Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

HEMATOLOGI

PEMERIKSAAN BLEEDING TIME (BT) DAN CLOTTING


TIME (CT)

OLEH :

ANANDA SAHIRA : 1603051009


NI NYOMAN TRISNA YANTI : 1603051011

PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
I. Judul
Pemeriksaan Bleeding Time (BT) dan Clotting Time (CT)

II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara pemeriksaan bleeding
time (BT) dan clotting time (CT) dengan baik dan benar.

III. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan bleeding time (masa
pendarahan ) adalah metode duke dan clotting time (masa pembekuan) adalah
metode Lee dan White modifikasi.

IV. Prinsip
Bleeding time (masa pendarahan)
Menghitung lamanya pendarahan sejak terjadi luka kecil pada permukaan
kulit sampai berhenti secara spontan. Tetesan darah diserap dengan tisue setiap 15
detik dan dihitung waktu sampai pendarahan berhenti.
Clotting time (masa pembekuan)
Darah vena diabil dan dimasukkan ke dalam tabung dan kemudian dibiarkan
membeku. Selang waktu dari saat pengambilan darah sampai darah membeku
dicatat sebagai masa pembekuan.

V. Dasar Teori
Darah merupakan cairan penopang kehidupan yang terdiri dari plasma, sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan platelet. Darah beredar
melalui jantung, arteri, vena, dan kapiler membawa nutrisi, elektrolit, hormon,
vitamin, antibodi, panas, dan oksigen ke jaringan dan kembali membawa zat
limbah dan karbon dioksida. Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai
media transportasi, pengaturan suhu, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta
keseimbangan basaeritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh
(Anonim, 2010).

Darah berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai
merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh
hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi
dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir
dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh
jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa
karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu
dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan
ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta.

Bleeding time adalah tes kasar hemostasis (penghentian pendarahan). Hal


ini menunjukkan seberapa baik trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh
darah untuk membentuk bekuan darah. Bleeding time paling sering digunakan
untuk mendeteksi cacat kualitatif trombosit, seperti penyakit Von Willebrand. Tes
ini membantu mengidentifikasi orang yang memiliki disfungsi trombosit.Bleeding
time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah adanya luka atau
trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk
membentuk bekuan. Bleeding time digunakan untuk pemeriksaan penyaring
hemostasis primer atau interaksi antara trombosit dan pembuluh darah dalam
membentuk sumbat hemostatik, pasien dengan perdarahan yang memanjang
setelah luka, pasien dengan riwayat keluarga gangguan perdarahan ini adalah
kemampuan darah untuk membeku setelah luka atau trauma. Biasanya trombosit
berinteraksi dengan pembuluh darah menyebabkan gumpalan darah. Pada
pemeriksaan bleeding time ini menggunakan metode Duke. Metode Duke dibuat
dikuping telinga atau ujung jari yang ditusuk untuk menyebabkan pendarahan.
Metode duke memiliki kelemahan, yaitu tekanan pada daerah tusukan tidak
konstan dan hasil yang dicapai kurang dapat diandalkan. Sedangkan keuntungan
metode Duke adalah tidak ada bekas luka setelah pemeriksaan (Anonim, 2010)

Clotting Time (masa pembekuan) adalah waktu yang diperlukan darah untuk
membeku atau waktu yang diperlukan saat pengambilan darah sampai saat
terjadinya pembekuan. Hal ini menunjukkan seberapa baik platelet berinteraksi
dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk pembekuan darah. Trombin
waktu membandingkan tingkat pasien pembentukan gumpalan dengan sampel dari
normal plasma dikumpulkan.Pemeriksaan cloothing time pada praktikum ini
menggunakan metode Lee White,dimana prinsipnya yaitu waktu pembekuan
diukur sejak darah keluar dari pembuluh sampai terjadi suatu bekuan dalam
kondisi yang spesifik.Sampel yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah
sampel darah segar.Waktu pembekuan Lee-White menggunakan satu tabung yang
diinkubasi pada suhu ruang, tabung berisi 3 cc darah lengkap. Tabung ini secara
hati-hati dimiringkan setiap 15 detik untuk meningkatkan kontak antara darah dan
permukaan kaca.

