Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

SEISMIK EKSPLORASI

GEOMETRI LAYOUT DAN STACKING CHART

OLEH
NAMA : EKA RESTI NINGSIH
NIM : 08021281520067

LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Akuisisi data seismik merupakan kegiatan untuk memperoleh data dari lapangan
yang disurvey. Akuisisi yang baik sangat penting untuk mendapatkan data yang
baik dan benar. Persiapan awal yang harus dilakukan adalah menentukan
parameter-parameter lapangan yang cocok dari daerah survey. Penentuan
parameter tersebut dilakukan untuk menetapkan parameter awal dalam suatu
racangan survey yang dipilih sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya
akan diperoleh informasi target selengkap mungkin dengan noise serendah
mungkin. Di dalam survey kemungkinan pasti adanya masalah yang timbul pada
saat pengukuran. Conthnya : (Sismanto,1996)

1. Kedalaman Target
2. Kualitas Refleksi
3. Resolusi Vertikal yang di inginkan
4. Kemiringan Target
5. Ciri-ciri Jebakan
6. Masalah Noise yang khusus
7. Problem Logistik Team
8. Proses Spesial yang di inginkan
Dari masalah yang timbul tersebut, cara untuk mengatasinya adalah dengan
menentukan parameter-parameter yang diperlukan di lapangan. Parameter pokok
yang berpengaruh pada kualitas data yaitu : (Sismanto, 1996).

1. Offset Terjauh (Far Offset)


Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terjauh. Penentuan
offset terjauh didasarkan atas pertimbangan kedalaman target terdalam yang ingin
dicapai dengan baik pada perekaman.

2. Offset Terdekat (Near Offset)


Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terdekat.
Penentuan offset terdekat didasarkan atas pertimbangan kedalaman target yang
terdangkal yang masih dikendaki.
3. Grup Interval
Adalah jarak antara satu kelompok geophone terhadap satu kelompok geophone
berikutnya. Satu group geophone ini memberikan satu sinyal atau trace yang
merupakan stack atau superposisi dari beberapa geophone yang ada dalam
kelompok tersebut. Sususnan geophone didalam kelompok ini tertenu untuk
meredam noise.

4. Ukuran Sumber Seismik (Charge Size)


Ukuran sumber seismik (dynamit, tekanan pada air gun, water gun, dll)
merupakan energi yang dilepaskan oleh sumber seismik. sumber yang terlalu kecil
jelas tidak mampu mencapai target terdalam, sedangkan ukuran sumber yang
terlalu besar dapat merusak event (data) dan sekaligus meningkatkan noise. Oleh
karena itu diperlukan ukuran sumber yang optimal melalui test charge.

5. Kedalaman Sumber (Charge Depth)


Sumber sebaiknya ditempatkan dibawah lapisan lapuk (weathering zone),
sehingga energi sumber dapat dtransfer optimal masuk kedalam system lapisan
medium dibawahnya. Untuk mengetahui ketebalan lapisan lapuk dapat diperoleh
dari hasil survey seismik refraksi atau uphole survey.

6. Kelipatan Liputan (Fold Coverage)


Fold Coverage adalah jumlah atau seringnya suatu titik di subsurface terekam
oleh geophone dipermukaan. Semakin besar jumlah fold-nya, kualitas data akan
semakin baik. Untuk mengetahui berapa kali titik tersebut akan terekam dapat
dilakukan perhitungan sebagai berikut ; Jika diketahui jarak trace (antara trace),
jarak shot point SP (titik ledakan dynamit) dan jumlah trace (kanal) maka banyak
liputannya adalah :

Fold = (jumlah channel / 2) (jarak antar trace / Jarak titik tembak) NSP
NSP adalah jumlah penembakan yang bergantung pada geometri penembakan
yang dilakukan. Untuk split mspread dan off end maka NSP = 1, sedangkan
untuk Double Off End NSP = 2.

