Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Derajat kesehatan salah satunya didukung dengan kaum wanita yang memperhatikan
kesehatan reproduksi karena hal tersebut berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Salah
satu masalah kesehatan pada kaum wanita yang insidensinya terus meningkat adalah mioma
uteri. Mioma uteri menempati urutan kedua setelah kanker serviks berdasarkan jumlah angka
kejadian penyakit. Penyebab pasti mioma uteri belum diketahui secara pasti, diduga
merupakan penyakit multifaktor karena memiliki banyak faktor dan resikonya meningkat
seiiring dengan bertambahnya usia.

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2014 adalah meningkatkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara
Indonesia ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan prilaku yang sehat. Salah
satu indikator kesehatan, yaitu angka kematian Ibu (http//www.depkes.go.id. online diakses
tanggal 10 Maret 2015)
Berdasarkan multifaktor tersebut, kewaspadaan wanita terhadap resiko mioma uteri
sangat dibutuhkan. Dalam hal ini peran perawat berpengaruh dalam menjawab kebutuhan
klien dengan mioma uteri. Yaitu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien
dengan mioma uteri serta menjalankan fungsi perannya sebagai health educator.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah hasil tutorial dari step 1 sampai step 7 dengan skenario tentang
“Mioma Uteri” ?

1
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien


dengan Mioma Uteri.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi dari Mioma Uteri


2. Mengetahui manifestasi klinis yang muncul pada klien dengan Mioma Uteri
3. Mengetahui etiologi dan faktor penyebab terjadinya Mioma Uteri
4. Mengetahui patofisiologi dari Mioma Uteri
5. Menjelaskan penatalaksanaan pada klien dengan Mioma Uteri
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Mioma Uteri
7. Mengetahui klasifikasi mioma uteri
8. Mengetahui komplikasi mioma uteri
9. Menjelaskan proses asuhan keperawatan dengan Mioma Uteri

2
BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO

Apa yang terjadi pada kandunganku...?

Ibu W berumur 39 tahun kiriman dai Puskesmas A, dengan keluhan ibu merasa ada benjolan
pada rahimnya. Ibu mengalami menstruasi tetapi darah keluar dari vagina sudah 9 hari dan
lebih banyak dari biasanya. Didapatkan hasil pemeriksaan ibu cemas tinggi, anemia, muka
dan badan kelihatan pucat, menoragia, metrorargia dan dismenorhea. Ibu juga mengalami
retensio urine dan obstipasi. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data TD 100/60 mmHG,
frekuensi nadi 96 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 37, 7 ℃, HB 8 g/dl.

STEP I (TERMINOLOGI)

1. Menoragia:
 Perdarahan haid yang berlebihan
 Perdarahan haid yang berlebihan lamanya dari normal siklus
 Istilah medis pada menstruasi yang berkepanjangan
 Perdarahan melebihi 80 ml dari biasanya
2. Vagina:
 Saluran yang terhubung ke servikal dan vulva (muskulomembroneos)
 Selubung liang senggama
 Sel dari vulva ke servik uteri
3. Metrorargia:
 Periode perdarahan menstruasi
 Perdarahan 2 siklus menstruasi
 Perdarahan diluar siklus haid/kemungkinan patologis
 Perdarahan irreguler antara 2 siklus menstruasi
4. Retensi Urine:
 Tertahanya urine dalam kandung kemih
 Gangguan pada kandung kemih dalam pengosongan urine
 Penimbunan urine dalam kandung kemih karena beberapa faktor

3
5. Menstruasi:
 Pengaruh darah dalam uterus
 Proses karena luruhnya lapisan rahim
 Persiapan fisiologis karena LH/FSH
 Aliran darah dari uterus pada wanita
6. Obstipasi:
 Sembelit
 Konstipasi yang tidak terobati
 Parah karena terhalangnya feses dalam usus
 Penimbunan feses karena penyakit
7. Dismenorhea:
 Nyeri pada saat menstruasi secara berlebihan
 Nyeri haid sekunder dan primer
8. Anemia:
 Keadaan berkurangnya kemampuan dari membran
 Berkurang Hb dalam darah
 Laki-laki 13,5 gr% dan wanita 11,5 gr%
9. Cemas:
 Istilah psikologis takut/khawatir

STEP II (MENGIDENTIFIKASI MASALAH)

1. Benjolan seperti apa yang dirasakan ibu W ?


2. Apa istilah benjolan pada rahim ibu W ?
3. Mengapa ada benjolan pada ibu W ?
4. Apa penyebab benjolan pada ibu W ?
5. Berapa normal jumlah darah yang keluar dari vagina dalam sehari ?
6. Apa penyebab menstruasi berlangsung lama ?
7. Berapa hari normalnya menstruasi ?
8. Apa yang terjadi pada ibu W dengan tanda pada kasus tersebut?
9. Pemeriksaan yang dilakukan pada ibu W, sehingga bisa disebut anemia ?
10. Bagaimana pemeriksaan kecemasan ?
11. Penyebab retensio urine dan obstipasi pada ibu W?

4
STEP III (BRAINSTORMING)

1. - Benjolan bulat, berbatas tegas dan pada area uterus


- Perut membesar dari biasanya
2. - Mioma (istilah benjolan)
- Hasil pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan
3. - Mioma atau tumor jinak biasanya pada uterus
- Penyebabnya hormonal, genetik, kontrasepsi
4. - Mioma atau tumor jinak biasanya pada uterus
- Penyebabnya hormonal, genetik, kontrasepsi
5. - Harinya ± 7 hari antara 3 sampai 9 hari
- Banyaknya 80 sampai 150 cc atau siklus menstruasi
6. - Hormonal
- Psikologis
- Genetik
- Kontrasepsi
7. - Harinya ± 7 hari antara 3 sampai 9 hari
- Banyaknya 80 sampai 150 cc atau siklus menstruasi
8. - Mioma Uteri
9. - Cek labor (Hb, dll)
10. - Berupa kuensioner
- Ekspresi wajah
11. - Pembesaran Neoplasma (ureter tertekan)
- Kelainan hormon estrogen, yang menyebabkan mortilitas usus menurun

5
STEP IV (SKEMA)

Ibu W (39 tahun)

Kiriman Puskesmas A

Anamnesa: Hasil Pemeriksaan:

- Keadaan umun ibu - TD = 100/60 mmHg


merasa ada benjolan di - HR = 96 x/menit
rahim - RR = 20 x/menit
- Ibu cemas - T = 37, 7 ℃
- Anemia - HB = 8 g/dl
- Pucat
- Monoragia
- Metrorargia
- Disminorhea
- Retensi Urine
- Obstipasi

MIOMA UTERI

6
STEP V (LEARNING OBJECTIF/LO)

1. Defenisi mioma uteri ?


2. Manifestasi klinis mioma uteri ?
3. Etiologi mioma uteri ?
4. Patofisiologi dan WOC mioma uteri ?
5. Penatalaksanaan mioma uteri ?
6. Pemeriksaan penunjang mioma uteri ?
7. Komplikasi mioma uteri ?
8. Klasifikasi mioma uteri ?
9. Asuhan keperawatan mioma uteri ?

STEP VI (MANDIRI)

1. Mengerjakan Learning Objektif (LO) secara mandiri

STEP VII (PEMAPARAN HASIL DISKUSI)

1. Defenisi mioma uteri ?


Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma atau fibroid.
Mioma uteri adalah neoplasma jinak, yang berasal dari otot uterus yang disebut juga
leiomioma uteri atau uteri fibroid. Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri
dan korpus uteri (Prawirohardjo Sarwono, 2010).

2. Etiologi mioma uteri ?


Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil penelitian Miller
dan Lipschultz yang megutarakan bahwa terjadi mioma uteri tergantung pada sel-sel otot
imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang, terus menerus oleh
estrogen. Teori Mayer dan Snoo, rangsangan “sell nest” oleh estrogen, faktor: a. Tak pernah
dijumpai sebelum menstruasi b. Atropi setelah menopause c. Cepat membesar saat hamil d.
Sebagian besar masa reproduktif.
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa penelitian
mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel neoplasma soliter (satu sel

7
ganas) yang berada diantara otot polos miometrium (otot polos di dalam rahim). Selain itu
didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri. Pertumbuhan dari
leiomioma berkaitan dengan adanya hormon estrogen.
Tumor ini menunjukkan pertumbuhan maksimal selama 5 masa reproduksi, ketika
pengeluaran estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk membesar
ketika hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan produksi dari hormon
estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause maka
pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak
membesar dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin pada pil
kombinasi memiliki efek anti estrogen pada pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi
pada leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan yang berkisar sebesar 0,04%
(Prawirohardjo Sarwono, 2010).

3. Manifestasi klinis mioma uteri ?

Separuh dari penderita mioma uteri tidak mengalami gejala. Pada umumnya manifesasi
klinis tergantung pada lokasi mioma, ukuran dan adanya perubahan sekunder di dalam moma
tersebut. Berikut adalah menifestasi klinis mioma uteri yang sering terjadi :

a) Tumor (massa di perut bawah)


Sering kali penderita mioma uteri datang untuk memeriksakan dirinya saat merasakan
adanya massa pada perut bagian bawah.

b) Perdarahan
Biasanya dalam bentuk menorraghia (perdarahan pada menstruasi), dan didapat pada
mioma submukosa. Ini diakibatkan oleh pecahnya pembuluh-pembuluh darah.
Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan anemia yang berat. Mioma intramural
juga dapat menyebabkan perdarahan, oleh karena ada gangguan kontraksi otot uterus.
Jenis mioma subserosa tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal.

c) Nyeri
Nyeri bukan merupakan gejala yang khas untuk mioma, meskipun sering terjadi.
Keluhan yang sering diutarakan adalah rasa berat dan dysmeorrhe. Kemungkinan
disebabkan adanya gangguan peredaran darah, yang juga disertai nekrose setempat,
atau disebabkan proses radang dengan perlekatan ke omentum usus.

8
Rasa nyeri juga bisa disebabkan oleh karena torsi pada mioma subserosa. Dalam hal
ini sifatnya akut dan disertai dengan rasa mual dan muntah. Pada mioma yang sangat
besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan terhadap urat saraf, dan menjalar ke
pinggang serta tungkai bawah.

d) Akibat tekanan
Penekanan pada organ disekitar tumor, seperti kandung kemih, ureter, rectum, atau
organ-organ yang ada di rongga panggul lainnya dapat menimbulkan gangguan buang
air kecil dan gangguan buang air besar, pelebaran pembulluh darah vena dalam
panggul, serta gangguan ginjal karena pembengkakan tangkai miom. Apabila terjadi
tekanan pada vena cava inferior akn terjadi odem tungkai bawah.

e) Infertilitas dan abortus


Dapat terjadi gangguan untuk sulit hamil (infertilitas) jika mioma intramural menutup atau
menekan pars interstitialis tubae. Mioma submukosa memudahkan terjadinya abortus. Bila
ditemukan mioma pada wanita dengan keluhan infertilitas harus dilakukan pemeriksaan yang
seksama terhadap sebab-sebab lain dari infertilitas sebelum menghubungkan dengan
kemungkinan adanya mioma uteri (Prawirohardjo Sarwono, 2010).

4. Patofisiologi dan WOC mioma uteri ?

Patofisiologi Mioma Uteri:

Miomoa memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak disbanding miometrium


normal. Menurut letaknya mioma terdiri dari mioma submukosum, intramural, dan
subserosa. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri
dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri
lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder
pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke
mioma uteri (Stuti, 2011).

9
Pathway:

Hormonal, Nuliparitas, keturunan/Herediter, zat karsiogenik

Reseptor estrogen

Hiperplasia sel imatur (otot polos dan jaringan ikat)

Myoma Uteri

M. Sub Mukosa M. Intramural M. Subsensa M. Intorligamenter

Perdarahan p/v
Mk: Cemas Massa/Tumor
- Menoragia
- Metoragia

Penekanan pada saraf Torsi Penekanan organ


sekitar
HB

Mk nyeri akut Dismenore - Vesika Rectum


Anemia urinaria
- Ureter

Lemah & Pe daya Mk: Resiko


lelah tahan tubuh kekurangan volume Mk: Retensio Mk: Konstipasi
cairan urine

Mk: Intolerensi
aktivitas
(Nuratif & Kusuma, 2016)
Mk: Resiko
Infeksi

10
5. Klasifikasi mioma uteri ?

a. Mioma submukosum

Mioma yang berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Mioma jenis ini walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui
vagina. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks (myomageburt)

b. Mioma Intramural

Mioma intrmural disebut juga sebagai mioma intrepitelial, biasanya multipel. Tumor
jenis ini terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium, dan sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor
di daerah perut sebelah bawah.

c. Mioma subserosum

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri, dapat hanya sebagai tonjolan saja,dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Mioma dapat
tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter,
selain itu mioma ini dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut
wandering/parasistic fibroid (Anwar, 2011).

6. Penatalaksanaan mioma uteri ?

a) Terapi Emergensi

Transfusi darah mungkin diperlukan untuk memperbaiki anemia. Transfusi dikemas


sel darah merah lebih digunakan dari pada whole blood. Operasi biasa diindikasikan
untuk pasien ketika mereka menjadi secara hemodinamik stabil. Operasi emergensi
diindikasikan untuk infeksi mioma, torsi akut, atau obstruksi usus yang disebabkan
oleh pedunkulata atau parisitik mioma.

b) Terapi Khusus

Terapi Medikasi Tujuan dari pada perawatan medis adalah untuk meringankan atau
mengurangi gejala. Meskipun tidak ada terapi medikasi yang pasti ada pada saat ini

11
tersedia untuk mioma uteri, gonadotropinreleasing hormone (GnRH) agonis
membuktikan bahwa GnRH adalah sangat berguna untuk membatasi pertumbuhan
atau membantu mengurangi ukuran tumor. GnRH agonis dapat
menyebabkan hypogonadism melalui hipofisis desensitisasi, mengatur turun reseptor,
dan penghambatan gonadotropin. Terapi gonadotropin yang dilakukan untuk mioma
uteri untuk 3 bulan akan mencapai penyusutan maksimum mioma uteri untuk lebih
kurang 35%-60% daripada volumnya dan hasil amenorrhea akan membaiki dalam
parameter hematologik. Terapi GnRH dilimitasi oleh efek samping hipopoestrogenik
dan keropos tulang, terutama dengan terapi yang dilakukan untuk lebih 6 bulan. Ada
kembalinya cepat volume uterus dan menstruasi pada penghentian terapi GnRH
agonis mungkin berguna untuk perdarahan control untuk mioma uteri; tingkat
preoperatif hematokrit, bertindak sebagai ukuran raguan sampai operasi dapat
dijadwalkan atau menopause diantisipasi atau penyusutan mioma akan mengizinkan
histerektomi vagina. Pil kontrasepsi oral umumnya diresepkan untuk mengontrol
perdarahan uterus abnormal tetapi terapinya tidak efektif dalam pengobatan mioma.
Pil kontrasepsi oral dapat membantu dalam mengobati kondisi hidup bersama
perdarahan anovulasi yang mungkin memberikan kontribusi untuk mioma. Suatu
penelitian menunjukkan hasil yang baik dengan penggunaan levonorgestrel-releasing
intrauterine alat untuk terapi menorrhagia terkait dengan beberapa mioma kecil
(Tinelli, 2014).

c) Terapi Operasi

Operasi adalah terapi yang paling penting untuk mioma. Pemeriksaan Imaging paling
sering harus disertai dengan evaluasi untuk menyingkirkan proses neoplastik panggul
lainnya. Semua pasien harus mengikuti serviks Papanicolaou smear test dan
endometrium evaluasi jika kalau perdarahannya irregular. Sebelum operasi definitive,
volume darah yang diperlukan harus disediakan terlebih dahulu dan langkahlangkah
lain seperti administrasi antibiotika profilatik atau heparin harus dipetimbangkan.
Mekanikal dan persediaan antibiotika usus dapat digunakan bila operasi panggul
menjadi sukar. Beberapa contoh terapi operasi antara lain :

12
1). Miomektomi

Miomektomi adalah salah satu pilihan simptomatik pasien yang ingin untuk
memelihara fertilitas atau melindungi uterus. Kerugian signifikan adalah resiko untuk
mioma yang akan timbul. Pascamiomektomi setelah 5 tahun, 50% - 60% pasien akan
mempunyai mioma baru yang akan dideteksi dalam ultrasound (USG), dan lebih dari
25% pasien akan memerlukan operasi major untuk kali kedua. Pasangan harus
menjalani evaluasi infertilitas menyeluruh sebelum wanita tersebut menjalani
miomektomi untuk memajukan fertilitas.Kebanyakkan wanita akan dinasihati untuk
melambatkan kehamilan untuk 3-6 bulan selepas miomektomi abdomen dan untuk
merencanakan sektio sesarean selepas mengeliminasi mioma transmural. Resiko
untuk kerusakan uterus disebabkan oleh paritas selepas miomektomi abdomen
dilaporkan sebanyak 0,0002%. Miomektomi yang dilakukan melalui histeroskopi
dalam kasus mioma submukosa dan melalui laparaskopi untuk mioma subserosa yang
angkanya kecil atau mioma intramural sedang meningkat.

Kekuatan penutupan uterus dalam laparaskopi mioma ialah kontroversi, dan


kerusakan uterus dilaporkan apabila masa gestasi 33 minggu. Pasien yang
menginginkan fertilitas dinasihatkan tentang resikonya.Pedunculated mioma
submukosa yang bertumbuh dalam vagina dapat disingkirkan kadang-kala dengan
menggunakan tali yang ada lengkungan atau melalui histereskopi. Tindakan ini adalah
langkah yang paling efektif jikalau tidak ada tumor yang diperlukan untuk
dieliminasi. Jikalau pedunculated mioma tidak dapat disingkirkan melalui vagina
maka biopsi dilakukan untuk mengelakkan miosarcoma atau mesodermal
sarcoma.Indikasi untuk miomektomi dalam kehamilan adalah tanda torsi dalam
mioma pedunculated di mana hemostasis stalk dapat dicapai dengan keselamatan
relatif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tindakan ini mempunyai resiko yang
besar untuk mendapatkan perdarahan atau transfusi.

2). Hiperektomi

Mioma uteri adalah indikasi paling sering untuk histerektomi dengan resiko
kumulatif sebanyak 7% untuk semua wanita yang berusia dalam lingkungan 25 tahun
- 45 tahun. Lebih dari 50% histerektomi dilakukan pada wanita yang kulit hitam
disebabkan oleh mioma, dengan resiko kumulatif sebanyak 20% sehingga umur 45

13
tahun. Histerektomi menyingkirkan gejala dan rekuren. Uterus dengan mioma kecil
mungkin dapat dieliminasikan dengan tindakan histerektomi vagina total, terutamanya
jika relaksasi vagina membutuhkan perbaikan cystocele, rectocele, atau entrocele.
Bila tumor yang besar ditemukan banyak, histerektomi abdomen total diindikasikan.
Ovari umumnya dipelihara pada wanita premenopausal. Tidak ada komplikasi dalam
mengangkat ovary daripada wanita yang pasca menopause.

3). Embolisasi mioma uteri

Okulasi emboli arteri uterus adalah suatu alternatif untuk operasi major pada
wanita premenopausal yang tidak menginginkan fertilitas tetapi menginginkan untuk
terus memelihara uterus atau mengelakkan efek samping daripada terapi medikasi.
Dalam prosedur ini, arteriogram akan dilaksanakan untuk mengidentifikasikan suplai
darah ke mioma. Selepas itu satu kateter akan dimasukkan ke dalam bagian distal
arteri uterus, biasanya melalui arteri femoris sebelah kanan. Arteri tersebut akan
diinfusi dengan agen embolisasi (polyvinyl alcohol particles atau tris-acryl gelatine
microspheres) sehingga alirannya terhenti. Prosedur ini akan bertahan selama 1 jam
secara menyeluruh. Studi observasi menunujukkan bahwa terapinya sama efektif
seperti histeretomi dan miomektomi, dengan banyak komplikasi minor dan dengan
komplikasi major yang sikit. Frekuensi mioma rekuren adalah sedikit dengan
embolisasi dibandingkan dengan miomektomi.

4). Ablasi Endometrium:

a) Untuk wanita yang tidak menginginkan fertilitas, ablasi endometrium dapat


mengkontrol gejala perdarahan. Prosedur ini lebih efektif jika dikombinasikan
dengan miolisis

b) Miolisis

c) Prosedur ini adalah teknik laparascopic thermal coagulation tidak


membutuhkan penjahitan dan senang untuk dilaksanakan. Destruksi jaringan
lokal mungkin akan mengakibatkan kerusakan pada masa kehamilan.

14
5). Laparaskopi uterus okulasi arteri

Tindakan ini dilaksanakan dengan kateterisasi arteri uterus melalui laparaskopi.

6). Magnetic resonance-guided focused ultrasound surgery

Cara ini diluluskan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2004
untuk terapi mioma pada wanita premenopausal yang sudah memiliki anak.
Prosedur outpatient yang menggunakan MRI untuk real-time monitoring of
thermoablative teknik yang menukarkan multipel ambangan energi ultrasound
pada volume jaringan yang kecil untuk dimatikan (Mettler L,2012)

7. Pemeriksaan penunjang mioma uteri ?

a. Ultra Sonografi (USG)

Mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi transabdominal
dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma kebiasaanya adalah simetrikal,
berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik menunjukkan anechoic. USG
menunjukkangambaran massa padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran
besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis, dan kadang terlihat tumor
dengan kalsifikasi (Tinelli,2014)

b. Magnetic Resonance Imagine (MRI)

Lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI mampu menentukan saiz, lokasi dan
bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak penembusan mioma submukosa di
dalam dinding miometrium. MRI akan menghasilkan gambaran dengan menyerap energy
dari suatu gelombang radio berfrekuensi tinggi yang menunjukkan adanya mioma.

c. Histerosalfingografi (HSG)

Digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah kavum uteri pada
pasien infertil. Merupakan suatu prosedur yang menghasilkan gambaran foto rontgen
bagian dalam lavitas uterus dan untuk mengetahui keadaan tuba falopii. Sejumlah cairan
yang mengandung iodine diinjeksikan melalui cervix ke dalam uterus dan tuba falopii,
hasil foto rontgen didapatkan.

15
d. Urografi intravena

Digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus tersebut sering terjadi deviasi
ureter atau penekanan dan anomali sistem urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui
posisi, jumlah massa pada ureter dan ginjal.

e. Computed Tomography (CT

CT merupakan salah satu tipe rontgen yang menggunakan komputer untuk


menghasilkan gambaran struktur tubuh seperti uterus. Walapun jarang dibutuhkan, hasil
gambaran CT dapat memperlihatkan adanya mioma.

f. Sonohistografi

Suatu prosedur ultrasonic di mana kavitas uterus dibatasi oleh sejumlah kecil cairan.
Cairan ini ditempatkan pada uterus melalui suatu selang plastik kecil. Pasien bisa
merasakan kram yang ringan. Sonohistografi meningkatkan kemampuan pemeriksa untuk
mengidentifikasi mioma yang masuk ke dalam kavum uteri(Anwar,2011)

8. Komplikasi mioma uteri ?

a. Mioma dan kehamilan

Lebih kurang dua pertiga wanita dengan mioma uteri dan infertiliti yang tidak dapat
dijelaskan pascamiomektomi, dan lebih kurang separuh darpada wanita akan menjalani
paritas bayi. Tetapi perbedaan dengan manajmen kehamilan diperlukan untuk
menyimpulkan keefektifan prosedur ini.Semasa trimester kedua dan ketiga kehamilan,
mioma akan meningkt dalam ukuran dan akan melalui deprivasi vaskuler dan perubahan
degenratif. Secara klinis, keadaan ini menyebabkan nyeri dan kelembutan lokal tetapi
juga akan menyebabkan persalinan premature.

Manajmen kehamilan dengan istirahat hampir setiap kali menghilangkan nyerinya


tetapi tokolitik mungkin diperlukan untuk mengkontrol kontraksi uterus.Semasa
persalinan, mioma akan memproduksi kelembaban uteri, malpresentasi janin atau
obstruksi jalan persalinan. Pada umumnya, mioma cenderung naik dari panggul sebagai
kehamilan berlanjut dan pengiriman vagina bisa dicapai. Mioma uteri mungkin akan
mengganggu kontraksi uterus yang efektif segera setelah persalinan, maka kemungkinan
hemorrhagia pascapartus harus diantisipasi.

16
b. Komplikasi pada wanita tidak hamil

Perdarahan yang hebat dengan anemia adalah komplikasi yang paling sering pada
kasus mioma. Obstruksi saluran kemih atau usus dari mioma besar atau parisitik lebih
kurang umum dan transformasi maligna jarang terjadi. Cedera ureter atau ligasi
merupakan komplikasi diakui operasi untuk kasus mioma terutama yang terhubung
dengan serviks (Manuaba,2008).

9. Asuhan keperawatan mioma uteri ?

Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Riwayat Penyakit Sekarang
3) Riwayat Penyakit Dahulu
a. Pernah mengalami infeksi pada organ reproduksi atau tidak.
b. Pernah dilakukan pembedahan contohnya miomektomi atau tidak.
c. Pernah dilakukan kuretase atau tidak.
4) Riwayat kehamilan
1. Gravida: jarang atau tidak pernah hamil.
2. Partus: multipara / nulipara.
3. Abortus: apakah terdapat riwayat abortus atau tidak.
4. Prematur: apakah pernah terjadi persalinan prematur ataukah tidak.
5. Riwayat hormonal
Apakah pasien mengkonsumsi obat hormonal atau tidak sehingga ada peningkatan
estrogen.
6. Riwayat menstruasi
adakah gangguan haid dan usia berapa haid pertama,pernah mengalami :
a) Dysminore yaitu nyeri yang berhubungan dengan menstruasi dan paling kuat dan
bersifat kolik atau terus menerus.
b) Metrorhagi yaitu perdarahan pervaginam yang berlebih yang tidak teratur dan
tidak ada hubungan dengan siklus haid.
c) Menoraghi yaitu pengeluaran darah menstruasi yang lebih banyak daripada
biasanya dan terjadi pada siklus yang teratur atau normal

17
7. Pemeriksaan persistem
a. Breath ( B1): Pola nafas efektif/tidak, ekspansi dada, suara nafas tambahan.
b. Blood (B2): Anemis, pucat, perdarahan pervaginam,tekanan darah bisa naik atau
turun, bradikardi atau takikardia, CRT kurang atau lebih dari 2 detik.
c. Brain (B3): Kaji adanya penurunan kesadaran menurun (GCS).
d. Bladder (B4):
1) Penekanan vesika urinari oleh massa tumor.
2) Retensi urine, disuria/ polakisuria, overflow inkontinesia.
3) Nyeri tekan pada vesika urinaria.
4) Hematuria.
e. Bowel (B5):
1) Palpasi abdomen : Tumor teraba seperti benjolan padat dan kenyal pada perut
bagian bawah.
2) Konstipasi
3) Auskultasi : peristaltik menurun
f. Bone (B6): terdapat varises, odema tungkai, kelemahan ekstremitas.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan p/v berlebihan
2. Anxietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman pada status
kesehatan konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit)
3. Nyeri otot berhubungan dengan kerusakan jaringan otot, uterus berkontraksi,
gangguan sirkulasi darah berhubungan darah pada sarang mioma akibat nekrosis dan
peradangan
4. Retensio urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada
organ sekitar (ureter, uretra)
5. Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum

18
3. Intervensi
Diagnosa INTERVENSI
Keperawatan NOC NIC
1. Kekurangan - Fluid Balnce a. Fluid management
volume - Hydration - Timbang pembalut jika
cairan - Nutional staty/food and fluid diperlukan
berhubungan intake - Pertahankan dan cata 1 & 0
dengan Kriteri Hasil: yang akurat
perdarahan - Mempertahankan urine - Monitor status hidrasi
p/v output sesuai dengan usia dan (kelembaban membaran
berlebihan BB mukosa, nasi adekuat,
- Vital sign tekanan darah normal)
- Tidak ada tanda-tanda - Monitor vital sign
dehidrasi - Monitor masukan
makanan/cairan dan hitung
kalori harian
- Kolaborasi pemberian
cairan IV
- Monitor status nutrisi
- Atur kemungkinan
transfusi/persiapan transfusi
b. Hipovolemia Management:
- Monitor status cairan
termasuk 1 & 0 cairan
- Peliham IV line
- Monitor vital sign
- Monitor dan catat respon
pasien terhadap
penambahan cairan
- Dorong pasien untuk
menambah intake oral
- Monitor adanya tanda &
gejala kelebihan volume

19
cairan pada pemberian
cairan IV
- Monitor adanya tanda-tanda
gagal ginjal

2. Anxietas - Anxiety Level a. Anxiety Reduction


berhubungan - Sosial anxiety level (penurunan kecemasan)
dengan Kriteria Hasil: - Gunakan pendekatan yang
perubahan - Klien mampu menyenangkan
dalam status mengidentifikasi dan - Nyatakan dengan jelas
peran, mengungkapkan gejala cemas harapan terhadap perilaku
ancaman - Mengidentifikasi, pasien
pada status mengungkapkan dan - Jelaskan semua prosedur
kesehatan menunjukkan teknik untuk dan apa yang dirasakan
konsep diri mengontrol cemas selama prosedur
(kurangnya - Vital sign - Pahami perpektif pasien
sumber - Postur tubuh, expresi wajah, terhadap dan apa yang
informasi bahasa tubuh dan tingkat dirasakan selama prosedur
terkait aktifitas menunjukkan - Pahami perspektif pasien
penyakit) berkurangnya kecemasan terhadap situasi stress
- Dengarkan klien dengan
penuh perhatian
- Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi

20
b. Relaxation Terapy
- Jelaskan alasan untuk
relaksasi dan manfaat,
batas, dan jenis relaksasi
yang tersedia
- Menciptakan lingkungan
yang tenang dengan cahaya
redup dan suhu yang
senyaman mungkin
- Ajak pasien bersantai dan
membiarkan sensasi terjadi
- Menunjukkan teknik
berlatih relaksasi dengan
pasien

3. Nyeri otot - Pain level a. Pain management


berhubungan - Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
dengan - Confort lrvrl secara komprehensif
kerusakan Kriteria Hasil: termasuk lokasi,
jaringan otot, - Mampu mengtrol nyeri karakteristik, durasi,
uterus - Melaporkan nyeri frekuensi, kualitas dan
berkontraksi, berkurang dengan faktor predisposisi
gangguan menggunakan manajemen - Observasi reaksi non verbal
sirkulasi nyeri dari ketidakmampuan
darah - Mampu mengenali nyeri - Gunakan teknik komunikasi
berhubungan - Menyatakan rasa nyaman terapeutik untuk
darah pada setelah nyeri berkurang mengetahui pengalaman
sarang nyeri pasien
mioma - Kaji cultur yang
akibat mempengaruhi respon nyeri
nekrosis dan - Evaluasi pengalaman nyeri
peradangan masa lampau
- Bantu pasien untuk

21
menentukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
- Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologis
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
b. Analgesik administation
- Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Monitor vital sign sebelum
& sesudah pemberian
analgesik pertaman kali
- Berikan analgesik tepat
waktu
- Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda & gejala

22
4. Retensio - Urinary elemination a. Urinary retention care
urine - Urinary continence - Monitor 1 & 0
berhubungan - Monitor derajat distensi
Kriteria Hasil:
dengan bladder
penekanan - Kandung kemih kosong - Sediakan priracy untuk
oleh massa secara penuh eliminasi
jaringan - Tidak ada residu urine > - Keterisasi jika perlu
neoplasma 100-200 - Monitor tanda-tanda gejala
pada organ - Bebas dari ISK ISK
sekitar - Tidak ada spasme bladdes b. Urinary elemination
(ureter, - BC seimbang management
uretra) - Monitor pengeluaran urine
- Ajarkan pada PX mengenai
tanda & gejala ISK

5. Konstipasi - Bowel elemination a. Constifation/imfaction


berhubungan management
Kriteria Hasil:
dengan - Monitor tanda & gejala
penekanan - Mempertahankan bantuk kontipasi
pada rectum feses lunak setiap 1-3 hari - Monitor bising usus

- Bebas dari - Monitor feses

ketidakmampuan konstipasi - Konsultasi dengan dokter

- Feses lunak & berbentuk tentang penurunan

- Mengidentifikasi indicator - Monitor tanda & gejala

untuk mencegah konstipasi ruptur usus/peritonitis


- Jelaskan etiologi &
rasionalisasi tindakan
terhadap pasien
- Identifikasi faktor penyebab
dan kontribusi konstipasi
- Dukung intake cairan,
kecuali dikontra indikasikan

23
- Kolaborasi pemberian
laktasif
- Evaluasi profil obat untuk
efek samping gastro
intestinal
- Anjurkan pasien untuk diet
tinggi serat/kolaborasi gizi
- Lepaskan secara manual
bila perlu

24
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Dari telaah pustaka yang penulis lakukan maka dapat diperoleh kesimpulan: Mioma
uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya
sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma atau fibroid.Mioma uteri
termasuk neoplasma jinak, yang berasal dari otot uterus yang disebut juga dengan dua tempat
yaitu serviks uteri dan korpus uteri.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan reproduksi mioma uteri adalah
suatu tindakan keperawatan mulai dari pengkajian data, menentukan diagnosa yang muncul,
membuat rencana tindakan, lalu mengimplementasikan dan terakhir mengevaluasi tindakan
yang telah dilakukan. Pada Ny. R dapat ditegakkan 3 masalah yaitu nyeri, gangguan
eliminasi dan cemas karena kurangnya pengetahuan tentang mioma uteri. Setelah dilakukan
tindakan maka hasil evaluasi yang diperoleh semua masalah teratasi sebagian sehingga
intervensi tetap dilanjutkan.

b. Saran

Memberikan asuhan keperawatan harus lebih maksimal agar hasil yang dicapai dapat
terwujud sesuai keinginan dan mengupayakan terhadap pasien agar menjaga kesehatan
mereka supaya tidak ada orang yang sakit serupa seperti mioma uteri. Memberikan motivasi
pendidikan kesehatan tentang mioma uteri, bagaimana mioma uteri itu bisa tumbuh di serviks
untuk kita semua, memberikan semaksimal mungkin untuk kesehatan bagi kita sendiri
maupun orang lain atau pasien.
Bagi pasien yang mengalami kesakitan hendaknya secepat mungkin untuk memeriksa
keadaan tubuhnya. Selain itu, sekiranya pasien belum mengetahui tentang apapun untuk
menanyakan ke pihak kesehatan setempat. Peningkatan pelayanan di Rumah Sakit hendaknya
ditinjau kembali dan dilakukan perbaikan agar pasien yang dirawat memperoleh kepuasan
dan cepat sembuh. Bagi pelayanan kesehatan akan merasa puas bila melihat pasien yang
dirawat sembuh total dan merasakan kebahagiaan itu muncul bila melihat orang yang
kesakitan menjadi sembuh total, kekeluargaan akan muncul sewaktu pasien dirawat dan kami
merawatnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Andrea Tinelli, 2014. Uterine Myoma, Myomectomy and Minimally Invasive Treatments.
2015 Edition. Springer, 227.
Anwar, Mochammad. 2011. Ilmu Kandungan Edisi ke-3. Jakarta:Bina Pustaka.Sarwono
Prawiroharjo.
Manuaba, I.B.G. 2008 Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit EGC.
Mettler, L,. 2012 Value of Malignancy Exclusion of Ovarian Cysts Prior to

Laparoscopy.J. Reproduktionsmed. Endokrinol; 5(2).p.93 –100

Nuratif A.H, Kusuma H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Diagnosa Nanda,
NIC, NOC dalam berbagai kasus jilid 2. Yogyakarta: Nedi Action
Prawirohardjo Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan Yayasan Bina Pustaka. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Stuti, Aria, 2011. Hubungan Faktor Resiko dan Kejadian Mioma Uteri. Jurnal Unimus,

26

Anda mungkin juga menyukai