Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk
kedalam tubuh manusia akan mem engaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA (BNP
Jabar, 2010). Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan
Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan
upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner,
multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan zat aditif?
2. Apa sebenarnya pengertian zatadiktif itu?
3. Apa yang dimaksud dengan psikotropika?
4. Dampak apa saja yang diakibatkan oleh zat adiktif dan psikotropika?
5. Apa sanksi tindak pidana psikotropika dan zat adiktif?
6. Bagaimana upaya pencegahan penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian zat aditif;
2. Untuk menjelaskan pengertian zat adiktif;
3. Untuk menjelaskan pengertian psikotropika;
4. Untuk mengidentifikasi dampak apa saja yang diakibatkan oleh zat adiktif dan
psikotropika;
5. Untuk menjelaskan sanksi tindak pidana psikotropika dan zat adiktif;
6. Untuk mengidentifikasi upaya pencegahan penyalahgunaan zat adiktif dan
psikotropika.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Zat Aditif
1. Pengertian Zat Aditif
Menurut WHO dan FAO yaitu bahan-bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke
dalam makanan dalam jumlah yang sedikit. Tujuannya adalah untuk menambahkan cita rasa,
warna, bentuk, tekstur serta mempertahankan lamanya penyimpanan. Serta menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.329/Menkes/PER/XII/76 yaitu bahan yang ditambahkan
dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu serta kualitas
makanan. Jadi dapat disimpulkan, zat aditif adalah zat yang ditambahkan pada makana saat
pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu makanan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh- tumbuhan yang
selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek
samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang
makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak
mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat
aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian
direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping
misalnya: gatal-gatal, dan kanker.

2. Macam-macam Zat Aditif


a. Zat Pewarna
Zat pewarna adalah bahan yang dapat memberi warna pada pada makanan

b. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa


Zat aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma
makanan.Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester.
Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil butirat (rasa nanas),
isobutil propionat (rasa rum). Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling
banyak digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenak
dengan nama vetsin.
c. Zat pemanis buatan
Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang melebihi sukrosa beberapa kali lipat.
Bahan pemanis dapat berupa pemanis alami dan buatan: Pemanis alami yang biasa
dipakai adalah gula sedangkan pemanis buatan biasa dikonsumsi oleh orang yang
menderita sakit kencing manis.
Contoh-contoh pemanis buatan yaitu (1) sakarin, berbentuk kristal putih. Memiliki tingkat
rasa manis 500 kali dari manis gula pasir. ADI (Acceptable Daily Intake) untuk pemnanis
buatan ini adalah adalah 1 gram. (2) Aspartam, berbentuk serbuk putih, tidak berbau dan
bersifat higroskopik. Memiliki tingkat rasa manis 200 kali dari rasa manis gula pasir. ADI
untuk pemanis aspartam adalah 40 mg. Tidak boleh dicampur dengan makanan yang
mengandung MSG (Monosodium Glutamat). (3) Sorbitol, diolah dari buah cherry,
plum, apel, pir, lumut dan rumput laut. (4) Siklamat, memiliki tingkat rasa manis 50 kali
dari rasa manis gula pasir. Di Amerika Serikat, pengguanaan siklamat sudah dilarang
karena bersifat karsinogenik. (5) Dulsin, memiliki tingkat rasa manis 250 kali dari rasa
manis gula pasir. Pemakaian zat ini sudah dilarang oleh Departemen Kesehatan RI.

d. Pengawet
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian
lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Contoh bahan pengawet dan penggunaannya:
1) Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap,
acar ketimun dalam botol dan caos.
2) Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.
3) Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet kalangan.
4) Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.

e. Anti oksidan
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi.
Contoh:
1) Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging
olahan, kaldu, dan buah kalengan.
2) Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan
3) Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan
mentega, pengemulsi, pemantap, dan pengental.
4) Zat aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi
yang homogen pada makanan.
Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab

f. Pemutih dan pematang tepung


Zat aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung
sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.
Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat

g. Pengatur keasaman
Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman
makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam
klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat
I
h. Anti kempal
Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh:
aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja)

