Anda di halaman 1dari 15

1

I. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang begitu besar terutama


di indonesia bagian timur, dimana dua pertiga dari luas wilayahnya adalah
laut. Oleh karena itu, potensi tersebut harus dilindungi dari praktek – praktek
illegal fishing, illegal mining, dan illegal piracy. Dalam upaya perlindungan
tersebut, maka diperlukan kapal patroli yang tangguh dan memiliki kecepatan
yang tinggi serta didukung kemampuan manuver kapal yang baik.
Haluan sebuah kapal merupakan bagian yang paling besar
mendapatkan tekanan dan tegangan-tegangan, sebagai akibat terjangan kapal
terhadap air dan pukulan-pukulan ombak. Untuk mengatasi tegangan-tegangan
tersebut, kontruksi haluan sebuah kapal harus dibangun cukup kuat dan pada
kapal cepat patroli mengunakan lambung jenis Raked Bow(lunas miring).
Axe Bow adalah jenis lambung kapal yang menusuk gelombang pada
haluan kapal, ditandai dengan batang vertikal dan entri yang relatif panjang
dan sempit (hull depan) atau bentuk seperti kapak. Hal ini dilakukan dengan
untuk mengetahui hambatan dan efisiensi laju aliran masuk pada saat
manuver. Pada awalnya kapal dengan haluan seperti kampak atau Axe Bow ini
sesungguhnya dibangun hanya untuk satu hal, Yaitu perbaikann kemampuan
kapal patroli dengan panjang 50 meter (164 kaki) untuk mempertahankan
kecepatan tinggi di laut saat kecepatan buruk, dengan sasarn utamanya bisa
beroperasi 100% di laut utara dengan kecepatan 50 mil laut/jam. Sebagai
dampak samping yang menguntungkan rancang bangun yang ramping
dibagian depan kapal telah mengurangi tahanan sebesar 10% msampai 15%
dipermukaan air yang datar dibandingkan dengan kapal cepat konvensional.
Dan juga belum adanya kajian pada bentuk haluan lambung Axe Bow terhadap
manuver kapal.
Dari penelitian sebelumnya di dapatkan kecepatan aliran dari bentuk
haluan Axe Bow dengan sudut 5o terhadap base line dengan variasi sudut 5o
terhadap FP, dengan nilai tahanan sebesar 170,32 KN dengan penambahan
kecepatan0,382 knot sehingga menjadi 24,38 knot (Maufiq,2017). Sehingga
diperlukan suatu analisa dan studi baru terhadap Manuver pada bentuk
lambung ini.
2

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manuver dari


haluan Axe Bow terhadap kecepatan kapal patroli 42 meter dibanding haluan
Raked Bow.

II. RUMUSAN MASALAH

Dengan mempertimbangkan permasalahan yang terjadi yang di jelaskan


pada latar belakang maka diambil perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh manuver haluan Axe Bow terhadap kecepatan kapal


patroli 42 meter. ?

2. Bagaimana pengaruh manuver haluan Axe Bow terhadap kecepatan kapal


patroli 42 meter dibanding haluan Raked Bow. ?

III. TUJUAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengetahui manuver kapal Patroli 42 meter dengan menggunakan haluan


Axe Bow.

2. Mengetahui manuver kapal Patroli 42 meter dengan menggunakan haluan


Axe Bow dibanding haluan Raked Bow.

IV. BATASAN MASALAH


1. Data kapal yang digunakan adalah kapal patroli 42 meter.
2. Hanya manuver pada haluan Axe Bow dan Raked Bow.
3. Faktor hambatan udara dan faktor lainya yang disebabkan oleh Fluida udara
diabaikan.
4. Analisa dilakukan pada perairan tenang (calm water) dengan bantuan
sofware maksurf dan MPP (manuvering prediction program).
5. Pembaruan terbatas pada area haluan.
3

V. TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Kapal Patroli


Adalah kapal yang relatif kecil dan umumnya dirancang untuk tugas-
tugas pertahanan pesisir. Ada banyak desain untuk kapal patroli. Mereka
dapat dioperasikan oleh angkatan laut suatu negara, penjaga pantai, atau
kepolisian. Mereka umumnya ditemukan dalam berbagai peran
perlindungan perbatasan, termasuk anti-penyelundupan, anti-pembajakan,
patroli perikanan, dan penegakan hukum imigrasi. Mereka juga sering
dipanggil untuk berpartisipasi dalam operasi penyelamatan.
5.2 Haluan Kapal
Haluan sebuah kapal merupakan bagian yang paling besarmendapat
tekanan dan tegangan-tegangan, sebagai akibat terjangan kapal terhadap
air dan pukulan-pukulan ombak. Untuk mengatasi tegangan-tegangan
tersebut, konstruksi haluan sebuah kapal harus dibangun cukup kuat.

Gambar 5.2. Macam bentuk haluan


Sumber (https://www.slideshare.net)
4

5.3 Axe Bow


Axe Bow adalah jenis lambung yang menusuk gelombang pada haluan
kapal, ditandai dengan batang vertikal dan entri yang relatif panjang dan
sempit ( hull depan ) atau berbentuk seperti kapak. Kaki depan dalam dan
freeboard relatif tinggi dengan sedikit menonjol ke bawah, sehigga profil
busur menyerupai kapak.

Gambar 5.3. Axe Bow


Sumber (https://www.marineinsight.com)

Universitas Delft di akhir tahun 1990-an tim-tim pengembangan dari


galangan-galangan Damen suatu galangan pembuat kapal-kapal niaga dan
kapal perang. Dengan sasaran merancang suatu kapal patroli yang mampu
mempertahankan kecepatannya selama melayari Laut Utara yang kondisi
cuacanya seringkali ganas, para ahli teknik Damen pada awalnya
berkolaborasi dengan departemen teknologi hidrodinamika kapal dari
Universitas Delft untuk apa yang kemudian hari dikenal dengan konsep
kapal yang diperbesar (Enlarged Ship Concept – ESC). Untuk
melemahkan akselerasi vertikal atau pukulan/anggukan (pounding) pada
saat cuaca buruk, mereka pertama-tama memperpanjang rancang bangun
bagian depan kapal yang makin mengecil sebesar 20% dari LOA aslinya,
sebesar 115 kaki.
5

Direktur produksi untuk kapal-kapal kecil berkecepatan tinggi dan


kapal-kapal Angkatan Laut dari Damen, melaporkan bahwa teknik ini
menghasilkan pengurangan yang menakjubkan gaya-gaya verikal G
sebesar 50%, suatu pencapaian yang memungkinkan operator kapal yang
mengalami cuaca buruk dengan pengurangan kecepatan yang kecil atau
tidak sama-sekali, dan memberikan suatukeuntungan yang sangat berarti
dalam suatu lingkungan dimana pukulan/anggukan bisa menambah
tahanan pada gerakan kedepan dan mengurangi kecepatan kapal (hull
speed), dimana seorang Nakhoda yang bijaksana seringkali harus
menurunkannya lagi lebih jauh untuk mencegah rasa ketidaknyamanan,
mabuk laut atau cedera pada para penumpang. Awalnya dikembangkan
pada tahun 2003 sebagai perbaikan dari konsep ESC dengan partisipasi
tambahan dari U.S. Coast Guard dan Maritime Research Institute
Netherlands (MARIN), konfigurasi AXE-BOW menambah perpanjangan
melebihi haluan vertikal atau nyaris vertikal, dengan pengerucutan halus
kebagian depan kapal berbentuk sebagai pisau pembelah yang menabrak
ombak yang datang.
Meskipun rancang bangun awalnya dimakdsudkan untuk kapal patroli
berkecepatan tinggi, rancang bangun ini menarik perhatian industri
perminyakan di Laut Utara, suatu kegiatan yang memerlukan suatu armada
kapal-kapal cepat, yang tahan segala cuaca untuk memasok barang
kebutuhan dan pergantian kru yang melayani platform-platform
pengeboran minyak, dan yang sekarang mengoperasikan suatu armada
kapal-kapal dengan axe-bow sepanjang tahun yang sedang berkembang.
“Pada awalnya kapal dengan haluan seperti kampak atau axebowini
sesungguhnya dibangun hanya untuk satu hal, yaitu perbaikan kemampuan
kapal patroli dengan panjang 50 meter (164 kaki) untuk mempertahankan
kecepatan tinggi dilaut saat cuaca buruk, dengan sasaran utamanya bisa
beroperasi 100% di Laut Utara dengan kecepatan 50 mil laut/jam. Sebagai
dampak samping yang menguntungkan rancang bangun yang ramping
dibagian depan kapal telah mengurangi tahanan sebesar 10 sampai 15 %
dipermukaan air yang datardibandingkan dengan kapal cepat yang
konvensional.
6

5.4 Tahanan Kapal


Tahanan ( resistance ) kapal pada suatu kecepatan adalah gaya fluida
yang bekerja pada kapal demikian rupa sehingga melawan gerakan kapal
tersebut. Tahanan tersebut sama dengan komponen gaya fluida yang
bekerja sejajar dengan sumbu gerakan kapal. Sedangkan suatu tahanan
kapal ini adalah sama dengan suatu gaya dan karena dihasilkan oleh
air,maka ini disebut gaya hydrodinamika. Gaya hydrodinamika ini semata-
mata disebabkan oleh gerakan relatif kapal terhadap air.
Tahanan umumnya dibagi menjadi dua komponen yang diberikan
oleh aturan yang berbeda:

 Skin friction resistance yang diberikan oleh Reynolds” Number.


 Residuary resistance yang di akibatjan adanya gelombang yang
diberikan oleh Froude number.

Kapal yang bergerak maju dengan kecepatan tertentu akan mengalami


gaya hambat oleh fluida yang memiliki arah berlawanan denga arah gerak
kapal. Gaya hambatan tersebut disebabkan oleh gaya fluida, yang dalam
hal ini cenderung mengarah pada fluida iar yang dinilai cukup besar
hambatannya terhadap gerak kapal. Gaya hambat yang disebabkan fluida
inilah yang disebut sebagai resistance atau tahanan kapal. Resistance
merupakan istilah yang biasa digunakan dalam hydrodinamika, sedangkan
dalam aerodinamika benda-benda yang terbenam biasa digunakan istilah
drag. Dalam kurva tahanan terhadap badan kapal yang bergerak diatas dan
di bawah permukaan air yang mempunyai viskositas. Absisnya merupakan
Froude Number. Oleh karena itu tahanan kapal (R1) didefinisikan sebagai
gaya yang dibutuhkan kapal dengan kecepatan konstan (U). Tenaga yang
dibutuhkan menggerakan kapal.
5.4.1 Froude Number dan Reyold Number
Bilangan froude adalah sebuah bilangan tak bersatuan yang
digunakan untuk mengukur resistensi dari sebuah benda yang
bergerak melalui air, dan membandingkan benda-benda dengan
ukuran yang berbeda-beda. Timbulnya anjang gelombang sama
dengan panjangnya lambung kapal, sehingga pada kondisi kecepatan
7

kritis ini telah ditetapkan persamaan dari Froude number atau jenis
aliran sebagai berikut :
𝑉
Fn =
√𝑔.𝐿

Besar Froude number yang diberikan pada persamaan diatas,


merupakan batas maksimal pada kondisi displacement hull.
Sedangkan untuk persamaan Froude number pada kondisi planning
hull yang biasa digunakan ialah volumetric Froude Number:

𝑉
𝐹∇ = 1
√𝑔 .∇3

5.5 Manueverability
Manueverability adalah kemampuan kapal untuk beberbelok dan
berputar saat berlayar. Kemampuan ini sangat menentukan keselamatan
kapal, khususnya saat kapal beroperasi di perairan terbatas atau beroperasi
di sekitar pelabuhan.
Secara prinsip manueverability kapal sangat dipengaruhi oleh
perancangan badan kapal, sistem propulsi dan sistem kemudi. Sejumlah
elemen tersebut secara langsung member pengaruh yang signifikan
terhadap gaya dan momen hidrodinamika saat kapal bermanuver. Hal lain
yang juga berpengaruh adalah akibat kondisi pemuatan kapal selama
beroperasi.
Dari segi keselamatan kapal, kemampuan olah gerak kapal adalah
salah satu factor yang penting diperhatikan. Selain bentuk lambung kapal,
sistem penggerak dan sistem kemudi, ada beberapa parameter lain yang
turut mempengaruhi kemampuan maneuvering kapal, diantaranya,
kecepatan kapal, trim haluan, perubahan sarat, pengaruh pusat daya apung
memanjang, perbandingan panjang dan lebar kapal, diameter daun baling-
baling kapal, luasan daun kemudi dan dimensi lunas. Gerak kapal dibagi
menjadi enam-derajat kebebasan (six-degree of freedom), yaitu surge,
sway, yaw, heave, roll, dan pitch.
5.5.1 Standar Maneuverability
Dalam maneuvering sebuah kapal, prosedur yang digunakan
mengacu kepada peraturan standar kemampuan maneuver kapal
8

yang direkomendasikan oleh International Maritime Organization


(IMO) yakni resolusi MSC.137 (76) annex.6 pertanggal 4 Desember
2002 dan mulai diterapkan sejak tanggal 1 Januari 2004, yang mana
resulosi ini merupakan amandemen terhadap resolusi sebelumnya
yakni A.751 (18) mengenai standar kemampuan maneuver kapal.
Mengacu kepada penjelasan resolusi tersebut di atas,
sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh International
Maritime Organization (IMO), aturan standar yang dimaksud disini
didasrkan atas pengertian bahwa kemampuan maneuver kapal dapat
dievaluasi berdasarkan karakteristik dari pengujian maneuver seperti
biasanya atau secara konvensional, dimana kapal yang dimaksud
adalah kapal yang memiliki panjang 100 meter atau lebih (kecuali
tanker dan gas carrier) dengan menggunakan siste m propulsi dan
sistem kemudi ( steering ) konvensional yakni gaya dorong kapal
dihasilkan oleh propeller yang digerakan oleh poros propeller.
Standar maneuver dan terminologinya didefinisikan sebagai berikut:

1. Zig zag maneuver dengan sudut kemudi 100/100 dilaksanakan


dengan prosedur sebagai berikut:
- Setelah tercapai steady approach dengan percapatan yawing
sama dengan nol, maka kemudi dibelokan sebesar 100 ke arah
starboard atau portside (eksekusi pertama).
- Pada saat sudut heading berubah 100 dari sudut
heading semula, maka kemudi dibelokan berlawanan atau
dibalik 100 ke arah portside atau starboard (eksekusi
kedua).
- Setelah kemudi dibelokan ke arah portside/starboard, maka
kapal akan terus berbelok pada arah semula dengan
mengalami penurunan kecepatan belok. Untuk mengetahui
respon kapal terhadap kemudi maka selanjutnya kapal harus
dibelokan ke arah portside/starboard. Ketika kapal sudah
mencapai sudut heading 100 ke arah portside/starboard
dari lintasan semula maka selanjutnya kemudi dilawan atau
9

diarahkan sebaliknya yakni 100 ke arah


starboard/portside (eksekusi ketiga).
- Sudut overshoot pertama adalah penambahan dari deviasi
heading pada zig-zag maneuver pada eksekusi kedua.
- Sudut overshoot kedua adalah penambahan dari deviasi sudut
heading pada zig-zig maneuver pada eksekusi ketiga.
- Zig-zag manuver dengan sudut kemudi 200/200 dilaksanakan
dengan prosedur yang sama dengan urutan prosedur no. 3
sampai dengan no.5.

2. Turning cycle test, mulai dari gerak lurus dengan laju


konstan, rudder dihidupkan dengan kecepatan maksimum ke
sudut δ (sudut kemudi maksimum) dan tetap pada sudut
tersebut, sampai kapal telah melakukan turning cycle paling
kurang 5400. Percobaan dilakukan untuk bagian port dan
starboard. Informasi penting yang diperoleh dari manuver
tersebut umumnya dengan menggunakan GPS.
Beberapa parameter yang digunakan untuk mendefinisikan
kinerja kapal pada saat berputar adalah :
- Drift angel (sudut drift), adalah sudut antara haluan kapal dan
arah gerakan. Sudut tersebut bervariasi sepanjang kapal.
- Advanced, merupakan jarak dari pelaksanaan awal ke sumbu x
pada kapal ketika telah berbelok 900.
- The transfer, merupakan jarak dari jalur ke awal mula kapal
ketika sumbu x pada kapal telah berbelok 900.
- The tactical diameter, merupakan jarak dari jalur awal ke
sumbu x pada kapal ketika kapal telah berbelok 1800.
- The diameter of the steady turning circle, diameter dari
lingkaran yang terus-menerus berputar. Kondisi tetap biasanya
dihubungkan pada beberapa titik antara perubahan 900 dan
1800 dari perubahan posisi.
10

5.6 Software Maksurf Pro V.11


Maksurf Pro V.11 adala suatu program sistem modeling permukaan
dimensional (surface) yang mendesain bentuk lambung kapal (hull).Maksurf
mempertimbangkan percobaab sistematis dan optimasi cepat tentang segala
desain baru. Dengan software ini desainer dapat mendesain berbagai macam
bentuk lambung kapal dengna membaginya kedalam beberapa bagian surface
berdasarkan ketebalan dari kulit lambung kapal tersebut atau langsung
membentuk satu bagian utuh lambung kapal dengan satu surface. Disamping
itumendesain lambung kapal dengan cara membaginya menjadi beberapa
surface, mempunyai keuntungan lebih yaitu dapat mengetahui lusan tiap-tiap
bagian lambung, misalnyaluasan pada bagian battom, luasan pada bagian sisi
lambung, luasan ada bagian rail, luasan pada bagian transom dan deck.
Inti dari penggunaan software maksurf ini adalah suatu pemahaman
bagaimana cara mengatur control point yang dugunakan untuk membentuk
permukaan surface yang diinginkan karena bentuk suatu lambung kapal itu
biasa tersusun dari beberapa control pointpatent. Sementara control point
tambahan dapat diletakkan sesuai dengan keinginan desainer yang kemudian
control point tersebut membentuk satu jaringan yang dipakai untuk memberi
bentuk tiap surface. Melalaui control point secara langsung atau menggunakan
tabel informasi. Output dari mendesain dengan menggunakan software
maksurf ini adalah gambar rencana garis, baik itu dalam bentuk dua dimensi
atau tiga dimensi. Luas permukaan tiap-tiap bagian lambungdan total
keseluruhan lambung, displacement serta kurva CSA.
Program simulasi Maksurf Pro V.11 ini telah lama digunakan bak didunia
pendidikan maupun industri untuk mendukung kekuratan suatu data dalam
menganalisa suatu sistem yag diciptakan. Data yang dihasilkan dari program
simulasi maksurf tersebut menunjukkan suatu karakter model yang dianalisa
berupa kekuatan stuktur, aliran fluida dan tahanan pada kapal ataupun sistem
yang bekerja pada model yang dianalisa.
11

5.7 Software Maneuvering Prediction Programn (MPP)


Kemampuan manoeuver sebuah kapal dapat didefiniskan sebagai
kemampuan kapal untuk mempertahankan atau mengubah posisi dari gerakan
kapal dibawah kontrol. Kemampuan ini menjadi sangat penting ketika kapal
berlayar di daerah yang sempit. Sebagai contoh adalah ketika kapal berlayar
dalam areal kolam pelabuhan untuk bersandar. Untuk mengukur kemampuan
manoeuver sebuah kapal, umumnya adalah ketika kapal melakukan sea trial.
Namun, seiring perkembangan zaman kini kemampuan maneuver sebuah
kapal dapat diprediksi dengan program / software. Salah satu software yang
biasa digunakan adalah Manoeuver Prediction Program (MPP).
12

VI. METODOLOGI PENELITIAN

6.1. Diagram Alir Mulai

Studi literatur

Pengumpulan data

Pembuatan model
(maksurf)

Kapal haluan raked bow Kapal haluan axe bow

Convert MPP Convert MPP

Simulasi Simulasi

TIDAK Running Running TIDAK


error? error?

YA YA
Pengambilan data Pengambilan data
hasil simulasi hasil simulasi

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 6.1. Diagram alir proses pennelitian


13

6.2. Prosedur Penelitian


Metodologi penulisan pada skripsi ini mencakup semua kegiatan
yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah atau melakukan proses
analisa terhadap permasalahan skripsi.
6.2.1. Studi Literatur
Penelitian skripsi ini juga mengacu pada penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan serta dari beberapa buku diantaranya :
No. Nama Judul Tahun
1. Maufiq Wahyu Analisa Bentuk Lambung Kapal 2017
Tri Wicaksono Patroli 42 Meter Dengan Type Haluan
Axe Bow
2. Isra Analisa Seakeeping Dan Manuvering 2011
Kapal Patroli Cepat Untuk Wilayah
Timur

6.2.2. Tahap Analisa


Adapun urutan proses analisa adalah sebagai berikut:
1. Data kapal yang digunakan adalah kapal patroli 42 meter
2. Membuat model kapal patroli 42 meter dengan bantuan
software maksurf.
3. Membuat model kapal patroli 42 meter dengan modifikasi
Axe Bow pada haluan kapal menggunakan software maksurf.
4. Simulasi menggunakan software MPP (Manuvering Prediction
program). Pada tahap ini proses simulasi MPP (Manuvering
Prediction program), yaitu masukan input project name, masukan
input vessel characteristics, masukan input steering characteristics.
masukan input operating condition, masukan input water properties,
dan menjalankan program terlebih dahulu sudut kemudi, setelah itu
klik ok. Bila sudah selesai akan muncul data hasil perhitungan
karakteristik manuver kapal sebagai output. Data berupa gambar
14

visualisasi aliran dan variabel-variabel dari hasil simulasi dapat


diambil pada tahap ini untuk diolah pada analisa data.
5. Proses running dilkukan dari data yang diperolah dari hasil simulasi
kemudian diolah kembali melalui perhitungan yang kemudian
hasilnya ditabulasikan dan dibuat grafik trend hubungan antar
variabel-variabel perancangan. Setelah analisa dilakukan, maka dari
data hasil analisa dibuat kesimpulan untuk merangkum keseluruhan
hasil penelitian. Jika data yang diperoleh eror maka kembali lagi ke
perhitungan dimensi untuk di lakukan penggambaran ulang dan
disimulasikan kembali, sampai menemukan hasil yang terbaik.
5.2.3 Penarikan kesimpulan
Kesimpulan diambil dari rangkaian penelitian (studi) ini dalah
pendokumentasian laporan hasil penelitian yang telah dilakukan
(penyusunan laporan skripsi).
15

VII. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai