 2.5 menunjukkan bahwa kejadian kasus common cold selalu
terjadi disetiap bulannya dengan rata-rata kasus sebanyak 262 kasus per bulannya.
Gambar 2.5 juga menunjukkan bahwa kejadian common cold merupakan kasus
yang sering terjadi dan menjadi kasus penyakit tertinggi yang selalu timbul setiap
bulannya selama periode Januari-September tahun 2018. Pada kejadian
pharingitis, Gambar 2.5 menunjukkan kejadian tertinggi terjadi pada bulan
Januari sebesar 296 kasus. Setelah bulan Januari kejadian pharingitis mengalami
penurunan kasus sampai kasus terendah mencapai angka 75 kasus yang terjadi
pada bulan Juni. Pada penyakit hipertensi primer kejadian tertinggi pada bulan
15

Juli yaitu sebesar 161 kasus, kejadian akan penyakit hipertensi primer itu stabil
berada pada bulan Januari-Juni. Pada bulan Agustus kejadian hipertensi primer
mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 72 kasus.

Gambar 2.5. Analisis Penyakit Common Cold, Pharingitis, dan Hipertensi Primer
Berdasarkan Kejadian Kasus Perbulan

Common Cold Pharingitis Hipertensi Primer

296 281 286


267 275 266
251 237
205 198 161
152 154 133 147
118 112 124 139 105 127
99 115 113 95
75 89

Sumber: Data Sekunder dari Bagian Surveilans Puskesmas Guntung Payung

Pada dasarnya secara teori curah hujan yang tinggi yang terjadi pada musim
hujan dapat mempengaruhi penyakit pernafasan. Hal ini curah hujan yang
berlebihan akan membuat rumah menjadi lembab, kebanyakan penderita yang
berada di kawasan padat penduduk karena sirkulasi dan sanitasi yang kurang baik
merupakan penyebab terjadinya penyakit pernafasan. Dampak terjadinya musim
penghujan adalah pada wilayah kepadatan hunian yang akan berpengaruh
terhadap terjadinya cross infection, dimana penderita berada dalam satu ruangan,
maka pada saat batuk atau bersin melalui udara akan mempercepat proses
penularan terhadap orang lain (19).
Pada hipertensi primer kondisi cuaca dapat mempengaruhi kondisi tekanan
darah pada seseorang. Paparan terhadap suhu dingin dapat menyebabkan
vasokontriksi dan takikardia, keduanya akan saling berkontribusi terhadap
peningkatan tekanan darah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah
menjadi lebih tinggi dan mengalami peningkatan sebesar 9 mmHg pada saat
16

musim dingin daripada musim panas. Diketahui aktivasi sistem saraf simpatis dan
sekresi katekolamin meningkat sebagai respons terhadap suhu dingin. Hal ini
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah melalui peningkatan denyut
jantung dan resistensi pembuluh darah perifer (22, 23).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Kota
Banjarbaru sebagai salah satu Kota di Provinsi Kalimantan Selatan memiliki
beberapa Kecamatan yang di dalamnya terdiri dari cakupan wilayah kerja
Puskesmas, yang memiliki tugas untuk mengendalikan kasus penyakit di
wilayahnya dengan salah satu caranya ialah sistem surveilans. Wilayah kerja UPT
Puskesmas Guntung Payung terletak di Kecamatan Landasan Ulin memiliki
wilayah seluas ± 9.242 Ha (24,89% dari luas wilayah Kota Banjarbaru), yang
terbagi menjadi 4 kelurahan yaitu Kelurahan guntung Payung, kelurahan Guntung
Manggis, Kelurahan Landasan ulin Timur, dan Kelurahan Syamsuddin Noor.
Luas wilayah Kelurahan Guntung Payung adalah 1.525 Ha (16,50% dari luas
wilayah Kecematan Landasan Ulin) dengan 13 RT dan 3 RW dengan jumlah
penduduk 6.474 jiwa dengan kepadatan 4,25 Jiwa (13). Sedangkan pada wilayah
kelurahan Syamsudinoor memiliki luas wilayah sebesar 18,67 Km2 dengan jumlah
penduduk sebesar 9.087 jiwa. Pada analisis data yang telah dilakukan pada UPT
Puskesmas Guntung Payung pada bulan Januari-September pada tahun 2018
ditemukan 3 penyakit tertinggi yang sering terjadi yaitu penyakit common cold,
pharingitis dan hipertensi primer.

