Mohammad Syaifuddin
Siti Fatimah Soenarjo
Moh. Mahfud Effendy
Arief Budi Wuriyanto
Ichsan Anshory AM
Penelaah Materi
Asra
Penyunting Bahasa
M.Yunus
Layout
Ayu A. Asih
Kata Pengantar
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) memiliki ciri utama keterpisahan ruang dan waktu antara mahasiswa
dengan dosennya. Dalam PJJ, keberadaan bahan ajar memiliki peran strategis. Melalui bahan
ajar, mahasiswa secara mandiri mampu belajar, berefleksi, berinteraksi, dan bahkan menilai
sendiri proses dan hasil belajarnya.
Paket bahan ajar PJJ S1 PGSD ini tidak hanya berisi materi kajian, tetapi juga pengalaman belajar
yang dirancang untuk dapat memacu mahasiswa untuk dapat belajar secara aktif, bermakna, dan
mandiri. Paket bahan ajar ini dikemas secara khusus dalam bentuk bahan ajar hybrid yang
meliputi:
Seluruh paket bahan ajar ini dikembangkan oleh Konsorsium PJJ S1 PGSD yang terdiri dari 23
Perguruan Tinggi (PT), yaitu Universitas Sriwijaya, Universitas Katholik Atmajaya Jakarta,
Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Malang,
Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Tanjungpura, Universitas Nusa Cendana,
Universitas Negeri Makassar, Universitas Cenderawasih, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
HAMKA Jakarta, Universitas Pattimura, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas
Negeri Gorontalo, Universitas Jember, Universitas Lampung, Universitas Lambung Mangkurat,
Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Mataram, Universitas Negeri Semarang, Universitas
Kristen Satya Wacana, Universitas Sebelas Maret, dan Universitas Haluoleo. Proses
pengembangan bahan ajar ini difasilitasi oleh SEAMOLEC.
Semoga paket bahan ajar ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan program PJJ S1 PGSD di tanah air.
Muchlas Samani
NIP. 130 516 386
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar isi ………………………………………………………… i
Tinjauan Mata Kuliah ………………………………………………………... iv
ii Daftar Isi
Tes Formatif 4 : ........................................................................................ 4.39
Salah satu tujuan pendidikan nasional yang terkait dengan pilar kedua rencana
strategis Departemen Pendidikan Nasional adalah peningkatan mutu pendidikan
nasional. Persoalan yang berkaitan dengan peningkatan mutu tersebut adalah
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang lebih berorientasi pada input-output
tanpa melihat proses dan aspek lainnya; tingkat keberdayaan sekolah yang rendah
dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen setelah peralihan penyelenggaraan
pendidikan nasional secara sentralistik menjadi desentralistik; serta peran serta
masyarakat terhadap sekolah yang rendah.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah di antaranya menerapkan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang memberikan keleluasan kepada pihak
sekolah untuk mengelola dan sekaligus meningkatkan mutu penyelenggaraan
pendidikan sekolah. Pengalaman di sejumlah negara maju seperti di Australia dan
Amerika Serikat serta beberapa sekolah di Indonesia yang telah
mengimplementasikan MBS menunjukkan bahwa penerapan MBS merupakan cara
yang efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Pemahaman tentang MBS tentu bukan hanya diperlukan bagi kepala sekolah,
tetapi juga para guru dan unsur sekolah lainnya. Tak heran apabila Standar
Kompetensi Guru Kelas SD/MI lulusan S1 PGSD mencantumkan kajian tentang
MBS sebagai bagian dari pengembangan keprofesionalan guru. Atas dasar itu pula
mengapa Anda sebagai mahasiswa Program S1 PGSD wajib mengambil mata kuliah
MBS. Melalui kajian mata kuliah MBS ini Anda diharapkan memiliki pemahaman
dan kemampuan yang berkaitan dengan konsep dan prinsip MBS, karaketeristik
MBS, fungsi-fungsi manajemen, perancangan MBS (perumusan persoalan sekolah
dan solusinya; pengembangan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah; penyusunan
program, kegiatan, dan anggaran sekolah), serta implementasi dan evaluasi
penerapan MBS. Di samping itu, Anda di harapkan memiliki kemampuan dalam
memahami peran serta orang tua peserta didik, komite sekolah, dan masyarakat,
Agar Anda dapat menguasai kompetensi dari setiap unit, perhatikanlah saran-
saran berikut ini.
1. Baca dan kajilah materi yang ada pada setiap unit secara cermat, tuntas dan
mendalam. Anda juga dapat mengkaji materi tersebut lebih dalam lagi
melalui WEB dan Video yang telah disediakan. Jika Anda mengalami
kesulitan, bertanyalah kepada teman atau orang lain yang menurut Anda
dapat membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi.
2. Kerjakan dan jawablah semua tugas yang terdapat pada soal latihan, karena
latihan tersebut merupakan bagian penting untuk memantapkan pemahaman
Anda atas materi yang dipelajari dalam setiap unit. Jika ada soal latihan yang
sulit Anda kerjakan, maka berdiskusilah dengan teman atau orang lain atau
cermati rambu-rambu pengerjaan atau kunci latihan yang tersedia.
Mohammad Syaifuddin
Pendahuluan
engan diberlakukannya otonomi daerah sebagai perwujudan Undang-Undang
D No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka sebagian besar
kewenangan Pemerintah Pusat dilimpahkan ke Pemerintah Daerah. Dengan otonomi
dan desentralisasi, diharapkan masing-masing daerah termasuk masyarakatnya akan
lebih terpacu untuk mengembangkan daerah masing-masing agar dapat bersaing.
Konsekuensi dari otonomi dan desentralisasi juga terjadi di bidang pendidikan.
Muara tujuan dari otonomi di bidang pendidikan adalah peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia.
Ada sejumlah hal yang mendasari perubahan paradigma penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Pertama, sistem
penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan secara sentralistik menyebabkan
tingginya ketergan-tungan kepada keputusan birokrasi. Padahal, kebijakan pusat itu
kerap terlalu umum dan kurang sesuai dengan situasi dan sekolah. Akibatnya,
sekolah pun menjadi kehilangan kemandirian, inisiatif, dan kreativitas yang pada
akhirnya berdampak pada kurangnya motivasi untuk mengembangkan dan
meningkatkan mutu pendidikan dan tata layanan pendidikan di sekolah. Kedua,
kebijakan penyelenggaraan pendidikan terlalu berorientasi pada keluaran pendidikan
(output) dan masukan (input), sehingga kurang memperhatikan proses pendidikan
itu sendiri. Ketiga, peran serta masyarakat terutama orang tua peserta didik dalam
penyelenggaraan pendidikan masih kurang.
Untuk mencapai kemampuan itu, unit yang terdiri atas dua subunit ini akan
membahas sejarah, serta motif, tujuan, dan manfaat MBS.. Masing-masing subunit
ini akan dilengkapi dengan ilustrasi yang berguna bagi Anda untuk membantu
memahami latar belakang MBS. Media lain yang dapat anda gunakan untuk
mempelajari latar belakang MBS ini ialah WEB.
Agar dapat mempelajari isi unit ini dengan baik, bandingkanlah uraian unit
dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah Anda. Selain itu, catatlah butir-butir
penting dalam unit ini. Untuk memantapkan penguasaan Anda terhadap materi ini,
kerjakanlah latihan-latihan dan tes formatif yang tersedia.
1- 2 Unit 1
Subunit 1
P ada bagian ini Anda diajak untuk mengkaji berbagai pengertian MBS sehingga
dapat menyimpulkan pengertian MBS yang paling relevan dengan kepentingan
pendidikan di Indonesia. Di samping itu juga, Anda dapat mengkaji lebih mendalam
tentang sejarah munculnya MBS. Dengan sajian kedua hal tersebut, Anda
diharapkan dapat mengaitkan MBS dalam konteks penyelenggaraan pendidik-an di
Indonesia.
MBS memiliki banyak pengertian, bergantung dari sudut pandang orang yang
mengartikannya. Nurkholis (2003:1), misalnya, menjelaskan bahwa Manajemen
Berbasis Sekolah terdiri dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah.
Pertama, istilah manajemen memiliki banyak arti. Secara umum manajemen
dapat diartikan sebagai proses mengelola sumber daya secara efektif untuk mencapai
tujuan. Ditinjau dari aspek pendidikan, manajemen pendidikan diartikan sebagai
segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah
maupun tujuan jangka panjang. Kedua, kata berbasis mempunyai kata dasar basis
atau dasar. Ketiga, kata sekolah merujuk pada lembaga tempat berlangsungnya
proses belajar mengajar. Bertolak dari arti ketiga istilah itu, maka istilah Manajemen
Berbasis Sekolah dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan
pengelolaan sumber daya yang berdasar pada sekolah itu sendiri dalam proses
pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Kalau Anda perhatikan makna berdasar pada sekolah itu sendiri adalah
pengelolaan sumber daya yang dimiliki sekolah serta dikelola dan dilakukan oleh
sekolah itu sendiri. Seperti yang telah diuraikan dalam pendahuluan, makna ini
tentunya berbeda dari makna manajemen pendidikan sebelumnya, yaitu bahwa
semua diatur dari pemerintah pusat (sentralistik). Dengan demikian, Anda dapat
melihat bahwa telah terjadi perubahan paradigma manajemen pendidikan di sekolah,
yang semula diatur dan dikendalikan oleh pusat dan birokrasinya (sentralistik),
1- 4 Unit 1
Sementara itu, Ogawa & Kranz (1990:290) memandang MBS secara
konseptual sebagai perubahan formal dari struktur tata pelayanan pendidikan
(governance) yaitu pada distribusi kewenangan pengambilan keputusan sebagai
bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah sebagai unit utama dari
peningkatan dan kepercayaan, dan juga sebagai alat utama untuk meningkatkan
partisipasi dan dukungan. Beberapa kewenangan formal adalah untuk membuat
keputusan tentang sumber-sumber pendanaan (budget), ketenagaan, dan program
yang didelegasikan dan didistribusikan kepada orang-orang antarberbagai level.
Beberapa struktur formal seperti kepala sekolah, guru, orang tua, dan kadang-kadang
siswa dan masyarakat sekitarnya yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga dapat
secara langsung dilibatkan dalam pembuatan keputusan sekolah secara luas.
Senada dengan pengertian Ogawa & Kranz, Kubick & Katheleen (1988:2)
menyatakan bahwa MBS merupakan suatu sistem administrasi di mana sekolah
merupakan satuan yang utama dalam pengambilan keputusan bidang pendidikan.
Tanggung jawab untuk keputusan tentang anggaran, personil, dan kurikulum
ditempatkan di tingkatan sekolah dengan memberikan kontrol proses pendidikan
kepada kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua.
Dalam buku Petunjuk Program MBS, kerjasama Pemerintah Indonesia,
UNESCO dan Unicef, dinyatakan bahwa MBS dapat dipandang sebagai suatu
pendekatan pengelolaan sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan yang
memberikan kewenangan yang lebih luas kepada sekolah untuk mengambil
keputusan mengenai pengelolaan sumber daya pendidikan sekolah (manusia,
keuangan, material, metode, teknologi, wewenang dan waktu) yang didukung
dengan partisipasi yang tinggi dari warga sekolah, orang tua, dan masyarakat,
serta sesuai dengan kerangka kebijakan pendidikan nasional dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan (Direktorat TK & SD, 2005: 6).
Dalam bentuk manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS),
MBS dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih
besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang
melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,
karyawan, orang tua siswa dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2002:5).
Perihal MBS ini, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 51, ayat (1) menyatakan, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar
pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.”
Selanjutnya, penjelasan pasal 51, ayat (1) menerangkan bahwa, “Yang dimaksud
Sejarah MBS
1- 6 Unit 1
Model MBS yang diterapkan di Kanada lebih dikenal dengan
pendelegasian keuangan (financial delegation). Gerakan ke arah MBS dimulai di
Edmonton Public School District, Alberta, dimana pendekatan yang digunakan
dikenal sebagai “School-site decision-making”, yang telah menghasilkan
desentralisasi alokasi sumber daya, baik tenaga pendidik dan kependidikan,
perlengkapan, barang-barang keperluan sekolah. maupun layanan pendidikan.
Langkah awal dimulai pertengahan tahun 1970 dengan tujuh sekolah rintisan, dan
diadopsi dalam sistem yang lebih luas menjadi pendekatan manajemen-mandiri (self
management) secara komprehensif pada tahun 1980-1981, yang pada akhirnya
hingga saat ini telah dilembagakan.
Ciri model ini adalah tidak adanya dewan sekolah atau komite sekolah. Di
tahun 1986, sekolah rintisan yang melibatkan 14 sekolah, memperluas pendekatan
dengan melibatkan layanan konsultan pusat. Ciri penting di sini adalah model
formula-alokasi-sumber daya. Sekolah menerima alokasi secara “lumpsum”
ditambah suplemen yang menggambarkan biaya layanan konsultan yang secara
historis pernah dilakukan, sesuai dengan tipe sekolah dan tingkat kebutuhan siswa.
Alokasi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam anggaran yang berbasis sekolah
(school based budget). Standar biaya untuk berbagai tipe layanan (service) kemudian
ditentukan. Tagihan pembayaran kepada sekolah pun sesuai dengan layanan yang
dimintanya. Sekolah dapat memilih jenis layanan selain yang disediakan oleh daerah.
Program pengefektifan guru juga diadakan tahun 1981. Pada tahun 1986-1987
program pengembangan profesional guru dengan pendanaan dari “school based
budget” dilakukan setengah hari per minggu. Kegiatan ini menjangkau sebagian
besar sekolah dan mencapai sekitar 50 % guru-guru.
Dalam rangka menjamin akuntabilitas, proses monitoring dikembangkan.
Para siswa pada tahun ke-3, 6, 9, dan 12, secara reguler diuji untuk semua bidang
bidang pada kurikulum. Benchmark atau standar tingkat kemampuan atau prestasi
yang dicapai, kemudian ditentukan, dan digunakan sesudah tahun 1987 sebagai dasar
perbandingan prestasi siswa pada tahun berikutnya. Setiap tahun, survai pendapat
dilakukan kepada siswa, guru, kepala sekolah, staf daerah, dan orang tua siswa yang
memungkinkan dilakukannya pengklasifikasian tingkat kepuasan mereka dalam
kaitan dengan peran-peran mereka.