B. Zat Adiktif
1. Pengertian Zat Adiktif
Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat menimbulkan
ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang panjang (drug
dependence). Kelompok zat adiktif adalah narkotika (zat atau obat yang berasal dari
tanaman) atau bukan tanaman, baik sintetik maupun semisintetik, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit,
dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
2. Kategori Zat Adiktif

a. Berdasarkan Bahan
1) Natural
Diambil dari tanaman, seperti: ganja, candu, kokaina, jamur, kaktus, tembakau, kopi,
pinang, dan sirih
2) Sintetis
Dibuat dari bahan kimia farmasi atau dicampur dengan bahan alamiah, seperti:
amphetamin, kodein, dan lem.

b. Berdasarkan Efek Kerja


1) Merangsang Sistem Syaraf Pusat
Yaitu jenis NAPZA yang mampu memacu kerja jantung, memompa paru-paru
dengan lebih giat dan mengaktifkan berbagai hormone transmitter di dalam otak
sehingga menyebabkan rasa segar dan bersemangat.
2) Menekan Sistem Syaraf Pusat
Yaitu jenis NAPZA yang mampu memperlambat jantung dan denyut nadi,
memperlambat kerja paru-paru dan mengurangi transmitter pada otak sehingga
menyebabkan rasa mengantuk atau rasa tenang
3) Mengacaukan Sistem Syaraf Pusat (Halusinasi)
Yaitu jenis NAPZA yang mampu mempengaruhi kerja susunan saraf pusat, otak dan
tulang belakang, sehingga mampu menyebabkan halusinasi, melihat dan merasakan
realitas palsu.

c. Berdasarkan Cara Penggunaan


1) Dimasukan dalam mulut/diminum (Oral)
2) Disuntikan ke dalam tubuh (Injeksi)
3) Diletakan di dalam luka (biasanya luka sayatan yang sengaja dibuat)
4) Dihisap (sniffed)/dihirup (inhaled)
5) Dimasukan melalui anus (Insersi anal)

d. Berdasarkan Bentuk
1) Cairan
2) Pasta
3) Pil/kapsul
4) Kristal/blok
5) Bubuk
6) Gas
7) Lapisan kertas (impregnated paper)

3. Macam-Macam Zat Adiktif

Narkotika menurut tujuan penggunaan dan tingkatan risiko ketergantungannya terbagi dalam
3 golongan, yaitu:
a. Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh Narkotika golongan I terdiri dari 26 macam, antara
lain opium mentah, candu, kokain, ganja dan heroin.

1) Candu
Candu dalam bahasa inggris disebut Poppy. Candu adalah getah tanaman Papaver
Somniferum yang didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak.

Gambar 2.1 Tanaman Papaver Somniferum

Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan
mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah
akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak yang menjadi cikal bakal dari
heroin, opium, morfin dan kodein.
Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman diperjualbelikan dalam
kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain cap merek ular, cap
tengkorak, cap burung elang, dan berbagai cap atau merek lainnya.
Candu sering dipakai dengan cara dihisap. Dikalangan pengguna, candu sering
disebut dengan Madat Opium digunakan untuk menghilangkan rasa sakit karena luka atau
menghilangkan rasa nyeri pada penderita kanker. Namun dalam dosis berlebih dapat
mengakibatkan kecanduan yang akhirnya menyebabkan kematian.
Penggunaannya yang banyak berbicara sendiri, kecenderungan untuk melakukan
kerusuhan, merasakan nafas berat dan lemah, ukuran pupil mata mengecil, mual, susah buang
air besar, dan sulit berpikir. Jika pemakaian obat ini diputus, akan timbul hal-hal berikut:
sering menguap, kepala terasa berat, mata basah, hidung berair, hilang nafsu makan, lekas
lelah, badan menggigil, dan kejang-kejang. Jika pemakaiannya melebihi dosis atau overdosis,
akan menimbulkan hal-hal berikut: tertawa tidak wajar, kulit lembap, napas pendek
tersenggal-senggal, dan dapat mengakibatkan kematian.