17
18

Tabel 3.1. Analisi Data Menurut Orang, Tempat dan Waktu

Data Menurut Orang Data Data


Jenis
Jenis Kunjungan Menurut Menurut
Penyakit Usia
kelamin kasus Tempat Waktu

Commond Laki-laki: 0-7 hr: 9 Kasus baru: Guntung Januari: 296


cold 1071 kasus kasus 941 payung: kasus
936 kasus
Perempuan: 8-28 hr: Kasus lama: Februari:
1418 kasus 3 kasus 1503 Syamsudi 251 kasus
noor: 869
1 bln: kasus Maret: 281
227 kasus
kasus Guntung
manggis: April: 267
1-4 th: 424 kasus kasus
575
kasus Landasan Mei: 275
ulin timur: kasus
5-9 th: 196 kasus
441 Juni: 198
kasus Luar kasus
wilayah:
10-14 th: 34 kasus Juli: 286
184 kasus
kasus
Agustus:
15-19 th: 237 kasus
88 kasus
September:
20-44 th: 266 kasus
518
kasus

45-54 th:
179
kasus

55-59 th:
75 kasus

60-69:
119
kasus
19

Data Menurut Orang Data Data


Jenis
Jenis Kunjungan Menurut Menurut
Penyakit Usia
kelamin kasus Tempat Waktu

˃70 th:
44 kasus
Pharingitis Laki-laki: 0-7 hr: 3 Kasus baru: Guntung Januari: 205
566 kasus kasus 488 payung: kasus
509 kasus
Perempuan: 8-28 hr: Kasus lama: Februari:
720 kasus 0 kasus 777 Syamsudi 251 kasus
noor: 335
1 bln: 28 kasus Maret: 112
kasus kasus
Guntung
1-4 th: manggis: April: 152
166 277 kasus kasus
kasus
Landasan Mei: 154
5-9 th: ulin timur: kasus
215 132 kasus
kasus Juni: 75
Luar kasus
10-14 th: wilayah:
110 27 kasus Juli: 133
kasus kasus

15-19 th: Agustus:


87 kasus 105 kasus

20-44 th: September:


369 147 kasus
kasus

45-54 th:
146
kasus

55-59 th:
42 kasus

60-69:
77 kasus

˃70 th:
20

Data Menurut Orang Data Data


Jenis
Jenis Kunjungan Menurut Menurut
Penyakit Usia
kelamin kasus Tempat Waktu

37 kasus
Hipertensi Laki-laki: 0-7 hr: 1 Kasus baru: Guntung Sebesar :
primer 411 kasus kasus 295 payung: 161 kasus
437 kasus perbulan
Perempuan: 8-28 hr: Kasus lama:
704 kasus 0 kasus 818 Syamsudi
noor: 318
1 bln: 0 kasus
kasus
Guntung
1-4 th: 5 manggis:
kasus 207 kasus

5-9 th: 1 Landasan


kasus ulin timur:
132 kasus
10-14 th:
0 kasus Luar
wilayah:
15-19 th: 27 kasus
1 kasus