Pada tahun 1994, Provinsi Alberta merencanakan untuk memulai
restrukturisasi sistem secara keseluruhan. Restrukturisasi itu berkaitan dengan meng-
undang-kan reformasi yang luas di bidang pendidikan yang menghasilkan kantor
pusat pada Departemen Pendidikan yang lebih kecil, pengurangan jumlah “school
district” secara drastis dari 140 menjadi 60, serta penyerahan sebagian besar
1- 8 Unit 1
pelaporan atau penilaian direkomendasikan dan diminta untuk dikonsultasikan
kepada dewan manajemen sekolah, serta memperhatikan penilaian yang dimiliki oleh
Departemen Pendidikan, sebagai langkah awal. Kedua, akuntabilitas sekolah sebagai
suatu keseluruhan. Setiap sekolah perlu membuat rencana tahunan sekolah,
menetapkan tujuan dan kegiatan yang ingin dicapai pada tahun yang akan datang,
serta mempertanggungjawabkannya. Perencanaan sekolah yang dibuat,
memungkinkan sekolah untuk menentukan prioritas, membuat alokasi anggaran, dan
mengkomunikasikan arah dan tujuan kepada masyarakat. Sekolah juga diminta untuk
membuat profil sekolah tahunan yang memuat kegiatan pada tahun sebelumnya –
yang digunakan untuk memetakan pencapaian pada sejumlah indikator seperti
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran utama, kegiatan non-akademis, profil
tenaga kependidikan dengan memberikan gambaran tentang pergantian staf,
kualifikasi, dan kompetensinya.
Reformasi sistem pendidikan di Inggris telah dilakukan secara terus-
menerus dan meningkat sejak Education Act tahun 1944. Undang-undang pendidikan
tahun 1980 merevisi kekuasaan dan tanggung jawab dewan sekolah, dewan
gubernur, dan dewan manajer. Undang-undang menciptakan pemusatan kontrol
secara nasional dalam hal kurikulum, tingkat-tingkat yang harus dicapai, proses
penilaian, serta pengawasan dan pelaporan hasil belajar. Dalam kerangka nasional
seperti ini, penyampaian kurikulum, pengelolaan personil, keuangan, sumber daya
sarana, serta akuntabilitas kepada orang tua dan masyarakat, diteruskan kepada
badan-badan penyelenggara sekolah. Ciri baru dari perubahan ini adalah upaya untuk
mendorong kompetisi antarsekolah dalam memenuhi tuntutan pasar (market
demands). Di sini juga termasuk persaingan penempatan siswa.
Pemerintahan konservatif Margareth Thatcher, membawa prinsip tersebut
ke dalam pendidikan. Hal ini memungkinkan sekolah-sekolah lokal untuk dapat
mengelola sekolahnya secara mandiri. Perubahan tersebut dan perubahan lainnya
seperti pelatihan manajemen untuk kepala sekolah, mencapai titik kulminasi di dalam
Undang-undang Reformasi Pendidikan - Education Reform Act tahun 1988.
Ada enam perubahan struktur utama di dalam Undang-undang Tahun 1988
yang memudahkan MBS, yaitu: (1) Kurikulum nasional untuk mata pelajaran inti
ditentukan pemerintah; (2) Ujian nasional diwajibkan untuk siswa usia 7, 11, 14, dan
16; (3) “Grant-maintained school” atau MBS diciptakan untuk mengembangkan
otoritas pendidikan lokal agar dapat memperolah dana bantuan dari pemerintah; (4)
City Technical Collage dibentuk (semacam sekolah menengah kujuruan); (5)
penggabungan “Inner London Education Authority” menjadi 13 “Local Education
Authorities”; serta (6) pembentukan model “Manajemen Sekolah Lokal” yang
1- 10 Unit 1
Untuk mencapai hal tersebut direkomendasikan agar sumber daya
(resources) yang ada diarahkan pada target keperluan pendidikan tertentu, dengan
melibatkan orang tua dan guru-guru di dalam memutuskan penggunaan sumber daya
tersebut. Mereka yang paling dekat dengan sekolah diharapkan akan dapat
merumuskan dan melaksanakan kebijakan lebih efisien dan efektif daripada otoritas
di pusat yang jauh dari sekolah. Sementara itu, adanya perubahan dalam bentuk
skema pendanaan untuk staf sekolah, sering disertai bantuan wakil-wakil masyarakat
untuk mengidentifikasi prioritas-prioritas pada tingkat sekolah dan menyusun
program sekolah yang lebih cocok memenuhi kebutuhan suatu sekolah. Perubahan
tersebut menjadikan Australia disebut sebagai “a world-leader in School-Based
Management” atau Pemimpin Dunia dalam Hal Manajemen Berbasis Sekolah
(Gamage 1996:27, dalam Abu-Duhou, 1999)..
Abu-Duhou (1999) memberikan gambaran perkembangan manajemen
pendidikan di Australia yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Suatu desentralisasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan kurikulum
dan penggunaan sumber daya, baik kepada sekolah maupun masyarakat.
2. Pengembangan oleh otoritas pusat dan pengelolaan kebijakan umum, prioritas,
dan kerangka akuntabilitas, semuanya dimaksudkan sebagai pedoman umum
untuk menerjadikan pengambilan keputusan berbasis sekolah (school based
decision making).
3. Ada penerimaan bahwa pengembangan ini akan terjadi secara gradual dalam
kurun waktu beberapa tahun.
4. Pemberian dorongan kepada sekolah-sekolah untuk melakukan pendekatan
manajemen yang lebih sistematik dan lebih berorientasi pada sudut pandang
perbaikan mutu, dengan kesempatan yang cukup bagi pengambilan keputusan
partisipatif bagi perencanaan jangka panjang maupun jangka pendek.
5. Memasukkan program evaluasi dan penilaian sekolah secara menyeluruh di
dalam manajemen sekolah pada umumnya, termasuk pengembangan indikator
mutu.
6. Akuntabilitas sekolah kepada masyarakat dan kepada otoritas pusat (negara
bagian) dalam hal pencapaian pendidikan, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah
disepakati dan prioritas pembelajaran.
7. Pengembangan hibah secara global kepada sekolah-sekolah.
1- 12 Unit 1
manajemen berbasis sekolah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya
pendidikan dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.
Pada tahun 1999 dengan bekerjasama serta bantuan dari UNESCO dan
UNICEF, program MBS telah dirintis di 124 SD/MI, yang tersebar di 7 kabupaten
pada propinsi Jawa Tengah (Kabupaten Magelang, Banyumas, dan Wonosobo), Jawa
Timur (Kabupaten Probolinggo), Sulawesi Selatan (Kabupaten Bontang), dan Nusa
Tenggara Timur (Kota Kupang)..
Selanjutnya, pada tahun 2002, pemerintah New Zealand membantu
pendanaan untuk memantapkan dan menyebarkan program tersebut di tujuh
kabupaten/kota rintisan serta untuk mendiseminasikan program ke tujuh kabupaten
lainnya di Indonesia Timur, termasuk Papua dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Jumlah SD/MI berkembang menjadi 741 SD/MI. Diseminasi program oleh Unicef di
sejumlah kabupaten di pulau Jawa juga dilakukan dengan menggunakan bantuan
dana dari Bank Niaga, BFI, Chef for Kids, dan City Bank. Beberapa bantuan juga
diberikan oleh lembaga bantuan Australia (AusAID), sehingga pada tahun 2004
program tersebut telah berkembang ke 40 kabupaten di 9 propinsi dengan 1479
SD/MI.
Replikasi program juga telah dilaksanakan oleh pemerintah pusat
(Depdiknas) di 30 propinsi di Indonesia di bawah lambang “MBS”. Juga, USAID –
lembaga bantuan dari pemerintah Amerika Serikat juga telah mengembangkan
program MBS sejenis di Jawa Timur dan Jawa Tengah yaitu Managing Basic
Education (MBE), serta pada tahun 2004 model MBS juga dilaksanakan di tiga
kabupaten Jawa Timur dengan dukungan Indonesia – Australia Partnership in Basic
Education (IAPBE). Mulai tahun 2005, USAID juga memberikan bantuan untuk
model MBS ini di 7 propinsi di Indonesia melalui program Decentralized Basic
Education (DBE).
Usaha-usaha implementasi MBS di Indonesia terus dilakukan dalam
kerangka meningkatkan mutu pendidikan. Dengan MBS yang telah dilaksanakan di
SD/MI maka sekolah akan lebih mandiri di dalam mengelola dan memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki. Menurut Nurcholis (2003:108), sekolah yang
menerapkan MBS mempunyai sejumlah ciri, yaitu memiliki tingkat kemandirian
yang tinggi, bersifat adaptif, antisipatif, dan proaktif, memiliki jiwa kewirausahaan
yang tinggi, bertanggung jawab terhadap kinerja sekolah, memiliki kontrol yang kuat
terhadap input manajemen dan sumber dayanya dan kondisi kerja, mempunyai
komitmen ang tinggi pada dirinya, menjadikan prestasi sebagai acuan dalam
penilaian, memiliki kemampuan memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi
aktif, serta meningkatnya kualitas proses pembelajaran.
Bagaimana Saudara, apakah Anda menemui kesulitan menjawab latihan ini? Baik!
Jika Anda sudah selesai mengerjakan latihan tersebut, bandingkanlah hasilnya
dengan kunci jawaban latihan di bawah ini.
1. MBS dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan
sumber daya yang berdasar pada sekolah itu sendiri dalam proses pembelajaran
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
2. Komponen-komponen yang terdapat dalam Manajemen Berbasis Sekolah adalah
pengambilan keputusan, peranserta di dalam pengambilan keputusan
(partisipatif), akuntabilitas, alokasi sumber daya.
3. Model MBS dengan pendekatan “funding formula” adalah pendekatan yang lebih
mengkonsentrasikan pada pendelegasian keuangan untuk memenuhi sumber daya
kepada sekolah. Pendekatan ini pertama kali dilakukan di Kanada.
4. Model pendekatan MBS yang dilakukan di Inggris adalah suatu model
pendekatan yang memberikan kepada sekolah fleksibilitas dalam penggunaan
sumber daya dan pada saat yang sama juga memberikan kesempatan partisipasi
yang lebih besar kepada guru, orang tua, dan alumni di dalam pengembangan
keputusan.
5. Karakteristik Model MBS yang terjadi di Australia adalah sebagai berikut:
a. Suatu desentralisasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan
kurikulum dan penggunaan sumber daya baik kepada sekolah maupun
masyarakat.
b. Pengembangan oleh otoritas pusat dan pengelolaan kebijakan umum,
prioritas, dan kerangka akuntabilitas, semuanya dimaksudkan sebagai
1- 14 Unit 1
pedoman umum yang di dalamnya dikandung maksud agar “school based
decision making” dapat terjadi.
c. Ada penerimaan bahwa pengembangan ini akan terjadi secara gradual dalam
kurun waktu beberapa tahun.
d. Pemberian dorongan kepada sekolah-sekolah untuk melakukan pendekatan
manajemen yang lebih sistematik dan lebih berorientasi pada sudut pandang
perbaikan mutu, dengan kesempatan yang cukup bagi pengambilan keputusan
partisipatif bagi perencanaan jangka panjang maupun jangka pendek.
e. Memasukkan program evaluasi dan penilaian sekolah menyeluruh di dalam
manajemen sekolah pada umumnya, termasuk pengembangan indikator mutu.
f. Akuntabilitas sekolah kepada masyarakat dan kepada otoritas pusat (negara
bagian) dalam hal pencapaian pendidikan sesuai dengan tujuan-tujuan yang
telah disepakati dan prioritas pembelajaran.
g. Pengembangan hibah secara global kepada sekolah-sekolah.
Rangkuman
1- 16 Unit 1
Tes Formatif 1
Kerjakanlah tes formatif berikut dengan cara memberi tanda silang (X) pada
salah satu pilihan jawaban yang menurut Anda paling benar.
1. Berikut ini fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam kerangka Manajemen
Berbasis Sekolah, kecuali:
A. Perencanaan C. Pengorganisasian
B. Pengawasan D. Pengembangan
2. Penyelenggaraan pendidikan melalui pendekatan Manajemen Berbasis Sekolah
dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan sistem penyelenggaraan berikut ini
kecuali:
A. penyelenggaraan pendidikan berorientasi pada input dan output
B. penyelenggaraan pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawa sekolah
tanpa harus melibatkan masyarakat.
C. Penyelenggaraan pendidikan yang desentralistik.
D. Penyelenggaraan pendidikan yang sentralistik.
3. Pengertian MBS mengacu kepada hal-hal berikut, kecuali:
A. pemberian otonomi yang lebih luas
B. memberikan kewenangan yang lebih luas kepada sekolah untuk mengambil
keputusan
C. memberikan kewenangan kepada sekolah untuk menyelenggarakan
pendidikan tanpa harus melibatkan masyarakat dan stakeholder pendidikan.
D. pelibatan warga sekolah, orang tua dan masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.
4. Berikut isu-isu penting berkenaan dengan MBS, kecuali:
A. pengambilan keputusan
B. peranserta di dalam pengambilan keputusan (partisipatif)
C. akuntabilitas
D. rencana pengembangan sekolah
5. Berikut ini dasar hukum pelaksanaan MBS di Indonesia, kecuali:
A. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
B. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
C. Propenas Tahun 2000-2004
D. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
6. Model MBS yang lebih mengkonsentrasikan pada pendelegasian keuangan
untuk memenuhi sumber daya kepada sekolah dengan “funding formula”
merupakan model MBS yang diterapkan di negara ...
1- 18 Unit 1
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik, dan dapat melanjutkan untuk mempelajari Unit 2. Sebaliknya, bila
tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali uraian yang
terdapat dalam subunit, khususnya pada bagian yang belum Anda kuasai dengan
baik.
P ada subunit 2 ini Anda akan diajak untuk lebih mendalami Manajemen Berbasis
Sekolah ditinjau dari motif, tujuan dan manfaat diterapkannya MBS di sekolah.
Sudah barang tentu, kajian di bagian ini tidak terlepas dari kajian Anda tentang
pengertian MBS dan sejarah MBS pada subunit 1. Sajian pada subunit 2 ini
menyangkut motif penerapan MBS, serta tujuan dan manfaat MBS.
Penyajian dari materi ini didasarkan berbagai pendapat para ahli dan
pengalaman yang terjadi di berbagai negara dalam menerapkan MBS. Dengan
demikian diharapkan Anda dapat membandingkan kondisi di sekolah Anda dengan
materi yang disajikan di dalam subunit ini.
Seperti yang Anda ketahui pada Subunit 1 tentang sejarah MBS, maka motif
diterapkannya MBS tentunya tidak terlepas dari sejarah munculnya MBS di suatu
negara. Menurut Bank Dunia dalam Q/A for the web/knowledge nugget yang ditulis
oleh Edge (2000), terdapat delapan motif diterapkannya MBS yaitu motif ekonomi,
profesional, politik, efisiensi administrasi, finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, dan
efektivitas sekolah.
King dan Kozler (1988) menjelaskan mengapa manajemen lokal secara
ekonomi lebih efektif. Mereka mencatat bahwa orang-orang yang mempunyai
keuntungan dan kerugian serta mempunyai informasi terbaik tentang apa yang
sesungguhnya terjadi di sekolah adalah orang yang mampu membuat keputusan yang
tepat tentang bagaimana sekolah seharusnya menggunakan sumber daya dan
bagaimana siswa seharusnya belajar.
Secara politis, MBS sebagaimana bentuk reformasi desentralisasi lainnya
digunakan untuk mendorong adanya partisipasi demokratis dan kestabilan politik, di
mana pemerintah pusat memberikan kesempatan mendesentralisasikan beberapa
aspek pengambilan keputusan di bidang pendikan untuk mendorong keleluasaan
yang lebih besar kepada daerah. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Gamage, D
(2003:2) yang menyatakan bahwa reformasi pendidikan, termasuk MBS pada
1- 20 Unit 1
dasarnya karena faktor politik, di mana terjadi proses restrukturisasi birokrasi dalam
sistem pendidikan di sekolah. Kepala sekolah berbagi kekuasaan dan kewenangan
dengan pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan dalam pengambilan
keputusan.
Motif profesional menggambarkan bahwa para profesional sekolah
mempunyai pengalaman dan keahlian untuk membuat keputusan pendidikan yang
paling tepat untuk sekolah dan siswanya. Para profesional juga dapat memberikan
sumbangan pengetahuan pendidikan yang dimiliki berkenaan dengan kurikulum,
pedagogik, pembelajaran dan proses manajemen sekolah. Di samping itu, para
profesional juga terlibat dalam manajemen sekolah dan juga mampu memberi
motivasi dan komitmen yang lebih pada pembelajaran di sekolah.
Motif efisiensi administrasi menunjukkan bahwa penerapan MBS sebagai alat
efisiensi administrasi di sekolah, menempatkan sekolah pada posisi terbaik untuk
mengalokasikan sumber daya secara efeketif dalam menemukan kebutuhan para
siswa. Banyak sistem yang didesentralisasi mencoba untuk meningkatkan
akuntabilitas. Oleh karena itu, berkurangnya tingkat birokrasi pusat mendorong
terjadinya efisiensi administrasi yang lebih besar. Efisiensi di tingkat sekolah terjadi
ketika partisipan lokal membuat keputusan sendiri.
Manajemen Berbasis Sekolah dapat juga digunakan sebagai alat untuk
meningkatkan sumber pendanaan sekolah secara lokal. Asumsinya adalah bahwa
dengan memberi harapan kepada orang tua dan menerima keterlibatan orang tua
dalam pengambilan keputusan di tingkat sekolah, orang tua akan menjadi termotivasi
untuk meningkatkan komitmen mereka kepada sekolah. Pada gilirannya, orang tua
akan menjadi lebih berkeinginan untuk menyumbangkan uang, tenaga, dan sumber
daya lain yang diperlukan kepada sekolah.
Meningkatkan prestasi siswa merupakan motif utama untuk memperkenalkan
MBS. Hal itu didasari oleh pemikiran bahwa jika orang tua dan para guru diberi
otoritas untuk membuat keputusan atas nama sekolah mereka, iklim di sekolah akan
berubah untuk mendukung pencapaian prestasi siswa. Meskipun bukti empirik untuk
mendukung asumsi itu tidak kuat, tetapi dalam konteks ini, jika MBS sebagai motif
dalam implementasi MBS, maka yang diperlukan adalah bagaimana mengubah
proses pembelajaran. Ini dapat dilakukan melalui otonomi dalam mendesain
pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa sesuai dengan sumbder daya yang
dimiliki.
Melibatkan para aktor di tingkat sekolah dalam pengambilan keputusan dan
pelaporan dapat menciptakan dorongan dan perhatian yang lebih besar untuk
peningkatan mutu sekolah. Ketika terjadi desentralisasi pengambilan keputusan
1- 22 Unit 1
pendidikan secara umum, baik itu menyangkut kualitas pembelajaran, kurikulum,
sumber daya manusia maupun tenaga kependidikan lainnya, dan pelayanan
pendidikan.
Kalau Anda simak pengertian, sejarah, dan motif penerapan MBS pada
pembahasan sebelumnya, semuanya menunjukkan bahwa tujuan MBS bermuara
pada peningkatan mutu pendidikan, efisiensi pengelolaan, relevansi pendidikan baik
menyangkut mutu pembelajaran, sumber daya manusia, kurikulum yang
dikembangkan, serta tata pelayanan pendidikan.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa MBS memberikan
kewenangan yang besar kepada sekolah dalam pengambilan suatu keputusan. Oleh
karena itu, sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pengelolaan
pendidikan dan pembelajaran di sekolah, merencananakan, mengorganisasikan,
mengawasi, mempertanggungjawabkan, memimpin sumber daya sekolah, kurikulum
dan tata pelayanan pendidikan, serta dapat mengembangkan MBS sesuai dengan
kondisi sekolah masing-masing.
Dalam konteks pengambilan keputusan, tujuan MBS mempunyai makna
bahwa pengambilan keputusan yang diambil di sekolah terhadap pendidikan menjadi
lebih berkualitas, karena kewenangan dalam pengambilan keputusan tersebut
dilakukan oleh orang-orang yang mengenal dan mengetahui betul tentang sumber
daya yang ada di sekolah dan kebutuhan siswa ke depan. Dengan demikian
keputusan yang diambil didasarkan pada profil sekolah yang sesungguhnya, dan
mengacu pada harapan-harapan yang akan dicapai yang bersumber dari warga
sekolah, orang tua, dan masyarakat dengan memperhatikan kelebihan dan kelemahan
yang dimiliki sekolah. Oleh karena itu, MBS diharapkan akan dapat mendorong
semua unsur tersebut untuk menjadi lebih berperan aktif dalam pengambilan
keputusan yang lebih baik, yang berorientasi pada keberhasilan siswa dalam
pembelajaran.
Konteks perencanaan menjadi bagian penting dalam kerangka MBS. Dengan
perencanaan, sekolah akan manjadi lebih siap dan terencana dalam melaksanakan
visi dan misi sekolah serta manjalankan program dan kegiatan sesuai dengan yang
telah dilaksanakan. Pertanyaannya adalah, bagaimana perencanaan sekolah dapat
dikembangkan dengan baik? Ingatlah, bahwa tujuan MBS adalah memberikan
kewenangan kepada sekolah untuk menyusun perencanaan sesuai dengan kondisi riil
1- 24 Unit 1
dilakukan memiliki kontribusi, mengetahui posisinya berada di mana, memiliki
kontrol terhadap pekerjaan, serta pekerjaan merupakan bagian hidupnya.
Hal-hal yang dapat memberdayakan warga sekolah adalah: pemberian
tanggung jawab, pekerjaan yang bermakna, memecahkan masalah pekerjaan secara
tim, variasi tugas, hasil kerja yang terukur, kemampuan untuk mengukur kinerja
sendiri, tantangan, kepercayaan, didengar, ada pujian, menghargai ide-ide,
mengetahui dirinya bagian penting dari sekolah, kontrol yang luwes, dukungan,
komunikasi yang efektif, umpan balik bagus, sumber daya yang dibutuhkan ada, dan
warga sekolah diberlakukan sebagai manusia ciptaan Tuhan yang memiliki martabat
tertinggi.
Manajemen berbasis sekolah di Indonesia yang menggunakan model
MPMBS (Depdiknas, 2001:5) bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan
sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam kerangka
meningkatkan kualitas pendidikan. Terdapat empat tujuan MBS tersebut, yaitu:
Pertama, meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. Kalau
Anda perhatikan pilar kebijakan pendidikan nasional, makna mutu dikaitkan dengan
relevansi pendidikan. Oleh karena itu, MBS bertujuan mencapai mutu (quality) dan
relevansi pendidikan yang setinggi-tingginya, dengan tolok ukur penilaian pada hasil
(output dan outcome) bukan pada metodologi atau prosesnya. Mutu dan relevansi ada
yang memandangnya sebagai satu kesatuan substansi, artinya hasil pendidikan yang
bermutu sekaligus yang relevan dengan berbagai kebutuhan dan konteksnya. Akan
tetapi, secara terpisah juga dapat dilihat bahwa makna mutu lebih merujuk pada
dicapainya tujuan spesifik oleh siswa (lulusan), seperti nilai ujian atau prestasi
lainnya, sedangkan relevansi lebih merujuk pada manfaat dari apa yang diperoleh
siswa melalui pendidikan dalam berbagai lingkup/tuntutan kehidupan.
Pengelolaan dan pemberdayaaan sumber daya yang tersedia dilakukan secara
efektif dan efisien. Dengan kata lain, MBS juga bertujuan meningkatkan efektivitas
dan efisiensi. Efektif artinya pengelolaan dan penggunaan semua input dalam bentuk
non-uang (jumlah dan jenis buku, peralatan, pengorganisasian kelas, metodologi,
strategi pembelajaran, dan lain-lain) dikaitkan dengan hasil yang dicapai (output-
outcome). Efektivitas berhubungan dengan proses, prosedur, dan ketepat-gunaan
semua input yang dipakai dalam proses pendidikan di sekolah, sehingga
menghasilkan hasil belajar siswa seperti yang diharapkan (sesuai tujuan). Efektif dan
tidaknya suatu sekolah diketahui lebih pasti setelah ada hasil atau dinilai hasilnya.
Sebaliknya untuk mencapai hasil yang baik diperlukan penerapan indikator atau ciri
1- 26 Unit 1
mengambil keputusan yang lebih luas (daripada sebelumnya), tetapi juga sekaligus
membebankan pertanggungjawaban oleh sekolah atas segala yang dikerjakan dan
hasil kerjanya. Akuntabilitas pendidikan dan hasilnya (baik administratif-finansial
maupun tingkat kualitas yang dicapai) diberikan bukan hanya kepada satu pihak
dalam hal ini pusat/birokrasi, tetapi kepada berbagai pihak yang berkepentingan,
termasuk di dalamnya orang tua, komite sekolah (masyarakat), dan pengguna
lulusan, selain kepada guru-guru dan warga sekolah. Akuntabilitas kepada berbagai
pihak ini pada gilirannya akan meningkatkan kepedulian yang kuat (komitmen)
pihak-pihak terkait tersebut atas apa yang terjadi di sekolah, terutama dalam hal
mutu, keadilan, efektivitas, efisiensi, transparansi, dan sebagainya yang merupakan
unsur-unsur yang dituntut oleh konsep akuntabilitas pendidikan.
Keempat, meningkatkan kompetisi yang sehat antarsekolah tentang
pendidikan yang akan dicapai.
Selanjutnya, menurut Nurkholis (2003:25), penerapan MBS mempunyai
beberapa manfaat atau keuntungan. Pertama, secara formal MBS dapat memahami
keahlian dan kemampuan orang-orang yang bekerja di sekolah. Keahlian dan
kemampuan personil sekolah itu dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan dalam
rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Keahlian dan kemampuan personil
sekolah dihargai yang selanjutnya menimbulkan rasa percaya diri. Kedua,
meningkatkan moral guru. Moral guru meningkat karena adanya komitmen dan
tanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan di sekolah. Keadaan ini
diharapkan dapat mendorong guru untuk mendukung dengan sepenuh tenaga dalam
mencapai tujuan dan tidak berusaha untuk menghalang-halangi pencapaian tujuan
tersebut.
Ketiga, keputusan yang diambil sekolah memiliki akuntabilitas. Hal ini
terjadi karena konstituen sekolah memiliki andil yang cukup dalam setiap
pengambilan keputusan. Akhirnya, mereka dapat menerima konsekuensi atas
keputusan yang diambil dan memiliki komitmen untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan bersama. Keempat, menyesuaikan sumber keuangan terhadap tujuan
instruksional yang dikembangkan di sekolah. Keputusan yang diambil pada tingkat
sekolah akan lebih rasional karena mereka tahu kekuatannya sendiri, terutama
kekuatan keuangannya.
Kelima, mendorong munculnya pemimpin baru di sekolah. Pengambilan
keputusan di sekolah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya peran seorang
pemimpin. Dalam MBS pemimpin akan muncul dengan sendirinya tanpa menunggu
penunjukan dari birokrasi pendidikan. Keenam, meningkatkan kualitas, kuantitas,
dan fleksiblitas komunikasi setiap komunitas sekolah dalam rangka pencapaian
1- 28 Unit 1
Di samping itu, pelaksanaan PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan) atau pembelajaran kontekstual dalam MBS, mengakibatkan
peningkatan kehadiran anak di sekolah, karena mereka senang belajar.
Latihan
Sudah selesai? Bagus! Silakan bandingkan jawaban Anda dengan kunci jawaban
latihan di bawah ini.
1. Terdapat beberapa motif diterapkannya MBS, diantaranya adalah motif ekonomi,
profesional, politik, efisiensi administrasi, finansial, prestasi siswa, akuntabilitas,
dan efektivitas sekolah. Kedelapan motif diterapkannya MBS adalah untuk
meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan yang setinggi-tingginya, baik
menyangkut kualitas pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia, tenaga
kependidikan lainnya, maupun pelayanan pendidikan.
2. Tujuan diterapkannya MBS pada dasarnya untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan kepada sekolah
(otonomi) dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif, transparan, dan akuntabel dalam kerangka meningkatkan
kualitas pendidikan.
3. Manfaat diterapkannya MBS adalah sebagai berikut: (1) memperkenankan orang-
orang yang memiliki kompetensi di sekolah untuk mengambil keputusan yang
akan dapat meningkatkan pembelajaran; (2) memberikan kesempatan kepada
komunitas sekolah (guru, staf sekolah, orang tua dan masyarakat) dalam
keterlibatan mengambil keputusan kunci (prioritas); (3) memfokuskan
akuntabilitas pada keputusan; (4) mengarahkan kepada kreativitas dan
fleksibilitas yang lebih besar dalam mendesain program sehingga dapat
memenuhi kebutuhan siswa; (5) mengatur ulang sember daya untuk mendukung
tujuan yang dikembangkan di sekolah; (6) mengarahkan pada penganggaran
Rangkuman
1- 30 Unit 1
memenuhi kebutuhan siswa; (5) mengatur ulang sember daya untuk
mendukung tujuan yang dikembangkan di sekolah; (6) mengarahkan pada
penganggaran yang realistik yang mendorong orang tua dan guru semakin
menyadari akan status keuangan sekolah, batasan pembelanjaan dan biaya dari
setiap program; (7) meningkatkan moral para guru dan memelihara
kepemimpinan baru pada setiap tingkat; serta (8) meningkatkan kuantitas,
kualitas, dan fleksibiltas komunikasi di antara komunitas sekolah.
Tes Formatif 2
Kerjakanlah tes formatif 2 ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada
salah satu pilihan jawaban yang menurut Anda paling benar.
1. Berikut ini merupakan motif diterapkannya MBS yang berkaitan langsung
dengan sekolah, kecuali:
A. Efisiensi administrasi C. Politik
B. Prestasi D. Finansial
2. Manajemen berbasis sekolah merupakan alat untuk menempatkan dan memberi-
kan wewenang kepada sekolah dalam mengalokasikan sumber daya secara efektif
untuk menemukan kebutuhan para siswa. Motif penerapan MBS tersebut
termasuk motif ......
A. Finansial sekolah C. Prestasi sekolah
B. Efisiensi sekolah D. Efektivitas sekolah
3. Memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan
kepada sekolah (otonomi) dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif, transparansi dan akuntabilitas dalam
kerangka meningkatkan kualitas pendidikan merupakan ...
A. motif diterapkannya MBS C. Manfaat MBS
B. Tujuan MBS D. Pengertian MBS
4. Berikut merupakan tujuan dari MBS, kecuali:
A. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
B. Sekolah menjadi ringan pekerjaannya karena banyak melibatkan orang dalam
pengambilan keputusan.
C. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama
D. Meningkatkan akuntabilitas sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya.
1- 32 Unit 1
D. Memberdayakan komite sekolah dan masyarakat terbatas pada penggalian
dana.
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik. Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Unit 2. Sebaliknya, bila
tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali uraian yang
terdapat dalam subunit sebelumnya, khususnya pada bagian yang belum Anda
kuasai.
1- 34 Unit 1
Daftar Pustaka
1- 36 Unit 1
Unit 2
KONSEP DASAR
Mohammad Syaifuddin
Siti Fatimah Soenarjo
Pendahuluan
Untuk mencapai tujuan tersebut, unit ini terdiri atas 2 subunit. Subunit 1
mengupas konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah; dan Subunit 2 membahas
fungsi-fungsi Manajemen Berbasis Sekolah. Masing-masing subunit ini akan
dilengkapi dengan ilustrasi yang berguna bagi Anda untuk membantu memahami
konsep dasar MBS. Untuk memantapkan dan memperkaya Anda akan materi Unit 2
ini, Anda dipersilakan untuk mempelajari juga bahasan yang serupa dalam WEB dan
Video yang telah disediakan.
Agar Anda dapat mempelajari dan menguasai materi unit 2 ini dengan baik,
catatlah butir-butir penting dalam unit ini dan cobalah bandingkan dengan kondisi riil
penyelenggaraan pendidikan di sekolah Anda. Selanjutnya, apabila Anda merasa
2-2 Unit 2
telah menguasai materi setiap subunit, kerjakanlah latihan-latihan dan tes formatif
yang telah disediakan. Kemudian, bandingkan hasil jawaban Anda dengan kunci
jawaban yang tersedia, sehingga Anda dapat menilai sendiri capaian belajar yang
Anda peroleh.
Baik, Saudara, selamat belajar, semoga berhasil.
Konsep Dasar
Manajemen Berbasis Sekolah
P ada Unit 1 Anda telah mempelajari pengertian dan sejarah MBS dari berbagai
negara. Pada dasarnya pemahaman Anda akan pengertian dan sejarah MBS akan
membawa Anda pada pengertian tentang perubahan-perubahan manajemen
(pengelolaan) pendidikan di sekolah, dan juga dapat mengidentifikasi prinsip dan
karakteristik MBS.
Oleh karena itu pada Subunit 1 ini Anda kami ajak untuk lebih memahami
pola baru manajemen pendidikan, prinsip-prinsip MBS dan karakteristik MBS.
Pertanyaan yang muncul untuk mengkaji Subunit 1 ini adalah pada tataran apa saja
perubahan akibat penerapan manajemen pendidikan itu terjadi? Apa yang dimaksud
dengan prinsip-prinsip dan karakteristik MBS?
2-4 Unit 2
Tabel 1.
Terdapat perbedaan yang mendasar antara pola lama dengan pola baru
manajemen pendidikan. Pada pola lama manajemen pendidikan, tugas dan fungsi
sekolah lebih pada melaksanakan program daripada mengambil inisiatif
merumuskan dan melaksanakan program peningkatan mutu yang dibuat sendiri
oleh sekolah. Sementara itu, pada pola baru manajemen pendidikan sekolah
memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya, pengambilan
keputusan dilakukan secara partisipatif dan partsisipasi masyarakat makin besar,
sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaganya, pendekatan profesionalisme
lebih diutamakan daripada pendekatan birokrasi, pengelolaan sekolah lebih
desentralistik, perubahan sekolah lebih didorong oleh motivasi-diri sekolah
daripada diatur dari luar sekolah, regulasi pendidikan lebih sederhana, peranan
pusat bergeser dari mengontrol menjadi mempengaruhi dan dari mengarahkan ke
memfasilitasi, dari menghindari resiko menjadi mengolah resiko, penggunaan
2-6 Unit 2
dapat mengembangkan pendidikan, metoda, dan teknik-teknik pembelajaran yang
dianggap efektif. Orientasi mutu dari aspek output mendasarkan pada hasil
pendidikan (pembelajaran) yang ditunjukkan oleh keunggulan akademik dan
nonakademik di suatu sekolah.
Saudara, banyak sekolah yang mulai sadar bahwa antara berbagai input,
proses, dan output, perlu diperhatikan secara seimbang. Bahkan untuk menjamin
mutu, langkah-langkah sudah dimulai dari misi, tujuan, sasaran, dan target dalam
bentuk desain perencanaan yang mantap. Para pendidik harus selalu sadar akan
hasil yang akan diperoleh bagi siswa setelah melalui proses pembelajaran
tertentu, dan gambaran akan hasil yang ingin dicapai itu pada gilirannya akan
memberikan motivasi untuk mengembangkan input dan proses yang sesuai.
Bahkan saat ini mutu pendidikan tidak hanya dapat dilihat dari prestasi yang
dicapai, tetapi bagaimana prestasi tersebut dapat dibandingkan dengan standar
yang ditetapkan, seperti yang tertuang di dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 35
dan PP No. 19 Tahun 2005.
Penetapan standar untuk melihat mutu pendidikan masih banyak yang
didasarkan pada keinginan yang kuat dari pengguna (customer) dan pemangku
kepentingan (stakeholder) pendidikan. Termasuk pengguna (customer) dan
pemangku kepentingan adalah siswa, guru, orang tua pengguna jasa pendidikan,
pengguna jasa lulusan yang menuntut kompetensi tertentu sebagai indikator
kelayakan bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan suatu tugas atau
pekerjaan, atau berbagai peran dalam kehidupan sosial – yang merupakan output
pendidikan. Sementara masalah input dan proses dianggap sebagai masalah
internal sekolah yang merupakan prerogatif profesi tenaga kependidikan.
Sebenarnya, input, proses, dan output tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Ketiganya merupakan masalah internal atau eksternal yang akan menentukan
mutu pendidikan sekolah.
Dari segi lingkup kompetensi yang harus dicapai begitu luas. Pandangan
tentang mutu pun kemudian meliputi berbagai aspek kompetensi. Bukan hanya
menyangkut ranah kognitif tetapi juga afektif, psikomotor, dan bahkan spiritual.
Mutu tidak hanya terfokus pada pencapaian atau prestasi akademis (academic
achievement), tetapi juga bidang-bidang nonakademik, seperti prestasi seni,
ketrampilan sosial, keterampilan vokasional, serta penghayatan dan pengamalan
spiritual dalam bentuk budi pekerti luhur. Yang sering menjadi masalah adalah
bagaimana menilai secara akurat berbagai aspek kompetensi tersebut. Apalagi
kalau seluruhnya harus berdasarkan standar nasional. Sementara itu, sebagian
ranah kemampuan yang dicapai untuk sebagian relatif sukar mengukurnya.
2-8 Unit 2
atau pelanggan, sebab di dalam penetapan standar (persyaratan, kriteria, dan
spesifikasi) produk dan/atau jasa yang dihasilkan memperhatikan syarat-syarat
yang dikehendaki pelanggan. Perubahan-perubahan standar antara lain juga
didasarkan atas keinginan dan pemenuhan kebutuhan pelanggan, bukan semata-
mata kehendak produsen.
Saudara, kalau memperhatikan dua aspek konsep relatif dari mutu
tersebut, menunjukkan bahwa standar bersifat dinamis, dan dapat berubah sesuai
dengan kebutuhan dan perubahan lingkungan yang terjadi. Oleh karena itu, mutu
dalam konsep relatif ini dapat terus berkembang dan lembaga dapat terus
melakukan inovasi untuk meningkatkan spesifikasi dan standar serta
menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggannya.
Menurut pengertian pelanggan (kalau di bidang pendidikan bisa juga
disebut dengan pemakai jasa pendidikan), mutu adalah sesuatu yang didefinisikan
oleh pelanggan. Pelanggan adalah penilai utama terhadap mutu. Pelanggan
dianggap penentu akhir tentang mutu suatu produk atau jasa, karena tanpa
mereka, suatu lembaga tidak dapat hidup atau tidak akan ada. Dengan konsep ini,
ujung-ujungnya adalah kepuasan pelanggan, sehingga mutu ditentukan sejauh
mana ia mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka atau bahkan
melebihi. Karena kepuasan dan keinginan adalah suatu konsep yang abstrak,
maka pengertian kualitas dalam hal ini disebut “kualitas dalam persepsi – quality
in perception”.
Dalam konteks pendidikan, produk dari lembaga pendidikan berupa jasa.
Kepuasan pelanggan (siswa, orang tua dan masyarakat) dapat dibagi dalam dua
aspek yaitu tata layanan pendidikan dan prestasi yang dicapai siswa. Dari aspek
tata layanan pendidikan, kepuasan pelanggan dilihat dari layanan
penyelenggaraan pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan, seperti layanan
bagi siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari aspek prestasi yang
dicapai siswa, mutu dihubungkan dengan capaian yang telah diperoleh dalam
kaitannya dengan kompetensi yang diinginkan oleh pelanggan.
Dari ketiga konsep mutu tersebut, konsep mana yang dianut dalam praktek
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia? Kalau dicermati dari praktek
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, ketiga konsep di atas digunakan secara
integrasi, baik mutu dalam pengertian absolut, relatif (standar), maupun kepuasan
pelanggan.
Di Indonesia, mutu dalam pengertian absolut dapat kita lihat dari adanya
beberapa sekolah unggulan, baik yang berasal dari sekolah yang berbasis
masyarakat maupun sekolah yang diprakarsai oleh pemerintah. Beberapa sekolah
2-10 Unit 2
semuanya dipakai dan saling mengisi. Hanya, dalam praktek, suatu lembaga
sesuai dengan kondisinya lebih memfokuskan pada wawasan mutu tertentu.
Wawasan tentang mutu yang dianut oleh suatu lembaga pendidikan, pada
gilirannya akan sangat berpengaruh terhadap praktik manajemen pada satuan
pendidikan yan bersangkutan.
Berdasarkan uraian tentang konsep mutu di atas, maka ada tiga hal penting
yang perlu diperhatikan oleh satuan pendidikan dalam kerangka peningkatan
mutu pendidikan.Pertama, setiap penyelenggara dan pengelola pendidikan perlu
memahami makna ’mutu pendidikan’. Hal ini sangat penting karena pandangan
terhadap mutu akan berbeda sesuai dengan tujuan dan keinginan. Dengan
pemahaman tentang mutu, penyelenggara dapat secara jelas mengarahkan satuan
pendidikan yang dikelolanya menuju tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu
pada kondisi ini penerapan MBS perlu dilakukan.
Kedua, konsep mutu dalam pengertian standar dalam penyelenggaraan
pendidikan terdapat 3 aspek penting yaitu input, proses, dan output. Ketiganya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Standar dari ke 3
aspek itu dapat mengacu kepada sistem standar yang telah ada seperti Standar
Pelayanan Minimal, Sistem Akreditas, atau delapan Standar Nasional Pendidikan
yang sampai saat masih terus dikembangkan. Walaupun penerapan konsep
standar ini sulit dalam dunia pendidikan karena mengacu kepada produk
’pendidikan’ yang derajat kekonsitenannya tidak sama dengan barang, tetapi yang
lebih penting adalah bagaimana penyelenggara pendidikan berusaha secara terus-
menerus dengan pemahaman konsep mutu itu untuk mengembangkan mutu input,
proses dan output sehingga kualitas pendidikan menjadi lebih baik.
Usaha penyelenggara pendidikan tersebut disebut sebagai ’tata layanan’
pendidikan yang akan diterima siswa sebagai pelanggan utama pendidikan.
Ketiga aspek (input, proses dan output) haruslah dipandang sebagai satu kesatuan
dalam kerangka memberikan layanan yang optimal kepada pelanggan (misalnya
siswa), sehingga penyelenggara pendidikan dapat mengantarkan siswa sesuai
dengan kebutuhannya, sesuai dengan standar yang dibuat baik secara lokal,
regional, maupun nasional.
Ketiga, menurut Sallis (1993), istilah pelanggan mengacu pada konsumen
eksternal dan konsumen internal. Siswa merupakan konsumen primer, karena
merekalah yang memperoleh layanan langsung dari institusi pendidikan. Orang
tua dan pemerintah (di Indonesia termasuk pemerintah propinsi, kabupaten/kota)
sebagai konsumen sekunder, karena mereka yang membiayai individu atau
institusi pedidikan yang bersangkutan, sehingga sangat penting dan menentukan.
Prinsip-Prinsip MBS
2-12 Unit 2
sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Tentu
saja kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan,
yaitu kemampuan mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasi/
menghargai perbedaan pendapat, kemampuan memobilisasi sumber daya,
kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi
dengan cara yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah,
kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi,
serta kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.
Namun perlu digarisbawahi bahwa kemandirian tersebut tidak bersifat
mutlak, absolut, atau semaunya. Kemandirian yang ada tetap harus bertolak pada
ketentuan, peraturan. dan perundangan yang berlaku. Sebagai salah satu contoh
peningkatan mutu pendidikan di sekolah, guru sebagai profesional memiliki
keleluasaan untuk menerapkan kiat-kiat pembelajaran yang efektif untuk
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Fleksibilitas dapat diartikan sebagai keluwesan-keluwesan yang diberikan
kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber
daya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu sekolah. Dengan
keluwesan sekolah yang lebih besar, sekolah akan lebih lincah dan tidak harus
menunggu arahan dari atasannya untuk mengelola, memanfaatkan, dan
memberdayakan sumber daya.
Dengan prinsip fleksibilitas ini, sekolah akan lebih responsif dan lebih
cepat dalam menanggapi segala tantangan yang dihadapi. Seperti pada prinsip
otonomi di atas, prinsip fleksibilitas yang dimaksud tetap mengacu pada
kebijakan, peraturan dan perundangan yang berlaku. Contoh fleksibilitas yang
dapat dilakukan oleh seorang guru di sekolah adalah guru yang profesional
memiliki kewenangan untuk memilih, menentukan metode, alat dan sumber
belajar yang ia yakini efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran dan ia akan
mempertanggungjawabkannya. Dalam konteks penyusunan program, masing-
masing sekolah dapat menentukan prioritas-prioritas program yang dapat
dilakukan sesuai kondisi masing-masing sekolah yang disesuaikan dengan
lingkungan sekolah.
Dengan demikian, program dan penyusunan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) akan berbeda antara sekolah yang satu
dengan sekolah lainnya, bahkan ketika alokasi anggaran yang dimiliki sekolah
jumlahnya sama, tetapi penekanan dan pemilihan prioritas dapat berbeda. Prinsip
ini membuka kesempatan bagi kreativitas sekolah untuk melakukan upaya-upaya
2-14 Unit 2
Ketiga, akuntabilitas adalah pertanggungjawaban sekolah kepada warga
sekolahnya, masyarakat, dan pemerintah melalui pelaporan dan pertemuan yang
dilakukan secara terbuka. Jika mengacu pada pasal 2 Standar Nasional
Pendidikan, akuntabilitas tidak terlepas dari delapan standar nasional pendidikan,
yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Ketercapaian 8 standar
nasional pendidikan di sekolah menunjukkan sejauh mana mutu pendidikan atau
kinerja suatu sekolah. Sebagai contoh, wujud akuntabilitas mengenai pengelolaan
dan penggunaan dana serta pemanfaatan sumber daya lainnya secara efisien dan
efketif dapat dituangkan ke dalam berbagai pelaporan, dokumentasi, dan
sebagainya. Sisi lain yang tidak kalah pentingnya adalah akuntabilitas dalam
ketercapaian standar pendidik dan tenaga kependidikan. Standar ini pada
prinsipnya mengacu pada akuntabilitas profesional-isme tenaga pendidikan dan
tenaga kependidikan. Demikian juga dengan akuntabilitas terhadap komptensi
lulusan, atau mutu atau kinerja yang dicapai sekolah.
Keempat, demokrasi pendidikan adalah kebebasan yang terlembagakan
melalui musyawarah dan mufakat dengan menghargai perbedaan, hak asasi
manusia, serta kewajibannya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jadi,
peningkatan partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
sekolah akan mampu menciptakan keterbukaan (transparansi), kerjasama yang
kuat, akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan.
Mutu pendidikan, merupakan sasaran yang ingin dicapai oleh MBS. Ketiga
prinsip di atas yaitu otonomi, fleksibilitas, dan partisipasi merupakan prinsip yang
mendasari pencapaian mutu pendidikan. Oleh karena itu, setiap satuan
pendidikan betapapun kondisi dan konteksnya mempunyai peluang untuk maju
dan karenanya dapat ditingkatkan mutunya. Artinya, pengembangan sekolah atau
peningkatan mutu pendidikan pada level sekolah harus berangkat dari potensi diri
satuan pendidikan dari berbagai aspeknya. Oleh karena itu, upaya peningkatan
mutu pada tingkat satuan pendidikan bukanlah suatu pekerjaan mudah dan dapat
dicapai dalam satu kali program. Mutu pendidikan dicapai secara bertahap;
direncanakan, dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh; pada setiap tahapan
waktu ada target dan tujuan spesifik yang jelas, sehingga setiap tahun jelas ada
kemajuannya. Prinsip ini juga mengandung implikasi bahwa satuan pendidikan
yang sudah bermutu pun masih terus-menerus meningkatkan mutunya, karena
tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi serta tuntutan masyarakat senantiasa
berubah, demikian pula tuntutan stakeholders lainnya.
2-16 Unit 2
yang bermakna, pemecahan masalah sekolah secara “teamwork”, variasi tugas,
hasil kerja yang terukur, kemampuan untuk mengukur kinerjanya sendiri,
tantangan, kepercayaan, didengar, ada pujian, menghargai ide-ide, mengetahui
bahwa dia adalah bagian penting dari sekolah, kontrol yang luwes, dukungan,
komunikasi yang efektif, umpan balik bagus, sumber daya yang dibutuhkan ada,
dan warga sekolah diberlakukan sebagai manusia ciptaan Tuhan yang memiliki
martabat tertinggi.
Menurut Nurkholis (2003:52) terdapat empat prinsip untuk mengelola
sekolah dengan menggunakan MBS, yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip
desentralisasi, prinsip sistem pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif sumber daya
manusia.
Menurutnya, prinisp ekuifinalitas didasarkan pada teori manajemen modern
yang berasumsi bahwa terdapat cara yang berbeda-beda untuk mencapai suatu
tujuan. MBS menekankan fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga
sekolah menurut kondisi mereka masing-masing. Perbedaan kondisi sekolah dapat
dilihat dari aspek perbedaan tingkat akademik siswa dan situasi komunitasnya,
sekolah tidak dapat dijalankan dengan struktur yang standar di seluruh kota, provinsi,
apalagi negara. Oleh karena itu permasalahan yang dihadapi sekolah, harus dapat
dipecahkan sekolah dengan cara yang paling tepat dan sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Walaupun sekolah yang berbeda memiliki masalah yang sama, cara
penanganannya akan berlainan antara sekolah yang satu dengan yang lain.
Prinsip equifinalitas menimbulkan sejumlah konsekuensi. Pertama, guru
sebagai salah satu faktor kunci keberhasilan pembelajaran mempunyai kewenangan
untuk memilih, menentukan metode, alat dan sumber belajar yang ia yakini efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan ia akan mempertanggungjawabkannya.
Mengapa demikian? Karena berbagai kebijakan pendidikan nasional yang ada
sekarang ini menuntut kreativitas dan fleksibilitas dalam mendesain pembelajaran,
termasuk materi pembelajaran yang disusun untuk mencapai kompetensi standar
yang ditetapkan. Contoh kebijakan pendidikan nasional adalah kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP).
Kedua, fleksibilitas dalam pengelolaan sekolah. Setiap sekolah dapat
merencanakan tujuan dan program sekolah sesuai dengan kondisi sekolah masing-
masing, baik dari aspek sumber daya, keuangan, dan kebutuhan baik kebutuhan
warga sekolah, orang tua dan masyarakat, dan yang sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Berdasarkan prinsip ini setiap sekolah akan mempunyai rencana
pengembangan sekolah (RPS) dan rencana anggaran dan pendapatan sekolah
(RAPBS) yang berbeda-beda, kendati alokasi anggaran yang diberikan atau dimiliki
2-18 Unit 2
daya manusia di dalam sekolah untuk berinisiatif. Berdasarkan perspektif ini, maka
MBS bertujuan membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat
bekerja dengan baik dan mengembangkan potensinya.
Karakteristik MBS
2. Proses
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik
proses sebagai berikut:
a. Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi
b. Kepemimpinan sekolah yang kuat
c. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
d. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
2-20 Unit 2
e. Sekolah memiliki budaya mutu
f. Sekolah memiliki “teamwork” yang kompak, cerdas, dan dinamis
g. Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian)
h. Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat
i. Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen
j. Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan pisik)
k. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan
l. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan
m. Memiliki komunikasi yang baik
n. Sekolah memiliki akuntabilitas
o. Sekolah memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas atau keberlanjutan.
3. Input pendidikan
Beberapa karakteristik MBS daitinjau dari aspek input pendidikan adalah
(a) memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas; (b) sumber daya
tersedia dan siap; (c) staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi; (d) memiliki
harapan prestasi yang tinggi; (e) fokus pada pelanggan (khususnya siswa); serta
(f) input manajemen.
Latihan
2-22 Unit 2
antisipatif terhadap kebutuhan, memiliki komunikasi yang baik, sekolah memiliki
akuntabilitas, sekolah memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas.
Rangkuman
Kerjakanlah tes formatif 1 dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah
satu jawaban yang menurut Anda benar.
1. Suatu produk atau jasa dikatakan bermutu apabila produk atau jasa tersebut
memenuhi persyaratan, kriteria, atau standar yang ada. Pernyataan tersebut
merupakan pengertiam mutu ....
A. Relatif C. Absolut
B. Pelanggan D. Kriteria
2. Sesuatu disebut bermutu jika memenuhi standar yang tertinggi dan tidak dapat
diungguli, sehingga mutu dianggap sesuatu yang ideal yang tidak dapat
dikompromikan. Pernyataan tersebut merupakan pengertiam mutu ....
A. Relatif C. Absolut
B. Pelanggan D. Kriteria
3. Suatu mutu yang ditentukan oleh sejauh mana produk atau jasa dapat memuaskan
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Pernyataan tersebut merupakan
pengertiam mutu ....
A. Relatif C. Absolut
B. Pelanggan D. Kriteria
4. Pertanggungjawaban sekolah atas semua yang dihasilkan dari keputusan dan
pelaksanaannya sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diperolehnya
melalui pelaporan dan pertemuan yang dilakukan secara terbuka. Pernyataan
tersebut merupakan pengertiam ....
A. Transparansi C. Partisipasi
B. Akuntabilitas D. Fleksibilitas
5. Berikut prinsip-prinsip MBS, kecuali:
A. Otonomi C. Fleksibilitas
B. Partisipasi D. Keputusan
6. Kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku merupakan
prinsip ...
A. Otonomi C. Fleksibilitas
B. Partisipasi D. Akuntabilitas
2-24 Unit 2
7. Keluwesan-keluwesan yang diberikan kepada sekolah untuk mengelola,
memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya sekolah seoptimal mungkin
untuk meningkatkan mutu sekolah merupakan prinsip ...
A. Otonomi C. Fleksibilitas
B. Partisipasi D. Akuntabilitas
8. Suatu pendidikan yang menggunakan pendekatan human resources development
yang memiliki konotasi dinamis dan menganggap serta memperlakukan manusia
di sekolah sebagai aset yang amat penting dan memiliki potensi untuk terus
dikembangkan merupakan prinsip ...
A. Inisiatif manusia C. Fleksibilitas
B. Partisipasi D. Akuntabilitas
9. Yang termasuk karakteristik MBS dari aspek input adalah:
A. Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi
B. Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
C. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
D. Sumber daya tersedia dan siap.
10. Berikut karaketeristik MBS dari aspek proses, kecuali:
A. Sekolah memiliki budaya mutu
B. Sekolah memiliki harapan prestasi yang tinggi
C. Sekolah memiliki “team work” yang kompak, cerdas, dan dinamis,
D. Sekolah memiliki kewenangan, partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan
masyarakat
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik, dan Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Subunit 2. Sebaliknya,
bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali uraian yang
terdapat dalam subunit sebelumnya, khususnya pada bagian yang belum Anda
kuasai.
2-26 Unit 2
Subunit 2
Fungsi-Fungsi
Manajemen Berbasis Sekolah
P ada Subunit 1, Anda telah mengkaji tentang manajemen sekolah dan pola
pergeseran pola manajemen pendidikan dari berbasis pusat menjadi
manajemen berbasis sekolah. Pertanyaannya adalah dari fungsi-fungsi manajemen
pendidikan yang ada tersebut, fungsi apa sajakah yang perlu didesentralisasikan
ke sekolah? Sejauh mana kewenangan sekolah terhadap fungsi-fungsi manajemen
menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan peraturan lainnya?
Undang-Undang Nomor 22 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah)
tahun 1999 beserta sejumlah Peraturan Pemerintah (PP) sebagai pedoman
pelaksanaannya terutama PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah,
Propinsi dan Kota/Kabupaten dan perubahannya, dapat digunakan sebagai acuan
dalam mengkaji fungsi-fungsi manajemen yang didesentralisasikan ke sekolah.
Terbitnya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas kian memperjelas dasar
hukum tentang fungsi-fungsi manajemen yang didesentralisasikan.
Bertolak dari semua peraturan dan perundangan yang terkait dengan
pelaksanaan otonomi pendidikan – otonomi sekolah, Anda diharapkan dapat
mengidentifikasi secara jelas tugas dan fungsi sekolah dalam era otonomi saat ini.
Anda juga dapat mengidentifikasi fungsi-fungsi sekolah yang semula dikerjakan
oleh Pemerintah Pusat/Dinas Pendidikan Propinsi/Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten, dan sekolah secara professional. Suatu fungsi tidak selalu dapat
dilimpahkan sepenuhnya ke sekolah, sebagian masih merupakan porsi
kewenangan Pemerintah Pusat, Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten. Melalui subunit ini Anda akan mengkaji fungsi-fungsi
manajemen yang didesentralisasikan di sekolah.
Fungsi-Fungsi Manajemen
2-28 Unit 2
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan (planning, organizing, actuating,
controlling), dan kepemimpinan (leading). Fungsi-fungsi ini dilaksanakan oleh
sekolah, baik oleh kepala sekolah, guru, dan atau komite sekolah. Kedua, bidang
teknis yang dikelola oleh sekolah dengan fungsi-fungsi tersebut, yaitu: (a)
perencanaan dan evaluasi, (b) pengembangan kurikulum, (c) proses pembelajaran,
(d) personil (ketenagaan), (e) keuangan, (f) fasilitas sekolah (sarana-prasarana), (g)
pelayanan siswa, (h) hubungan sekolah – masyarakat, serta (i) iklim sekolah.
2. Pengembangan Kurikulum
Pada saat ini, pengembangan kurikulum sepenuhnya diserahkan kepada
masing-masing satuan pendidikan, dengan mengacu pada standar kompetensi
lulusan, standar isi, kerangka dan struktur kurikulum, serta panduan penyusunan
kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Kebijakan tersebut
memungkinkan setiap satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya. Sekolah berkewenangn mengembangkan
(memperdalam, memperkaya, memodifikasi) kurikulum, namun tidak boleh
2-30 Unit 2
(1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah
ditetapkan oleh Pemerintah.
(2) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/ madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan
propinsi untuk pendidikan menengah.
Menurut Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006, tentang standar isi Bab
II (2) dinyatakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) jenjang
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan
penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.
Dari pasal-pasal tentang kurikulum tersebut, dapatlah ditegaskan sebagai
berikut. Pertama, kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan
menengah disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah untuk menjaga standar nasional
dalam hal isi, proses, dan kompetensi lulusan. Dalam hubungan ini, kurikulum baru
yang sedang diperkenalkan memuat standar kompetensi, standar isi, dan standar
proses. Oleh karena menekankan pada berbagai kompetensi yang harus dicapai oleh
peserta didik, kurikulum baru ini dikenal dengan nama Kurikulum Tinggat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Kedua, dalam kerangka MBS, kewenangan yang diberikan kepada satuan
pendidikan bersama komite untuk mengembangkan kurikulum dalam bentuk
pengembangan dan penjabaran dari apa yang sudah ditetapkan secara nasiona, di
bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah. Pengembangan kurikulum tersebut
dapat dilakukan baik secara sendiri-sendiri oleh satuan pendidikan atau dilakukan
secara bersama-sama oleh beberapa sekolah bersama komitenya (bisa dalam satu
gugus atau tingkat kecamatan bahkan bisa dalam tingkat kabupaten), dengan
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama
kabupaten/kota. Ketiga, guru mempunyai kewenangan untuk mengembangkan proses
pembelajaran, sesuai metode yang dia kuasai dan dia pilih, serta alat bantu dan
sumber belajar yang dia anggap efektif untuk mendukung proses pembelajaran.
Jadi, kewenangan sekolah dalam hal pengembangan kurikulum adalah
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mendasarkan pada standar
isi, standar kompetensi dan standar kelulusan, serta memilih, menjabarkan dan
mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi yang
2-32 Unit 2
sekolah, kurikulum tidak terbebani dengan materi lain yang sesungguhnya belum
atau bahkan tidak relevan bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta
didik. Dengan demikian, pembelajaran pun dapat lebih efektif untuk dapat
menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi.
Proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan merupakan bentuk
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu atau sejumlah sumber belajar
secara individual atau kelompok. Proses pembelajaran yang efektif adalah suatu
kondisi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan berbeda
pendapat dengan guru, sehingga terjadi dialog interaktif (Fattah, 2004). Dengan
pembelajaran yang seperti ini, yang menjadi sumber belajar tidak hanya guru, tetapi
juga siswa.
Slamet PH (2001) menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan
pemberdayaan pelajar yang dilakukan melalui interaksi perilaku pengajar dan
perilaku pelajar, baik di dalam maupun di luar ruang kelas. Karena proses belajar
mengajar merupakan pemberdayaan pelajar, maka penekanannya bukan sekedar
penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos), tetapi merupakan
internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai
muatan nurani dan dihayati serta dipraktikkan oleh pelajar (etos).
Secara ringkas, proses belajar mengajar (sebagai sistem) dapat dilukiskan
seperti pada gambar berikut:
Tujuan
Alat Evaluasi
Materi
Media
Waktu
Lingkungan
Sumber: Slamet PH (Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2000)
4. Pengelolaan ketenagaan
Saudara, kita perhatikan fungsi-fungsi ketenagaan (personnel function)
berkaitan dengan: perencanaan kebutuhan, seleksi, pengangkatan, penempatan,
pengembangan, dan pemberhentian, sampai evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah
(guru, tenaga administrasi, laboran dan sebagainya). Bagi sekolah negeri, fungsi
mana yang menjadi kewenangan sekolah? Selama ini peran sekolah hanya sebatas
mengusulkan kebutuhan tenaga (guru dan non guru), memproses/mengusulkan angka
kredit, dan mengusulkan pensiun.
Dalam rangka MBS peran kewenangan atau peran sekolah masih akan
sangat terbatas pada mengelola ketenagaan yang sudah ada di sekolah, dan sebatas
mengelola pemanfaatan tenaga yang sudah diangkat oleh pemerintah/pemerintah
daerah, kecuali untuk tenaga honorer yang insentifnya sebagian besar dapat
dibayarkan melalui dana BOS dan/atau melalui sumbangan orang tua (Komite
Sekolah). Pasal 41 ayat (1), (2), dan (3) UU Sisdiknas 2003 menyiratkan
keterbatasan kewenangan sekolah:
(1) Pendidik dan tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas daerah
(2) Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga
kependidikan diatur oleh lembaga yang mengangkatnya berdasarkan
kebutuhan satuan pendidikan formal
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan
dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
2-34 Unit 2
Pasal 44 ayat (1), (2), dan (3) di bawah ini makin memperjelas bahwa
pengelolaan ketenagaan untuk satuan pendidikan, sebagian besar tidak pada sekolah/
madrasah.
(1) Pemerintah dan pemerintah Daerah wajib membina dan mengembangkan
tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
(2) Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat berkewajiban membina dan
mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang
diselenggarakannya.
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membantu pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan formal yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
6. Pengelolaan Keuangan
Bidang keuangan bagi pendanaan pendidikan di sekolah merupakan salah
satu elemen MBS yang sangat penting. Dari kajian pengalaman di negara-negara lain
kita temukan istilah “school-based budget”, “resource allocation”, dan “school-
funding formula”, yang semua merujuk keuangan sekolah sebagai elemen penting di
dalam pelaksanaan MBS.
Berkaitan dengan pendanaan pendidikan ini, UUD 1945 hasil amandemen
ke-4 tahun 2002 pasal 31 ayat (1), (2), dan (4) menyatakan sebagai berikut:
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah
wajib membiayainya.
2-36 Unit 2
(3) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
Di samping itu, UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 49 ayat (1) juga
menyatakan bahwa:
Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20 % dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
7. Pelayanan Siswa
Pelayanan siswa meliputi penerimaan siswa baru,
pengembangan/pembinaan/ pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah
atau untuk memasuki dunia kerja, hingga sampai pada pengurusan alumni. Hal itu
sebenarnya dari dahulu sudah didesentralisasikan. Karena itu, yang diperlukan saat
ini adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya. Seperti yang dikemukakan oleh
Sutisna (1991:46), tugas kepala sekolah dalam manajemen siswa adalah menyeleksi
siswa baru, menyelenggarakan pembelajaran, mengontrol kehadiran murid,
melakukan uji kompetensi akademik/ kejuruan, melaksanakan bimbingan karier serta
penelusuran lulusan. Uji kompetensi yang dilakukan bersama oleh sekolah dan
asosiasi profesi memudahkan penyaluran dan pemasaran lulusan sekolah ke dunia
kerja, ataupun menciptakan lapangan kerja sendiri untuk berwiraswasta. Kepala
sekolah harus menyadari bahwa kepuasan peserta didik dan orang tuanya serta
masyarakat, merupakan indikator keberhasilan sekolah (Sallis, 1993). Mereka adalah
external customers. Keberhasilan ini adalah konsep dasar yang harus menjadi acuan
kepala sekolah dalam mengukur keberhasilan sekolahnya.
2-38 Unit 2
dukungan moral dan finansial. Dalam arti yang sebenarnya, hubungan sekolah-
masyarakat dari dahulu sudah didesentralisasikan. Oleh karena itu, sekali lagi,
yang dibutuhkan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitas hubungan sekolah-
masyarakat.
Kinkred Leslie (1957) mengemukakan pengertian hubungan sekolah dan
masyarakat sebagai berikut: “School public relation is a process of communication
between the school and community for purpose of increasing citizens understanding
of educational needs and practices and encouraging intelligent citizens interest and
cooperation in the work of improving the school.”
Adanya hubungan sekolah dan masyarakat sesungguhnya telah membuat
sekolah sebagai sebuah institusi dapat mengetahui sumber-sumber yang ada di
masyarakat untuk kemudian didayagunakan bagi kepentingan dan kemajuan
pendidikan anak di sekolah. Di pihak lain, masyarakat dapat mengambil manfaat
dengan turut mengenyam dan menyerap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dicapai oleh sekolah. Mereka dapat mengakses perpustakaan dan
memanfaatkan segala bentuk informasi yang ada di dalamnya. Sebenarnya,
masyarakat dapat mengerti dan memahami tujuan-tujuan pendidikan, termasuk di
dalamnya kebutuhan-kebutuhan pendidikan, pelaksanaan pendidikan dan kemajuan
pendidikan yang berlangsung di sekolah tersebut. Berangkat dari pemahaman
tersebut, masyarakat dapat memberikan bantuan kepada sekolah demi kemajuan
pendidikan anak-anak mereka.
Elsbree (1965) mengemukakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat
memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.
2. Meningkatkan tujuan masyarakat dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
3. Mengembangkan antusiasme dalam membantu kegiatan hubungan sekolah
dengan masyarakat di sekitar sekolah.
Perlu Anda ketahui, bahwa ketiga tujuan yang ditawarkan Elsbree di atas
menggambarkan adanya dua arus komunikasi yang saling timbal balik (a-two way-
traffic) antara sekolah dan masyarakat. Hubungan keduanya akan berjalan dengan
baik apabila terjadi kesepakatan tentang arah kebijakan (policy), perencanaan
(planning), program, dan strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah. Namun begitu,
karena di masyarakat sendiri terdapat berbagai perbedaan pemikiran dan
kepentingan, maka kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah harus
9. Iklim Sekolah
Iklim sekolah (fisik dan nonfisik) yang kondusif-akademik merupakan
prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan
sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga
sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa
(student-centered activities) adalah contoh-contoh iklim sekolah yang dapat
2-40 Unit 2
menumbuhkan semangat belajar siswa. Iklim sekolah sudah merupakan
kewenangan sekolah, sehingga yang diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih
intensif dan ekstentif (Depdiknas, 2002).
Latihan
Rangkuman
2-42 Unit 2
dilakukan sekolah sebelum MBS diterapkan dan fungsi manajemen yang baru
didesentralisasikan ke sekolah, yang selama ini kewenangannya dimiliki
pusat, propinsi ataupun daerah. Juga, pemberian kewenangan pengelolaan
(manajemen) pendidikan di tingkat sekolah dapat dibagi ke dalam dua
kategori. Pertama, dari aspek fungsi, yang meliputi: perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan kepemimpinan. Fungsi-
fungsi ini dilaksanakan oleh sekolah, baik oleh kepala sekolah, guru, dan atau
komite sekolah. Kedua, bidang teknis yang dikelola oleh sekolah dengan
fungsi-fungsi tersebut, yaitu: (a) perencanaan dan evaluasi, (b) pengembangan
kurikulum, (c) proses pembelajaran, (d) personil (ketenagaan), (e) keuangan,
(f) fasilitas sekolah (sarana-prasarana), (g) pelayanan siswa, (h) hubungan
sekolah – masyarakat, serta (i) iklim sekolah.
Tes Formatif 2
Kerjakanlah tes formatif 2 ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada
salah satu pilihan jawaban yang menurut Anda paling benar.
1. Manajemen pendidikan dilihat dari fungsinya mencakup hal-hal berikut, kecuali:
A. Perencanaan C. Pelaksanaan
B. Pengawasan D. Pengembangan
2. Di bawah ini adalah aspek fungsi manajemen yang didesentralisasikan sebagian
ke sekolah, kecuali:
A. Pengembangan kurikulum C. Ketenagaan
B. Perencanaan dan Evaluasi D. Fasilitas sekolah
3. Kewenangan sekolah dalam menyusun rencana pengembangan sekolah, termasuk
dalam penyusunan anggaran dan pendapat belanja sekolah merupakan
kewenangan sekolah dalam hal:
A. Perencanaan C. Pelaksanaan
B. Pengawasan D. Kepemimpinan
4. Mengirimkan dan melatih guru-guru yang ada di sekolah untuk mengembangkan
kompetensi pedagogik dalam suatu pelatihan merupakan kewenangan sekolah
dalam aspek:
A. Pembelajaran C. Kurikulum
B. Iklim sekolah D. Ketenagaan
2-44 Unit 2
Umpan Balik & Tindak Lanjut
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik. Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Unit 3. Sebaliknya, bila
tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali uraian yang
terdapat dalam subunit sebelumnya, khususnya pada bagian yang belum Anda
kuasai.
2-46 Unit 2
Daftar Pustaka
2-48 Unit 2
Unit 3
IMPLEMENTASI
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Mohammad Syaifuddin
Moh. Mahfud Effendy
Pendahuluan
Untuk memperoleh kemampuan tersebut, Unit 3 ini akan menyajikan dua hal,
yaitu strategi implementasi mbs dan tahap-tahap perencanaan pengembangan
sekolah. Untuk memperluas wawasan Anda tentang materi unit 3 ini, Anda
dipersilakan mengakses WEB dan Video yang telah disediakan.
Agar Anda berhasil dalam mempelajari unit ini, perhatikan saran berikut.
1. Catatlah butir-butir penting sewaktu Anda membaca unit ini.
2. Kaitkan apa yang Anda baca dengan kondisi pengelolaan sekolah pada satuan
pendidikan tempat Anda bertugas.
3. Ujilah penguasaan Anda atas materi setiap subunit dengan mengerjakan latihan
dan tes formatif yang tersedia. Selanjutnya, cek pemahaman Anda dengan
melihat kunci latihan dan tes formatif yang tersedia pada akhir unit.
3 - 2 Unit 3
Subunit 1
ada bagian ini Anda diajak untuk mengkaji strategi implementasi MBS, yang
Saudara, seperti yang telah Anda kaji pada Unit 2 konsep dasar MBS,
menggambarkan bahwa keberhasilan sekolah dalam mengimplementasikan MBS
seharusnya mengacu kepada prinsip dan karakteristik MBS. Beberapa prinsip MBS
yang dapat digunakan sebagai acuan bagi sekolah dalam menerapkan MBS, yaitu
otonomi sekolah, fleksibilitas, partisipasi dan akuntabilitas untuk mencapai sasaran
mutu sekolah.
Menurut Wohlstetter dan Mohrman, dkk. (1997), terdapat empat kewenangan
(otonomi) dan tiga prasyarat yang bersifat organisasional yang seharusnya dimiliki
sekolah dalam mengimplementasikan MBS. Hal itu berkaitan dengan: (1) kekuasaan
(power) untuk mengambil keputusan, (2) pengetahuan dan keterampilan, termasuk
untuk mengambil keputusan yang baik dan pengelolaan secara profesional, (3)
informasi yang diperlukan oleh sekolah untuk mengambil keputusan, (4)
penghargaan atas prestasi (reward), (5) panduan instruksional (pembelajaran), seperti
rumusan visi dan misi sekolah yang menfokuskan pada peningkatan mutu
pembelajaran, (6) kepemimpinan yang mengupayakan kekompakan (kohesif) dan
fokus pada upaya perbaikan atau perubahan, serta (7) sumber daya yang mendukung.
. Di samping itu, penerapan MBS di sekolah juga hendaknya memperhatikan
karakteristik dari MBS, baik dilihat dari aspek input, proses dan output. Pemahaman
terhadap prinsip MBS dan karaketeristik MBS akan membawa sekolah kepada
penerapan MBS yang lebih baik. Pada akhirnya mutu pendidikan yang diharapkan
dapat tercapai dan dipertanggungjawabkan, karena pelaksanaannya dilakukan secara
partisipatif, transparan, dan akuntabel.
3 - 4 Unit 3
kelemahan, bagi faktor yang tergolong faktor internal, dan ancaman, bagi faktor
yang tergolong faktor eksternal.
Keenam, memilih langkah-langkah pemecahan masalah atau tantangan, yakni
tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi
yang siap. Agar tujuan situasional tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang
mengubah ketidaksiapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan yang dimaksud
lazimnya disebut langkah-langkah pemecahan persoalan, yang hakikatnya
merupakan tindakan mengatasi kelemahan dan/atau ancaman, agar menjadi kekuatan
dan/atau peluang. Hal itu dapat dilakukan dengan memanfaatkan adanya satu/lebih
faktor kekuatan dan/atau peluang.
Ketujuh, membuat rencana untuk jangka pendek, menengah, dan panjang,
berikut program-program untuk merealisasikan rencana tersebut. Perencanaan itu
dilakukan secara partisipatif dan berdasarkan pada pemecahan masalah. Sekolah
tidak selalu memiliki sumber daya yang cukup untuk melaksanakan manajemen
berbasis sekolah, sehingga perlu dibuat skala prioritas untuk rencana jangka pendek,
menengah, dan panjang.
Kedelapan, melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana
jangka pendek manajemen berbasis sekolah. Kesembilan, melakukan pemantauan
serta evaluasi proses hasil MBS. Hasil pantauan proses dapat digunakan sebagai
umpan balik bagi perbaikan penyelenggaraan. Sementara hasil evaluasi dapat
digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan situasional yang telah
dirumuskan.
Nurkholis (2003:132) mengemukakan sembilan strategi keberhasilan
implementasi MBS. Pertama, sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal,
yaitu dimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan
pengetahuan dan ketrampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala
bagian, serta pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil. Mulyasa
(2005: 41) menyatakan bahwa salah satu bentuk otonomi sekolah adalah kebijakan
pengembangan kurikulum yang mengacu kepada standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan standar isi, serta pembelajaran beserta sistem evaluasinya, sepenuhnya
menjadi wewenang sekolah, yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan
masyarakat yang dilakukan secara fleksibel. Dengan demikian, otonomi sekolah
yang dilakukan secara benar dalam kerangka implementasi MBS diharapkan dapat
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Kedua, adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan,
proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan pembelajaran dan non-
pembelajaran. Menurutnya, sekolah harus lebih banyak mengajak lingkungan dalam
3 - 6 Unit 3
Ketujuh, sekolah harus transparan dan akuntabel yang minimal diwujudkan
dalam laporan pertanggungjawaban tahunan. Akuntabilitas sebagai bentuk
pertanggung jawaban sekolah terhadap semua stakeholder. Untuk itu, sekolah harus
dikelola secara transparan, demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yang
dijalankan dan kepada setiap pihak terkait. Kedelapan, penerapan MBS harus
diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah, khususnya pada peningkatan prestasi
belajar siswa. Kesembilan, implementasi diawali dengan sosialisasi konsep MBS,
identifikasi peran masing-masing, pembangunan kelembagaan (capacity building),
pengadaan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses
pembelajaran, monitoring dan evaluasi, serta melakukan perbaikan-perbaikan.
Di samping itu, pelaksanaan MBS perlu didukung oleh iklim sekolah yang
memadai, yaitu iklim sekolah yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman,
nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang
dan menyenangkan (enjoyable learning). Iklim sekolah akan mendorong
terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih menekankan pada
learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Untuk
mendukung semua itu, sekolah perlu dilengkapi oleh sarana dan prasarana
pendidikan, serta sumber-sumber belajar yang memadai.
3 - 8 Unit 3
sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan
motivator. Di samping itu, sekolah sebagai organisasi harus diubah dan dikembang-
kan. Perubahan dan pengembangan organisasi sekolah harus diawali dari perubahan
individu dan lingkungan kerja secara bertahap, sehingga perubahan sekolah akan
berjalan baik apabila perubahan organisasi itu berdampak pada perbaikan kehidupan
para guru dan stafnya.
Salah satu ukuran penting yang dapat dilihat dan dirasakan masyarakat
terhadap peningkatan kualitas pendidikan di sekolah adalah prestasi belajar siswa.
Pertanyaannya adalah apakah keberhasilan implementasi MBS hanya diukur dengan
prestasi belajar siswa saja? Tentu saja tidak. Banyak hal yang dapat digunakan untuk
menilai keberhasilan implementasi MBS.
Ukuran keberhasilan implementasi MBS tidak terlepas dari tiga pilar
kebijakan pendidikan nasional, khususnya pilar ke dua dan ketiga, yaitu pemerataan
dan peningkatan akses serta peningkatan mutu dan tata layanan.
Pada aspek pemerataan dan peningkatan akses, keberhasilan MBS dapat
dilihat dari kemampuan sekolah dan daerah dalam menangani masalah pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan. MBS dikatakan berhasil apabila jumlah anak
usia sekolah yang bersekolah meningkat, khususnya dari kelompok masyarakat
berasal dari daerah pedesaan dan terpencil, keluarga yang kurang beruntung secara
ekonomi, sosial dan budaya, gender, serta penyandang cacat. Ukuran-ukuran
kuantitatif yang dapat digunakan adalah nilai angka partisipasi kasar (APK), angka
partisipasi murni (APM), angka transisi (AT).
Dari segi indikator aspek peningkatan mutu, keberhasilan implementasi MBS
dapat dilihat dari meningkatnya prestasi akademik maupun nonakademik Sedangkan
indikator tata layanan pendidikan ditunjukkan oleh sejauh mana peningkatan layanan
pendidikan di sekolah itu terjadi. Layanan yang lebih baik kepada siswa melalui
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kondisi sekolah, akan
menyebabkan proses pembelajaran akan menjadi lebih efektif, serta siswa pun
menjadi lebih aktif dan kreatif karena mereka berada dalam lingkungan belajar yang
menyenangkan. Tata layanan pendidikan yang berkualitas mengakibatkan prestasi
siswa juga meningkat, baik dari aspek akademik maupun nonakademik. Dampak
positif lainnya dari tata layanan pendidikan yang berkualitas ialah menurunnya
jumlah siswa mengulang kelas atau yang drop-out.
3 - 10 Unit 3
Kedelapan, kesejahteraan guru dan staf sekolah membaik. Kesembilan, terjadinya
demokratisasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dilihat dari aspek kelembagaannya, maka ukuran keberhasilan Implementasi
MBS dapat dilihat dari ciri-ciri sekolah yang telah melaksanaan MBS. Adapun ciri-
ciri sekolah yang melaksanaan MBS disajikan dalam Tabel 1 di bawah ini.
Sumber: Focus on School: The Future Organization of Education Service for Student, Department of Education, Queensland,
Australia
Latihan
3 - 12 Unit 3
Sudah selesai? Silakan bandingkan jawaban Anda dengan kunci latihan di
bawah ini.
1. Faktor-faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS adalah: political will,
finansial / keuangan, sumber daya manusia, budaya sekolah, serta kepemimpinan
dan keorganisasian.
2. Contoh-contoh indikator keberhasilan implementasi MBS adalah sebagai berikut:
a. Dilihat dari aspek pemerataan dan peningkatan akses adalah meningkatnya
nilai APK, APM dan AT.
b. Dilihat dari aspek mutu adalah meningkatnya prestasi akademik dan non-
akademik siswa, seperti nilai ujian sekolah, meraih prestasi dalam olimpiade
matematika, dan sebagainya.
c. Dilihat dari aspek layanan pendidikan di sekolah adalah berkurangnya jumlah
siswa yang tinggal kelas, drop out, dan sebagainya.
3. Ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS dilihat dari berbagai aspek.
a. Aspek organisasi: sekolah menyusun rencana pengembangan sekolah dan
dapat menggerakkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
b. Pembelajaran: meningkatkan kualitas belajar siswa, menyelenggarakan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
c. Sumber daya manusia: memberdayakan staf dan menempatkan personil yang
dapat melayani keperluan siswa, menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi
staf.
Rangkuman
Tes Formatif 1
Kerjakanlah tes formatif 1 ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada
salah satu jawaban yang menurut Anda benar.
1. Mana pernyataan berikut yang tepat dalam menggambarkan strategi
implementasi MBS di sekolah?
A. Implementasi MBS di semua sekolah akan berhasil apabila menggunakan
strategi yang sama.
B. Hanya ada satu strategi agar implementasi MBS berhasil.
C. Strategi implementasi MBS akan berbeda antara sekolah yang satu dengan
sekolah lainnya.
D. Strategi MBS akan berhasil kalau menggunakan panduan yang sudah
ditetapkan.
2. Faktor-faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS ialah sebagai berikut,
kecuali:
A. Finansial C. Sumber daya manusia
B. Kepemimpinan D. Kemajuan teknologi
3 - 14 Unit 3
3. Sekolah hanya melaksanakan apa yang ditetapkan pusat. Sikap seperti itu
merupakan salah satu contoh faktor ... sekolah yang tidak mendukung
keberhasilan implementasi MBS.
A. budaya C. kepemimpinan
B. sumber daya manusia D. finansial
4. Program-program sekolah dibuat bersama-sama dengan warga masyarakat dan
tokoh masyarakat, baik dari aspek pengembangan kurikulum, sarana dan
prasarana sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan masyarakat.
Pernyataan tersebut menggambarkan suatu ukuran keberhasil MBS dari aspek:
A. mutu C. pemerataan
B. peningkatan akses D. relevansi
5. Indikator kuantitatif keberhasilan implementasi MBS di sekolah adalah:
A. nilai ujian sekolah meningkat C. kepemimpinan yang efektif
B. partisipasi msyarakat D. komunikasi yang efektif
6. Indikator kualitatif keberhasilan implementasi MBS di sekolah adalah:
A. nilai ujian sekolah meningkat C. jumlah siswa mengulang menurun
B. partisipasi msyarakat meningkat D. jumlah siswa drop out menurun
7. Berikut ini merupakan indikator keberhasilan implementasi MBS, kecuali:
A. Kualitas layanan pendidikan menjadi lebih baik
B. Jumlah tingkat tinggal kelas menurun
C. Produktivitas sekolah semain baik
D. Sekolah lebih mandiri sehingga tidak melibatkan orang tua siswa
8. Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat
merupakan ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS dalam kategori:
A. proses pembelajaran C. administrasi
B. organisasi D. sumber daya manusia
9. Berikut ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS, kecuali:
A. Menggerakkan partisipasi masyarakat
B. Menyusun perencanaan sekolah dan kebijakan sekolah
C. Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan
siswa dan masyarakat
D. Menyerahkan pengambilan keputusan pada kepala sekolah
10. Berikut ini merupakan ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS dari aspek
pembelajaran, kecuali:
A. Menyediakan program pengembangan yang diperlukan siswa
B. Berperan serta dalam memotivasi siswa
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik, dan Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Sub Unit 2.
Sebaliknya, bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali
uraian yang terdapat dalam subunit sebelumnya, khususnya pada bagian yang belum
Anda kuasai.
3 - 16 Unit 3
Subunit 2
Konsep Perencanaan
3 - 18 Unit 3
LINGKUNGAN EKSTERNAL
(LOKAL, NASIONAL, GLOBAL)
PELUANG TANTANGAN
Visi Misi
Tujuan Kinerja
Sasaran Identifikasi Masalah Alternatif Rencana/ program
Pemecahan
SUMBER-SUMBER DAYA
• Tenaga
• Keuangan
• Informasi
• Sarana (INTERNAL)
3 - 20 Unit 3
1. Visi sekolah, yang menggambarkan sekolah yang bagaimana yang diinginkan di
masa mendatang (jangka panjang).
2. Misi sekolah, yang berisi tindakan/upaya untuk mewujudkan visi sekolah yang
telah ditetapkan sebelumnya.
3. Tujuan pengembangan sekolah, yang menjelaskan apa yang ingin dicapai dalam
upaya pengembangan sekolah pada kurun waktu menengah, misalnya untuk 3-5
tahun.
4. Tantangan nyata yang harus diatasi sekolah, yaitu gambaran kesenjangan (gap)
dari tujuan yang diinginkan dan kondisi sekolah saat ini.
5. Sasaran pengembangan sekolah, yaitu apa yang diinginkan sekolah untuk jangka
pendek, misalnya untuk satu tahun.
6. Identifikasi fungsi-fungsi yang berperan penting dalam pencapai sasaran tersebut.
7. Analisis SWOT terhadap fungsi-fungsi tersebut, sehingga ditemukan kekuatan
(strength), kelemahan (weakness), peluang (oportunity) dan ancaman (threat)
dari setiap fungsi yang telah diidentifikasi sebelumnya.
8. Identifikasi alternatif langkah untuk mengatasi kelemahan dan acaman dengan
memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki sekolah.
9. Rencana dan program sekolah yang dikembangkan dari alternatif yang terpilih,
guna mencapai sasaran yang ditetapkan.
3 - 22 Unit 3
3. Multi-sumber, yaitu menunjukkan jumlah dan sumber dana masing-masing
program. Misalnya dari BOS, APBD Kabupaten/Kota, iuran orang tua atau
sumber lainnya.
4. Disusun secara partisipatif oleh Kepala Sekolah, Komite Sekolah dan Dewan
Pendidik dengan melibatkan para pemangku-kepentingan lainnya.
5. Pelaksanaannya dimonitor oleh Komite Sekolah dan pemangku-kepentingan
yang lain (DBE1, 2006).
Sementara itu, dalam manual RPS yang diterbitkan oleh DBE1 (2006)
dinyatakan bahwa ada empat tahap penyusunan RPS.
1. Mengidentifikasi tantangan. Tujuan dari identifikasi tantangan adalah
mengidentifikasi kesenjangan antara harapan pemangku kepentingan
(stakeholder) dan keadaan atau profil sekolah serta memilih tantangan utama
yang muncul.
2. Melakukan analisis tantangan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi penyebab
tantangan utama dan melakukan identifikasi alternatif pemecahan untuk
mengatasi sebab utama tantangan.
3. Melakukan penyusunan program. Pada tahap ini terdapa tiga langkah yang
dilakukan yaitu menetapkan sasaran, menyusun program dan indikator
keberhasilan, serta menyusun kegiatan.
4. Menyusun rencana biaya dan pendapatan (RAPBS).
Penjelasan lebi rinci lagi tentang penyusunan RPS disajikan dalam MPMBS
(Depdiknas, 2002). Penyusunan RPS terdiri atas sembilan tahap, seperti yang telah
dirinci pada pembahasan di atas. Bagi sekolah atau madrasah yang telah mempunyai
Visi dan
misi
sekolah
Identifikasi
fungsi - fungsi
untuk mencapai
sasaran
Tujuan sekolah
Sasaran 1
Tantangan Sasaran 2 Analisis
nyata yang Sasaran 3 SWOT setiap
dihadapi ……….. fungsi dan
sekolah ……….. faktor -
faktornya
Alternatif langkah -
Output sekolah langkah pemecahan
saat ini persoalan
(Profil Sekolah)
Rencana, program,
Kegiatan dan anggaran
untuk masing -
masing sasaran
3 - 24 Unit 3
SWOT sekolah dan stakeholders, dan diyakini akan terjadi di masa datang. Mungkin
kita mengimajinasikan sekolah yang bermutu, diminati oleh masyarakat, memiliki
jumlah guru yang cukup dengan kualitas yang baik, fasilitas sekolah yang baik, dan
sebagainya. Namun demikian, visi sekolah harus tetap berada dalam koridor
kebijakan pendidikan nasional serta kemampuan sekolah itu untuk mewujudkannya.
Tanggung jawab pendidikan di sekolah bukan hanya monopoli kepala
sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya, melainkan tanggung jawab banyak
orang sebagaimana yang dituangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Guru, karyawan, siswa, orangtua siswa, masyarakat, dan
pemerintah adalah contoh dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan sekolah.