Besar kecilnya lingkup ganda akan berpengaruh pada:


1. mutu hasil rekaman
2. resolusi vertikal
3. besarnya filter pada ambient noise dan ground roll yang masih ada
4. besarnya biaya survei

7. Laju Pencuplikan (Sampling Rate)


Penentuan besar kecilnya sampling rate bergantung pada frekuensi maximum
sinyal yang dapat direkam pada daerah survey tersebut. Akan tetapi pada
kenyataannya, besarnya sampling rate dalam perekaman sangat bergantung pada
kemampuan instrumentasi perekamannya itu sendiri, dan biasanya sudah
ditentukan oleh pabrik pembuat instrument tersebut.
Penentuan sampling rate ini akan memberikan batas frekuensi tertinggi yang
terekam akibat adanya aliasing. Frekuensi aliasing ini akan terjadi jika frekuensi
yang terekam itu lebih besar dari frekuensi nyquistnya.
BAB II
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

II.1. Data Hasil Pengamatan


a. Konfigurasi Symetrical split spread
Arah bentangan : Utara – Selatan
Jumlah trace : 10
Interval Trace : 25 m
Jumlah penembakan : 5 kali
Near trace : 25 m
Interval Shot Point : 100 m

b. Konfigurasi Symetrical split spread


Arah bentangan : Utara - Selatan
Jumlah trace : 10
Interval trace : 25 m
Jumlah penembakan : 5 kali
Near trace : 25 m
Interval Shot Point : 25 m

c. Konfigurasi Off end spread


Arah bentangan : Utara – Selatan
Jumlah trace : 10
Interval trace : 25 m
Jumlah penembakan : 6 kali
Near trace : 25 m
Interval shot point : 25 m

d. Konfigurasi Off end spread


Arah bentangan : Utara – Selatan
Jumlah trace : 10
Interval Trace : 25 m
Jumlah penembakan : 6 kali.
Near trace : 25 m
Interval shot ponit : 75 m

e. Konfigurasi Off end spread


Arah bentangan : Utara – Selatan
Jumlah Trace : 10
Interval Trace : 50 m
Jumlah penembakan : 6 kali
Near trace : 25 m
Interval shot point : 25 m

f. Konfigurasi Alternating Spread


Arah bentangan : Barat – Timur
Jumlah trace : 10
Interval trace : 25 m
Jumlah penembakan : 7 kali
Near trace : 25 m
Interval shot point : 25 m

II.2. Pengolahan Data


II.2.1.Gambar Desain Berdasarkan Parameter
Survey seismik di “X” field dengan konfigurasi dan parameter sebagai berikut:
1. Konfigurasi bentangan kabel : Symetrical Split Spread
 Arah bentangan : Utara - Selatan
 Jumlah trace : 10
 Interval trace : 25 meter
 Jumlah penembakan : 5 kali
 Near offset : 25 meter
 Interval shot point : 100 meter
Tabel II.1. Tabel Jumlah Fold Dalam Setiap CDP
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold

1 1–1 125 100 %

2 1–2 100 100 %


3 1–3 75 100 %
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold
4 1–4 50 100 %
5 1–5 25 100 %
6 1–6 25 100 %
7 1–7 50 100 %
1–8 75
8 200 %
2–1 125
1–9 100
9 200 %
2–2 100
1 – 10 125
10 200 %
2-3 75

11 2–4 50 100 %
12 2–5 25 100 %
13 2–6 25 100 %
14 2-7 50 100 %
2–8 75
15 200 %
3-1 125
2–9 100
16 200 %
3–2 100
2 – 10 125
17 200 %
3–3 75

18 3–4 50 100 %
19 3–5 25 100 %
20 3–6 25 100 %
21 3–7 50 100 %
3–8 75
22 200 %
4-1 125
3–9 100
23 200 %
4-2 100
3 – 10 125
24 200 %
4-3 75
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold
25 4–4 50 100 %
26 4–5 25 100 %
27 4–6 25 100 %
28 4-7 50 100 %
4–8 75
29 200 %
5-1 125
4–9 100
30 200 %
5–2 100
4 – 10 125
31 200 %
5–3 75