20-44 th:
108
kasus

45-54 th:
339
kasus

55-59 th:
164
kasus

60-69:
327
kasus

˃70 th:
165
kasus
21

Data Menurut Orang Data Data


Jenis
Jenis Kunjungan Menurut Menurut
Penyakit Usia
kelamin kasus Tempat Waktu

Sumber: Data Sekunder dari Bagian Surveilans Puskesmas Guntung Payung

Berdasarkan analisis data menurut waktu, penyakit tertinggi adalah


penyakit tidak menular yaitu commond cold yang mana kejadian kasus common
cold selalu terjadi disetiap bulannya dengan rata-rata kasus sebanyak 262 kasus
per bulannya dan yang selalu timbul setiap bulannya selama periode Januari-
September tahun 2018. Sedangkan analisis data berdasarkan karakteristik usia
Kasus penyakit common cold terbanyak berada pada rentang usia 1-4 tahun
dengan total sebanyak 572 kasus. Pada usia 20–44 tahun kejadian penyakit
common cold juga memiliki jumlah kasus yang tinggi dengan total sebanyak 518
kasus, selanjutnya pada usia ≥45 tahun penyakit common cold mengalami
penurunan yang signifikan dari usia yang sebelumnya.
Sedangkan penyakit yang tidak menular selanjutnya ada pharingitis dan
hipertensi primer. Pharingitis lebih rentang pada usia anak-anak untuk terkena
penyakit pharingitis karena disebabkan adanya fungsi kerja tubuh yang lebih
sensitif dan belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan tubuh secara
alamiah sehingga akan lebih mudah terkena penyakit pharingitis pada rentang usia
anak-anak. Sedangkan hipertensi primer dikarenakan bertambahnya usia, maka
tekanan darah juga akan meningkat. Umumnya ketika seseorang sudah berusia 40
tahun ke atas, dinding arteri akan mengalami penebalan karena disebabkan adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan
berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Sehingga seseorang akan
berisiko mengalami hipertensi dimasa yang akan datang dikarenakan fisiologi
22

tubuh yang kinerjanya sudah menurun dan juga dapat disebabkan oleh pola hidup
yang buruk sehingga dapat memicu penyempitan pembuluh darah.
Dari hasil identifikasi dan penghimpunan data survailand Puskesmas
Guntung Payung, maka dapat disimpulkan bahawasannya UPT Puskesmas
menerapkan Survailans epidemiologi pasif, hal ini dilihat berdasarkan data
kunjungan pasien ke Puskesmas tersebut dan pernyataan langsung dari pihak
puskesmas. Karena mereka hanya akan melakukan survailands aktif apabila
terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti halnya apabila terjadi penyakit yang
dapat menular.

B. Saran
Dari hasil identifikasi dan penghimpunan data, Puskesmas guntung payung
terbukti menerapkan survailans epidemiologi pasif, sehingga data-data yang
didapatkan hanya menunggu pasien yang berkunjung ke puskesmas. Harapan
untuk pihak Puskemas setelah diadakannya identifikasi dan penghimpunan data
survailans ini, hendaknya para tim surveilans puskesmas Guntung Payung lebih
aktif lagi agar penyakit tersebut mengalami penurunan yang drastis, selain itu
alangkah lebih baiknya agar pihak Puskesmas dapat mempublikasikan data agar
diketahui Dinas Kesehatan, karena dengan demikian harapannya Puskesmas dapat
lebih mendapatkan perhatian dan membantu dalam menangani permasalahan yang
ada di Puskesmas tersebut. Selain itu diharapkan kepada Puskesmas Guntung
Payung agar dapat mengidentifikasi dan menghimpun data dengan sebaik-
baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nugrahaeni DK. Konsep dasar epidemiologi. Jakarta. EGC; 2011.

2. Azzahroh FR, dkk. Gambaran Surveilans Kasus Leptospirosis Berdasarkan


Pelaksanaan Sistem Surveilans Di Kota Semarang (Studi Kasus Di
Puskesmas Dan Dinas Kesehatan Kota Semarang). Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal). 2016;4(4):371-378.

3. Kemenkes RI. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta. Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2018

4. Hidayat HA, Gumilang G. Sistem pakar diagnosis penyakit oleh rokok


dengan metode forward chaining. Jurnal Teknik Informatika. 2017;5(2):1-10.

5. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI; 2013.