2) Kokain
Kokain termasuk ke dalam salah satu jenis dari narkotika. Kokain diperoleh dari hasil
ekstraksi daun tanaman koka (Erythroxylum coca). Daun koka atau Erythroxylon coca adalah
jenis pokok Erythroloxylon yang terdapat di Peru,Bolivia dan Colombia di Pergunungan
Andes,Amerika Serikat. Bahan ini kebanyakannya digunakan di Amerika Serikat. Zat ini
dapat dipakai sebagai anaestetik (pembius) dan memiliki efek merangsang jaringan otak
bagian sentral. Pemakaian zat ini menjadikan pemakainya suka bicara, gembira yang
meningkat menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung bertambah, demam, perut nyeri,
mual, dan muntah. Seperti halnya narkotika jenis lain, pemakaian kokain dengan dosis
tertentu dapat mengakibatkan kematian.
Zat adiktif kokain jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan
kekurangan sel darah putih atau anemia sehingga dapat membuat badan kurus kering. Selain
itu kokain menimbulkan perforesi sekat hidung (ulkus) dan aritma pada jantung.
3) Ganja

Ganja atau mariyuana merupakan zat adiktif narkoba dari golongan kanabionoid. Ganja
terbuat dari daun, bunga, biji, dan ranting muda tanaman mariyuana (Cannabis sativa) yang
sudah kering.
Tanda-tanda penyalahgunaan ganja, yaitu
Gembira dan tertawa tanpa sebab, santai dan lemah, banyak bicara sendiri, pengendalian
diri menurun, menguap atau mengantuk,

Gambar 2.4 Daun Ganja

tetapi susah tidur, dan mata merah, serta tidak tahan terhadap cahaya dan badan kurus karena
susah makan. Tanda-tanda gejala putus obat (ganja), yaitu sukar tidur, hiperaktif, dan
hilangnya nafsu makan. Tanda-tanda gejala overdosis, yaitu ketakutan, daya pikir menurun,
denyut nadi tidak teratur, napas tidak teratur, dan mendapat gangguan jiwa. Zat kandungan
dalam ganja yang berbahaya dapat menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan melemah
sehingga mudah terserang penyakit dan infeksi serta memperburuk aliran darah koroner.

b. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan II terdiri
dari 87 macam, contohnya morfin dan Petidin.
1) Morfin

Kata "morfina" berasal dari Morfeus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.
Morfin (INN) (diucapkan / n mɔrfi ː / ) ( MS T'rusk ,
MSIR , Avinza , Kadian , Oramorph , Roxanol , Kapanol ) adalah potensial candu analgesik
obat dan dianggap sebagai prototipikal opioid . Hal ini ditemukan pada 1804 oleh Friedrich
Sertürner , pertama didistribusikan oleh Friedrich Sertürner pada tahun 1817, dan komersial
pertama dijual oleh Merck pada tahun 1827, yang pada waktu itu sebuah toko kimia kecil. Itu
lebih banyak digunakan setelah penemuan jarum suntik pada tahun 1857. Ini mengambil
nama dari Tuhan Yunani mimpi Morpheus ( Yunani : Μορφέας ).
Morfin adalah paling banyak mengandung alkaloid yang ditemukan di opium ,
getah kering (lateks) yang berasal dari hasil getah irisan biji mentah opium, atau dinamakan,
poppy, Papaver somniferum.
Morfin adalah

pemurnian pertama

Gambar 2.5 Biji opium

dari sumber tanaman dan merupakan salah satu dari sedikitnya mengandung 50 macam
alkaloid dari beberapa jenis dalam opium, Poppy Straw Konsentrat , dan turunan opium
lainnya.
Morfin umumnya 8 sampai 17 persen dari berat kering opium, walaupun khusus dibesarkan
kultivar mencapai 26 persen atau menghasilkan morfin sedikit sekali, di bawah 1 persen,
mungkin turun menjadi 0,04 persen. Varietas yang terakhir, termasuk 'Przemko' dan Norman
'kultivar' dari opium poppy, digunakan untuk menghasilkan dua alkaloid lain, tebain dan
oripavine , yang digunakan dalam pembuatan-sintetik dan semi