32 5–4 50 100 %
33 5–5 25 100 %
34 5–6 25 100 %
35 5–7 50 100 %
36 5–8 75 100 %
37 5–9 100 100 %
38 5 - 10 125 100 %
2. Konfigurasi bentangan kabel : Symetrical Split Spread
 Arah bentangan : Utara - Selatan
 Jumlah trace : 10
 Interval trace : 25 meter
 Jumlah penembakan : 5 kali
 Near offset : 25 meter
 Interval shot point : 25 meter
Tabel II.2. Tabel Jumlah Fold Dalam Setiap CDP
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold

1 1–1 125 100 %


1–2 100
2 200 %
2–1 125
1–3 75
3 200 %
2–2 100
1–4 50
4 200 %
2–3 75
1–5 25

5 2–4 50 300 %
3-1 125
2–5 25
6 200 %
3-2 100
1–6 25

7 3–3 75 300 %
4-1 125
1–7 50
2–6 25
8 400 %
3–4 50
4–2 100
1–8 75

9 2–7 50 500 %
3–5 25
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold
4–3 75
5-1 125
1–9 100
2–8 75
10 400 %
4–4 50
5-2 100
1 – 10 125
2–9 100

11 3–6 25 500 %
4–5 25
5–3 75
2 – 10 125

12 3–7 50 300 %
5–4 50
3–8 75

13 4–6 25 300 %
5–5 25
3–9 100
14 200 %
4–7 50
3 – 10 125

15 4–8 75 200 %
5–6 25

4–9 100
16 200 %
5–7 50

4 – 10 125
17 200 %
5–8 75

18 5–9 100 100 %


19 5 - 10 125 100 %
3. Konfigurasi bentangan kabel : Off End Spread
 Arah bentangan : Utara - Selatan
 Jumlah trace : 10
 Interval trace : 25 meter
 Jumlah penembakan : 6 kali
 Near offset : 25 meter
 Interval shot point : 25 meter
Tabel II.3. Tabel Jumlah Fold Dalam Setiap CDP
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold

1 1–1 25 100 %
2 1–2 50 100 %
1–3 75
3 200 %
2 -1 25
1–4 100
4 200 %
2–2 50
1–5 125
5 2–3 75 300 %
3–1 25
1–6 150
6 2–4 100 300 %
3-2 50
1–7 175
2–5 125
7 400 %
3–3 75
4–1 25
1–8 200
2–6 150
8 400 %
3–4 100
4–2 50
1–9 225
9 500 %
2–7 175
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold
3–5 125
4–3 75
5-1 25
1 -10 250
2–8 200
10 3–6 150 500 %
4–4 100
5–2 50
2–9 225
3–7 175
11 4–5 125 500 %
5–3 75
6-1 25
2 – 10 250
3–8 200
12 4–6 150 500 %
5–4 100
6-2 50
3–9 225
4–7 175
13 400 %
5–5 125
6-3 75
3 – 10 250
4–8 200
14 400 %
5–6 150
6–4 100
4–9 225
15 5–7 175 300 %
6–5 125
4 – 10 250
16 300 %
5–8 200
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold
6–6 150
5–9 225
17 200 %
6–7 175
5 – 10 250
18 200 %
6–8 200

19 6–9 225 100 %


20 6 – 10 250 100 %
4. Konfigurasi bentangan kabel : Off End Spread
 Arah bentangan : Utara - Selatan
 Jumlah trace : 10
 Interval trace : 25 meter
 Jumlah penembakan : 6 kali
 Near offset : 25 meter
 Interval shot point : 75 meter
Tabel II.4. Tabel Jumlah Fold Dalam Setiap CDP
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold

1 1–1 25 100 %
2 1–2 50 100 %
3 1–3 75 100 %
4 1–4 100 100 %
5 1–5 125 100 %
6 1–6 150 100 %
1–7 175
7 200 %
2–1 25
1–8 200
8 200 %
2–2 50
1–9 225
9 200 %
2–3 75
1 – 10 250
10 200 %
2–4 100

11 2–5 125 100 %


12 2–6 150 100 %
2–7 175
13 200 %
3–1 25
2–8 200
14 200 %
3–2 50
2–9 225
15 200 %
3–3 75
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold
2 – 10 250
16 200 %
3–4 100