6. Widagdo. Masalah dan tatalaksana penyakit anak dengan demam. Jakarta.


CV sagung Seto; 2012.

7. Trisnowati H. Pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan faktor risiko


penyakit tidak menular (studi pada pedesaan di Yogyakarta). Jurnal MKMI.
2018;14(1):17-25.

8. Situmorang PR. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi


pada penderita rawat inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun
2014. Jurnal Ilmiah Keperawatan. 2015;1(1):71-74.

9. Magnus M. Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta. EGC; 2012.

10. Rahmayati E, Hargono A. Implementasi Surveilans Faktor Risiko Penyakit


Tidak Menular Berbasis Posbindu Berdasarkan Atribut Surveilans (Studi di
Kota Surabaya). Jurnal Berkala Epidemiologi. 2017;5(3):276-285.

11. Arwanti D, dkk. Pelaksanaan surveilans epidemiologi di Puskesmas Se-Kota


Kendari Tahun 2016. Jurnal JIMKESMAS. 2016;1(3):1-8.

12. Septyarini P. Survei beberapa faktor risiko penyakit tidak menular di


kabupaten Rembang (studi pada sukarelawan). Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2015;3(1):181-190.

13. Pemerintah KB. Buku Putih Sanitasi Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan
Selatan. Banjarbaru: Pemerintah Kota Banjarbaru; 2017
14. Sari NI, Ardianti. Hubungan umur dan jenis kelamin terhadap kejadian
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Puskesmas Tembilahan
Hulu. An-Naada Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2017;4(1):26-30.

15. Shalihat AO, Novialdi, Lili I. Hubungan umur, jenis kelamin dan perlakuan
penatalaksanaan dengan ukuran tonsil pada penderita tonsilitis kronis di
bagian THT – KL RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2015;4 (3):786-794.

16. Jannah M, Nurhasanah, Nur AM, Riska AS. Analisis faktor penyebab
kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mangasa Kecamatan
Tamalate Makassar. Jurnal PENA. 2017;3(1):410-417.

17. Shibata dkk. Potential common factors associated with predisposition to


common cold in middle-aged and elderly Japanese. Medicine. 2018;97(20):1-
9.

18. Hayati S. Gambaran faktor penyebab infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
pada balita di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Jurnal Ilmu
Keperawatan. 2014;2(1):62-67.

19. Lebuan AW, Agus S. Faktor yang berhubungan dengan infeksi saluran
pernafasan akut pada siswa Taman Kanak – kanak di Kelurahan Dangin Puri
Kecamatan Denpasar Timur tahun 2014. E-Jurnal Medika. 2017;6(6):1-8.

20. Singh S, Ravi S, Gyan PS. Prevalence and associated risk factors of
hypertension: a cross-sectional study in Urban Varanasi. International
Journal of Hypertension. 2017;1(1):1-10.

21. Rismawati, Budiyono, Suhartono. Hubungan variasi iklim dengan kejadian


pneumonia pada balita di Kota Semarang Tahun 2011-2015 (Studi Kasus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016;
4(5):160-170.

22. Yang L, dkk. Outdoor temperature, blood pressure, and cardiovascular


diseasemortality among 23000 individuals with diagnosed cardiovascular
diseases from China. European Heart Journal. 2015;36:1178-1185.

23. Lopak GN, Fransiska L, Maya M. Hubungan paparan suhu dingin terhadap
perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja. Jurnal e-Biomedik
(eBm). 2017;5(2):1-4.
Lampiran 1. Sumber Buku yang diambil
→ Terdapat dalam file referensi
(Buku 1,6,9).

Lampiran 2. Sumber Jurnal yang diambil


→Terdapat dalam file referensi
(Jurnal 2,3,4,5,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23).

Lampiran 3. Mapping Penyakit yang ada di Puskesmas Guntung Payung


→Terdapat dalam file referensi
(Pemetaan Kasus Kejadian Penyakit Tertinggi (Common Cold, Pharingitis,
Hipertensi Primer)).

Anda mungkin juga menyukai