sintetik opioid seperti oxycodone dan etorphine dan beberapa jenis obat.
( P. bracteatum ) tidak mengandung morfin atau kodein, atau lainnya narkotika fenantrena
tipe, alkaloid. Spesies ini lebih merupakan sumber tebain . Terjadinya morfin di lain
papaverales dan Papaveraceae , serta pada beberapa jenis hop dan murbei pohon belum
dikonfirmasi. Morfin diproduksi paling dominan di awal siklus hidup tanaman. Melewati titik
optimum untuk ekstraksi, berbagai proses di pabrik memproduksi kodein , tebain , dan dalam
beberapa kasus jumlah diabaikan hidromorfon , dihydromorphine , dihydrocodeine ,
tetrahydrothebaine, dan xanax (senyawa ini agak disintesis dari tebain dan oripavine). Tubuh
manusia memproduksi endorphines , yang neuropeptida , dengan efek yang sama.
Dalam pengobatan klinis, morfin dianggap sebagai standar emas, atau patokan, dari analgesik
digunakan untuk meringankan penderitaan berat atau sakit dan penderitaan . Seperti opioid
lain, misalnya oksikodon (OxyContin, Percocet, Percodan), hidromorfon (Dilaudid,
Palladone), dan diacetylmorphine ( heroin
), morfin langsung mempengaruhi pada sistem saraf pusat (SSP) untuk meringankan rasa
sakit . Morfin memiliki potensi tinggi untuk kecanduan , toleransi dan psikologis
ketergantungan berkembang dengan cepat, meskipun Fisiologis ketergantungan mungkin
membutuhkan beberapa bulan untuk berkembang.

c. Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.. Narkotika golongan III terdiri dari 14 macam, contohnya etil morfin dan
kodein.

4. Zat Adiktif lainnya :


Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang
berpengaruh psiko aktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan

bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika

Gambar 2.6 Merk Minumal Beralkohol

akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Alkohol dalam minuman
keras dapat menyebabkan gangguan jantung dan otot syaraf, mengganggu metabolisme
tubuh, membuat janis menjadi cacat, impoten serta gangguan seks lainnya. Ada 3 golongan
minuman beralkohol :
1) Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
2) Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )
3) Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker ).
b. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering
disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, lem uhu, racun

Gambar 2.7 Inhalasi pada anak

serangga, Bensin. Inhalasia memiliki dampak buruk bagi

kesehatan kita seperti gangguan pada fungsi jantung, otak, dan lever. Efek lain dari
penggunaan yang salah pada tubuh manusia adalah
dapat menimbulkan infeksi emboli.
c. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan
alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok
dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
C. Psikotropika
1. Pengertian Psikotropika
Menurut Undang-undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, bahwa psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika meliputi: Extacy, shabu-shabu, LSD,
obat penenang tidur, obat anti depresi dan anti psikosis. Psikotropika merupakan zat
(biasanya dalam bentuk tablet) yang mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut
adalah pusat- pusat tertentu di dalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).
Psikoaktiva adalah semua zat yang mempunyai komposisi kimiawi dan berpengaruh pada
otak hingga dapat menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, pikiran, persepsi, kesadaran.

2. Macam-macam Psikotropika
Berdasarkan fungsinya obat psikotropika dibedakan menjadi tiga yaitu obat stimulan, obat
depresan, dan obat halusinogen:
a. Obat stimulan ( obat perangsang ) adalah obat yang merangsang system saraf
sehingga orang yang merasakan lebih pecaya diri dan
selalu waspada contoh obat ini adalah, kafein nikotin.
b. Obat depresan ( obat penenang ) adalah obat yang dapat menekan system saraf
sehingga pemakaiannya merasa ngantuk dan tingkat

kesadarannya turun. Contoh obat jenis ini adalah alcohol dan


barbiturate
c. Obat halusinogen adalah obat yang dapat membelokkan pikiran pemakaiannya
Zat adiktif hampir semuanya termasuk ke dalam psikotropika, tetapi tidak semua
psikotropika menimbulkan ketergantungan. Berikut ini termasuk ke dalam golongan
psikotropika yang tidak membuat kecanduan, yaitu LSD (Lysergic Acid Diethylamide) dan
amfetamin. Penyalahgunaan kedua golongan psikotropika ini sudah meluas di dunia.
a. LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
LSD merupakan zat psikotropika yang dapat menimbulkan halusinasi (persepsi semu
mengenai sesuatu benda yang sebenarnya tidak ada). Zat ini dipakai untuk membantu
pengobatan bagi orang- orang yang mengalami
gangguan jiwa atau sakit ingatan. Zat ini bekerja dengan cara membuat otot-otot yang semula
tegang menjadi rileks. Penyalahgunaan zat ini biasanya dilakukan oleh

orang-orang yang menderita frustasi dan ketegangan jiwa.


b. Amfetamin

Gambar 2.8 Bentuk-bentuk LSD

Kita seringkali mendengar pemberitaan di media massa mengenai penjualan barang-barang


terlarang, seperti ekstasi dan shabu. Ekstasi dan shabu adalah hasil sintesis dari zat kimia
yang disebut amfetamin. Jadi, zat psikotropika, seperti ekstasi dan shabu tidak diperoleh dari
tanaman melainkan hasil sintesis. Pemakaian zat-zat tersebut akan menimbulkan gejala-gejala
berikut: siaga, percaya diri, euphoria (perasaan gembira berlebihan), banyak bicara, tidak
mudah lelah, tidak nafsu makan, berdebar-debar, tekanan darah menurun, dan napas cepat.
Jika overdosis akan menimbulkan gejala-gejala: jantung berdebar- debar, panik, mengamuk,
paranoid (curiga berlebihan), tekanan darah

naik, pendarahan otak, suhu tubuh tinggi, kejang, kerusakan pada ujung-ujung saraf, dan
dapat mengakibatkan kematian. Jika sudah kecanduan, kemudian dihentikan akan
menimbulkan gejala putus obat sebagai berikut: lesu, apatis, tidur berlebihan, depresi, dan
mudah tersinggung.

D. Dampak Zat Adiktif dan Psikotropika


Zat adiktif dan psikotropika memiliki beberapa dampak penggunaan oleh manusia
yang dapat dibagi menjadi 3,yaitu dampak kesehatan,dampak
sosial,dan dampak ekonomi.
1. Dampak kesehatan
Dampak kesehatan akibat penggunaan zat adiktif dan psikotropika.
a. Mengurangi kemampuan darah dalam menyimpan oksigen karena zat
ini mengandung racun yang berbahaya.
b. Mengakibatkan kanker.
c. Menyebabkan kesulitan dalam bernapas.
d. Penurunan daya ingat.
e. kerusakan hati/kanker hati
f. menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation).
g. Menimbulkan semangat.
h. Merasa waktu berjalan lambat.
i. Pusing,kehilangan keseimbangan tubuh/ mabuk.
j. Timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung.
k. Menimbulkan euphoria.
l. Mual,muntah,sulit buang air besar.
m. Kebingungan (konfusi).
n. Berkeringat.
o. Pingsan dan jantung berdebar-debar.
p. Gelisah dan berubah suasana hati.
q. Denyut nadi melambat.
r. Tekanan darah menurun.
s. Otot-otot menjadi lemah.
t. Pupil mengecil dan gangguan penglihatan.
u. Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri.
v. Banyak bicara.
w. Gangguan kebiasaan tidur.
x. Gigi rapuh,gusi menyusut karena kekurangan kalsium.
y. Tekanan darah meningkat.