VI. Peralatan
1. Sarung tangan
2. Masker
3. Tisue
4. Kapas alkohol
5. Kapas kering
6. Plester
7. Stopwatch
8. Spuit
9. Tabung darah
10. Tourniquet
11. Disposible blood lancet steril

VII. Reagensia
a. Darah pasien

VIII. Cara Kerja


a. Masa Pendarahan (Bleeding Time)
1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.
2. Cuping daun telinga disesinfeksi dengan kapas alcohol 70% dan
ditunggu hingga kering.
3. Cuping daun telinga sedikit ditekan dan bagian pinggir
bawahnya ditusuk dengan lancet steril sedalam ± 2 mm.
4. Stopwatch dihidupkan saat darah mulai keluar dan tekanan pada
cuping daun telinga dilepaskan.
5. Kemudian, darah yang keluar atau menetes dihisap dengan
kertas saring setiap 15 detik.
6. Stopwatch dihentikan saat darah berhenti mengalir.
7. Waktu perdarahan (bleeding time) dicatat.
b. Masa Pembekuan (Clotting Time)
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Satu buah tabung reaksi disiapkan untuk menempatkan darah
vena.
3. Pengambilan darah dilakukan pada pasien dengan spuit 3 cc.
Pada saat darah terlihat masuk pada jarum, stopwatch lalu
dinyalakan. Darah diambil sebanyak 3 cc. Jarum pada spuit
dilepaskan dan alirkan perlahan-lahan ke dalam tiap tabung.
4. Jarum pada spuit dilepaskan dan dialirkan perlahan-lahan 1 ml
darah ke dalam tiap tabung.
5. Darah dibiarkan 4 menit dalam tabung terhitung saat
pengambilan darah (stopwatch tetap dijalankan dari awal darah
masuk dalam jarum).
6. Tiap 15 detik, tabung dimiringkan 450 untuk melihat apakah
sudah terjadi pembekuan.
7. Dicatat selang waktu dari saat pengambilan darah sampai darah
mebeku sebagai masa pembekuan.

IX. Hasil dan Pembahasan


9.1 Hasil Pengamatan

9.2 Pembahasan
Proses pembekuan darah atau penggumpalan darah merupakan proses
yang kompleks untuk mencegah tubuh kehilangan banyak darah ketika terjadi
luka. Proses tersebut meliputi pengetatan pada dinding pembuluh darah yang
terluka, pelepasan zat untuk menarik kepin-keping darah ke daerah luka, dan
pembentukan benang-benang fibrin. Komponen darah yang terlibat dalam proses
penggumpalan darah adalah keping-keping darah dengan bantuan ion kalsium.
Apabila luka terjadi pada pembuluh darah yang tipis, pengetatan dinding-dinding
pembuluh darah dapat mencegah pengeluaran darah.
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai pemeriksaan Bleeding Time (BT)
dan Clotting Time (CT). Bleeding Time (BT) adalah uji laboratorium untuk
menentukan lamanya tubuh menghentikan pendarahan akibat trauma yang dibuat
secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Hasil tes
ini menunjukkan seberapa baik trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh
darah untuk membentuk bekuan darah. Uji waktu pendarahan atau bleeding time
biasanya digunakan pada pasien yang memiliki riwayat pendarahan
berkepanjangan setelah terluka, atau yang memiliki riwayat keturunan gangguan
perdarahan. Selain itu, uji waktu pendarahan kadang-kadang dilakukan sebagai tes
pra operasi untuk menentukan respon perdarahan yang mungkin terjadi selama
dan setelah operasi.
Proses penusukan Proses saat darah dihisap
menggunakan Lancet steril dengan kertas saring (setiap 30
detik)

