Anda di halaman 1dari 16

6/1 (2018), 19-33

Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification


Dalam Aktivitas Menyikat Gigi Pada Kasus Keterbatasan Intelektual
Taraf Sedang Di Panti Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor

Gunawan Wicaksono1, Fatwa Sari ‘Ulkhusna2, Purnama Betty3


Okupasi Terapi Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat1,2,3
Email: wicaksono_gunawan@yahoo.com, purnama.sts@gmail.com

Diterima : 13 Agustus 2017


Layak Terbit : 1 Januari 2018

Abstrak
Keterbatasan intelektual merupakan ketidakmampuan yang ditandai dengan limitasi pada fungsi intelektual,
fungsi adaptif, dan terjadi sebelum usia 18 tahun. Tugas Akhir ini membahas tentang Ja berusia 19 tahun
dengan kondisi keterbatasan intelektual taraf sedang yang mengalami kesulitan dalam meningkatkan
kemampuan pada kebersihan mulut yaitu menyikat gigi. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui
penatalaksanaan okupasi terapi dalam meningkatkan kemampuan pasien untuk menjaga kebersihan mulut
dengan menyikat gigi menggunakan metode behavior modification. Data diperoleh dari wawancara,
pengamatan, pengkajian, dan penatalaksanaan okupasi terapi. Hasil menunjukan bahwa keefektifan dari
behavior modification akan lebih terlihat bila program dilakukan secara konsisiten.
Kata kunci: Okupasi terapi, keterbatasan intelektual, behavior modification, menyikat gigi

Abstract
Intellectual disability is a disabilities with limitaton in intellectual function, adaptive function, and the onset
must occur before the age of 18 years. This study focus on Ja 19 years old with moderate intellectual disability
that have difficulty in ability of oral hygiene is toothbrushing. The aim of the process of writing is to find out
how occupational therapy intervention in increase of patient skill to maintenance his oral hygiene with
toothbrushing using behavior modification. Data obtained from interviews, observation, assessment, and
occupational therapy intervention. The result show that the effectiveness of behavior modification will be find
out if the programs will be doing consistently.
Key words: Occupational therapy, intellectual disability, behavior modification, toothbrush

PENDAHULUAN melakukankan stimulasi/pendidikan dengan pola


Generasi Indonesia yang diharapkan asih (kasih sayang), asuh (perlindungan gizi dan
adalah generasi yang cerdas dan sehat. Hal ini sesuai imunisasi) serta asah (pembelajaran kemampuan
dengan konsep pembangunan berbasis hak kognisi sesuai dengan tahapan perkembangan).
kecerdasan dan kesehatan yang digagaskan oleh Generasi penerus-penerus di Indonesia
Pusat Inteligensia Kesehatan—Kementerian kenyataannya masih terdapat mengalami
Kesehatan Republik Indonesia. Empat prinsip untuk kekurangan dalam kecerdasan dan kesehatan. Hal
membangun generasi yang cerdas dan sehat yaitu, ini terbukti lewat hasil dari Riset Kesehatan Dasar
pertama, reproduksi sehat dalam keluarga pada usia 2013 bahwa angka kelahiran prematuritas dan berat
23-33 tahun bagi wanita dengan jarak lahir ke hamil badan lahir rendah sebesar 10,2% per tahun dari 4,5
berikutnya 4 tahun, kedua, mengkonsumsi makanan juta kelahiran hidup, pola perilaku mengkonsumsi
gizi seimbang yang mengandung komponen mikro, makanan beresiko seperti mengkonsumsi penyedap
seperti; asam amino, folat, Fe (zat besi), Ca ≥ 1 kali dalam sehari atau 77,3%, perilaku merokok
(kalsium), Zn (seng), dan lain-lain yang penting penduduk usia 15 tahun keatas yang meningkat
untuk pertumbuhan dan perkembangan otak, ketiga, menjadi 36,3% (Riskesdas, 2013) yang
menghindari lingkungan yang tercemar seperti; kemungkinan besar berisiko menjadikan anak yang
lingkungan yang terdapat logam berat berupa lahir atau yang terkontaminasi menjadi disabilitas
limbah Pb (timbal) dari gas buang premium atau dari inteligensia.
daur ulang accu (aki), CO (karbonmonoksida), asap Di Indonesia, individu yang mengalami
rokok, dan lain-lain yang mengganggu kekurangan dalam hal kecerdasan dinamakan anak
perkembangan inteligensia, dan keempat, dengan tuna grahita (ADTG). Anak dengan tuna

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


20 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

grahita salah satunya adalah anak atau individu yang Indikator dari kebersihan gigi dan mulut
mengalami gangguan mental retardasi (MR) yang menurut Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009
sekarang sudah dikenal dengan istilah keterbatasan Pasal 93 bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut
intelektual (Intellectual Disability; ID). dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan skor
Keterbatasan intelektual adalah ketidakmampaun kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan
yang ditandai dengan adanya limitasi yang kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi,
signifikan pada fungsi intelektual dan pada perilku pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan
adaptif seperti konseptual, sosial, dan kemampuan gigi oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
aktivitas seharihari, yang mana biasanya terjadi masyarakat yang dilakukan secara terpadu,
sebelum usia 18 tahun (American Association on terintegrasi dan berkesinambungan. Kesehatan gigi
Intellectual and Developmental Disabilities, 2008). dan mulut yang dimaksud dilaksanakan melalui
Sedangkan, menurut DSM-V (2013), bahwa pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan
keterbatasan intelektual (gangguan perkembangan kesehatan gigi masyarakat, dan usaha kesehatan gigi
intelektual) adalah penurunan pada kemampuan sekolah.
mental secara umum (kriteria A) dan Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), angka
ketidakmampuan pada fungsi adaptif setiap hari, kesehatan gigi dan mulut 25,9% dari populasi.
dibandingkan dengan usia, jenis kelamin, dan sosial Sedangkan untuk perilaku benar dalam menyikat
budaya dengan teman sebaya (kriteria B), onset gigi berkaitan faktor gender, ekonomi, dan daerah
terjadi selama periode perkembangan yang mengacu tempat tinggal, ditemukan sebagian besar penduduk
pada penurunan perkembangan dan adaptif selama Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi
masa kanak-kanak dan remaja (kriteria C). maupun mandi sore, (76,6%). Menyikat gigi dengan
Data Riskesdas (2013) menyebutkan benar adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur
bahwa jumlah penduduk Indonesia yang mengalami malam, untuk Indonesia ditemukan hanya 2,3%.
disabilitas sebesar 8,3% dari total populasi. Untuk Sedangkan tingkat keparahan kerusakan gigi
mengurangi populasi yang mengalami disabilitas menurut indek DMF-T sebanyak 4,6%. Menurut
khususnya keterbatasan intelektual atau mental, Menteri Kesehatan (2010), kesehatan gigi dapat
Kementerian Kesehatan RI melakukan program mendukung percepatan delapan tujuan Millenium
skrining bayi baru lahir dan meningkatkan Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.
kesadaran penduduk untuk mengkonsumsi garam. Okupasi terapi sebagai profesi kesehatan
Dr. Budihardja menjelaskan berdasarkan telaah yang berfokus pada tiga area yaitu aktivitas
rekam medis tahun 1995 di RSCM dan RSHS kehidupan sehari-hari, produktivitas, dan
terhadap 134 anak, menunjukkan bahwa lebih dari pemanfaatan waktu memiliki metode untuk
70% penderita didiagnosis setelah umur satu tahun melakukan penatalaksanaan. Dalam menangani
dan hanya 2,3% persen dibawah 3 bulan, dimana kebersihan mulut pada kasus keterbatasan
akibat dari penyakit yang tidak diskrining sejak dini intelektual dapat menggunakan metode behavior
adalah gangguan pertumbuhan dan mental modification. Pendekatan dengan behavior
terbelakang (KEMENKES, 2011). Menurut Staf modification menurut Kazdin
Pusat GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan (2008) terbilang masih baru dan biasanya digunakan
Iodium) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia oleh profesi kesehatan yang terkait dengan bidang
Prof. DR. Dr. Tjokorda Gede Pembayun psikiatri, psikologi, pekerja sosial, pendidikan, dan
Sp.PD.KEMD, mengungkapkan berbagai penyakit rehabilitasi. Prinsip yang digunakan dalam behavior
akibat gangguan kekurangan iodium, yaitu modification yaitu operant conditioning seperti
gangguan keterbelakangan mental, gondok, salah satunya pemberian reinforcement/penguat dan
hipotiroid, keguguran, lahir—mati, kelainan bawaan, prompt/bantuan. Diharapkan penggunaan behavior
kretin endemik, gangguan fungsi mental, dan modification dapat merubah pola perilaku yang
hambatan perkembangan fisik (KEMENKES RI, tidak diinginkan menjadi perilaku yang baik.
2012). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik
Dari hasil penjelasan di atas bahwa untuk melakuakan penatalaksanaan okupasi terapi
individu yang mengalami keterbatasan intelektual menggunakan pendekatan behavior modification
akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. dalam meningkatkan kebersihan mulut dengan
Kesulitan yang umum terjadi yaitu masalah pada menyikat gigi pada kasus keterbatasan intelektual.
aktivitas kehidupan sehari-hari yang merupakan Pasien yang diangkat menjadi kasus dalam
salah satu karakteristik keterbatasan intelektual pada penulisan ini merupakan pasien atau penerima
fungsi adaptif. Setiap individu tentunya akan manfaat (PM) dari Panti Sosial Bina Grahita
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti Ciungwanara Bogor yang mengalami keterbatasan
melakukan perawatan diri. Salah satu perawatan intelektual taraf sedang. PM berusia 19 tahun dan
diri yang penting yaitu menjaga kebersihan mulut. kondisi untuk kebersihan mulut terutama menyikat
Kebersihan mulut salah satunya dapat dijaga dengan gigi masih kurang. Sehingga penulis berharap
rutin menyikat gigi. dengan dilakukannya penatalaksanaan okupasi
terapi menggunakan pendekatan behavior

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


21 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

modification dapat meningkatkan kebiasaan pasien pengumpulan informasi berupa gangguan


untuk menyikat gigi komponen kinerja okupasi yang meliputi komponen
motorik, sensorik, persepsi, kognitif, dan
TINJAUAN PUSTAKA psikososial. Isi asesmen yang dilakukan oleh
Okupasi Terapi okupasi terapis sekurang-kurangnya memuat data
Menurut World Federation of anamnesa yang meliputi identitas umum dan
Occupational Therapist (2012), okupasi terapi riwayat keluhan, serta pemeriksaan komponen
didefinisikan dalam pendapatnya yang tercantum kinerja okupasi dan area kinerja okupasi serta
pada kutipan berikut: mempertimbangkan pemeriksaan penunjang. Re-
“Occupational therapy is a client-centred health asesmen atau pemeriksaan ulang dimungkinkan
profession concerned with promoting health and bilamana terjadi perubahan yang signifikan pada
well being through occupation. The primary goal of kondisi pasien dalam fase pengobatan/intervensi.
occupational therapy is to enable people to Hasil asesmen dituliskan pada lembar rekam medis
participate in the activities of everyday life. pasien/klien baik pada lembar rekam medis
Occupational therapists achieve this outcome by terintegrasi dan/atau pada lembar kajian khusus
working with people and communities to enhance terapi okupasi.
their ability to engage in the occupations they want Diagnosis terapi okupasi merupakan suatu
to, need to, or are expected to do, or by modifying pernyataan yang mengambarkan keadaan multi
the occupation or the environment to better support dimensi pasien yang dihasilkan dari analisis hasil
their occupational engagement” (WFOT, 2012). pemeriksaan dan pertimbangan klinis, yang dapat
Berdasarkan kutipan di atas, okupasi terapi menunjukkan adanya disfungsi/gangguan
merupakan profesi kesehatan yang berbasis client- komponen kinerja okupasional dan area
centred dengan berfokus pada promosi kesehatan okupasional. Diagnosis terapi okupasi dapat berupa
dan kesejahteraan melalui aktivitas (okupasi). adanya gangguan komponen kinerja okupasional
Tujuan utama dari okupasi terapi adalah untuk dan area okupasional. Diagnosa terapi okupasi
memungkinkan seseorang berpartisipasi dalam dituliskan pada lembar rekam medis pasien baik
aktivitas kehidupan seharihari. Okupasi terapis pada lembar rekam medis terintegrasi dan/atau pada
dalam mencapai tujuan bekerjasama dengan orang lembar kajian khusus terapi okupasi.
lain dan masyarakat untuk meningkatkan Tujuan terapi okupasi merupakan target
kemampuan mereka dalam aktivitas yang terapi yang di rencanakan untuk di capai sesuai
diinginkan, dibutuhkan, atau diharapkan, atau dengan kondisi yang di alami oleh pasien/klien.
dengan memodifikasi aktivitas maupun lingkungan Tujuan terapi okupasi terdiri dari tujuan jangka
yang lebih baik untuk mendukung dalam pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan terapi
keikutsertaan okupasional. okupasi di tuliskan pada lembar rekam medis
Definisi okupasi terapi menurut Peraturan terintegrasi dan/atau pada lembar kajian khusus
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 76 terapi okupasi.
Tahun 2014, adalah bentuk pelayanan kesehatan Intervensi terapi okupasi dilaksanakan
kepada pasien/klien dengan kelainan/kecacatan fisik dengan metode yang berbasis bukti sesuai
dan/atau mental yang mempunyai gangguan pada perkembangan keilmuan terapi okupasi. Intervensi
kinerja okupasional, dengan menggunakan aktivitas terapi okupasi meliputi: adjunctive therapy,
bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan enabling activity, purposefull activity, dan
kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan occupational activity. Intervensi terapi okupasi
sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu dilaksanakan dengan mengutamakan keselamatan
luang. pasien/klien, dilakukan berdasarkan program
Berdasarkan definisi di atas, penulis perencanaan intevensi dan dapat dimodifikasi
menyimpulkan bahwa okupasi terapi merupakan setelah dilakukan evaluasi serta pertimbangan
suatu profesi kesehatan yang bertujuan untuk teknis dengan melalui persetujuan pasien/klien
meningkatkan kemandirian pasien yang memiliki dan/atau keluarganya terlebih dahulu.
keterbatasan dengan meningkatkan kemampuan Program intervensi dituliskan pada lembar rekam
dalam melakukan aktivitas dikehidupannya melalui medis pasien baik pada lembar rekam medis
tiga area okupasi yaitu aktivitas kehidupan sehari- terintegrasi dan/atau pada lembar kajian khusus
hari (AKS), produktivitas, dan pemanfaatan waktu terapi okupasi.
luang. Evaluasi/re-evaluasi dilakukan oleh okupasi terapis
sesuai tujuan perencanaan intervensi. Evaluasi/re-
Penatalaksanaan Okupasi Terapi evaluasi merupakan kegiatan monitoring-evaluasi
Okupasi terapis untuk melakukan tatalaksana yang dilakukan pada saat intervensi dan/atau setelah
mengikuti aturan yang telah ditetapkan dalam periode tertentu intervensi, serta didokumentasikan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada rekam medis. Hasil evaluasi/re-evaluasi dapat
Nomer 76 Tahun 2014. Proses pelayanan okupasi berupa kesimpulan, termasuk dan tidak terbatas
terapi meliputi: Asesmen terapi okupasi meliputi pada rencana penghentian program atau merujuk

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


22 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

pada dokter/profesional lain terkait. Hasil dalam grup kecil. Meningkatkan kesadaran terhadap
evaluasi/re-evaluasi dituliskan pada lembar rekam orang lain dan lingkungan.
medis pasien baik pada lembar rekam medis e. Perawatan Diri
terintegrasi maupun pada lembar kajian khusus Memberikan bantuan minimal atau
terapi okupasi. mendampingi individu untuk meningkatkan
Pendokumentasian. Pimpinan fasilitas kemampuan dalam merawat diri di kehidupan
pelayanan kesehatan dan penyelenggara pelayanan seharihari. Melatih kemandirian dalam aktivitas
terapi okupasi memperhatikan pentingnya kehidupan sehari-hari.
dokumentasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan f. Produktivitas
dalam pelayanan terapi okupasi yang bermutu dan Mengembangkan kemampuan bermain,
dapat dipertanggungjawabkan. khususnya permaian yang melibatkan adanya
Isi dokumentasi terapi okupasi sekurang-kurangnya interaksi dan gerakan fisik. Mengeksplor
memuat data umum pasien/klien, data hasil ketertarikan/minat dalam pekerjaan.
pemeriksaan komponen kinerja okupasional dan Mengengembangkan kebiasaan dan kemampuan
area okupasional, termasuk identitas okupasi terapis, untuk bekerja dan memanajemen rumah.
maupun identitas perujuk (jika ada). Dokumentasi g. Pemanfaatan Waktu Luang
terapi okupasi terintegrasi dengan rekam medis dan Mengekplorasi dan mengembangkan minat
dapat diakses oleh profesional kesehatan lain. untuk mencari tahu hobi/kesukaan. Mengekplorasi
dan meningkatkan potensi yang dimiliki.
Penatalaksanaan Okupasi Terapi Pada Kasus
Keterbatasan Kemampuan Menyikat Gigi
Intelektual Menyikat gigi merupakan salah satu bagian
Penatalaksanaan okupasi terapi (OT) yang dari aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
dilakukan untuk kasus keterbatasan intelektual ini Aktivitas kehidupan sehari-hari menurut American
akan memudahkan terapis dalam melakukan Occupational Therapy Association (AOTA, 2014)
intervensi. Di bawah ini merupakan komponen- dalam buku Occupational therapy practice
komponen peran OT yang dapat dilakukan (Reed, framework: Domain and process merupakan
2001) yaitu: kegiatan yang berorientasi untuk merawat tubuh diri
a. Sensorimotor sendiri (diadaptasi dari Rogers dan Holm, 1994).
Meningkatan kontrol postural dan AKS juga bisa disebut dengan nama lain yaitu dasar
keseimbangan, khususnya stabilitas tulang belakang. aktivitas kehidupan sehari-hari (DADL) dan
Meningkatkan kekuatan otot, khususnya otot-otot individual aktivitas kehidupan sehari-hari (IAKS).
pada tulang belakang. Meningkatkan lingkup gerak Aktivitas-aktivitas ini merupakan “Prinsip
sendi dan kelenturan. Meningkatkan ketahanan fisik. untuk kehidupan di dunia sosial; mereka dapat
Melatih keterampilan jari-jari dan tangan, menjadi dasar kelangsungan hidup dan
khususnya meraih, menggenggam, dan melepas. kesejahteraan” (Christiansen dan Hammecker, 2001,
Meningkatkan kemampuan koordinasi motorik hal 156). Menurut AOTA (2014), menyikat gigi
kasar. Meningkatkan kemampuan motorik halus, merupakan kategori dari personal hygiene
manipulasi, dan kecepatan. Meningkatkan (kebersihan diri) dan grooming (berhias). Personal
kemampuan koordinasi dua tangan dan perencanaan hygiene dan grooming adalah mendapatkan dan
gerak. Meningkatkan level aktivitas jika individu menggunakan persediaan alat dan bahan yang
terlalu pasif. Meningkatkan kemampuan visual, digunakan; menghilangkan rambut tubuh yang perlu
mengacak, dan mencari secara cepat. dihilangkan (contoh, menggunakan pisau cukur,
b. Kognitif pinset, pelembut.); memakai dan menghapus
Meningkatkan perilaku baik dan kosmetik; mencuci, mengeringkan, menyisir,
meningkatkan konsentrasi, fokus, serta styling/gaya, menyikat gigi, dan memangkasan
mempertahankan atensi/perhatian dengan rambut; merawat kuku (tangan dan kaki); merawat
mengurangi stimulus distraksi/yang mengganggu. kulit, telinga, mata, dan hidung; memakai deodoran;
Meningkatkan kemampuan dalam mengikuti pembersih mulut; menyikat gigi dan flossing gigi;
perintah/instruksi dari orang lain. dan menghapus, membersihkan, dan memasang
c. Intrapersonal orthotik dan prosthetik pada gigi Menurut Kamus
Meningkatkan kepercayaan diri melalui Besar Bahasa Indonesia, menyikat artinya
kreativitas seperti seni, kerajinan tangan, drama, membersihkan dengan sikat. Sedangkan gigi adalah
menari, musik, dan permainan. Meningkatkan tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang
kemampuan untuk interaksi sosial dalam grup kecil. tumbuh tersusun berakar di dalam gusi dan
Meningkatkan kemampuan dalam komunikasi kegunaannya untuk mengunyah atau menggigit.
dengan mengajarkan simbol-simbol keseharian. Persamaan lain dari menyikat gigi yaitu menggosok
d. Interpersonal gigi, menggosok yaitu melicinkan (membersihkan,
Meningkatkan kepercayaan diri untuk menggilapkan, dan sebagainya) dengan tangan atau
berinteraksi dengan orang lain melalui permainan barang yang digeser-geserkan berkali-kali. Adapun

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


23 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

langkah-langkah menyikat gigi yaitu menyalakan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif,
keran air, mengisi cangkir dengan air, membuka bahasa, motorik, dan sosial.
penutup pasta gigi (pegang pasta gigi menggunakan DSM-IV-TR (2000), bahwa mental
tangan yang tidak dominan), ambil sikat gigi dan retardasi secara signifikan fungsi umum intelektual
basahkan (pegang sikat gigi menggunakan tangan di bawah rata-rata (kriteria A) yang mana disertai
yang dominan), pencet wadah pasta gigi hingga limitasi pada fungsi adaptif setidaknya terdapat dua
pastanya keluar dan letakan di atas sikat gigi, dari area ini: komunikasi, perawatan diri,
letakan pasta gigi, sikat semua permukaan gigi, manajemen rumah, kemampuan sosial,
letakan sikat gigi, ambil cangkir berisi air dan menggunakan sumber daya masyarakat,
kumur-kumur, letakan cangkir, bersihkan mulut mengarahkan diri, kemampuan fungsi akademik,
dengan handuk/kain, ambil sikat gigi dan cuci pekerjaan, pemanfaatan waktu luang, dan
sampai bersih, letakan sikat gigi, matikan keran air, keamanan (kriteria B), onset terjadi sebelum usia
tutup kembali pasta gigi, letakan cangkir pada 18 tahun (kriteria C).
tempatnya, letakan pasta gigi dan sikat gigi pada DSM-V (2013), bahwa keterbatasa
tempatnya, dan cuci tangan (Copeland, Ford, dan intelektual (gangguan perkembangan intelektual)
Solon, 1976). adalah penurunan pada kemampuan mental secara
Berdasarkan langkah-langkah di atas, umum (kriteria A) dan ketidakmampuan pada fungsi
penulis menyimpulkan bahwa setiap individu adaptif setiap hari, dibandingkan dengan usia, jenis
mempunyai caranya sendiri untuk menyikat gigi, kelamin, dan sosial budaya dengan teman sebaya
tergantung dari kebiasaan individu, budaya, alat dan (kriteria B), onset terjadi selama periode
bahan yang digunakan, maupun lingkungan tempat perkembangan yang mengacu pada penurunan
untuk menyikat gigi. perkembangan dan adaptif selama masa kanak-
kanak dan remaja (kriteria C).
Keterbatasan Intelektual
Mental retardasi atau yang sekarang Klasifikasi Keterbatasan Intelektual
dikenal dengan istilah Intellectual Disability (ID) Menurut DSM-V-TR (2000) klasifikasi
atau dalam bahasa Indonesia yaitu keterbatasan keterbatasan intelektual di bagi menurut
intelektual. Menurut American Association on intelligence quotient (IQ): Keterbatasan Intelektual
Intellectual and Developmental Disabilities Ringan (Mild), IQ level 50-55 sampai kurang lebih
(AAIDD, 2008) mental retardasi atau keterbatasan 70, Keterbatasan Intelektual Sedang (Moderate), IQ
intelektual adalah ketidakmampun yang ditandai level 35-40 sampai 5055 , Keterbatasan Intelektual
dengan adanya limitasi yang signifikan pada fungsi Berat (Severe), IQ level 20-25 sampai 35-40,
intelektual dan pada perilku adaptif seperti Keterbatasan Intelektual Sangat Berat (Profound),
konseptual, sosial, dan kemampuan aktivitas sehari- IQ level < 20 atau 25.
hari, yang mana biasanya terjadi sebelum usia 18 Klasifikasi terbaru menurut DSM-V
tahun. Perilaku adaptif atau kemampuan adaptif (2013) yaitu berdasarkan kemampuan fungsi adaptif
menandakan kualitas performa sehari-hari yang bukan lagi berdasarkan skor IQ. Hal ini karena,
berhubungan dengan kebutuhan lingkungan. Ada fungsi adaptif merupakan salah satu yang
sepuluh area kemampuan adaptif yang menjadi menentukan tingkat dari seberapa besar bantuan
pertimbangan penting dalam mendiagnosa yang diperlukan. Selain itu, pengukuran
keterbatasan intelektual: komunikasi, perawatan diri, menggunakan IQ kurang valid karena perhitungan
manajemen rumah, kemampuan sosial, komunitas, IQ di ada yang di bawah kisaran rata-rata dari IQ
pengarahan diri sendiri, kesehatan dan keamanan, tersebut. Di bawah ini karakteristik ringkas dari
fungsi akademik, rekreasi, dan pekerjaan (Lambert keterbatasan intelektual:
dkk., 1993). Motor kontrol pada penyandang Level Ringan/Mild
keterbatasan intelektual biasanya terlihat seperti Konseptual: preschool, biasanya
adanya hipotonus pada sendi dan otot, penurunan perbedaan konseptual tidak terlihat. Anak sekolah
pada tendon dan masih adanya refleks primitif, dan remaja, kesulitan dalam membaca dan
terhambatnya perkembangan motorik (respon yang menghitung, berfikir abstrak, penurunan memori
lambat, respon keseimbangan tidak ada, dan jangka pendek, dan kemampuan fungsi akademik
penggunaan satu tangan), dan kurangnya kontrol lainnya yang berbeda dari normal.
pada visual motorik (kurangnya koordinasi mata- Sosial: belum matang dalam interaksi
tangan) dalam buku International Hanbook of sosial, komunikasi, percakapan, dan bahasa.
Occupational Therapy Intervention (2009). Kesulitan dalam meregulasi emosi dan perilaku.
Menurut Maslim (2013) dalam buku Praktikal: membutuhkan bantuan
PPDGJ-III, Retardasi mental adalah suatu keadaan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan
perkembagan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, sehari-hari. Pada masa dewasa, bantuan untuk
yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya berbelanja, menggunakan transportasi, manajemen
keterampilan selama masa perkembangan, rumah, menyiapkan makanan, dan memajanjemen
sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan uang.

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


24 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

Level Sedang/Moderate Prenatal (masa dalam kandungan).


Konseptual: preschool, keterlambatan Menurut DSM-V yang termasuk sindrom genetik
perkembangan bahasa dan pra-akademik. Masa atau keturunan yaitu variasi urutan atau mengkopi
sekolah anak-anak, kemampuan membaca, varian nomor meliputi satu atau lebih gen yang
menghitung, orientasi waktu dan uang melambat disebut gangguan kromosom, kerusakan
seiring waktu sekolah. Masa dewasa, kemampuan metabolisme sejak lahir, malformasi pada otak,
akademik level SD, dan membutuhkan bantuan penyakit kandungan (seperti, kerusakan plasenta),
pada semua kemampuan akademik pada pekerjaan dan pengaruh lingkungan (seperti, alkohol, obat-
dan kehidupan individu. obatan terlarang, racun, teratogen). Sedangkan
Sosial: ditandai dengan perbedaan dari menurut The Merck Manual ditandai dengan adanya
perkembangan perilaku dan sosial pada umumnya. abnormalitas kromosom (trisomi, translokasi,
Kapasitas dalam berhubungan jelas terikat pada abnormalitas pada kromosom seks), gangguan
keluarga dan pertemanan, dan individu dapat metabolik dan neurologi (gangguan resesif pada
berhasil dalam pertemanan dan kadang-kadang rantai-X), infeksi kongenital (rubela,
hubungan cinta pada masa dewasa. Namun, cytomagalovirus, toxoplasma gonadi, treponema
individu tetap tidak mampu menginterpretasikan pallidum), kandungan yang terkontaminasi
hubungan sosial dan adanya keterbatasan dalam obatobatan (alkohol, kokain, heroin, methadone,
membuat keputusan. hydantonin), dan malnutrisi.
Praktikal: individu yang dewasa mampu Perinatal/natal (saat lahir). Tergantung
memenuhi kebutuhan personal seperti makan, dari variasi kelahiran, biasanya terjadi kelahiran
berpakaian, dan kebersihan, namun dibutuhkan dengan gangguan encephalopathy (DSM-V).
waktu untuk individu menjadi mandiri dan diingat Sedangkan menurut The Merck Manual yaitu
dengan seringnya latihan. terjadinya prematuritas, perdarahan pada sistem
Level Berat/Severe saraf pusat, kelahiran sungsang, kelahiran kembar,
Konseptual: pencapaian kemampuan plasenta previa (plasenta yang menutupi jalan lahir),
konseptual sanat terbatas. Secara umum kurang preeklampsia (hipertensi yang terjadi pada saat ibu
memahami bahasa tulisan atau konsep angka, hamil), dan asfiksia neonatorum (kegagalan
kuantitas, waktu, dan uang. Lebih baik latih dalam bernafas).
pemecahan masalah sehari-hari. Postnatal (setelah melahirkan). Terjadinya
Sosial: keterbatasan dalam berbicara penyumbatan karena hipoksia, trauma kepala,
terutama kosa kata dan tata bahasa. Biasanya bicara infeksi, gangguan serangan seperti
dengan satu kata atau satu frase, dan ditambahi spasme/kekakuan, gangguan metabolik, dan
dengan makna. Komunikasi dan bicara difokuskan keracunan, seperti, merkuri atau timah (DSM-V).
pada sekarang dan saat ini, serta individu Terjadinya ensefalitis, meningitis, malnutrisi berat,
memahami ucapan dan komunikasi secara gestur. dan kecelakaan (The Merck Manual). Selain
Praktikal: individu membutuhkan bantuan penyebab di atas, ada juga faktor resiko yang
dan pengawasan setiap hari dan disemua aktivitas menyebabkan keterbatasan intelektual, yaitu:
kehidupan sehari-hari, seperti, makan, berpakaian, Budaya, keterbatasan intelektual terjadi disemua ras
mandi, dan kebersihan. Tidak mampu dan budaya. Sensitivitas budaya dan ilmu
bertanggungjawab dengan kesejahteraan diri dan dibutuhkan selama pengkajian, dan etnik, budaya,
orang lain. Pada masa dewasa, partisipasi dalam bahasa daerah, pengetahuan, dan fungsi adaptif
tugas rumah, rekreasi, dan pekerjaan perlu bantuan dalam komunitas dan aturan budaya harus
dan dukungan. diperhitungkan. Gender atau jenis kelamin, laki-laki
Level Sangat Berat/Profound lebih banyak didiagnosa mengalami keterbatasan
Konseptual: secara umum kemampuan intelektual level ringan dibandingkan perempuan
konseptual menggunkan gestur. Sosial: sangat (rata-rata 1,6 : 1) dan keterbatasan intelektual level
keterbatasan dalam memahami simbol dalam berat (1,2 : 1). Namun, ratio jenis kelamin sangat
komunikasi baik ucapan maupun gestur. Namun, jarang dilaporkan dalam penelitian.
kadang mampu dalam intruksi gestur sederhana.
Praktikal: tidak mandiri pada semua aspek Prevalensi
kepedulian fisik seharihari, kesehatan, dan Prevalensi dan angka kejadian menurut
keamanan, namun masih ada satu partisipasi dalam Biasini dkk. (2003) bahwa gangguan keterbatasan
kehidupannya. intelektual memiliki prevalensi yang sangat
bervariasi. Diperkirakan sekitar 89% anak
Etiologi dan Faktor Resiko mengalami keterbatasan intelektual ringan, 7%
Penyebab keterbatasan intelektual dilihat keterbatasan intelektual sedang, dan 4%
dari genetik dan fisiologis (DSM-V, 2013) dan keterbatasan intelektual berat sampai sangat berat.
menurut The Merck Manual (1999) dalam buku Sebagai tambahan, data ini dilaporkan sebagai
Quick Reference to Occupational Therapy (2001) prevalensi dari gangguan keterbatasan intelektual
diitandai dengan tiga kategori penyebab, yaitu: dengan usia mencapai 20 tahun pada lakilaki atau

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


25 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

perempuan (Söderback, 2009). Menurut DSM-V


(2013) keterbatasan intelektual secara umum
mencapai prevalensi populasi keseluruhan sekitar
1%, dan tingkat prevalensi bervariasi berdasarkan
usia. Prevalensi untuk keterbatasan intelektual berat
adalah sekitar 6 per 1.000.
Di Indonesia yang mengalami disabilitas
sebesar 8,3% dari total populasi (Riskesdas, 2013).
Diperkirakan 1-3% penduduk Indonesia mengalami
keterbatasan intelektual baik yang berada di kota
maupun di desa, kalangan atas maupun bawah, Gambar 1. Kromosom, gen, dan DNA
keluarga terpelajar maupun kurang, dan kaya sumber: google search
maupun miskin. Keterbatasan intelektual banyak
ditemukan pada anak usia 56 tahun, dan yang Genotip dan Fenotip , Informasi genetik yang
tertinggi pada remaja usia 15 tahun. Angka kejadian dibawa dalam kromosom sel anak disebut genotip.
di Indonesia terhadap keterbatasan intelektual Gambaran fisik dari informasi genetik tersebut,
hingga saat ini belum diketahui secara pasti. tinggi atau pendek, gelap atau terang, disebut
Diperkirakan bahwa 80-90% individu yang dengan fenotip.
mengalami keterbatasan intelektual taraf ringan, 5% Pewarisan gen—tunggal, yaitu pada setiap
keterbatasan intelektual berat hingga sangat berat, sebagian fenotip, misalanya warna mata, ditentukan
dan sisanya keterbatasan intelektual taraf sedang oleh sebuah gen. Sebuah gen menentukan sebuah
(Lumbantobing, 2006). sifat spesifik yang disebut alel. Pada setiap sifat
pada gen tunggal memiliki dua alel pengontrol,
Anatomi dan Fisiologi yaitu satu pada kromosom yang berasal dari ibu dan
Secara normal tubuh bekerja sesuai fungsinya satu pada kromosom yang dari ayah.
masing-masing. Di bawah ini merupakan anatomi Pewarisan multifactor, Sebagian besar
dan fisiologi dari genetika dan sistem saraf dalam karakteristik fenotip dipengaruhi oleh beberapa gen.
buku saku patofisiologi (Crowin, 2009), yaitu: Tinggi, inteligensia, dan karakteristik kepribadian
adalah contoh sifat-sifat yang disebut multifaktoral.
Genetika Ekspresi gen-gen ini dipengaruhi oleh faktor
Genetika adalah ilmu yang memperlajari nongenetik, misalnya gizi, dukungan keluarga, dan
tentang gen. Gen terdiri dari serangkaian asam pajanan terhadap berbagai toksin atau
deoksiribonukleat (DNA). Pewarisan informasi mikroorganisme. Semua karakteristik manusia,
genetik adalah suatu peristiwa pemastian bahwa seperti kerentanan terhadap penyakit, dalam
pewarisan gen antar generasi terjadi tanpa kesalahan beberapa hal dipengaruhi oleh gen, dan lingkungan.
dan pemberian kesempatan terjadinya variasi gen, Sistem Saraf Neuron. Nama lain neuron adalah sel
agar spesies dapat beradaptasi dan bertahan hidup. saraf, yaitu unit fungsional sitem saraf. Maturasi
saraf terjadi sebelum atau segera setelah lahir. Saat
Gen matur, neuron tidak menjalani reproduksi sel dan
Terdapat sekitar 25.000 gen dalam genom tidak dapat diganti. Setiap neuron berfungsi untuk
manusia (keseluruhan informasi genetik dari suatu menerima stimulus yang datang dari, dan mengirim
sel atau organisme, khususnya asam nukleat yang stimulus yang keluar ke saraf lain, otot, atau
mengandung informasi genetik (DNA). Gen-gen kelenjar. Neuron memiliki empat bagian. Pertama,
yang berkelompok bersama akan membentuk dendrit yaitu ujung aferen yang menerima sinyal
kromosom. datang. Kedua, badan sel yaitu bagian tengah yang
mengandung nukleus/inti sel. Ketiga, akson yaitu
Kromosom pemanjangan tempat lewatnya sinyal. Ketiga,
Semua sel tubuh mengandung 23 pasang terminal akson yaitu cabang-cabang yang berfungsi
kromosom yang dalam setiap pasangnya terdiri atas untuk menyampaikan sinyal ke sel lain. Neuron
2 kromosom yang masing-masing berasal dari orang dikategorikan menjadi tiga yaitu neuron
tua, sehingga jumlah total ada 46 kromosom. Setiap aferen/sensorik yang berfungsi membawa informasi
sel seks/kelamin manusia, telur, dan sperma dari sistem saraf tepi ke sitem saraf pusat, neuron
mengandung 23 kromosom tunggal. eferen/motorik berfungsi membawa informasi
keluar dari sistem saraf pusat ke berbagai organ
target (sel otot, saraf lain, atau kelenjar), dan
interneuron (terletak di SSP) yang berfungsi untuk
menyampaikan pesan antara neuron aferen dan
neuron eferen.

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


26 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

diintepretasikan, bau, pembentukan dan


penyimpanan memori.
Diensefalon terletak didalam serebrum yang dibagi
menjadi talamus, hipotalamus, dan ganglia basal.
Talamus berfungsi untuk menerima informasi
sensorik kecuali bau. Hipotalamus merupakaan
organ saraf dan endokrin yang bertanggung jawab
Gambar 2 Struktur sel saraf mempertahankan homeostatis, hipotalamus
sumber: google search menginterpretasikan suhu, rasa lapar, aktivasi
sistem saraf otonom, status emosi dan hormon.
Sinaps. Sinaps adalah pertemuan dua neuron yang Ganglia basalis penting untuk mengontrol gerakan
saling berkomunikasi satu sama lain dengan kemampuan kecepatan dan keterampilan. Lesi
melepaskan zat kimia (neurotransmiter) ke dalam ganglia basalis dapat menyebabkan adanya gerakan
celah kecil (celah sinaps) yang memisahakan satu repetitif, tremor, dan parkinson.
neuron dengan neuron yang lain. Adapun neuron
prasinaps yaitu neurotransmiter yang dikeluarkan
dari terminal akson menuju dendrit, dan neuron
pascasinaps yaitu dendrit menjuju badan sel.

Gambar 4 Lobus dan fungsinya


Sumber: Sherwood

Sistem Limbik
Gambar 3 Sinaps, prasinaps, dan pascasinaps
Hipokampus merupakan salah satu bagian dari
sumber: google search
sistem limbik.yang berperan penting dalam
memberi kode dan mengkonsolidasi memori.
Sistem Saraf Pusat (SSP)
Amigdala terlibat dalam pembentuakan emosi,
Otak. Otak adalah tempat refleks berintegrasi untuk
agresi, dan perilaku seksual.
mempertahankan lingkungan internal. Di bawah ini
Batang Otak
merupakan bagian-bagian dari otak, yaitu:
Tersusun dari pons, medula oblongata, dan
Otak Besar/Serebrum
mesensefalon. Berfungsi mengontrol sistem
Serebrum dibagi menjadi beberapa lobus yang
kardiovaskular dan pernafasan.
memiliki fungsi masing-masing. Korteks serebri
Serebelum/Otak Kecil
adalah otak yang paling maju dn bertanggung jawab
Berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan
untuk memahami lingkungan, memulai pikiran dan
dan bertanggung jawab untuk respons otot rangka
perilaku yang terdiri dari beberapa bagian lobus.
halus sehingga menghasilkan gerakan volunter yang
Lobus frontalis/depan mengandung area motorik
baik dan terarah.
dan premotorik. Ada area Broca yang terletak lobus
frontalis kiri dan mengontrol pembentukan
artikulasi bicara. Adapun area asosiai yang
menerima informasi dari seluruh otak dan digabung
menjadi pikiran, rencana, dan perilaku. Lobus
frontalis bertanggung jawab untuk perilaku
bertujuan, pembuatan keputusan normal, pemikiran
yang kompleks, membatasi emosional yang
dihasilkan oleh sitem limbik. Lobus parietals
berfungsi menerima masukan sensorik untuk
sentuhan dan nyeri. Lobus ini sebagai asosiasi Gambar 5 Struktur otak
sekunder untuk menginterpretasikan stimulus yang Sumber: google search
datang. Lobus oksipitalis berfungsi pada visual dan
area asosiasi visual yang menerima informasi dari
retina mata. Lobus temporalis merupakan area Patofisiologi
asosiasi primer untuk informasi pendengaran dan Keterbatasan intelektual disebabkan oleh faktor
mencakup area Wernicke, tempat bahasa prenatal, perinatal, postnatal. Faktor penyebab

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


27 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

tersebut menjadikan fungsi-fungsi pada gen atau fungsi otak. Di bawah ini merupakan gangguan
otak menjadi abnormal. Di bawah ini patofisiologi kejang, yaitu:
yang dapat menyebabkan keterbatasan intelektual Sindrom kejang, kejang dibagi menjadi
dalam buku saku patofisiologi (Crowin, 2009), dua yaitu kejang umum dan kejang fokal/parsial.
yaitu: Kejang umum mencakup kejang tonik (mendadak
Gangguan kromosom terjadi kontaksi kuat dan kaku pada otot lengan dan
Mutasi merupakan kesalahan dalam urutan DNA tungkai) dan kejang klonik (kontraksi dan relaksasi
yang dapat terjadi secara spontan atau setelah ritmik otot). Kejang fokal/parsial mencakup kejang
terpajan oleh radiasi, bahan kimia, atau virus. parsial simpel (kesadaran tidak terganggu) dan
Mutasi pada gamet (sel telur atau sperma) dapat kejang parsil kompleks (kesadaran terganggu).
menyebabkan cacat kongenital pada keturunan. Akibat kejang yaitu kebutuhan oksigen meningkat,
Cacat kongenital dapat disebabkan oleh kesalahan apabila tidak terpenuhi akan mengalami hipoksia
genetik yang terjadi selama pembelahan sel telur otak dan kerusakan otak. Kejang yang berulang
atau sperma, dan gangguan lingkungan pada janin akan mengganggu individu untuk melakukan
selama masa kandungan. aktivitas sehari-hari.
Kesalahan genetik: Pemutusan kromosom, Epilepsi, kejang yang terjadi tanpa
selama perkembangan janin dan sepanjang hidup penyebab metabolik dibagi menjadi dua yaitu
manusia, dapat terjadi kesalahan selama primer dan sekunder. Epilepsi primer terjadi secara
pembelahan pada sel tubuh. Apabila kromosom spontan, biasanya pada masa kanakkanak dan
lenyap atau bertambah selama proses pembelahan, berhubungan dengan genetik namun masih diteliti.
maka sel yang terkena biasanya akan mati. Epilepsi sekunder terjadi akibat hipoksemia, cedera
Ketidakstabilan DNA, timbul apabila terjadi kepala, infeksi, stroke, dan tumor. Komplikasi
perluasan kelompok pengulangan tiga basa DNA kerusakan otak akibat hipoksia dan menyebabkan
tertentu. Gangguan ini dikenal sindrom X rapuh ketebatasan intelektual setelah kejang yang
(fragile X syndrome), penyebab tersering retardasi berulang.
mental/keterbatasan intelektual akibat mutasi gen Infeksi sistem saraf pusat
FMR 1 (fragile X mental retardation 1) pada Ensefalitis, mengenai jaringan otak yang biasanya
kromosom X. Cirinya meliputi wajah memanjang, karena virus pada otak yang ditularkan melalui
rahang menonjol, telinga besar, kelainan perilaku, vektor nyamuk berkaitan dengan infeksi virus
dan defisit kognitif. Keturunan laki-laki dengan herpes simplek 1 atau sitomegalovirus.
keterbatasan intelektual cenderung lebih banyak Mengakibatkan penurunan sel saraf. Meningitis
daripada perempuan. yang mengenai cairan meninges pada otak,
Kesalahan jumlah kromosom, jumlah biasanya karena bakteri atau virus dan kadang
kromosom normal manusia adalah 46 ketika jamur, protozoa, serta toksin. Komplikasi akibat
berubah disebut aneuploid. Monosomi, kehilangan dari infeksi sitem saraf pusat yaitu disabilitas
kromosom seks X atau Y, sering terjadi adalah permanen, kerusakan otak, dan kadang terjadi
kehilangan kromosom seks Y sehingga ditulis 45, kejang.
X/O dikenal dengan gangguan sindrom Turner Hidrosefalus. Peningkatan pembentukan
dengan salah satu komplikasi adalah kesulitan cairan serebro spinal (CSS), obstruksi aliran CSS
dalam belajar. Trisomi, penambahan atau gagal di sistem ventrikel, atau penurunan absorpsi CSS
berpisah dari suatu kromosom yang menjadikan keluar ventrikel. Jenis hidrosefalus ada dua yaitu
berjumlah 47, biasanya pada kromosom 21, dikenal nonkomunikans dan komunikans. Nonkomunikan
dengan gangguan down sindrom yang terdapat terjadi akibat obstruksi aliran CSS pada sitem
tingkat retardasi mental/keterbatsan intelektual yang ventrikel dan komunikans terjadi akibat sumbatan
bervariasi. pada absorpsi CSS. Efeknya menyebabkan tekana
Teratogenesi, kesalahan yang terjadi intrakranial meningkat yang secara langsung
selama masa perkembangan janin yang mencederai jaringan saraf dan mengganggu aliran
menyebabkan defisit struktural atau fungsional pada darah serebral serta suplai oksigen dan glukosa
otak. Sebagian bahan teratogenik seperti sinar X dan pada neuron. Hidrosefalus yang berkembang
beberapa virus dapat menyebabkan pemutusan, lambat dapat menimbulkan iritabilitas serta
penambahan, dan pengurangan kromososm yang perubahan pada kognisi dan perilaku. Selain itu
menyebabkan salah satunya keterbatasan intelektual. komplikasi akibat hidrosefalus dapat menyebabkan
Beberapa teratogenik yaitu alkohol yang keterbatasan intelektual. Adanya gangguan pada
menyebabkan defisit neurologi, virus TORCH genetik dan sistem saraf yang meneyababkan
(toksoplasma, rubela, sitomegalovirus, herpes). keterbatasan intelektual akan mengganggu dalam
aktivitas kehidupan seharihari salah satunya
Gangguan sistem saraf kemampuan pemahaman untuk menjaga
Gangguan kejang, kejang adalah pelepasan muatan kebersihan mulut yaitu menyikat gigi,
neuron otak (neurotransmiter) yang mendadak dan terganggunya produktivitas bila terdapat kejang,
tidak terkontrol, yang menyebabkan perubahan

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


28 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

maupun pemanfaatan waktu luang yang tidak Kondisi mental, perkembangan saraf, kondisi medis,
optimal. dan fisik berpengaruh pada frekuensi terjadinya
keterbatasan intelektual, dengan tingkat kondisi
METODOLOGI tertentu (misalnya, gangguan mental, cerebral palsy,
Penelitian mengunakan metode literatur dan epilepsi) yang hampir tiga sampai empat kali
revie dan obervasi. Ada banyak tanda-tanda dan lebih tinggi dibandingkan dengan populasi pada
gejala dari keterbatasan intelektual (“causes and umumnya. Prognosis dan hasil dari diagnosa akan
effects of intellectual developmental disorder”, n.d) berpengaruh pada adanya keterbatasan intelektual
yang biasanya terdapat pada anak-anak dan akan (DSM-V, 2013).
bervariasi tergantung pada karakteristik yang ada. Prognosis bervariasi tergantung dari tingkat
Tanda dan gejala pertama akan menjadi jelas pada keparahan kondisi keterbatasan intelektual dan
masa bayi atau dalam beberapa kasus mungkin tidak respon terhadap intervensi yang diberikan. Hasil
terlihat hingga mencapai usia sekolah. Di bawah ini setelah dilakukan intervensi di bawah ini
beberapa gejala umum: merupakan contoh dan tidak selalu berlaku untuk
Perkembangan dalam belajar lebih lambat dari semua individu yang mendapatkan intervensi
anak-anak pada umumnya. Berguling, merangkak, secara khusus dan konsisten (Reed, 2001).
berdiri, atau jalan tidak sesuai dengan - Peningkatan pada kemampuan perawatan diri,
perkembangan secara normal. Kesulitan dalam seperti makan.
komunikasi atau sosialisasi. Intelligence Quotient - Mampu melakukan kegiatan yang produktif.
(IQ) di bawah rata-rata. Kesulitan dalam mengingat. - Mampu melakukan kegiatan pemanfaatan waktu
Kesulitan dalam pemecahan masalah. Bermasalah luang.
dalam pelajaran di sekolah. Keterbatasan dalam
- Memperlihatkan peningkatan pada kemampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
motorik tertentu.
Untuk individu yang mengalami
keterbatasan intelektual taraf berat, biasanya - Peningkatan pada kemampuan sensori integrasi.
ditambah dengan masalah dalam penglihatan, - Peningkatan pada kemampuan untuk ikut serta.
pendengaran, dan gangguan mental. Di bawah ini - Mampu melaksanakan fungsi pada kelompok,
tanda dan gejala yang dialami sesuai dengan melakukan tugas individu dan berpartisipasi
klasifikasi: Keterbatasan intelektual taraf ringan: dalam kelompok.
IQ 50-70, disegala area akan lebih lambat dari pada
numumnya, kesulitan dalam sosialisasi, masih dapat Diagnosis
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, Untuk mendiagnosa individu mengalami
biasanya tidak terdapat gangguan secara fisik, masih keterbatasan intelektual menurut DSM-V (2013)
dapat melakukan kemampuan praktikal, yaitu dengan melakukan evaluasi menyeluruh
kemampuan membaca dan berhitung 3-6. mencakup penilaian kapasitas intelektual dan fungsi
Keterbatasan intelektual taraf sedang: IQ 35-49, adaptif; mengidentifikasi penyebab genetik atau
mampu berpartisipasi dalam kegiatan sederhana dan non-genetik; mengevaluasi kondisi medis yang
perawatan diri, mampu melakukan tugas dengan terkait (misalnya, cerebral palsy, epilepsi); dan
pengawasan atau intruksi, mampu mobilisasi ke mengevaluasi terjadinya gangguan mental,
tempat yang telah dikenal, terhambat pada emosional, dan gangguan perilaku. Komponen
komunikasi atau bicara, biasanya terdapat gangguan evaluasi dapat mencakup dasar dari riwayat prenatal
pada fisik, mampu belajar komunikasi sederhana, (sebelum lahir) dan perinatal (setelah lahir), silsilah
mampu belajar keterampilan dalam kesehatan dan riwayat keluarga dari tiga generasi, pemeriksaan
keselamtan. Keterbatasan intelektual taraf berat : IQ fisik, mengevaluasi genetik (misalnya, menganalisi
20-34, keterlambatan disemua area, biasanya dan melakukan tes pada kariotip atau microarray
keterlambatan dalam berjalan, biasanya dilatih kromosom untuk menentukan sindrom genetik
perawatan diri yang sederhana, membutuhkan tertentu), dan melakukan skrining penilaian
arahan dan pengawasan dalam bersosialisasi, terhadap metabolisme dan gambaran saraf.
kemampuan komunikasi hampir tidak ada, tetapi
beberapa paham dengan memberikan respon, Behavior Modification
mampu dilatih aktivitas sehari-hari dan aktivitas Menurut Kazdin (2008) dalam bukunya
yang berulang. Keterbatasan intelektual taraf sangat Behavior modification in applied settings edisi
berat : IQ <20, keterlambatan pada semua area, keenam bahwa fokus utama dari behavior
biasanya mampu merespon aktivitas fisik dan sosial modification adalah prinsip operant conditioning,
yang sudah biasa, tidak mampu merawat diri, danya penerapan behavior modification, serta pengkajian
kelainan kognitif, membutuhkan bantuan orang lain dan evaluasi keefektifitsan dari behavior
modification.
HASIL DAN PEMBAHASAN Behavior modification dan karakteristik utama
Prognosis Behavior modification merupakan pendekatan yang
digunakan untuk mengkaji, mengevaluasi, dan

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


29 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

merubah pola perilaku. Pendekatan ini berfokus Prompt verbal yaitu bantuan secara kata atau
pada perkembangan adaptif, perilaku pro-sosial, dan kalimat sederhana yang diguanakan untuk
mengurangi perilaku maladaptif pada kehidupan pengingat atau informasi dalam melakukan
sehari-hari. Karakteristik utamanya, yaitu: aktivitas/tugas. Pemberian prompt ini akan lebih
Fokus pada perilaku. Upaya untuk menilai baik dengan prompt fisik dan prompt gestur.
perilaku yang terlihat secara langsung untuk Teknik perilaku:
mengidentifikasi masalah atau fokus utama dan Shaping, Kegiatan yang suskses karena pemberian
merubah evaluasi; menilai langsung ke masalah penguat yang mengakibatkan terbentuknya respon
utama. Fokus pada faktor pencetus terjadinya perilaku posistif.
perilaku. Penekanan pada faktor-faktor apa yang Langkah-langkah dari keseluruhan respon
berpengaruh pada saat perilaku terjadi. Fokus pada atau melakukan aktivitas yang menjadi bagian
pembelajaran. Menyediakan pengalaman belajar keseluruhan proses. Pembagian chaining ada dua,
yang berdasarkan pada perkembangan secara yaitu: Forward chaining, terdiri dari perilaku yang
sistematis. Assessment/pengkajian dan evaluasi. sedang berkembang pada saat itu sesuai urutan yang
Aplikasi dasar dari behavior modification harus dilakukan. Backward chaining, terdiri dari
Penelitian tentang eksperimen pada hewan perilaku pada aktivitas yang dimulai dari urutan
Classical or respondent conditioning, merupakan terakhir atau belakang untuk dipelajari.
tipe pembelajaran dari penelitian Pavlov bahwa Konsekuensi dari perilaku Reinforcement
penelitian berfokus pada stimulus yang positif . Penguat yang diberikan sesuai kebutuhan
membangkitkan respon, contohnya ketika ada atau yang disukai saat anak dapat melakukan yang
cahaya lampu yang menyilaukan maka mata diperintah. Pemberian reinforcement dapat
menyipit. diklasifikasikan lagi seperti tipe reinforcers yang di
Operant conditioning, digagas oleh B.F. bawah ini: Primary, makanan atau consumable
Skinner bahwa perilaku yang banyak terjadi reinforcers, yaitu pemberian penguat dengan
merupakan hasil yang dipancarkan secara langsung sesuatu yang dapat dikonsumsi dan disuka, contoh;
dan dikontrol oleh adanya konsekuensi atau sesuatu makanan dan minuman. Secondary reinforcers,
hal, contohnya kucing akan mendapatkan daging yaitu pemberian penguat menggunakan uang. Social
ketika mampu menginjak tombol hijau. Prinsip reinforcers, yaitu pemberian penguat dengan cara
operant conditioning. Mendahului perilaku memberikan pujian, tepuk tangan, atau sentuahan.
Sebelum perilaku yang tidak diinginkan terjadi Activity reinforcers: memberikan aktivitas yang
maka diperlukan untuk mendahului perilaku disukai seperti bersepeda dan lain-lain (dll).
tersebut, hal ini dibagi lagi menjadi: Pengaturan Reinforcement negatif Penguat yang diberikan
acara/kondisi ketika anak tidak dapat melakukan suatu perintah,
Mengubah nilai reinforcer/penguat dan maka hal/benda yang disukai akan diambil. Bila
meningkatkan kemungkinan perilaku dengan mana anak bisa melakukan, maka hal/benda tersebut
melihat pemberian penguat. akan dikembalikan.
Prompts/bantuan Punishment. Penghapusan stimulus atau
Prompts berfungsi untuk membantu menghasilkan kejadian setelah respons, dengan mengurangi
atau melakukan respon yang diinginkan. Prompts kemungkinan respon tersebut. Hukuman di
bermain sebagai peran utama dalam perkembangan behavior modification bukan seperti hukuman pada
perilaku. Pembagian prompts: kehidupan biasa. Namun secara teknis diartikan
Prompt fisik semata-mata karena efek pada perilaku atau
Penggunaan prompt fisik yaitu dengan memberikan penekanan pada perilaku yang mengikuti. Ada dua
bantuan menggunaan sentuhan atau dipegang. tipe punishment, yaitu: Konsekuensi
Pemberian prompt ini dengan memberikan derajat permusuhan/ketidaknyamanan. Dibagi menjadi dua,
atau gradasi dalam membantu menyelesaikan pertama aversive stimuli seperti pemberian
aktivitas/tugas, mulai dari full prompt fisik hingga stimulus elektrik kejut, penyerangan fisik terus
sedikit. Prompt fisik bahkan lebih efektif bila menerus, penerangan yang menyilaukan, dan suara
digunakan dalam kombinasi dengan verbal dan/atau yang keras. Kedua, aversive conditioned stimuli
gestural prompt. seperti memberikan
Prompt gestur permusuhan/ketidaknyamannan sesuai dengan
Jenis prompt yang menggunakan isyarat untuk perilaku yang diperlihatkan. Penghapusan hal
menunjukkan suatu tindakan. Sebuah prompt positif setelah respon. Contohnya kehilangan uang
gestur harus meniru gerakan yang diperlukan, ketika nakal. Extinction. Pelemahan, yaitu
misalnya menunjuk ke bola dan kemudian penghapusan terhadap respon yang terkondisi.
menunjuk ke orang kepada siapa itu harus diberikan, Contoh: ketika lonceng dibunyikan terus menerus
dan untuk menjadi efektif harus digunakan bersama- tanpa adanya makanan, sehingga air liur anjing
sama dengan prompt verbal. mulai tidak keluar.
Prompt verbal
1. Identitas Pasien/Penerima Manfaat (PM) Informasi Subjektif

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


30 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

PM Ja berusia 19 tahun dalam kondisi Short Term Goal (STG) 2 : PM mampu menyikat
keterbatasan intelektual sedang dengan karakteristik gigi sesuai langkahlangkah yang diinstruksikan
mampu latih. PM merupakan salah satu anak negara oleh terapis secara mandiri dalam 3 kali
atau anak yang dibina oleh panti tanpa keterangan pertemuan.
asal usul keluarga yang jelas. PM tinggal di Panti Teknik: Terapis menjumpai PM, kemudian
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor PM diajak oleh terapis untuk ke kamar mandi
dan menjadi salah satu siswa binaan PSBG. PM asramanya. Di dalam kamar mandi sudah tersedia
masuk ke panti sosial pada bulan Januari 2012. sikat gigi, dan pasta gigi. Kemudian PM diberikan
Kondisi PM saat awal masuk panti yaitu memiliki instruksi oleh terapis untuk mengambil sikat gigi,
anggota tubuh lengkap dan normal, komunikasi membasahi sikat gigi menggunakan air yang telah
terbatas, kontak mata jarang dan terjadi hanya diambil menggunakan gayung, mengambil pasta
sesekali, melakuan gerakan tidak fungsional seperti gigi, menaruh pasta gigi di sikat gigi, meletakan
menggerakan kepala ke depan dan ke belakang atau pasta gigi, menyikat gigi (gigi bagian depan, dalam
kiri kanan tanpa henti. PM juga belum mengenal bagian bawah sebelah kanan dan kiri, dalam bagian
angka, huruf, dan warna. Pada Februari 2014, dari atas sebelah kanan dan kiri), meletakan sikat gigi,
hasil assessment profesi lain dapat diketahui bahwa mengambil air di bak menggunakan gayung,
PM untuk kegiatan aktivitas kehidupan sehari-hari berkumur-kumur, mengambil sikat gigi dan
(AKS) masih membutuhkan bantuan, kemampuan mebersihkan sikat gigi, meletakan sikat gigi dan
motorik halus seperti menggunting dan menempel pasta gigi ditempatnya, mencuci tangan,
belum mampu, serta emosi yang masih datar. Saat mengeringkan mulut dengan handuk. Apabila saat
ini kondisi PM untuk kegiatan di PSBG seperti kelas diinstruksikan secara verbal (prompt verbal) masih
kecerdasan, olahraga, keterampilan budi pekerti, kesulitan, maka terapis memberikan prompt fisik
dan pramuka hanya turut hadir dan pasif. Sedangkan maupun gestur. Setelah selesai menyikat gigi, PM
untuk kelas bantu perawatan diri PM perlu instruksi diberikan reinforcement positif berupa pujian.
untuk menyikat gigi dan perlu bantuan untuk
menggunting kuku, mencukur jenggot, kumis, serta
rambut. Pada kelas keterampilan dan kerajinan
tangan PM jarang hadir dan bila hadir PM hanya
sebatas hadir dan duduk di teras depan kelas. PM
juga sudah mampu meronce, mengenal alat-alat
makan, merapihkan kamar tidur, melipat baju, dan
menjemur handuk. Namun, PM masih sulit dalam
mempertahankan atensi, kontak mata jarang terjadi,
dan untuk aktivitas kehidupan sehari-hari masih
dibantu oleh teman-temannya. Semua biaya Gambar 8. Meletakan pasta gigi/odol di sikat gigi
kehidupan baik tempat tinggal dan pendidikan
dibiayai oleh negara secara merata sesuai dengan
anak-anak lainya yang ada di PSBG.

Gambar 6. Identifikasi alat untuk menyikat gigi


di ruang terapi

Gambar 9 PM menyikat gigi

a. Berkejasama dengan terapis, peksos dan pembina


asrama PM untuk menjalankan program yang telah
dibuat dan didiskusikan bersama.
Edukasi teman-teman sekamarnya agar
mengingatkan PM untuk menyikat gigi 2 kali sehari.
Edukasi teman-teman sekamarnya untuk tidak
membantu PM dalam melakukan aktivitas sehari-
hari seperti mandi, namun bantu secara instruksi
sederhana. Agar PM diharapkan mampu mandiri.
Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1
31 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

Edukasi teman-teman yang ada di panti untuk pada skoring yang sama dengan tahap intervensi
mengajak PM turut serta dalam kegiatan, tidak pertama, dengan total 93,75%. Tahap
menjauhi, dan tidak mengucilkan atau mengejek evaluasi/follow-up dilakukan untuk melihat
PM. Menempelkan gambar alat-alat menyikat gigi perubahan yang terjadi setelah dilakukan intervensi.
dan langkah menyikat gigi di kamar mandi asrama Pada tahap follow-up pertama total hasil masih sama
PM. dengan intervensi kedua, sedangkan follow-up
kedua dan ketiga terjadi perubahan skoring pada
Pasta Gayung indikator menyebutkan nama gayung menjadi 4 dan
Sikat gigi gigi/odol indikator lainnya tetap sama, sehingga total hasil
menjadi 100%. Berdasarkan uraian di atas, untuk
STG pertama yaitu mengidentifikasikan alat-alat
menyikat gigi telah berhasil.
Program jangka pendek kedua yaitu
kemampuan menyikat gigi sesuai langkah-langkah
yang diinstruksikan oleh terapis. Terdapat 24
Gambar 10. Alat-alat untuk menyikat gigi
indikator penilaian, dan hasil pada tahap
pengamatan yaitu 43,75% yang mana terdapat
skoring 0 yaitu tidak mampu pada indikator
membasahi sikat gigi, menyikat gigi bagian
permukan belakang pada semua arah, dan menyikat
gigi permukaan atas pada gigi kanan dan kiri. Tahap
intervensi pertama hingga ketiga mengalami
peningkatan jumlah skoring dari 52,60, dan 66
dengan prosentase 54,12%; 62,5%; dan 68,75%
yang mana terjadi perubahan skor pada indikator
Gambar 11. Cara untuk menyikat gigi
yang telah dijelaskan ditahap pengamatan, dari 0
menjadi 1 yaitu perlu prompt/bantuan fisik pada
Penatalaksanaan program okupasi terapi
intervensi pertama. Namun, untuk indikator
yang dilakukan pada PM Ja dalam meningkatkan
membasahi sikat gigi pada intervensi ketiga menjadi
kebersihan mulut dengan menyikat gigi yaitu
2, dan indikator menyikat gigi bagian permukaan
menggunakan metode behavior modification
atas kanan serta kiri menjadi 2 lalu 3. Sedangkan
dengan menerapkan prinsip operant conditioning
untuk tiga kali melakukan follow-up terjadi
yaitu pemberian reinforcement positif berupa social
perubahan total skoring yang tidak terlalu signifikan
reinforcers dan menggunakan teknik
yaitu 67, 70, dan 71 dengan prosentase 69,8%; 73%;
prompt/bantuan. Adapun penilaian dilakukan
dan 74%. Indikator yang semula 0 pada tahap
dengan memodifikasi skor dari 0-4 (0=tidak
pengamatan dan 1 pada tahap intervensi, ditahap
mamapu, 1=prompt fisik, 2=prompt gestur,
follow-up tetap sama yaitu 1 denga indikator
3=prompt verbal, dan 4=mandiri). Setiap dari
menyikat gigi bagian permukaan belakang pada
program jangka pendek yang dibuat juga
berbagai arah. Berdasarkan uraian di atas, untuk
menyertakan indikator penilaian masing-masing
STG 2 terjadi peningkatan namun tidak terlalu
untuk menargetkan suatu keberhasilan dari program
signifikan, dan belum berhasil sesuai target yaitu
tersebut. Hasilnya, setelah dilakukan intervensi
mandiri.
terdapat peningkatan pada STG 1, STG 2, dan STG.
Kemampuan untuk memiliki keiinginan
Pada short term goal (STG) atau tujuan
menyikat gigi secara mandiri pada program jangka
jangka pendek pertama tentang mengidentifikasi
pendek ketiga juga mengalami peningkatan, namun
nama alat-alat menyikat gigi, terdiri dari 4 indikator
belum berhasil atau belum mencapai target mandiri.
penilaian. Total hasil pada tahap pengamatan atau
Terbukti bahwa hasil skor pada indikator mampu
observasi awal yaitu 75%, yang mana untuk
pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi ditahap
keempat indikator pada skor 3 yaitu PM mampu
pengamatan 1 yaitu perlu prompt/bantuan fisik
melakukan dengan prompt/bantuan verbal dari
dengan prosentase 25%. Tahap intervensi pertama
terapis. Pada tahap intervensi pertama, terjadi
belum terjadi perubahan, intervensi kedua dan
perubahan skor pada pada indikator penilaian
ketiga skoring menjadi 2, perlu prompt/bantuan
menyebutkan pasta gigi dan air yang menjadi 4 yang
gestur dengan prosentase menjadi 50%. Skoring dan
artinya mandiri menyebutkan nama alat tersebut saat
prosentase pada follow-up pertama masih sama
terapis menunjukan benda tersebut, dengan total
dengan terakhir kali intervensi, kemudian berubah
87,5%. Tahap intervensi kedua, perubahan skor
pada follow-up kedua dan ketiga menjadi skor 3,
terjadi pada indikator penilaian menyebutkan pasta
gigi/odol menjadi 4, dan ketiga indikator lainnya

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


32 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

perlu prompt/bantuan verbal dengan prosentase menyebutkan nama alat-alat menyikat gigi. Bantuan
meningkat menjadi 75%. yang diberikan ditunjang dengan pemberian
reinforcement/penguat positif yaitu menerapkan
PENUTUP social reinforcers dengan memberikan pujian. Hal
KESIMPULAN ini sesuai dengan salah satu teknik dari behavior
Pelaksanaan program okupasi terapi yang modification yaitu pemberian prompt. Menurut
diterapkan pada PM Ja menggunakan metode Kazdin (2008) bahwa prompts bermain sebagai
behavior modification dengan menerapkan prinsip peran utama dalam perkembangan sebuah perilaku.
operant conditioning. Prinsip yang penulis terapkan Ketika seorang individu tidak mampu menerapkan
adalah pemberian reinforcement positif berupa dalam perilaku, maka prompts dapat menunjukan
social reinforcers dengan memberikan pujian. apa yang harus dilakukan, bagaimana cara
Setelah dilakukan intervensi okupasi terapi dan melakukan, dan kapan melakukannya.
follow-up, didapatkan bahwa penggunaan metode Pada program jangka pendek kedua dan
behavior modification mampu meningkatkan ketiga telah mengalami peningkatan, namun belum
kemampuan PM dalam aktivitas kebersihan mulut dikatakan berhasil karena PM belum mandiri dalam
dengan menyikat gigi. Peningkatan tersebut terlihat menyikat gigi dengan benar dan berinisiatif untuk
dari perubahan skor disetiap indikator, walaupun pergi menyikat gigi sendiri. Peningkatan terjadi
ada beberapa pertemuan yang indikatornya menetap karena pemberian prompts, reinforcement positif
atau sama dari sebelumnya. Selain dari perubahan sebagai penyemangat untuk PM melakukannya, dan
skor, efektifitas dari metode behavior modification ditunjang dengan terlaksanya home program yang
sangat terlihat jelas pada peningkatan prosentase dilakukan oleh PM dengan bantuan dari teman
disetiap program jangka pendek dalam setiap sekamarnya sebagai penanggung jawab.
pertemuan. Kurangnya peningkatan yang tidak
Tugas akhir ini membahas tentang signifikan pada program jangka pendek kedua dan
penerapan tatalaksana okupasi terapi pada kasus ketiga disebabkan karena tidak konsisten dan terus
keterbatasan intelektual taraf sedang pada PM Ja menerus dalam pelaksanaan program. Sedangkan
yang berusia 19 tahun yang mengalami diketahui bahwa program jangka pendek kedua
ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas memiliki indikator yang banyak yaitu 24. Selain itu,
kebersihan mulut yaitu menyikat gigi di Panti Sosial dalam indikator jangka pendek kedua ini ada
Bina Grahita Ciungwanara Bogor. pengalaman baru yang diajarkan kepada PM
Ketidakmampuan ini disebabkan karena kurangnya terutama cara menyikat gigi pada permukaan
kemampuan dalam pemahaman konsep atau belakang dalam berbagai arah. Pengalaman baru
langkah-langkah untuk menyikat gigi dan inisiasi yang diajarkan membutuhkan waktu yang lama dan
aktivitas yang rendah disebabkan kemampuan konsistensi dalam melatih agar nantinya dapat
intelektual yang di bawah rata-rata, sehingga diingat dan lama-kelamaan akan menjadi suatu
kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan kebiasaan.
mulut belum mampu dipahami. Pendekatan dengan Pada program jangka pendek yang ketiga
metode behavior modification digunakan karena merupakan hal yang terpenting dalam PM agar
melihat dari keterbatasan intelektual yang dialami mampu memiliki keinginan untuk menyikat gigi.
oleh PM tersebut. Hal ini karena, metode behavior Membentuk pola perilaku agar mampu berinisiatif
modification digunakan untuk merubah pola secara mandiri untuk menyikat gigi juga perlu waktu
perilaku yang tidak diinginkan atau kurang baik yang lama. Pada kasus ini PM masih perlu
menjadi perilaku yang sesuai, diharapkan dengan diinstruksikan secara verbal atau pemberian prompt
melakukan secara berulang-ulang atau repetitif verbal. Hal ini karena, PM memiliki keterbatasan
mampu menjadikan aktivitas yang diinginkan intelektual taraf sedang yang akan menjadikan PM
menjadi kebiasaan. untuk berfikir tentang pentingnya menyikat gigi
Berikut ini beberapa faktor pendukung keberhasilan sangatlah sulit. Sehingga untuk memandirikan PM
program okupasi terapi yang diberikan kepada PM dalam inisiasi menyikat gigi masih sulit dan
Ja. Keberhasilan program jangka pendek yang perlunya kesabaran, waktu yang lama, dan terus
pertama disebabkan oleh PM yang sudah terbiasa memberikan inovasi baru dalam aktivitas yang
dengan alat-alat yang digunakan, ini karena alat-alat mampu menjadikan perilaku kebiasaan. Faktor
tersebut sering dijumpai di kamar mandi. Sehingga, lainnya adalah kurangnya kepedulian antar teman
dengan melatih kembali menyebutkan nama-nama disekamarnya untuk mengingatkan PM menyikat
alat untuk menyikat gigi akan membuat PM mampu gigi.
kembali mengingat dan menyebutkan nama alat
tersebut. Pemberian bantuan secara verbal diberikan
untuk mengingat kembali dan mampu membantu

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1


33 Gunawan Wicaksono et al (Penatalaksanaan Okupasi Terapi Menggunakan Behavior Modification)

DAFTAR PUSTAKA Putz, R., dan Pabts, R. (2003). Jilid 1 atlas anatomi
American Association on Intellectual and manusia: Sobota (21th ed.). Jakarta: Penerbit
Developmental Disabilities. (2008). Buku Kedokteran, ECG.
http://aaidd.org/ Reed, K.L. (2001). Quick reference to occupational
American Occupational Therapy Association. therapy (2nd ed.). Maryland: Aspen Publisher.
(2014). Occupational therapy practice Sherwood, L. (2011). Fisiologi manusia: dari sel ke
framework: Domain and process (3rd ed.). sistem (6th ed.) (Brahm U. Pendit, penerjemah).
USA: American Journal of Occupational Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Therapy. Söderback, Ingrid (editor). (2009). International
American Psychiatric Association. (2000). hanbook of occupational therapy interventions.
Diagnostic and statistical manual of mental USA: Springer.
disorder-text revision (4th ed.). Washington Sularyo, T.S., dan Kadim, M. (2000). Reardasi
DC: American Psychiatric Association. mental. Jakarta: Sari Pediatri. Juni 17, 2016.
American Psychiatric Association. (2013). http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-3-8.pdf.
Diagnostic and statistical manual of mental Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 36
disorder (5th ed.). Washington DC: American Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Juni 16,
Psychiatric Association. 2016. http://sireka.pom.go.id/requirement/UU-
Causes and effects of intellectual developmental 36-2009Kesehatan.pdf.
disorder. (n.d.). Juni 17, 2016. World Federation of Occupational Therapist. (2012).
http://www.millcreekofmagee.com/disorders/int Definition of occupational therapy. London:
ellectualdisability/signs-causes-symptoms. World Federation of Occupational Therapist.
Copeland, M., Ford, L., dan Solon, N. (1976). Mei 21, 2016.
Occupational therapy for mentally retarded http://www.wfot.org/aboutus/aboutoccupational
childern. Maryland: University Park Pers. therapy/definitionofoccupation
Crowin, Elizabeth. J. (2009). Buku saku:
Patofisiologi (3rd ed.rev.) (Subekti, N.B.,
penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,
ECG.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
http://kbbi.web.id/
Kazdin, Alan E. (2008). Behavior modification in
applied settings (6th ed.). USA: Waveland Press.
Inc.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Juni, 16, 2016.
http://pusgenkes.depkes.go.id/news/read/index/
2/3/hak-kecerdasan-generasi
http://www.depkes.go.id/article/view/2147/kem
enkes-imbau-masyarakatuntuk-selalu-
mengkonsumsi-garam-beriodium.html
http://www.depkes.go.id/article/view/1214/men
kes-hadiri-peringatanseperempat-abad--
fakultas-kedokteran-gigi-universitas-
baiturrahmahpadang.html
Lumbantobing, S.M. (2006) Anak dengan mental
terbelakang. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Universitas Indonesia
Maslim, R. (2013). Diagnosa gangguan jiwa,
rujukan ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta:
PT Nuh Jaya.
PERMENKES. (2014). Peraturan mentri kesehatan
republik indonesia nomer 76 tahun 2014: tentang
standar pelayanan terapi okupasi. Mei 21, 2016.
http://sinforeg.litbang.depkes.go.id/upload/regul
asi/PMK_No._76_ttg_Standar
_Pelayanan_Terapi_Okupasi_.pdf.

Jurnal Vokasi Indonesia. Jan-Jun 2018 | Vol.6 | No.1

Anda mungkin juga menyukai