2. Dampak sosial
Dampak sosial yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan zat adiktif
dan psikotropika oleh manusia.
a. Susah dalam bersosialisasi.
b. Tidak percaya diri.

c. Sulit pengendalian diri.


d. Susah menyambung pembicaraan.
e. Berpikiran negatif pada diri sendiri.
f. Bergembira secara berlebihan.
g. Lebih banyak berdiam diri.
h. Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik. Selain itu biasanya
tukang candu narkoba akan bersikap anti sosial. keluarga akan malu besar karena
punya anggota keluarga yang
memakai zat terlarang.
i. Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah
atau perguruan tinggi alias DO / drop out.
j. Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba
akan gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal.
k. Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajiban Tuhan serta
menjalani kehidupan yang dilarang oleh ajaran agamanya.
l. Bisa dijebloskan ke dalam tembok derita / penjara yang sangat
menyiksa lahir batin..
m. Mendorong pemakainya untuk melakukan tindak kriminal karena harganya mahal dan
sudah ketergantungan terhadap obat itu,sehingga pemakai akan memaksakan diri untuk
mengkonsumsi obat itu.
3. Dampak Ekonomi
Berikut ini beberapa dampak dalam bidang ekonomi akibat dari
penggunaan zat adiktif dan zat psikotropika oleh manusia.
a. Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan
kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.
b. Masalah keuangan. Obat-obatan yang dikonsumsi biasanya mahal.Namun, bila sudah
kecanduan maka pengguna akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Mereka bisa
menjual barang pribadi
atau mengambil milik orang lain dan keluarga.
c. Pemakai tidak akan dapat menabung dan memenuhi kebutuhan pokoknya sebagai
manusia biasa,karena pemakai akan lebih mementingkan obat itu daripada kebutuhan
pokoknya.
E. Sanksi Tindak Pidana Psikotropika dan Zat Adiktif
Pengedar,produsen,dan pengguna zat adiktif dan psikotropika akan mendapatkan sanksi
sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.Hukumannya telah diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia dan hukum negara.

1. UNDANG-UNDANG No.8 TAHUN 1996 TENTANG RATIFIKASI Convention


On Psichotropic Substances 1971 (Konvensi Tentang
Psikotropika 1971)
2. UNDANG-UNDANGUNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 1992
TENTANG KESEHATAN.
3. NO. 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA.
4. PERATURAN MENTERI KESEHATAN No. 124/MENKES/Pen/II/ 1993,
TANGGAL 8 PEBRUARI 1993 TENTANG OBAT KERAS TERTENTU.

Pokok-Pokok Sanksi Hukum Narkotika


1. Menggunakan untuk diri sendiri atau terhadap orang lain dikenakan ancaman pidana
mulai dari maksimal 15 tahun minimal 2 tahun dan
denda maksimal 5 milyar minimal 25 juta (pasal 78).
2. Memiliki, menyimpan untuk dimiliki atau untuk persediaan atau menguasai narkotika
golongan II ancaman pidana mulai dari maksimal 12 tahun minimal 5 tahun dan denda
maksimal 3 milyar - minimal 100
juta (pasal 79).
3. Memproduksi, Mengolah, Mengekstraksi, Mengkonversi, Merakit Atau Menyediakan
Narkotika Golongan I, Golongan II Dan Golongan III Dikenakan Ancaman Pidana Mulai
Dari Maksimal Pidana Mati Minimal 4 Tahun Dan Denda Maksimal 7 Milyar Minimal 200
Juta
(Pasal 80).
4. Mengimport, mengeksport, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual,
membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli atau menukar narkotika
golongan I, atau golongan II atau golongan III dikenakan ancaman pidana mulai dari
maksimal pidana mati minimal 4 tahun dan denda maksimal 7 milyar minimal 200 juta
(pasal 82).
5. Menggunakan narkotika terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I,
atau golongan II atau golongan III dikenakan ancaman pidana mulai dari maksimal 20 tahun
minimal 5 tahun dan denda maksimal 750 juta minimal 250 juta (pasal 84).

6. Menggunakan narkotika golongan I bagi diri sendiri , atau golongan II atau golongan
III dikenakan ancaman pidana mulai dari maksimal 5 tahun minimal 2 tahun (pasal 85).

F. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Zat Adiktif dan Psikotropika


Kita semua harus berupaya untuk terhindar dari penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika.
Pencegahan penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika memerlukan peran bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
1. Peran Anggota Keluarga
Setiap anggota keluarga harus saling menjaga agar jangan sampai ada anggota keluarga yang
terlibat dalam penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Kalangan remaja ternyata
merupakan kelompok terbesar yang menyalahgunakan zat-zat tersebut. Oleh karena itu,
setiap orang tua memiliki tanggung jawab membimbing anakanaknya agar menjadi manusia
yang bertaqwa kepada Tuhan. Karena ketaqwaan inilah yang akan menjadi perisai ampuh
untuk membentengi anak dari menyalahgunakan obat-obat terlarang dan pengaruh buruk
yang mungkin datang dari lingkungan di luar rumah.
2. Peran Anggota Masyarakat
Kita sebagai anggota masyarakat perlu mendorong peningkatan pengetahuan setiap anggota
masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan obat-obat terlarang. Selain itu, kita sebagai
anggota masyarakat perlu memberi informasi kepada pihak yang berwajib jika ada
pemakai dan
pengedar narkoba di lingkungan tempat tinggal.
3. Peran Sekolah
Sekolah perlu memberikan wawasan yang cukup kepada para siswa tentang bahaya
penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika bagi diri pribadi, keluarga, dan orang lain. Selain
itu, sekolah perlu mendorong setiap siswa untuk melaporkan pada pihak sekolah jika ada
pemakai atau pengedar zat adiktif dan psikotropika di lingkungan sekolah. Sekolah perlu
memberikan sanksi yang mendidik untuk setiap siswa yang terbukti menjadi pemakai atau
pengedar narkoba.

4. Peran Pemerintah
Pemerintah berperan mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dengan cara mengeluarkan aturan hukum yang jelas dan tegas. Di samping itu, setiap
penyalahguna, pengedar, pemasok, pengimpor, pembuat, dan penyimpan narkoba perlu
diberikan sanksi atau hukuman yang membuat efek jera bagi si pelaku dan mencegah yang
lain dari kesalahan yang sama.

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Zat adiktif dan psikotropika itu terdiri dari berbagai jenis dan golongan.Setiap penggunaan
zat adiktif dan psikotropika akan mendapat dampak bagi kehidupan dan kesehatan.Untuk
kesehatan tubuh,penggunaan zat adiktif dan psikotropika akan merusak beberapa fungsi
organ dan mempengaruhi lancarnya kegiatan system organ.Untuk kehidupan,berdampak pada
sosial dan ekonomi.Sedangkan untuk produsen,pengguna,dan pengedar zat adiktif dan
psikotropika akan mendapat sanksi hukum sesuai dengan hukum yang berlaku.Untuk di
negara kita akan diberi sanksi yang sudah diatur dalam undang-undang dan peraturan hukum
Negara Republik Indonesia.
B. Saran
Berikut beberapa saran yang dapat digunakan untuk menghindari zat
adiktif dan psikotropika antara lain :
1. Hindari para pengguna zat ini supaya kita tidak terpengaruh untuk
menggunakannya.
2. Selalu berpikir positif meskipun dalam keadaan yang genting atau pada saat
mengalami kegagalan dan putus asa.
3. Jangan pernah berpikir bahwa menggunakan zat adiktif dan psikotropika adalah salah
satu jalan keluar dari masalah supaya masalah dapat terselesaikan,padahal itu merupakan
jalan buntu dan akan memberikan
masalah.
4. Gunakan motto hidup yang positif.
5. Berpikir untuk mencapai masa depan yang cemerlang.

6. Jalani hidup dengan hal-hal yang positif dan menyenangkan.


7. Selesaikan masalah dengan hati yang tenang dan pikiran yang dingin agar
tidak mengarah pada arah yang negatif.
8. Ikuti seminar atau penyuluhan mengenai zat adiktif dan psikotropika.
9. Terapkan hidup untuk menjauhi zat adiktif dan psikotropika.
10. Gunakan waktu kosong untuk hal-hal positif.

DAFTAR PUSTAKA

Dian N.F.2008.Rumus Kimia Kantong Kimia SMP.Yogyakarta:Penerbit Pustaka Widyatama.

Sarwono. Sarlito.2013.Psikologi Remaja. Jakarta:Rajawali Pers. Susanti, Dini. 2008.


Pelajaran IPS-Geografi. Bandung: Yrama Widya.

Anda mungkin juga menyukai