1. Latar Belakang.
non migas. Potensi penyamakan kulit di Indonesia pada tahun 1994 terdiri
dari 586 jumlah perusahaan ang terdiri dari industri kecil sebesar 489 unit
sebesar 3,746 milyar rupiah dengan penyerapan tenaga kerja 51,399 orang
7,354 juta.
untuk dapat mencemari lingkungan yang ada disekitarnya baik melalui air,
lingkungan yang disebabkan oleh limbah Industri Kulit yang ada di Garut.
Sungai Ciwalen, yang dapt menyebabkan rasa gatal pada kulit manusia,
disamping itu limbah yang dihasilkan menimbulkan bau yang kurang
hidung. ( http://www.suarapembaharuan.com.News2004/05/26).
COD bila di konversi mencapai 18.291 ton pertahun. Pada saat yang
kimia.
Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang pengendalian
membuang limbah cair kedalam tanah kecuali mendapat izin dari mentri
Tujuan.
penyamakan kulit.
Penyamatan kulit.
mentah (hides atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather)
bagian kulit mentah yang bukan colagen saja yang dapat mengadakan
reaksi dengan zat penyamak.Kulit jadi sangat berbeda dengan kulit mentah
penyamatan kulit,yaitu:
memerlukan banyak air, tergantung jenis kulit mentah yang dignakan serta
a. Penyamakan Nabati.
koper, kulit sol, kulit pelana kuda, kulit ban mesin, kulit sabuk dll.
b. Penyamakan mineral.
penyamak krom. Kulit yang dihasilkan misalnya kulit boks, kulit jaket,
kulit glase, kulit suede, dll. Disamping itu ada pula bahan penyamak
c. Penyamakan minyak.
Penyamak dengan bahan penyamak yang berasal dari minyak ikan hiu
atau ikan lain, biasanya disebut minyak kasar. Kulit yang dihasilkan
misalnya: kulit berbulu tersamak, kulit chamois ( kulit untuk lap kaca)
dll.
baik, misalnya tahan gosok, tahan terhadap keringat dan basah, tahan
proses basah saja, proses penyamakan saja, proses penyelesaian akhir atau
Kulit Sbb:
berikut ini.
a. Perendaman ( Soaking).
direndam dalam 800- 1000 % air yang mengandung 1 gram/ liter obat
kemudian diputar dengan drum tanpa air selama 1/ 5 jam, agar serat
kulit menjadi longgar sehingga mudah dimasuki air dan kulit lekas
pegangan atau bila berat kulit telah menjadi 220- 250% dari berat kulit
mentah kering, yang berarti kadar airnya mendekati kulit segar (60-65
terdiri dari 300-400 % air (semua dihitung dari berat kulit setelah
sisa- sisa Ca (OH)2, Na2S, zat-zat kulit yang larut, dan bulu yang
terepas.
c. Pembelahan ( Splitting).
yang teratas disebut bagian rajah (nerf), digunakan untuk kulit atasan
yang terbaik. Belahan kulit dibawahnya disebut split, yang dapat pula
digunakan sebagai kulit atasan, dengan diberi nerf palsu secara dicetak
akhir.
Selain itu kulit split juga dapat digunakan untuk kulit sol
dalam, krupuk kulit, lem kayu dll. Untuk pembuatan kulit sol, tidak
1) Untuk kulit yang disamak nabati, kapur akan bereaksi dengan zat
merugikan.
3) Sedikit atau banyak zat- zat kulit yang tidak diperlukan artinya
f. Pengasaman (Pickling).
Proses ini dikerjakan untuk kulit samak dan krom atau kulit
samak sintetis dan tidak dikerjakan untuk kulit samak nabati atau kulit
pada pH 3- 3,5 tetapi kulit kulit dalam keadaan tidak bengkak, agar
dipakai nanti.
disamakkrom dan sintan, sedangkan untuk kulit yang akan disamak nabati
a. Penyamakan.
dilakukan, yakni:
tipis seperti kulit lapis, kulit tas, kuli pakaian kuda, dll sedang
untuk kulit- kulit yang tebal seperti kulit sol, ban mesin dll a
pada kepekatan 6-8 0 be. Untuk kulit sol yang keras dan baik
minggu.
b). Sistem samak cepat.
jam.
(tawas putih).
– 40- 50 % air.
malam.
mulur dan bkas tarikan kelihatan putih. Kulit yang telah masak
B. Pengetaman (Shaving).
mesin ketam pada bagian daging guna mengatur tebal kulit agar
selama ½- 1 jam.
D. Penetralan ( Neutralizing).
Hanya dikerjakan untuk kulit samak krom. Kulit samak
dasar pada kulit agar pemakaian cat tutup nantinya tidak terlalu
berikut:
1). Untuk pelumas serat- serat kulit ag kulit menjadi tahan tarik
dan tahan
getar.
2). Menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan yang
lainnya.
dalam kulit dan airnya dibuang. Kulit ditumpuk pada kuda- kuda
selama 1 malam.
G. Pelumasan ( Oiling).
kemudian dikeringkan.
H. Pengeringan.
serbuknya.
keriputnya hilang.
menurun. Dijelaskan pada tahun 1962 pemakaian air 103 l/ kg tahun 1975
sebanyak 71 l/kg tahun 1977 turun menjadi 40 l/kg kulit yang diproses.
David Winter 1984 dan Clonvero 1987 cenderung memilih penggunaan air
Tabel I
Macam Proses Pemakaian air l/kg kulit mentah
Kulit besar (hide) samak krom. 30- 50
Kulit besar (hide) samak nabati. 20- 40
Kulitkecil (skin) 30- 60
Kulit kecil (skin) berbulu tersamak 50- 100
Kisaran Pemakaian Air pada Proses Penyamakan Kulit.
Sumber data: Clanfero 1993
Dilihat dari asal bahan pencemar, maka sumber dan sifat air limbah
1. Perendaman ( Soaking).
garam, mineral, debu, dan kotoran lain atau bahkan bakteri antrax. Pada
1982, volume limbah soaking berkisar antara 2,5- 4 l/kg kulit, pH 7,5-
8. Total Solid 8.000- 28.000 mg/l. Suspended Solid 2.500- 4.00 mg/l.
Selain itu UNEP 1991 menambahkan bahwa air limbah soaking juga
BOD,COD,SS.
Air pada proses ini berwarna putih kehijauan dan kotor, berbau
lemak. Suspended solid 36%. Menurut CTTE 1979, ESCAP 1982, bahwa
tersebut adalah bahwa air limbah berpengaruh tehadap air, tanah, dan
udara.
Pengaruh terhadap air terutama pada BOD, COD,SS, alkalinitas,
total solid 1.200- 12.000 mg/l, suspended solid 200- 1.200 mg/l dan BOD
1.000- 2.000 mg/l. UNEP menambahkan bahwa air limbah tersebut akan
1991).
Air limbah dari proses ini akan mengandung bahan protein, sisa
45.000 mg/l, suspended solid 16.000- 45.000 mg/l, dan BOD 800-
2.2000 mg/l.
2). Air lmbah samak chrome, volume 4-5 l/kg, pH 2,6-3,2, total solid
2.400- 12.000 mg/l, suspended solid 300-1.000 mg/ l dan BOD 800-
1.200 mg/l.
3). Selain yang tersebut diatas UNEP menambahkan bahwa air limbah
pikel dan krom akan menimbulkan pencemaran air berupa BOD, COD,
volume air 30-35 l/kg, pH berkisar antara 7.5-10, total solid 10- 25 mg/l,
suspended solid 1.250- 6.000 mg/l dan BOD 2.000- 3.000 mg/l.
kulit dari beberapa tahapan proses dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 2
Beban Pencemaran air limbah penyamakan kulit
banyak yaitu 30-70 l / kg bahan baku yang diolah dari awal. Disamping
cepat berpengaruh adalah berbau busuk dan kadang- kadang secara visual
mengandung bagian- bagian dari kulit seperti bulu, sisa daging, potongan kulit
dan bahan kimia sisa dari yang ditambahkan dalam proses penyamakan kulit.
Seperti yang terjadi pada pada kasus pencemaran Limbah Industri Kulit
membuka pasar, ada satu hal lagi yang juga menjadi tantangan sejak tiga
dekade terakhir yaitu, limbah. Persoalan limbah sering kali menjadi isu
penting. Sejak digunakannya bahan kimia untuk penyamakan kulit, pada saat
itu pula persoalan limbah muncul. Bahan chroom yang digunakan untuk
pada kulit manusia. Dampak dari limbah Sukaregang sangat dirasakan oleh
penggiat bisnis kulit. Protes pun mulai bermunculan karena banyaknya warga
sungai, pada awal 1980-an, saat Garut dipimpin oleh Bupati Taufik Hidayat,
ada rencana untuk merelokasi sentra industri kulit Sukaregang, namun tidak
ini pemerintah pusat memberi bantuan untuk membangun dua buah instalasi
pengelolaan air limbah (IPAL) pada 1992 agar air dari Sukaregang dapat
kembali bersih saat dialirkan ke sungai. IPAL tersebut baru dapat beroperasi
pada 1994, namun persoalan limbah tidak selesai karena jumlah IPAL yang
ada tidak sesuai dengan jumlah limbah yang dihasilkan industri kulit
rakyat.com/cetak/0104/13/0806.htm).
Secara garis besar proses pengolahan limbah cair penyamakan kulit adalah
sbb:
Dalam proses produksi Industri penyamakan kulit ada beberapa tahapan proses
pengolahan yaitu:
2. Segresi.
3. Ekualisasi.
4. Koagulasi.
efektif maka sebaiknya aliran yang khas dan pekat dipisahkan untuk
primer.
Dari bak ekualisasi air limbah tersebut diatur pH kemudian ditambahkan
dan saluran- saluran. Pada proses ini lebih dari 30% padatan tersuspensi
2. Segresi.
Adapun cairan- cairan limbah dari proses penyamakan kulit yang perlu
dipisahkan adalah:
NaHS sisa dari proses buang bulu sebagai agensia perontok bulu/
mengendap.
penghilangan sulfida dan krom agar dapat menghemat air yang dapat
mengencerkan limbah kapran dan cairan limbah krom sebelum diolah lebih
lanjut.
dicampur dengan baik dan intensif, misalnya dengan mixer atau blower
mengendap dan kondisi air limbahnya harus aerobik, hal ini dapat dicapai
mengaduk kira- kira 30 watt/m2 air limbah. Jika dilakukan injeksi udara
pada bak sedalam 2-4 m, aliran udara optimalnya 3-4 m3/jam per m2
peak Flow) maka dilakukan sistem pengaturan laju aliran dan pencampuran
4. Koagulasi.
untuk dibuang.
1. Filter biologis.
untuk air limbah penyamakan kulit. Cara ini dikenal deng oksidasi
kolam PASVEER.
dipilih dengan cara pegolahan sekundernya jika lahan yang ada sangat
BOD). Waktu tingga l yang diperlukan hanya 6-12 jam sudah cukup.
1. Lagun (kolam) .
lahan luas, yaitu kolam dapat dibuat dengan biaya rendah dan
1) Kolam aerob
2) Kolam Fakultatif.
cara, yaitu melalui kontak dengan kulit atau dengan cara penghirupan
kerusakan pada bagian tubuh yang terkena tumpahan ke kulit, mata atau
dapat meledak.
2. Asam Sulfida (H2SO4), bersifat korosif dan bersifat racun terhadap
darah serta akan merusak butir- butir darah merah pada akhirnya akan
racun.
10. Arsen (AS), arsen bila tdapat terhisap melaluerhisap maka dapat
kanker.
napas terengah-engah.
13. Krom (Cr), yang bersifat asam sangat bersifat korosif pada kulit serta
dan terus menerus bagi kulit yang sensitif akan menyebabkan koreng
PENYAMAKAN KULIT.
sulfida) atau dengan pemisahan cairan pada proses buang bulu dan
pengpuran.
Pemisahan Krom.
Krom dapat dipisahkan dari cairan buangan dengan jalan
penyaringan yang kemudian di daur ulang dengan cara sbb : Air
buangan dari penyamakan kromdan air pencucian (sebanyak 2 x 100 %
air) yang sudah bebas dari padatan diberi larutan magnesium
hidroksida, dan diendapkan kira-kira 10 jam, yang kemudian cairan
dipindahkan ke bak lain (dengan pipa penyedot, tetapi jangan sampai
endapannya ikut tersedot). Cairan tersebut bila benar-benar bebas dari
endapan akan mengandung krom kurang dari 2 ppm sehingga bias
langsung dibuang atau dipakai untuk daur ulang.
Endapan yang terjadi kemudian ditambah asam sulphat yang
sesuai, endapan tersebut akan larut dalam waktu sekitar 15 menit dan
akan memberikan suatu larutan krom sebesar 50 gram krom
oksida/liter. Pada daur ulang proses selanjutnya masih membutuhkan
penambahan krom kira-kira sejumlah 30 %.
BAB IV
PENUTUP.
A.KESIMPULAN.
1. Sumber dan karateristik limbah industri penyamakan kulit ditentukan oleh
produksi.
B. SARAN.
2. Perlu diberikan sanksi hukum dengan tegas bagi pihak industri yang
berlaku.
DAFTAR PUSTAKA