17 3-5 125 100 %


18 3–6 150 100 %
3–7 175
19 200 %
4–1 25
3–8 200
20 200 %
4–2 50
3–9 225
21 200 %
4–3 75
3 – 10 250
22 200 %
4–4 100

23 4–5 125 100 %


24 4–6 150 100 %
4–7 175
25 200 %
5–1 25
4–8 200
26 200 %
5–2 50
4–9 225
27 200 %
5–3 75
4 – 10 250
28 200 %
5–4 100

29 5–5 125 100 %


30 5–6 150 100 %
5–7 175
31 200 %
6–1 25
5–8 200
32 200 %
6–2 50
5–9 225
33 200 %
6–3 75
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold
5 – 10 250
34 200 %
6–4 100

35 6–5 125 100 %


36 6–6 150 100 %
37 6–7 175 100 %
38 6–8 200 100 %
39 6–9 225 100 %
40 6 – 10 250 100 %
5. Konfigurasi bentangan kabel : Off End Spread
 Arah bentangan : Utara - Selatan
 Jumlah trace : 10
 Interval trace : 50 meter
 Jumlah penembakan : 6 kali
 Near offset : 25 meter
 Interval shot point : 25 meter
Tabel II.5. Tabel Jumlah Fold Dalam Setiap CDP
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold

1 1–1 25 100 %
1–2 75
2 200 %
2–1 25
1–3 125

3 2–2 75 300 %
3–1 25
1–4 175
2–3 125
4 400 %
3–2 75
4–1 25
1–5 225
2–4 175

5 3–3 125 500 %


4–2 75
5–1 25
1–6 275
2–5 225
3–4 175
6 600 %
4–3 125
5–2 75
6–1 25
1–7 325
7 600 %
2–6 275
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold
3–5 225
4–4 175
5–3 125
6–2 75
1–8 375
2–7 325
3–6 275
8 600 %
4–5 225
5–4 175
6–3 125
1–9 425
2–8 375
3–7 325
9 600 %
4–6 275
5–5 225
6–4 175
1 – 10 475
2–9 425
3–8 375
10 600 %
4–7 325
5–6 275
6–5 225
2 – 10 475
3–9 425

11 4–8 375 500 %


5–7 325
6–6 275
3 – 10 475
4–9 425
12 400 %
5–8 375
6–7 325
No. CDP Spi - Gi Jarak Offset (m) ∑ Fold
4 – 10 475

13 5–9 425 300 %


6–8 375
5 – 10 475
14 200 %
6–9 425

15 6 - 10 475 100 %
6. Konfigurasi bentangan kabel : Alternating Spread
 Arah bentangan : Barat - Timur
 Jumlah trace : 10
 Interval trace : 25 meter
 Jumlah penembakan : 7 kali
 Near offset : 25 meter
 Interval shot point : 25 meter
Tabel II.6. Tabel Jumlah Fold Dalam Setiap CDP
No CDP SPi – Gi Jarak Offset (m) Σ Fold
1 1–1 12.5 100 %
2 1–2 25 100 %
3 1–3 37.5 100 %
4 1–4 50 100 %
1–5 62.5
5 200 %
3–1 12.5
1–6 75
6 200 %
3–2 25
1–7 87.5
7 200 %
3–3 37.5
1–8 100
8 200 %
3–4 50
1–9 112.5
9 3–5 62.5 300 %
5–1 12.5
1 – 10 125
10 3–6 75 300 %
5–2 25
3–7 87.5
11 200 %
5–3 37.5
2–1 125
12 300 %
3–8 100
No CDP SPi – Gi Jarak Offset (m) Σ Fold
5–4 50
2–2 112.5
3–9 112.5 400 %
13
5–5 62.5
7–1 12.5
2–3 100
3 – 10 125 400 %
14
5–6 75
7–2 25
2–4 87.5
300 %
15 5–7 87.5
7–3 37.5
2–5 75
4–1 125 400 %
16
5–8 100
7–4 50
2–6 62.5
4–2 112.5 400 %
17
5–9 112.5
7–5 62.5
2–7 50
4–3 100 400 %
18
5 – 10 125
7–6 75
2–8 37.5
300 %
19 4–4 87.5
7–7 87.5
2–9 25
400 %
20 4–5 75
6–1 125
No CDP SPi – Gi Jarak Offset (m) Σ Fold
7–8 100
2 – 10 12.5
4–6 62.5 400 %
21
6–2 112.5
7–9 112.5
4–7 50
300 %
22 6–3 100
7 – 10 125
4–8 37.5
23 200 %
6–4 87.5
4–9 25
24 200 %
6–5 75
4 – 10 12.5
25 200 %
6–6 62.5
26 6–7 50 100 %
27 6–8 37.5 100 %
28 6–9 25 100 %
29 6 – 10 12.5 100 %
II.2.2. Gambar Stacking Chart
a. Symetrical Split Spread
b. Symetrical Split Spread
c. Off End Spread
d. Off End Spread
e. Off End Spread
f. Alternating Spread
BAB III
ANALISA

Pada konfigurasi symitrical split spread tersebut bahwasannya shot point yang
terletak ditengah-tengah bentangan pada saat jumlah trace sebelah kiri dan kanan
sama jumlahnya. Sedangkan pada konfigurasi symetrical split spread, terdapat
sedikit perbedaan interval shot point yang dapat menghasilkan jumlah dari CDP
(Common Dept Point). Pada interval shot point tersebut bahwasannya CDP tersebut
lebih besar dan akan lebih banyak dibandingkan dengan interval shot point yang
lebih kecil. Tetapi, untuk interval shot point yang kecil memiliki jumlah fold pada
setiap CDP lebih banyak daripada interval shot point yang lebih besar sehingga
informasi bawah permukaannya akan kelihatan lebih jelas.

Pada konfigurasi Off end spread memiliki konfigurasi yang sama dengan symitrical
split spread tetapi ada perbedaan interval shot point akan memepengaruhi jumlah
CDP dan jumlah fold pada setiap CDP. Perbedaan dari konfigurasi Off end spread
dengan konfigurasi symitrical split spread yaitu terletak pada posisi shot point yang
berada disebelah ujung kanan atau kiri dari bentangan. Pada konfigurasi Off end
spread, terdapat perbedaan interval trace, dimana akan mempengaruhi jumlah CDP
yang dihasilkan. Semakin besar interval trace maka semakin banyak CDP yang
dihasilkan, tetapi informasi bawah permukaannya akan menjadi tidak jelas.
Berbeda dengan interval trace yang kecil akan menghasilkan informasi bawah
permukaaan yang lebih jelas walaupun jumlah CDP-nya kecil.

Pada konfigurasi alternating spread memiliki shot point yang berbeda dengan
konfigurasi Off end spread dan konfigurasi symitrical split spread. Shot point pada
konfigurasi alternating spread terletak pada kedua ujung bentangan, dimana
penembakannya secara bergantian.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Konfigurasi symetrical split spread, terdapat sedikit perbedaan interval shot


point yang dapat menghasilkan jumlah dari CDP (Common Dept Point).
Bahwasannya CDP tersebut lebih akan lebih banyak dibandingkan dengan
interval shot point yang akan lebih kecil.

2. Untuk interval shot point yang kecil memiliki jumlah fold pada setiap CDP
lebih banyak daripada interval shot point yang lebih besar sehingga informasi
bawah permukaannya akan lebih jelas.

3. Semakin besar interval trace maka semakin banyak CDP yang dihasilkan,
tetapi informasi bawah permukaannya akan menjadi tidak jelas.

4. Semakin kecil interval trace, maka akan menghasilkan informasi bawah


permukaaan yang jelas walaupun jumlah CDP-nya kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhan, F.D., 2016. Pemrosesan Data 2D Marine Seismik Lapangan “X”


Dengan Menggunakan Migrasi “Kirchoff” Pada Software Promax.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Riyadi, P., 2011. Analisa Kecepatan Data Seismik 2D Zona Darat Menggunakan
Metode Semblence. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Sutopo, 2017. Modul Praktikum Seismik Eksplorasi. Indralaya: Universitas
Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai