PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk
kedalam tubuh manusia akan mem engaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA (BNP
Jabar, 2010). Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan
Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan
upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner,
multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan zat aditif?
2. Apa sebenarnya pengertian zatadiktif itu?
3. Apa yang dimaksud dengan psikotropika?
4. Dampak apa saja yang diakibatkan oleh zat adiktif dan psikotropika?
5. Apa sanksi tindak pidana psikotropika dan zat adiktif?
6. Bagaimana upaya pencegahan penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian zat aditif;
2. Untuk menjelaskan pengertian zat adiktif;
3. Untuk menjelaskan pengertian psikotropika;
4. Untuk mengidentifikasi dampak apa saja yang diakibatkan oleh zat adiktif dan
psikotropika;
5. Untuk menjelaskan sanksi tindak pidana psikotropika dan zat adiktif;
6. Untuk mengidentifikasi upaya pencegahan penyalahgunaan zat adiktif dan
psikotropika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Zat Aditif
1. Pengertian Zat Aditif
Menurut WHO dan FAO yaitu bahan-bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke
dalam makanan dalam jumlah yang sedikit. Tujuannya adalah untuk menambahkan cita rasa,
warna, bentuk, tekstur serta mempertahankan lamanya penyimpanan. Serta menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.329/Menkes/PER/XII/76 yaitu bahan yang ditambahkan
dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu serta kualitas
makanan. Jadi dapat disimpulkan, zat aditif adalah zat yang ditambahkan pada makana saat
pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu makanan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh- tumbuhan yang
selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek
samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang
makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak
mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat
aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian
direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping
misalnya: gatal-gatal, dan kanker.
d. Pengawet
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian
lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Contoh bahan pengawet dan penggunaannya:
1) Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap,
acar ketimun dalam botol dan caos.
2) Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.
3) Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet kalangan.
4) Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.
e. Anti oksidan
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi.
Contoh:
1) Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging
olahan, kaldu, dan buah kalengan.
2) Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan
3) Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan
mentega, pengemulsi, pemantap, dan pengental.
4) Zat aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi
yang homogen pada makanan.
Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab
g. Pengatur keasaman
Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman
makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam
klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat
I
h. Anti kempal
Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh:
aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja)
B. Zat Adiktif
1. Pengertian Zat Adiktif
Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat menimbulkan
ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang panjang (drug
dependence). Kelompok zat adiktif adalah narkotika (zat atau obat yang berasal dari
tanaman) atau bukan tanaman, baik sintetik maupun semisintetik, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit,
dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
2. Kategori Zat Adiktif
a. Berdasarkan Bahan
1) Natural
Diambil dari tanaman, seperti: ganja, candu, kokaina, jamur, kaktus, tembakau, kopi,
pinang, dan sirih
2) Sintetis
Dibuat dari bahan kimia farmasi atau dicampur dengan bahan alamiah, seperti:
amphetamin, kodein, dan lem.
d. Berdasarkan Bentuk
1) Cairan
2) Pasta
3) Pil/kapsul
4) Kristal/blok
5) Bubuk
6) Gas
7) Lapisan kertas (impregnated paper)
Narkotika menurut tujuan penggunaan dan tingkatan risiko ketergantungannya terbagi dalam
3 golongan, yaitu:
a. Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh Narkotika golongan I terdiri dari 26 macam, antara
lain opium mentah, candu, kokain, ganja dan heroin.
1) Candu
Candu dalam bahasa inggris disebut Poppy. Candu adalah getah tanaman Papaver
Somniferum yang didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak.
Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan
mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah
akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak yang menjadi cikal bakal dari
heroin, opium, morfin dan kodein.
Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman diperjualbelikan dalam
kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain cap merek ular, cap
tengkorak, cap burung elang, dan berbagai cap atau merek lainnya.
Candu sering dipakai dengan cara dihisap. Dikalangan pengguna, candu sering
disebut dengan Madat Opium digunakan untuk menghilangkan rasa sakit karena luka atau
menghilangkan rasa nyeri pada penderita kanker. Namun dalam dosis berlebih dapat
mengakibatkan kecanduan yang akhirnya menyebabkan kematian.
Penggunaannya yang banyak berbicara sendiri, kecenderungan untuk melakukan
kerusuhan, merasakan nafas berat dan lemah, ukuran pupil mata mengecil, mual, susah buang
air besar, dan sulit berpikir. Jika pemakaian obat ini diputus, akan timbul hal-hal berikut:
sering menguap, kepala terasa berat, mata basah, hidung berair, hilang nafsu makan, lekas
lelah, badan menggigil, dan kejang-kejang. Jika pemakaiannya melebihi dosis atau overdosis,
akan menimbulkan hal-hal berikut: tertawa tidak wajar, kulit lembap, napas pendek
tersenggal-senggal, dan dapat mengakibatkan kematian.
2) Kokain
Kokain termasuk ke dalam salah satu jenis dari narkotika. Kokain diperoleh dari hasil
ekstraksi daun tanaman koka (Erythroxylum coca). Daun koka atau Erythroxylon coca adalah
jenis pokok Erythroloxylon yang terdapat di Peru,Bolivia dan Colombia di Pergunungan
Andes,Amerika Serikat. Bahan ini kebanyakannya digunakan di Amerika Serikat. Zat ini
dapat dipakai sebagai anaestetik (pembius) dan memiliki efek merangsang jaringan otak
bagian sentral. Pemakaian zat ini menjadikan pemakainya suka bicara, gembira yang
meningkat menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung bertambah, demam, perut nyeri,
mual, dan muntah. Seperti halnya narkotika jenis lain, pemakaian kokain dengan dosis
tertentu dapat mengakibatkan kematian.
Zat adiktif kokain jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan
kekurangan sel darah putih atau anemia sehingga dapat membuat badan kurus kering. Selain
itu kokain menimbulkan perforesi sekat hidung (ulkus) dan aritma pada jantung.
3) Ganja
Ganja atau mariyuana merupakan zat adiktif narkoba dari golongan kanabionoid. Ganja
terbuat dari daun, bunga, biji, dan ranting muda tanaman mariyuana (Cannabis sativa) yang
sudah kering.
Tanda-tanda penyalahgunaan ganja, yaitu
Gembira dan tertawa tanpa sebab, santai dan lemah, banyak bicara sendiri, pengendalian
diri menurun, menguap atau mengantuk,
tetapi susah tidur, dan mata merah, serta tidak tahan terhadap cahaya dan badan kurus karena
susah makan. Tanda-tanda gejala putus obat (ganja), yaitu sukar tidur, hiperaktif, dan
hilangnya nafsu makan. Tanda-tanda gejala overdosis, yaitu ketakutan, daya pikir menurun,
denyut nadi tidak teratur, napas tidak teratur, dan mendapat gangguan jiwa. Zat kandungan
dalam ganja yang berbahaya dapat menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan melemah
sehingga mudah terserang penyakit dan infeksi serta memperburuk aliran darah koroner.
b. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan II terdiri
dari 87 macam, contohnya morfin dan Petidin.
1) Morfin
Kata "morfina" berasal dari Morfeus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.
Morfin (INN) (diucapkan / n mɔrfi ː / ) ( MS T'rusk ,
MSIR , Avinza , Kadian , Oramorph , Roxanol , Kapanol ) adalah potensial candu analgesik
obat dan dianggap sebagai prototipikal opioid . Hal ini ditemukan pada 1804 oleh Friedrich
Sertürner , pertama didistribusikan oleh Friedrich Sertürner pada tahun 1817, dan komersial
pertama dijual oleh Merck pada tahun 1827, yang pada waktu itu sebuah toko kimia kecil. Itu
lebih banyak digunakan setelah penemuan jarum suntik pada tahun 1857. Ini mengambil
nama dari Tuhan Yunani mimpi Morpheus ( Yunani : Μορφέας ).
Morfin adalah paling banyak mengandung alkaloid yang ditemukan di opium ,
getah kering (lateks) yang berasal dari hasil getah irisan biji mentah opium, atau dinamakan,
poppy, Papaver somniferum.
Morfin adalah
pemurnian pertama
dari sumber tanaman dan merupakan salah satu dari sedikitnya mengandung 50 macam
alkaloid dari beberapa jenis dalam opium, Poppy Straw Konsentrat , dan turunan opium
lainnya.
Morfin umumnya 8 sampai 17 persen dari berat kering opium, walaupun khusus dibesarkan
kultivar mencapai 26 persen atau menghasilkan morfin sedikit sekali, di bawah 1 persen,
mungkin turun menjadi 0,04 persen. Varietas yang terakhir, termasuk 'Przemko' dan Norman
'kultivar' dari opium poppy, digunakan untuk menghasilkan dua alkaloid lain, tebain dan
oripavine , yang digunakan dalam pembuatan-sintetik dan semi
sintetik opioid seperti oxycodone dan etorphine dan beberapa jenis obat.
( P. bracteatum ) tidak mengandung morfin atau kodein, atau lainnya narkotika fenantrena
tipe, alkaloid. Spesies ini lebih merupakan sumber tebain . Terjadinya morfin di lain
papaverales dan Papaveraceae , serta pada beberapa jenis hop dan murbei pohon belum
dikonfirmasi. Morfin diproduksi paling dominan di awal siklus hidup tanaman. Melewati titik
optimum untuk ekstraksi, berbagai proses di pabrik memproduksi kodein , tebain , dan dalam
beberapa kasus jumlah diabaikan hidromorfon , dihydromorphine , dihydrocodeine ,
tetrahydrothebaine, dan xanax (senyawa ini agak disintesis dari tebain dan oripavine). Tubuh
manusia memproduksi endorphines , yang neuropeptida , dengan efek yang sama.
Dalam pengobatan klinis, morfin dianggap sebagai standar emas, atau patokan, dari analgesik
digunakan untuk meringankan penderitaan berat atau sakit dan penderitaan . Seperti opioid
lain, misalnya oksikodon (OxyContin, Percocet, Percodan), hidromorfon (Dilaudid,
Palladone), dan diacetylmorphine ( heroin
), morfin langsung mempengaruhi pada sistem saraf pusat (SSP) untuk meringankan rasa
sakit . Morfin memiliki potensi tinggi untuk kecanduan , toleransi dan psikologis
ketergantungan berkembang dengan cepat, meskipun Fisiologis ketergantungan mungkin
membutuhkan beberapa bulan untuk berkembang.
c. Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.. Narkotika golongan III terdiri dari 14 macam, contohnya etil morfin dan
kodein.
akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Alkohol dalam minuman
keras dapat menyebabkan gangguan jantung dan otot syaraf, mengganggu metabolisme
tubuh, membuat janis menjadi cacat, impoten serta gangguan seks lainnya. Ada 3 golongan
minuman beralkohol :
1) Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
2) Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )
3) Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker ).
b. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering
disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, lem uhu, racun
kesehatan kita seperti gangguan pada fungsi jantung, otak, dan lever. Efek lain dari
penggunaan yang salah pada tubuh manusia adalah
dapat menimbulkan infeksi emboli.
c. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan
alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok
dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
C. Psikotropika
1. Pengertian Psikotropika
Menurut Undang-undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, bahwa psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika meliputi: Extacy, shabu-shabu, LSD,
obat penenang tidur, obat anti depresi dan anti psikosis. Psikotropika merupakan zat
(biasanya dalam bentuk tablet) yang mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut
adalah pusat- pusat tertentu di dalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).
Psikoaktiva adalah semua zat yang mempunyai komposisi kimiawi dan berpengaruh pada
otak hingga dapat menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, pikiran, persepsi, kesadaran.
2. Macam-macam Psikotropika
Berdasarkan fungsinya obat psikotropika dibedakan menjadi tiga yaitu obat stimulan, obat
depresan, dan obat halusinogen:
a. Obat stimulan ( obat perangsang ) adalah obat yang merangsang system saraf
sehingga orang yang merasakan lebih pecaya diri dan
selalu waspada contoh obat ini adalah, kafein nikotin.
b. Obat depresan ( obat penenang ) adalah obat yang dapat menekan system saraf
sehingga pemakaiannya merasa ngantuk dan tingkat
naik, pendarahan otak, suhu tubuh tinggi, kejang, kerusakan pada ujung-ujung saraf, dan
dapat mengakibatkan kematian. Jika sudah kecanduan, kemudian dihentikan akan
menimbulkan gejala putus obat sebagai berikut: lesu, apatis, tidur berlebihan, depresi, dan
mudah tersinggung.
2. Dampak sosial
Dampak sosial yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan zat adiktif
dan psikotropika oleh manusia.
a. Susah dalam bersosialisasi.
b. Tidak percaya diri.
6. Menggunakan narkotika golongan I bagi diri sendiri , atau golongan II atau golongan
III dikenakan ancaman pidana mulai dari maksimal 5 tahun minimal 2 tahun (pasal 85).
4. Peran Pemerintah
Pemerintah berperan mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dengan cara mengeluarkan aturan hukum yang jelas dan tegas. Di samping itu, setiap
penyalahguna, pengedar, pemasok, pengimpor, pembuat, dan penyimpan narkoba perlu
diberikan sanksi atau hukuman yang membuat efek jera bagi si pelaku dan mencegah yang
lain dari kesalahan yang sama.
A. Simpulan
Zat adiktif dan psikotropika itu terdiri dari berbagai jenis dan golongan.Setiap penggunaan
zat adiktif dan psikotropika akan mendapat dampak bagi kehidupan dan kesehatan.Untuk
kesehatan tubuh,penggunaan zat adiktif dan psikotropika akan merusak beberapa fungsi
organ dan mempengaruhi lancarnya kegiatan system organ.Untuk kehidupan,berdampak pada
sosial dan ekonomi.Sedangkan untuk produsen,pengguna,dan pengedar zat adiktif dan
psikotropika akan mendapat sanksi hukum sesuai dengan hukum yang berlaku.Untuk di
negara kita akan diberi sanksi yang sudah diatur dalam undang-undang dan peraturan hukum
Negara Republik Indonesia.
B. Saran
Berikut beberapa saran yang dapat digunakan untuk menghindari zat
adiktif dan psikotropika antara lain :
1. Hindari para pengguna zat ini supaya kita tidak terpengaruh untuk
menggunakannya.
2. Selalu berpikir positif meskipun dalam keadaan yang genting atau pada saat
mengalami kegagalan dan putus asa.
3. Jangan pernah berpikir bahwa menggunakan zat adiktif dan psikotropika adalah salah
satu jalan keluar dari masalah supaya masalah dapat terselesaikan,padahal itu merupakan
jalan buntu dan akan memberikan
masalah.
4. Gunakan motto hidup yang positif.
5. Berpikir untuk mencapai masa depan yang cemerlang.
DAFTAR PUSTAKA