Pemeriksaan bleeding time ini dilakukan dengan metode duke. Metode


duke ini dilakukan pada cuping telinga dan tidak terbentuk luka yang membekas.
Pasien tidak begitu merasakan sakit ketika ditusuk, pada bagian cuping telinga
tidak terdapat pembuluh darah vena , arteri, dan kapiler sehingga dapat mewakili
kondisi perdarahan yang terbentuk secara valid. Namun, metode duke ini
memiliki kelemahan, yaitu tekanan pada daerah tusukan tidak konstan dan hasil
yang dicapai kurang dapat diandalkan
Pada pemeriksaan ini, kapiler diinsisi kecil menggunakan Disposible
blood lancet steril dan dilakukan secara aseptik sampai luka tersumbat oleh
agregasi trombosit. Seiring dengan penumpukan trombosit, pendarahan melambat
dan jumlah darah yang merembes berkurang. Titik akhir tercapai apabila tidak ada
lagi darah yang tersisa untuk menghasilkan titik pada tissue. Apabila terjadi
penumpukan darah di tempat insisi, akan terjadi koagulasi dan fibrin di atasnya
akan menghambat pendarahan selanjutnya. Oleh karena itu darah harus
dibersihkan tetapi harus berhati-hati agar tidak mengganggu sumbat trombosit
yang rapuh. Darah yang merembes dibersihkan setiap 15 detik dengan
menyentuhkan kertas saring ke tetes darah tanpa menyentuh luka yang dibuat.
Selama pengujian dilakukan pemberian tekanan konstan sebesar 40 mmHg.
Insisi harus dibuat pada permukaan kulit yang relatif mudah diakses,
relatif tidak sensitif terhadap nyeri, bebas dari penyakit kulit dan jauh dari vena.
Masa pendarahan diukur sejak darah merembes dari luka kecil pada permukaan
kulit hingga tidak ada lagi darah tersisa untuk menghasilkan titik pada tissue.
Langkah awal praktikum kali ini yaitu pilih cuping telinga yang akan
ditusuk, usahakan pasien tidak menggunakan aksesoris anting-anting dicuping
telingannya karena akan mengganggu dalam melakukan palpasi. Setelah
melakukan palpasi, didesinfeksi cuping telinga dengan alkohol swab atau kapas
alkohol 70 % yang bertujuan agar cuping telinga yang akan ditusuk bebas dari
debu, kotoran maupun kontaminasi bakteri kemudian ditunggu hingga kering,
kemudian cuping telinga agak sedikit ditekan dan lakukan penusukan dibagian
bawah telinga dengan lancet steril sedalam ± 2 mm, karena pada bagian tersebut
tidak terdapat tulang rawan dan memudahkan kita dalam menghisap darah.
Usahakan penusukan dilakukan sedalam ± 2 mm, agar darah menetes dengan
baik. Stopwatch mulai dihidupkan saat darah mulai keluar dan tekanan pada
cuping telinga harus dilepaskan. Darah yang menetes atau keluar dihisap dengan
tissue setiap 15 detik. Stopwatch dihentikan saat darah berhenti mengalir, Catat
waktu pendarahannya. Cara dari mencatat waktu pendarahan itu adalah hitung
setiap titik darah yang terbentuk, setiap titik darah dianggap 15 detik kemudian
hasil yang didapatkan + 15 detik lagi. Karena 15 detiknya sudah mulai dihitung
dari awal penusukan dilakukan.
Jika luka yang terbentuk cukup besar,keping-keping darah akan
mengirim zat kimia yang bekerja sama dengan zat lainnya di dalam plasma darah
untuk membentuk benang-benang fibrin. Jala atau benang fibrin yang terbentuk
pada permukaan luka dapat menahan keping-keping darah merah agar tidak
menetes keluar. Luka yang besar dan tidak dapat diperbaiki sendiri oleh tubuh
perlu dijahit agar bagian yang terbuka menjadi lebih sempit. Dengan
demikian,fungsi benang-benang fibrin dan keping-keping darah menjadi lebih
efisien.
Dalam proses pembekuan darah, keping-keping darah (trombosit) yang
menyentuh permukaan luka yang kasar, akan pecah dan mengeluarkan
trombokinase. Trombokinase akan mengubah protrombin menjadi trombin.
Protrombin merupakan enzim yang belum aktif, berupa senyawa globulin yang
dihasilkan di hati dengan pertolongan vitamin K, sedangkan trombin merupakan
enzim yang sudah aktif. Pengubahan protrombin menjadi trombin sangat
memerlukan zat kalsium untuk mempercepat proses tersebut. Trombin mengubah
fibrinogen (protein yang larut dalam plasma darah) menjadi librin yang berbentuk
benang-benang.
Clotting Time adalah waktu yang di perlukan darah untuk membeku atau
waktu yang di perlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya
pembekuan.Hal ini menunjukkan seberapa baik platelet berinteraksi dengan
dinding pembuluh darah untuk membentuk pembekuan darah. Hasilnya menjadi
ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi darah, terutama faktor-faktor yang
membentuk tromboplastin. Selain itiu, kadar fibrinogen juga berpengaruh pada
waktu pembekuan darah.
Waktu yang dihitung yaitu waku yang diperlukan untuk darah menggumpal
dalam tabung kaca, ukuran dari sistem koagulasi intrinsik. Dalam metode Lee-
White, darah dalam tabung reaksi dipertahankan pada suhu konstan dan diperiksa
secara teratur sampai pembekuan terjadi, tes dapat juga dilakukan dalam tabung
kapiler atau dengan objek glass. Metode pipa kapiler disebut juga waktu
koagulasi, kurang sensitif dan sekarang lebih sering digunakan daripada waktu
koagulasi yang diaktifkan.
Penetapan dengan metode ini digunakan darah lengkap yang sebenarnya satu
tes yang kasar saja, tetapi diantara tes-tes yang menggunakan darah lengkap cara
ini dianggap yang terbaik. Dahulu uji ini digunakan untuk memantau terapi
heparin, yang memperpanjang waktu pembekuan.
Waktu pembekuan Lee-White menggunakan satu tabung yang disimpan
dalam suhu kamar, masing-masing berisi 3cc darah lengkap. Waktu dijalankan
pada saat darah keluar pertama kali dalam spuilt, karena pada saat itulah darah
mulai kontak dengan permukaan benda asing. Darah dimasukkan ke dalam tabung
secara hati-hati, dengan dimiringkan setiap 15 detik untuk meningkatkan kontak
antara darah dan permukaan kaca untuk melihat kapan pembekuan terjadi. Setelah
darah pd tabung ke 1 membeku, waktu dalam stopwatch dihentikan.
Proses pengambilan darah vena Proses memasukkan darah
pada pasien kedalam tabung

Proses melihat terjadinya Darah sudah beku


pembekuan pada darah

Bermacam-macam kesalahan teknik yang dapat mempengaruhi hasil


pemeriksaan. Hasil cenderung memperpendek masa pembekuan. Kesalahan dapat
berupa percampuran darah dengan tromboplastin jaringan, fungsi vena yang tidak
segera berhasil baik, terjadinya busa atau gelembung dalam spuilt, tergoyangnya
tabung, atau tabung yang digunakan kotor. Diameter tabung yang digunakan pun
berpengaruh pada hasil pemeriksaan. Semakin lebar diameter tabung maka
semakin lama waktu pembekuan darahnya.
Jika terdapat kelainan atau pemanjangan waktu pembekuan, maka hasil itu
menjadi indikasi untuk lebih jauh menyelidiki faktor pembekuan mana yang
aktifitasnya berkurang, serta dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti
jumlah dan fungsi trombosit. Faktor yang membuat clotting time abnormal
adalah:
a. Volume darah
b. Teknik pengambilan
c. Darah yang diambil terlalu sedikit/terlalu banyak.
Hasil pemeriksaan pembekuan darah yang memanjang dapat terjadi pada
penderita hemofili(kelainanpadadarahberupadarah yang sukarmembeku), anemia,
atau pada pendariata sclerosis
(mengerasnyapembuluhnadiakibatendapanlemak/kapur).

X. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pemeriksaan darah lengkap dan pengukuran laju endap
darah dapat disimpulkan bahwa analisis WBC (White Blood Cell) seperti
neutrofil, Limposit, Monosit, Basofil dan Eosinofil, RBC (Red Blood Cell), HGB
(Hemoglobin), HCT (Hematokrit), MCV, MCH, MCHC, RDW, PLT dan MPV
dapat diukur dengan metode automatica analyzer dengan alat Mindrary BC 2800
hematology analyzer dan nilai laju endap darah (LED) dapat diukur dengan
menggunakan metode Westergreen.
XI. Daftar Pustaka

Iomicrofluidies. 2014. Microfluidic-based Measurement of Erythrocyte


Sedimentation rate for Biophysical Assessment of Blood in an in vivo
Malaria-Infacted Mouse, (online). Tersedia :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4189293/. (diakses :
25 September 2018, 16.09 wita).
PloS One. 2015. Effects of Aggregation on Blood Sedimentation and Conductivity.
(online). Tersedia :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4457804/. (diakses 25
September 2018, 16.11 wita)
Ulti, Iskandar Assyfa. 2016. Pengambilan Sampel Darah. Semarang: Universitas
Vasc Health Risk Manag. 2012. Erytrocyte sedimentation rate as a
Marker for Coronary Heart Disease. (online). Tersedia :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3333472/. (diakses 25
September 2018), 17.03 wita)

Anda mungkin juga menyukai