Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat
mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan
pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Supartini, 2004).
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan
rasa bersalah (Wong, 2009). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang
baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan
kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakannya menyakitkan.
Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stres pula, dan stres orang
tua akan membuat tingkat stres anak semakin meningkat (Supartini, 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan, pasien anak yang dirawat di rumah sakit masih sering
mengalami stres hospitalisasi yang berat, khususnya takut terhadap pengobatan, asing dengan
lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan masalah
penting yang harus mendapatkan perhatian perawat dalam pengelolah asuhan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hospitalisasi?
2. Apa penyebab hospitalisasi?
3. Apa reaksi hospitalisasi pada anak, saudara dan orangtua?
4. Apa peran perawat terhadap hospitalisasi?
5. Apa peran keluarga terhadap hospitalisasi?
6. Apa manfaat hospitalisasi?
7. Apa management hospitalisasi?
8. Apa prinsip-prinsip atraumatic care terhadapat hospitalisasi?
9. Apa asuhan keperawatan hospitalisasi?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hospitalisasi?
2. Untuk mengetahui penyebab hospitalisasi?
3. Untuk mengetahui dampak dari hospitalisasi?
4. Untuk mengetahui reaksi hospitalisasi pada anak, saudara dan orangtua?
5. Untuk mengetahui peran perawat terhadap hospitalisasi?
6. Untuk mengetahui peran keluarga terhadap hospitalisasi?
7. Untuk mengetahui manfaat hospitalisasi?
8. Untuk mengetahui management hospitalisasi?
9. Untuk mengetahui prinsip-prinsip atraumatic care terhadapat hospitalisasi?
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hospitalisasi?

D. Manfaat
1. Orang tua dapat mengetahui perannya terhadap hospitalisasi pada anak
2. Perawat dapat mengetahui peran yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak
3. dari hospitalisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

SKENARIO
Ibu... Ayo kita pulang saja ?
Ners Anna dan Ners Elsa, perawat yang bertugas di ruang perawatan anak, merencanakan
terapi bermain untuk beberapa anak yang sedang dirawat diruangan tersebut. Perilaku
beberapa anak, menurut mereka, menunjukkan efek hospitalisasi seperti menangis, diam saja
namun membuang muka atau tampak ketakutan bila didekati perawat. Beberapa otang tua
yang menjaga mengatakan anaknya tidak mau ditinggal, sering merengek minta pulang,
selalu minta digendong, sering tidur larut malam dan tampak mengantuk atau bahkan masih
tidur pada pagi hari. Para orang tua mengatakan sudah membujuk anak-anaknya dengan
menunjukkan beberapa dekorasi ruangan yang sudah di-setting dengan nuansa anak,
mengajak bermain bahkan membawakan mainan atau benda kesayangan anak dari rumah.
Namun hal-hal tersebut hanya mampu mengalihkan sementara perhatian anak-anak tersebut.
Ners-ners lain yang ada diruangan tersebut juga sudah melakukan tindakan dengan prinsip
atraumatic care sesuai SOP ruangan anak.
Terapi bermain yang direncanakan Ners Anna dan Ners Elsa kali ini adalah bernyanyi dan
bercerita menggunakan media boneka jari. Terapi bermain tersebut dipilih karena anak yang
dirawat banyak yang berusia toddler dan prasekolah. Mereka berharap dengan melakukan
terapi bermain maka akan mengurangi efek hospitalisasi, mengurangi trauma psikis akibat
dirawat dan tetap memberikan stimulasi untuk perkembangan mereka meskipun sedang
dirawat di rumah sakit.

STEP I (TERMINOLOGI)
1. Hospitalisasi
a) Suatu alasan anak untuk dirawat di Rumah Sakit untuk menjalani terapi sampai
pulang
b) Keadaan anak di rawat di Rumah Sakit yang belum menyesuaikan dengan
lingkungan baru
c) Bentuk stressor yang berlangsung selama individu di rawat di Rumah Sakit
d) Keadaan krisis yang disebabkan stres di rawat Rumah Sakit

3
2. Atraumatic
a) Tindakan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga
b) Terapi terapeutik di semua setting meminimalkan stres psikologis dan fisik yang
dialami anak
3. Toddler
a) Usia 1 smpai 3 tahun
4. Pra sekolah
a) Usia 3 sampai 5 tahun
5. Trauma psikis
a) Suatu keadaan psikologis muncul jika tidak ada ketahanan mental yang luka
akibat kejadian yang berat yang berakibat negatif
6. Terapi bermain
a) Bagian intervensi yang tidak efektif untuk anak
b) Suatu kegiatan untuk mengurangi stress pada anak
c) Media untuk membantu penyembuhan
7. SOP
a) Suatu proses panduan untuk tindakan yang akan dilakukan
8. Stimulasi
a) Tindakan proses yang merangsang kemampuan anak
b) Anak untuk merangsang tumbuh kembang anak
9. Setting
a) Pengaturan
b) Latar
c) Gambaran waktu tempat dan suasana yang sedang berlangsung

STEP II (MENGIDENTIFIKASI MASALAH)


1. Apa tujuan perawat merencanakan terapi bermain untuk anak?
2. Apa saja terapi bermain yang bisa dilakukan?
3. Apa yang dimaksud dengan terapi bermain?
4. Apa yang menyebabkan efek hospitalisasi?
5. Apa intervensi perawat jika anak menunjukkan efek hospitalisasi?
6. Apa peran orang tua pada anak mengalami stres psikologis?
7. Setting yang seperti apa untuk ruangan anak?

4
8. Kenapa harus nuansa anak?
9. Prinsip atraumatic care?
10. Apa tujuan atraumatic care?
11. Kenapa atraumatic care harus sesuai SOP?
12. Kenapa hanya terapi bermain, bernyanyi dan boneka jari?
13. Pembagian terapi bermain usia Toddler dan Pra sekolah?
14. Apa peran perawat untuk mengurangi efek hospitalisasi pada anak?
15. Kenapa perawat harus melakukan stimulasi pada anak, kenapa tidak orang tua?

STEP III (BRAINSTORMING)


1. Apa tujuan perawat merencanakan terapi bermain untuk anak?
a) Mengurangi efek hospitalisasi
b) Mengurangi stresor
c) Tetap stimulasi perkembangan
d) Membantu proses penyembuhan pada anak dengan peran orang tua
e) Supaya lebih kooperatif dalam pengobatan
2. Apa saja terapi bermain yang bisa dilakukan?
a) Bermain, bernyanyi dan boneka jari
3. Apa yang dimaksud dengan terapi bermain?
a) Suatu kegiatan untuk mengurangi stress pada anak
b) Media untuk membantu penyembuhan
4. Apa yang menyebabkan efek hospitalisasi?
a) Lingkungan (perbedaan)
b) Perpisahan dengan keluarga
c) Kurangnya informasi
d) Masalah pengobatan (tindakan yang menimbulkan nyeri)
5. Apa intervensi perawat jika anak menunjukkan efek hospitalisasi?
a) Sesuaikan dengan atraumatic care
b) Sentuhan
c) Komunikasi
d) Melibatkan orang tua atau orang terdekat anak
6. Apa peran orang tua pada anak mengalami stres psikologis?
a) Berusaha menenangkan anak dengan cara bermain

5
7. Setting yang seperti apa untuk ruangan anak?
a) Sesuaikan usia anak atau tahap perkembangan anak
8. Kenapa harus nuansa anak?
a) Anak merasa itu dunia dia
b) Tidak merasa berada di lingkungan baru
9. Prinsip atraumatic care?
a) Jangan melukai
b) Meminimalkan perpisahan
c) Mengendalikan rasa sakit
d) Memberikan aktivitas bermain
10. Apa tujuan atraumatic care?
a) Mengurangi efek hospitalisasi
b) Mengurangi stress psikis atau fisik pada anak
11. Kenapa atraumatic care harus sesuai SOP?
a) Meminimalkan tindakan efek yang ditimbulkan supaya tidak menambah trauma
pada anak
12. Kenapa hanya terapi bermain, bernyanyi dan boneka jari?
a) Karena anak yang dirawat usia toddler dan pra sekolah
13. Pembagian terapi bermain usia Toddler dan Pra sekolah?
a) Toddler: masih asik bermain sendiri
b) Pra sekolah: suka bermain berkelompok dan suka bercerita
14. Apa peran perawat untuk mengurangi efek hospitalisasi pada anak?
a) Sesuaikan dengan atraumatic care
b) Sentuhan
c) Komunikasi
d) Melibatkan orang tua atau orang terdekat anak
15. Kenapa perawat harus melakukan stimulasi pada anak, kenapa tidak orang tua?
a) Karena pada saat anak sakit tumbuh kembang anak juga sedang berlangsung dan
supaya perkembangan dan perumbuhan anak tidak terganggu atau tidak
terhambat

6
STEP IV (SKEMA)

Perawat Anak Sakit Orang Tua

 Atraumatic Care Dirawat di RS Kehadiran


 Setting Ruangan

Perubahan Status

Diam, takut, menangis, dan sedih

Stress Psikologis

EFEK HOSPITALISASI
PADA ANAK

Terapi Bermain
 Toddler
 Pra Sekolah

Memberikan Stimulus Perkembangan

STEP V (LEARNING OBJECTIF/LO)


1. Apa pengertian hospitalisasi?
2. Apa penyebab hospitalisasi?
3. Apa dampak hospitalisasi?
4. Apa reaksi hospitalisasi pada anak, saudara dan orangtua?
5. Apa peran perawat terhadap hospitalisasi?

7
6. Apa peran keluarga terhadap hospitalisasi?
7. Apa manfaat hospitalisasi?
8. Apa management hospitalisasi?
9. Apa prinsip-prinsip atraumatic care terhadapat hospitalisasi?
10. Apa asuhan keperawatan hospitalisasi?

STEP VI (MANDIRI)
1. Mengerjakan Learning Objektif (LO) secara mandiri

STEP VII (PEMAPARAN HASIL DISKUSI)


1. Definisi Hospitalisasi?
Hospitalisasi adalah masuknya individu ke Rumah Sakit sebagai seorang pasien
karena berbagai alasan dengan pemeriksaan diagnostik, prosedur tindakan, pembedahan,
kegawatdaruratan, pemberian medikasi & stabililasi (Costello, 2008) Menurut Potter &
Perry (2005) hospitalisasi adalah pengalaman yang penuh tekanan, utamanya karena
perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku koping
terbatas, dan perubahan status kesehatan.Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk
dirawat karena adanya perubahan atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi
terhadap lingkungan.
Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan , bergantung pada
institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk rumah sakit
(Stuart, 2007, hal :102).
Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang terencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi & perawatan sampai
dipulangkan kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak : cemas, marah,
sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2009). Bila anak stress maka orang tua juga
menjadi stress danakan membuat stress anak semakin meningkat (Supartini, 2004).
Ada dua jenis hospitalisasi, yaitu volunteer dan involunter.
a. Volunter
Setiap orang dapat mengajukan permohonan secara tertulis (biasanya pada formulir
masuk standar) untuk masuk ke rumah sakit jiwa umum atau swasta. Orang itu setuju
untuk menerima perawatan dan mematuhi peraturan rumah sakit. Orang mungkin

8
mencari bantuan berdasarkan keputusan pribadi mereka atau saran dari keluarga atau
kesehatan yang social tive
b. Involunter
Involunter didasarkan pada dua teori social. Pertama, di bawah kekuasaan polisi
tersebut, ocial memiliki kewenangan untuk melindungi masyarakat dari tindakan
berbahaya dari sakit mental. Kedua, di bawah kekuasaan social, social dapat memberikan
perawatan bagi warga social yang tidak dapat merawat diri mereka sendiri, seperti
beberapa orang sakit mental.

2. Etiologi Hospitalisasi pada anak?


a) Perpisahan dengan orangtua
b) Takut karena sesuatu yang tidak diketahui
c) Kehilangan kontrol & otonomi
d) Injuri pada tubuh seperti: tidak nyaman, nyeri & mutilasi
e) Takut akan kematian (Hockenberry & Wilson, 2007).

3. Dampak Hospitalisasi?
Berikut ini adalah dampak hospitalisasi terhadap anak dan orang tua yaitu:
a. Anak
Perubahan perilaku merupakan salah satu dampak hospitalisasi pada anak. Anak
bereaksi terhadap stres pada saat sebelum, selama dan setelah proses hospitalisasi.
Perubahan perilaku yang dapat diamati pada anak setelah pulang dari rumah sakit adalah
merasa kesepian,tidak mau lepas dari orang tua, menuntut perhatian dari orang tua dan
takut perpisahan. Dampak negatif hospitalisasi juga berhubungan dengan lamanya rawat
inap, tindakan invasif yang dilakukan serta kecemasan orang tua. Respon yang biasa
muncul pada anak akibat hospitalisasi antaralain regresi, cemas karena perpisahan,
apatis, takut, dan gangguan tidur terutama terjadi pada anak yang berusia kurang dari 7
tahun.

b. Orang Tua
Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak, namun
juga bagi orang tua. Berbagai macam perasaan muncul pada orang tua yaitu takut, rasa
bersalah, stres dan cemas. Perasaan orang tua tidak boleh diabaikan karena apabila orang
tua stres, hal ini akan membuat ia tidak dapat merawat anaknya dengan baik dan akan

9
menyebabkan anak akan menjadi semakin stres. Takut, cemas dan frustasi merupakan
perasaan yang banyak diungkapkan oleh orang tua. Takut dan cemas dapat berkaitan
dengan keseriusan penyakit dan prosedur medis yang dilakukan. Sering kali kecemasan
yang paling besar berkaitan dengan trauma dan nyeri yang terjadi pada anak. Perasaan
frustasi sering berhubungan dengan prosedur dan pengobatan, ketidaktahuan tentang
peraturan rumah sakit, rasa tidak diterima oleh petugas, prognosis yang tidak jelas, atau
takut mengajukan pertanyaan (Muscari, Mary E. 2007).
Dampak hospitalisasi :
Secara umum hospitaisasi menimbulkan dampak pada lima aspek yaitu :
A. Privasi
Dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri seseorang dan bersifat
pribadi. Bisa dikatakan, privasi adalah suatu hal yang sifatnya pribadi. Sewaktu dirawat
di rumah sakit klien kehilangan sebagian privasinya.
B. Gaya Hidup
Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan pola gaya hidup.
Hal ini disebabkan oleh perubahan situasi antara rumah sakit dan rumah tempat tinggal
klien. Juga oleh perubahan kondisi kesehatan klien. Aktifitas hidup yang klien jalani
sewaktu sehat tentu berbeda aktifitas yang dijalaninya di rumah sakit. Apalagi jika yang
dirawat adalah seorang pejabat.
C. Otonomi
Individu yang sakit dan dirawat di rumah sakit berada dalam posisi ketergantungan.
Artinya ia akan “pasrah” terhadap tindakan apa pun,yang dilakukan oleh petugas
kesehatan demi mencapai keadaan sehat. Ini menunjukkan bahwa klien yang dirawat di
rumah sakit,akan mengalami perubahan otonomi.
D. Peran
Dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh individu sesuai
dengan status sosialnya. Jika ia seorang perawat, peran yang diharapkannya adalah peran
sebagai perawat, bukan sebagai dokter. Perubahan peran terjadi akibat hospitalisasi ini
tidak hanya berpengaruh pada individu,tetapi juga pada keluarga.
E. Ekonomi
Masalah ekonomi keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi, kebutuhan ekonomi
yang sedianya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akhirnya digunakan
untuk keperluan klien yang dirawat.

10
4. Reaksi Hospitalisasi?
Reaksi hospitalisasi bersifat individual dan sangat tergantung pada usia
perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, system pendukung yang
tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya, Pada umumnya, reaksi anak terhadap
sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.
Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai pengalaman yang
mengancam dan stressor. Kedua hal ini dapat menimbulkan krisis bagi anak dan
keluarga. Bagi anak, hal ini mungkin terjadi karena beberapa hal seperti :
a. Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
b. Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan
sehari-hari
c. Keterbatasan mekanisme koping
Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :
a. Tingkat perkembangan usia
b. Pengalaman sebelumnya
c. Support system dalam keluarga
d. Keterampilan koping
e. Berat ringannya penyakit
a. Reaksi anak
1) Masa bayi (0-1 th)
a) Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang
b) Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
c) Menangis keras
d) Pergerakan tubuh yang banyak
e) Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
2) Masa todler (2-3 th)
a) Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan .Disini respon perilaku anak
dengan tahapnya.
b) Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
c) Putus asa menangis berkurang, anak tak aktif, kurang menunjukkan minat
bermain, sedih, apatis
d) Pengingkaran/denial
e) Mulai menerima perpisahan
f) Membina hubungan secara dangkal

11
g) Anak mulai menyukai lingkungannya
3) Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
a) Menolak makan
b) Sering bertanya
c) Menangis perlahan
d) Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
e) Kehilangan kontrol
f) Pembatasan aktivitas
g) Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada
perasaan malu, takut, menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau
bekerja sama dengan perawat.
4) Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai ,
keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol
berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial,perasaan
takut mati,kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan dengan verbal dan non verbal
5) Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya.Pembatasan
aktifitas menyebabkan kehilangan kontrol dan reaksi yang muncul :
a) Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
b) Tidak kooperatif dengan petugas
c) Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkanrespon :
d) Bertanya-tanya
e) Menarik diri
f) Menolak kehadiran orang lain
b. Reaksi Orang Tua
Berbagai macam perasaan muncul pada orang tua yaitu : takut, rasa bersalah, stress
dan cemas. Rasa takut pada orang tua selama anak di RS terutama pada kondisi sakit
anak yang terminal, karena takut kehilangan anak yang dicintainya dan adanya perasaan
berduka.
Perasaan orang tua tidak boleh diabaikan karena apabila orang tua merasa stress, hal
ini akan membuat ia tidak dapat merawat anaknya dengan baik dan akan menyebabkan
anak menjadi semakin stress (Supartini, 2004).
1) Perasaan cemas dan takut

12
a) Rasa cemas paling tinggi dirasakan orang tua pada saat menunggu informasi
tentang diagnosis penyakit anaknya (Supartini, 2004)
b) Rasa takut muncul pada orang tua terutama akibat takut kehilangan anak pada
kondisi sakit yang terminal.
c) Perilaku yang sering ditunjukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan
cemas dan takut ini adalah : sering bertanya atau bertanya tentang hal sama
berulang-ulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan
bahkan marah (Supartini, 2004)
2) Perasaan sedih
a) Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang
tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh
b) Pada saat menghadapi anaknya yang menjelang ajal, rasa sedih dan berduka
akan dialami orang tua
c) Pada kondisi ini orang tua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau didekati
orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan (Supartini,
2004).
3) Perasaan frustrasi
Perasaan frustasi yang dirasakan menurut Supartini (2004) , adalah sebagai berikut :
a) Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak
mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang
diterima orang tua, baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua
akan merasa putus asa, bahkan frustrasi.
b) Sering kali orang tua menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus asa,
menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa (Supartini, 2004).
Reaksi orang tua dipengaruhi oleh :
1) Tingkat keseriusan penyakit anak
2) Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi
3) Prosedur pengobatan
4) Kekuatan ego individu
5) Kemampuan koping
6) Kebudayaan dan kepercayaan
7) Komunikasi dalam keluarga
c. Reaksi Saudara

13
Reaksi sibling saudara kandung meliputi ketakutan, cemburu, kesepian, marah dan
bersedih. Faktor yang mempengaruhi sibling diantaranya; perubahan pengalaman,
perubahan pemberi perawatan, sedikit informasi tentang saudara yang sakit, ancaman
perubahan pengasuhan (Wong, 2009).

5. Manfaat Hospitalisasi?
Menurut Supartini (2004, hal :189) manfaat hospitalisasi adalah sebagai berikut :

1. Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara meberi kesempatan


keluarga mempelajari reaksi pasien terhadap stressor yang dihadapi selama
perawatan di rumah sakit.
2. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Perawatan dapat memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk belajar tentang penyakit, prosedur,
penyembuhan, terapi, dan perawatan pasien.
3. Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi
kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan , sehingga tiidak terlalu
bergantung pada orang lain dan menjadi percaya diri.
4. Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama klien yang ada,
teman sebaya atau teman sekolah. Berikan kesempatan padanya untuk saling kenal
dan berbagi pengalaman.

6. Peran perawat dalam menghadapi hospitalisasi?


Dua konsep yang mendasari asuhan yang berpusat pada keluarga yaitu fasilitas
keterlibatan orang tua dalam perawatan dan peningkatan kemampuan keluarga dalam
merawat anaknya. Perawat memiliki peran penting untuk memfasilitasi hubungan orang
tua dan anaknya selama dirumah sakit. Harus diupayakan jangan sampai terjadi
perpisahan antara orangtua dan anaknya di rumah sakit. Hal ini bertujuan agar dengan
difasilitasinya hubungan orangtua dan anak, orangtua diharapkan mempunyai
kesempatan untuk meneruskan peran penting untuk meningkatkan kemampuan orangtua
dalam merawat anaknya.
Proses keperawatan anak di rumah sakit harus memberikan kesempatan belajar pada
orangtua untuk merawat anak. Kesabaran perawat diperlukan dalam merawat anak secara
langsung dan dalam mengajarkan orangtua merawat anak sesuai dengan kapasitasnya
(Supartini, 2004).

14
7. Peran keluarga dalam menghadapi hospitalisasi?
Saat anak dirawat di rumah sakit, orang tua adalah sosok yang paling dikenal dan
dekat dengan anak. Orang tua sangat diperlukan untuk mendampingi anak selama
mendapat perawatan di rumah sakit. Peran serta orang tua dalam meminimalkan dampak
hospitalisasi menurut Wong, Hockenberry & Marylin, (2007) adalah :
a) Orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara orang tua tinggal
bersama selama 24 jam (rooming in). Orang tua tidak meninggalkan anak secara
bersamaan sehingga minimal salah satu ayah atau ibu secara bergantian dapat
mendampingi anak.
b) Jika tidak memungkinkan rooming in, orang tua tetap bisa melihat anak setiap saat
dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka. Orang tua bisa tetap berada
disekitar ruang rawat sehingga bisa dapat melihat anak.
c) Orang tua mempersiapkan psikologis anak untuk tindakan prosedur yang akan
dilakukan dan memberikan dukungan psikologis anak. Selain itu orang tua juga
memberikan motivasi dan menguatkan anak serta menjelaskan bahwa tindakan yang
akan diterima untuk membantu kesembuhan anak.
d) Orang tua hadir atau mendampingi pada saat anak dilakukan tindakan atau prosedur
yang menimbulkan rasa nyeri. Apabila mereka tidakdapat menahan diri bahkan
menangis bila melihatnya maka ditawarkan pada orang tua untuk mempercayakan
kepada perawat.

8. Manajemen hospitalisasi?
1) Manejemen asuhan keperawatan untuk balita
a) Berikan asuhan keperawatan yang konsisten
b) Menyayi dan berbicara dengan bayi
c) Sentuh, pegang, gendong bayi dan terus berinteraksi selama prosedur
d) Anjurkan interaksi dengan orang tua : rooming in, orang tua bicara dengan anak
dan ijin apabila mau pergi
e) Biarkan mainan yang membuat rasa nyaman dan aman
f) Anjurkan orang tua berada disamping anak saat prosedur invasive yang
menyakitkan
g) Dekatkan mainan favorit anak

15
h) Pertahankan kontak maksimal dengan beberapa perawata, kenalkan perawata
disamping orang tua, ijinkan anak bertemu perawata sebelum prosedur
dilakukan
i) Bantu kunjungan saudara kandung
2) Manajemen asuhan keperawatan untuk anak prasekolah
a) Batasi aturan dan dorongan pada perilaku
b) Anjurkan orang tua merencanakan kunjungan dengan anak
c) Ijinkan anak memilih dalam batasan yang yang dapat diterima
d) Berikan cara-cara anak dapat membantu pengobatan dan ouji atas kerjasama
anak

Permasalannya :
a) Rasa takut : pahami penyebab penyakit, dan lihat ekspresi verbal dan non verbal
b) Ansietas : pahami alasan dipisahkan tetapi masih butuh keberadaan orang tua
dan lebih peduli terhadap rutinitas sekolah dan teman-teman
c) Tidak berdaya : anak marah dan frustasi, lamanya imobilisasi dihubungkan
dengan menarik diri, bosan, perasaan antipasti. Peduli terhadap kehilangan
control emosi, menangis karena malu yang berlebihan karena pengobatan.
d) Gangguan citra diri: peduli terhadap perubahan tubuh, dapat mengalihkan rasa
nyeri dengan alihkan perhatian, takut terhadap pembedahan di area genital.
3) Manejemen asuhan keperawatan pada anak usia sekolah
a) Monitor perilaku untuk menentukan kebutuhan emosi terutama pada anak yang
menarik diri dan tidak berespon
b) Jelaskan prosedur rinci (jika anak meminta)
c) Anjurkan kunjungan teman sebaya
d) Diskusikan respon thd pertanyaan ttg penyakit dan perubahan tubuh
e) Berikan waktu diskusi
f) Biarkan anak memilih, partisipasi, privasi,
g) Ikuti kenginan anak ttg keberadaan ortu

16
Permasalahan:
a) Rasa takut : paham bahwa penyakit beragam, menunjukkan sedikit rasa takut
tetapi bisa ketakutan kalau pengalaman lalu menyakitkan.
b) Ansietas : pada orang tua penting tetapi tidak harus, peduli atas perpisahan
dengan guru dan teman, cemas terhadap PR sekolah dan perubahan peran dalam
kelompok.
c) Tidak berdaya : anak berusaha mandiri, mencoba berani selama prosedur medis,
kasar pada orang tua saat berusaha mandiri membuat stress, peduli dengan cara
mengekspresikan perasaan dan malu terhadap perilaku yang berlebihan, merasa
tidak pasti tentang masa depan karena penyakit atau hospitalisasi.
4) Manajemen asuhan keperawatan pada anak usia remaja
a) Fasilitasi perencanaan aktifasi (peer)
b) Menjelaskan kepada orang tua tentang kebutuhan mandiri
c) Monitor perilaku anak apabila ingin bicara
d) Berikan permainan dan aktifitas lain yang membantu untuk dapat diskusi
e) Berika npenyuluhan rinci tentang prosedur pengobatan, terapi yang menyangkut
area genital
f) Berikan privasi setiap prosedur tindakan

Permasalahan:
a) Rasa takut ; anak dapat berfikir hipotesis tentang penyakitnya, banyak bertanya
dan mengekspresikan rasa takut secara verbal tentang konsekuensi penyakit
b) Ansietas : perpisahan dengan sekolah dan teman lebih bermakna dari pada
orang tua, menarik diri dikarenakan perubahan penampilan
c) Tidak berdaya : peduli terhadap kehilangan fungsi mandiri, sulit mengijinkan
bantuan secara fisik dan emosi saat marah, menarik diri atau frustasi.
d) Gangguan citra diri : peduli dengan ancaman terhadap perubahan terhadap
perkembangan identitas seksualitas dan peran sesuai gender, sangat
peduliterhadap perubahan citra diri, kuatir tentang tanggapan orang
lain/dikasihi, sulit bekerja sama jika pengobatan yang berhubungan dengan
perubahan citra diri (Sacharin, 2009).

17
9. Prinsip Atraumatic Care?
Atraumatic care adalah penyediaan asuhan terapeutik baik secara lingkungan,
personel melalui pengguanaan intervensi yang bertujuan untuk memperkecil distess
psikologi dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan keluarga (Wong, 2008)
Tujuan utama dalam memberikan atraumatic care adalah tidak membahayakan.
3 prinsip dalam memberikan kerangka untuk mencapai tujuan ini :
a) Mencegah atau meminimalisir perpisahan anak dari keluarganya
b) Mendorong rasa pengendalian diri
c) Mencegah atau meminimimalisir cidera fisik dan nyeri
d) Tidak melakukan kekerasan pada anak
e) Memodifikasi lingkungan fisik dan ruangan anak
f) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam tindakan perawatan anak (Hockenberry
dan Wilson, 2007).

Manfaat atraumatic care :


Menurut Hidayat (2012) manffat atraumatic care adalah :
a) Mencegah masalah psikologis (kecemasan pada anak)
b) Mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak

10. Asuhan Keperawatan Hospitalisasi?


A. Pengkajian
1) Pada pengkajian biodata atau identitas klien dapat kita kaji meliputi: Nama,Umur,
Jenis kelamin (L/P), Nomor CM, Ruang rawat, Tanggal masuk MRS.
2) Penanggung Jawab klien meliputi: Orag tua, Wali, atau,Orang lain
3) Faktor predisposisi
a) Tanyakan riwayat penyakit masa lalu klien yang pernah diderita dan trauma yang
pernah dialami seperti aniaya fisik, aniaya sexual, penolakan, kekerasan dalam
keluarga, tindakan kriminal, dan lain-lain,sehingga menyebabkan dia harus
masuk rumah sakit atau hospitalisasi dan juga tanyakan pengobatan seperti apa
yang pernah dilakukan klien.
b) Kemudian tanyakan pada klien apakah didalam anggota keluarganyaada yang
mengalami gangguan jiwa.
c) Kaji juga pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialamioleh klien.

18
4) Pemeriksaan fisik
a) Tanda Vital meliputi: tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi.
b) Ukur berat badan dan tinggi badan.
c) Perkembangan bertujuan untuk mengidentifikasikan tingkat perkembangan saat
ini dan keterampilan yang dicapai
5) Observasi respon terhadap hospitalisasi bertujuan untuk mengidentifikasikan perilaku
koping saat ini dan intesitas mereka.
6) Gangguan pola tidur terhadap anak yang dirawat di rumah sakit
7) Riwayat penyakit, hospitalisasi dan perpisahan sebelumnya bertujuan untuk
mengidentifikasikan pola koping sebelumnya dan pengaruh koping tersebut.
8) Riwayat pengobatan bertujuan untuk mengidentifikasikan keseriusan masalah dan
pengaruhnya pada perkembangan kemampuan.
9) Persepsi tentang penyakit. Bertujuan untuk mengidentifikasikan pemahaman pasien
saat ini tentang penyakit dan alasan hospitalisasi.
10) Sistem pendukung yang tersedia bertujuan untuk mengidentifikasikan tersedianya
dan kesediaan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan dan pemberian
dukungan.
11) Koping keluarga bertujuan untuk menggambarkan kemampuan keluarga apakah
memperlihatkan perilaku distruktif yang jelas atau terselubung atau juga
menunjukkan adaptasi merusak terhadap stressor.
12) Ketakutan, kecemasan dan kesedihan keluarga bertujuan untuk mengidentifikasikan
apakah keluarga mengalami suatu perasaan gangguan fisiologis ataupun emosional
yang berhubungan dengan suatu sumber yang dapat diidentifikasi yang dirasakan
membahayakan pasien saat dirawat dihospitalisasi.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat berdasarkan Perry & Potter, 2010 adalah
sebagai berikut :
1) Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang menakutkan dan
perpisahan dengan keluarga
2) Ketidak efektifan koping individu berhubungan dengan system pendukung yang
tidak adekuat

19
3) Risiko cidera (terjatuh, terkena benda tajam) berhubungan dengan penurunan respon
terhadap lingkungan.

C. Rencana Keperawatan
1) Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang menakutkan dan
perpisahan dengan keluarga.
Tujuan :
Pasien akan mengatasi secara efektif rasa takut yang dihubungkan dengan
hospitalisasi.
Kriteria Hasil :
a) Salah satu dari keluarga tetap tinggal bersama pasien
b) Keluarga ikut berpartisipasi dalam pemberian makan, kebersihan dan kegiatan
pasien sehari-hari.
Intervensi & Rasional :
a) Beri dorongan kepada keluarga untuk menetap kedalam ruangan dengan pasien
atau meminta anggota keluarga lain untuk bersama pasien.
Rasional : Keluarga dapat memberikan rasa aman dan mencegahdari
perkembangan dari ketidakpercayaan.
b) Tanyakan kepada keluarga bagaimana mereka berharap untukberpartisipasi
dalam perawatan pasien
Rasional : Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan keluargamaupun pasien
c) Orientasikan keluarga pada divisi, suplai dan lingkungan keperawatan
Rasional : Lingkungan yang asing akan mengancam kepercayaan keluarga dan
menimbulkan kelemahan terhadap layanan keperawatan yang diberikan.
2) Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan sistem pendukung yang tidak
adekuat.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
a) Mengidentifikasikan respons-respons yang membahayakan atau mengabaikan
b) Mengungkapkan kebutuhan akan bantuan dalam mengatasi situasi
c) Menghubungi sumber-sumber komunitas yang tersedia.
Intervensi & Rasional :
a) Terima perilaku agresif
Rasional : Perilaku awal yang nyaman memberikan rasa aman
b) Jelaskan kepada keluarga bahwa perilaku ini normal
20
Rasional : Penjelasan akan membuat keluarga tahu bahwa iniadalah perilaku
koping
c) Berikan kesempatan kepada pasien untuk keluar menghilangkanrasa takut dan
perasaannya.
Rasional : Media ini merupakan cara pasien untuk mengekspresikan perasaan
dari dalam.
3) Risiko cidera (terjatuh, terkena benda tajam) berhubungan dengan penurunan respon
terhadap lingkungan.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Anak tidak terluka atau jatuh dari tempat tidur.
Intervensi & Rasional :
a) Tempatkan anak pada tempat tidur yang lunak dan rata seperti bahan matras.
Rasional: menjaga posisi tubuh lurus yang dapat menjaga pola tidur anak.
b) Pasang pengaman di kedua sisi tempat tidur.
Rasional: mencegah anak terjatuh.

21
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah
sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat
mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau
tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit klien selama dirawat
di rumah sakit.Reaksi hospitalisasi bersifat individual.
Perawat berperan penting dalam memberika respon yang positif untuk keluarga dan
pasien dalam hospitalisasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

B. SARAN
Perawat sebaiknya sudah harus memahami dan mengerti tentang hospitalisasi agar dapat
menerapkannya dan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien dan keluarga.
Bagi pihak rumah sakit hendaklah mendekorasi ruangannya agar pasien tidak merasa
takut dan gelisah berada di rumah sakit. Ruangan hendaklah didesain untuk memberikan
kenyamanan bagi pasien.

22
DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimul Hidayat. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2.
Salemba Medika.
Costello, Elaine. 2008. American Sign Language Dictionary. Random House
Hockenberry, J.M. & Wilson, D. 2007. Wong’s Nursing Care Of Infant and Children.
Canada: Mosby Company
Muscari, Mary E. 2007. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses
dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC
2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses
dan Praktik. Edisi 7, buku ketiga. Jakarta: EGC
Sacharin, Rosa M. 2009. Prinsip Perawatan Pediatric. Jakarta: ECG
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Keperawatan anak. Jakarta: EGC
Wong, D. L, Hockenberry M. J. 2008. Wong’s Nursing Care Of Infant and Children.
Mosby Company, St Louis missouri
Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 1. Edisi 6. Jakarta: EGC

23

Anda mungkin juga menyukai