Oleh karena itu, dalam merumuskan visi sekolah, kelompok kepentingan tersebut
harus diajak bermusyawarah dan didengar pendapatnya. Dengan cara itu visi
sekolah akan mewakili aspirasi stakeholder dan mereka merasa “memiliki” visi
tersebut, yang pada gilirannya diharapkan mendorong mereka untuk bersama-sama
berperan aktif dalam mewujudkan visi tersebut.
Visi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat yang filosofis, bahkan
seringkali mirip sebuah slogan, namun tidak bombastis. Sering pula dirumuskan
dalam bentuk kalimat yang khas, mudah diingat dan terkait dengan istilah tertentu.
Berikut beberapa contoh visi sekolah.
• Membangun Wacana Keilmuan dan Keislaman.
• Unggul dalam prestasi berdasarkan Iman dan taqwa.
• Beriman, terdidik, dan berbudaya.
Dari ketiga contoh visi tersebut dapat disimpulkan bahwa rumusan visi yang
baik memiliki ciri berikut.
a. Berorientasi ke masa depan (jangka waktu yang lama).
b. Menunjukkan keyakinan masa depan yang jauh lebih baik, sesuai dengan norma
dan harapan masyarakat.
c. Mencerminkan standar keunggulan dan cita-cita yang ingin dicapai.
d. Mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya inspirasi, semangat, dan
komitmen warga sekolah dan sekitarnya.
e. Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan
sekolah ke arah yang lebih baik.
f. Menjadi dasar perumusan misi dan tujuan sekolah.
Saudara, seperti yang telah Anda kaji bahwa sebagian besar sekolah telah
memiliki visi. Jika sekolah Anda telah memiliki visi, maka tahapan ini dapat
Dari contoh tersebut, tampak bahwa rumusan misi selalu dalam bentuk
kalimat yang menunjukkan “tindakan” dan bukan kalimat yang menunjukkan
“keadaan” sebagaimana pada rumusan visi.
3 - 26 Unit 3
• Pada tahun 2011, memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara
setingkat Kota.
4. Menganalisis tantangan
Tantangan merupakan kesenjangan (gap) antara tujuan yang ingin dicapai
sekolah dengan kondisi sekolah saat ini. Tantangan harus “diatasi” selama kurun
waktu tertentu. Jika saat ini sekolah baru mencapai juara ketiga pada LKIR tingkat
kabupaten, sedangkan tujuan sekolah ingin mencapai juara pertama, maka tantangan
yang dihadapi sekolah adalah “dua peringkat”, yaitu dari juara ketiga menjadi juara
pertama.
Pada organisasi besar, seperti perusahaan atau instansi tertentu, sesudah
perumusan tujuan dilanjutkan dengan perumusan strategi perusahaan atau instansi
tersebut untuk mencapai tujuan. Strategi dalam hal ini dimaksudkan sebagai
“langkah pokok” perusahaan, organisasi, atau departemen untuk mencapai tujuannya.
Strategi tersebut disamping mengacu kepada tujuan yang ingin dicapai, juga
memperhatikan kondisi sekolah saat ini, khususnya kekuatan dan peluang yang dapat
digunakan. Misalnya, sebuah sekolah yang berada pada lingkungan masyarakat yang
secara sosial ekonomi sangat bagus, sementara anggaran pemerintah belum bagus,
merumuskan strategi untuk mencapai tujuan sekolah adalah “menggalang partisipasi
orang tua dan masyarakat”. Sekolah lain yang merasa jumlah dan kualifikasi tenaga
guru cukup baik, namun prestasi akademik siswa ternyata rendah, melakukan analisis
dan menemukan bahwa kondisi kerja di sekolah merupakan salah faktor penentu
motivasi kerja guru, yang berujung pada mutu hasil belajar. Oleh karena itu, rumusan
salah satu strateginya adalah “meningkatkan iklim kerja sekolah”. Jadi strategi harus
memperhatikan hasil evaluasi diri atau profil sekolah.
Untuk sekolah, mungkin strategi seperti tersebut diatas tidak harus
dirumuskan secara khusus. Namun, perlu dipikirkan pada saat menentukan alternatif
langkah-langkah mengatasi masalah dan penyusunan rencana dan program sekolah.
Sebaiknya kedua langkah tersebut memperhatikan strategi dasar sekolah dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.
6. Mengidentifikasi fungsi-fungsi
Setelah sasaran ditentukan, selanjutnya dilakukan identifikasi fungsi-fungsi
yang diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut. Langkah ini harus dilakukan
sebagai persiapan dalam melakukan analisis SWOT. Fungsi-fungsi yang dimaksud,
misalnya untuk meningkatkan nilai ujian sekolah adalah fungsi proses belajar
mengajar (PBM) dan pendukung PBM, seperti: ketenagaan, kesiswaan, kurikulum,
perencanaan instruksional, sarana dan prasarana, serta hubungan sekolah dan
masyarakat. Selain itu terdapat pula fungsi-fungsi yang tidak terkait langsung dengan
proses belajar mengajar, misalnya pengelolaan keuangan dan pengembangan iklim
akademik sekolah.
Apabila sekolah keliru dalam menetapkan fungsi-fungsi tersebut atau fungsi
tidak sesuai dengan sasarannya, maka dapat dipastikan hasil analisis akan
menyimpang dan tidak berguna untuk memecahkan persoalan. Oleh karenanya,
diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam menentukan fungsi-fungsi yang
diperlukan untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Pada setiap fungsi ditentukan
pula faktor-faktornya, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal agar
setiap fungsi memiliki batasan yang jelas dan memudahkan saat melakukan analisis.
Setelah fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran telah diidentifikasi,
maka langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan masing-masing fungsi
3 - 28 Unit 3
beserta faktor-faktornya melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,
and Threat).
Tingkat Kesiapan
Kriteria Kesiapan
Fungsi dan Faktornya Kondisi Nyata Faktor
(Kondisi Ideal)
Siap Tidak
A Fungsi Ketenagaan
.
1. Faktor Internal
a. Jumlah Guru olah raga • Cukup • Cukup v
b. Kemampuan Guru olah • Tinggi • Tinggi v
raga dalam bola Voli
c. Motivasi Guru • Tinggi • Cukup v
Tinggi
2. Faktor Eksternal
a. Pengalaman sebagai pelatih • Cukup • Kurang
b. Dukungan orangtua • Tinggi • Tinggi
c. Fasilitas pengembangan diri • Ada • Tidak ada
3 - 30 Unit 3
Tingkat Kesiapan
Kriteria Kesiapan
Fungsi dan Faktornya Kondisi Nyata Faktor
(Kondisi Ideal)
Siap Tidak
2. Faktor Eksternal
a. Dukungan orang tua siswa • Tinggi • Cukup v
dalam peningkatan mutu
lapangan Voli
b. Lapangan bola Voli di tingkat • Tersedia dan • Tersedia v
Kota/kecamatan layak pakai dan
kurang
layak
pakai
C Fungsi Pelatihan
.
1. Faktor Internal
a. Pemberdayaan siswa • Guru mampu • Cukup v
memberdaya-kan mampu
siswa
b. Alokasi waktu pelatihan • 3 x seminggu • Kurang 1 V
x
seminggu
c. Penggunaan waktu pelatihan • Efektif • Kurang v
efektif
2. Faktor Eksternal
a. Kesiapan siswa dalam • 100% • 80% v
menerima pelatihan
b. Pelatih yang berpengalaman • Tersedia • Tidak v
ada
c. Uji-tanding dengan tim • 1 x sebulan • Tidak v
sekolah lain pernah
d. Dukungan orang tua siswa • Tinggi • Tinggi v
dalam pelatihan
Sumber: MPMBS (Depdiknas, 2002)
3 - 32 Unit 3
kabupaten. Waktu latihan kurang memadai dan tidak efektif, karena pelatihan
selama ini hanya sekedar memenuhi kegiatan rutin dan tidak memiliki target
mutu. Untuk itu program latihan perlu ditingkatkan lebih intensif lagi.
3 - 34 Unit 3
Sasaran Rencana Program Penanggung
.Jawab
Ketika Anda menyusun sasaran lainnya, maka sekolah menyusun rencana dan
program pelaksanaan dengan format yang sama seperti di atas. Selanjutnya, untuk
setiap kegiatan dihitung frekuensinya dan kebutuhan tenaga serta kebutuhan lainnya
untuk menghitung anggaran yang diperlukan dalam setiap rencana dan program
pelaksanaan. Sekolah perlu melakukan sosialisasi semua rencana dan program yang
telah disusun agar dapat diketahui, dipahami, dan didukung oleh segenap warga
sekolah untuk mencapai sasaran ditetapkan.
3 - 36 Unit 3
10. Anggaran pendapatan dan belanja sekolah (APBS)
Saudara, berikut kita akan bahas masalah anggaran yang merupakan unsur
penting dalam setiap perencanaan. Anggaran adalah rencana yang diformulasikan
dalam bentuk rupiah untuk jangka waktu tertentu (periode), dengan alokasi sumber-
sumber kepada setiap bagian aktivitas. Anggaran memiliki peran penting di dalam
perencanaan, pengendalian, dan evaluasi aktivitas yang dilakukan oleh sekolah.
Untuk itu, setiap penanggung jawab program harus menjalankan aktivitas sesuai
dengan anggaran yang telah ditentukan sebelumnya. Karena anggaran memiliki
kedudukan penting, seorang penanggung jawab program harus mencatat anggaran
serta melaporkan realisasinya sehingga dapat diperbandingkan selisih antara
anggaran dengan pelaksanaan serta melakukan tindak lanjut untuk perbaikan.
Ada 3 (tiga) bagian pokok anggaran suatu unit, yaitu: (1) target penerimaan,
(2)rencana pengeluaran, dan (3) sumber dana lainnya, misalnya sisa dana periode
sebelumnya yang menjadi saldo pada awal periode berjalan.
Lalu, apakah fungsi anggaran itu? Ya, fungsi dasar suatu anggaran adalah
sebagai suatu bentuk perencanaan, alat pengendalian, dan alat analisis. Agar fungsi-
fungsi tersebut dapat berjalan, maka jumlah yang dicantumkan dalam anggaran
adalah jumlah yang diperkirakan akan direalisasikan pada saat pelaksanaan kegiatan.
Jumlah tersebut diupayakan agar mendekati angka yang sebenarnya, termasuk di
dalamnya adalah perhitungan pajak-pajak.
Bagaimana langkah penyusuan RAPBS? Penyusunan anggaran berangkat
dari rencana kegiatan atau program yang telah disusun. Kemudian, diperhitungkan
berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut, bukan dari
jumlah dana yang tersedia dan bagaimana dana tersebut dihabiskan. Dengan
pendekatan yang seperti itu, maka fungsi anggaran sebagai alat pengendalian
kegiatan akan dapat diefektifkan. Oleh karena itu, dalam penyusunan anggaran perlu
diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menginventarisasi rencana yang akan dilaksanakan.
b. Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya.
c. Menentukan program kerja dan rincian program atau kegiatan.
d. Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program.
e. Menghitung dana yang dibutuhkan.
f. Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana.
Dalam pelaksanaan kegiatan, jumlah yang direalisasikan bisa jadi tidak sama
persis dengan anggarannya. Bisa kurang atau lebih dari jumlah yang telah
dianggarkan. Realisasi keuangan yang tidak sama dengan anggaran, terutama yang
cukup besar perbedaannya, harus dianalisis sebab-sebabnya. Apabila diperlukan
dapat dilakukan revisi anggaran agar fungsi anggaran dapat tetap berjalan. Perbedaan
antara realisasi pengeluaran dengan anggarannya bisa terjadi karena:
a. adanya efisiensi atau inefisiensi pengeluaran;
b. terjadinya penghematan atau pemborosan;
c. pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan yang telah diprogramkan;
d. adanya perubahan harga yang tidak terantisipasi, atau
e. penyusunan anggaran yang kurang tepat.
3 - 38 Unit 3
Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut.
a. Adanya suatu kegiatan program yang sebelumnya tidak dicantumkan di dalam
proposal. Apabila terjadi perubahan anggaran, sekolah harus melaporkannya
secara tertulis ke Komite Sekolah untuk mendapatkan persetujuan tanpa melihat
besarnya perubahan jumlah anggaran yang terjadi. Selanjutnya, menginformasi-
kan perubahan tersebut kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
b. Perubahan yang tidak berkaitan dengan rencana kegiatan, hanya dalam
komponen program atau aktivitas. Apabila terjadi perubahan komponen program
atau aktivitas dan mengakibatkan perubahan alokasi biaya diatas 10% dari total
anggaran program yang bersangkutan maka perubahan tersebut harus segera
dilaporkan secara tertulis ke Komite Sekolah.
c. Perubahan berkaitan dengan perubahan komponen program atau aktivitas namun
pergeseran/perubahan dana yang terjadi secara kumulatif masih dibawah 10%
dari total anggaran rencana kegiatan. Perubahan yang demikian tidak perlu
dilaporkan segera tetapi cukup diberikan penjelasan dalam laporan pelaksanaan
kegiatan dan keuangan program MBS yang disampaikan pada setiap semester.
b. Laporan keuangan
Bentuk laporan keuangan, bisa secara periodik, rutin, atau incidental, apabila
diperlukan. Laporan keuangan tersebut memiliki 2 (dua) fungsi utama yaitu:
1) sebagai informasi tentang kondisi keuangan yang dikelola untuk berbagai pihak
yang memerlukan, termasuk pemberi dana dan calon pemberi dana; serta
2) sebagai pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan yang telah dilaksanakan.
Dengan melihat kedua fungsi tersebut, suatu laporan keuangan dibuat tidak
semata-mata hanya untuk pertanggungjawaban saja, sehingga perlu dibuat dan
disampaikan secara periodik sesuai dengan yang telah ditentukan berdasarkan
kebutuhan akan informasinya. Seperti dana-dana dari pemerintah, sekolah penerima
3 - 40 Unit 3
dana bantuan wajib mengadministrasikan dan mempertanggungjawabkan dana
bantuan tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku. Administrasi dan
pertanggungjawaban tersebut harus diwujudkan dalam bentuk tertulis dan siap untuk
diverifikasi.
Untuk memudahkan dan melancarkan proses administrasi keuangan, disusun
pedoman keuangan yang dapat dipakai sebagai referensi sekolah dalam mengelola dan
menyelenggarakan administrasi dana program. Selain itu, dengan adanya pedoman ini
diharapkan sekolah menjadi lebih sadar dan peduli terhadap pentingnya pembuatan laporan
keuangan yang baik dan transparan. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan MPMBS digunakan
dana lain, dana tersebut dilaporkan bersama-sama sebagai suatu kesatuan.
Dalam laporan keuangan yang dibuat, perlu dimuat perbandingan data
realisasi keuangan dengan anggaran yang telah disusun. Dalam kondisi tertentu
diperlukan revisi anggaran yang telah disusun tersebut. Bentuk laporan keuangan
yang perlu dibuat terdiri atas (1) laporan perkembangan keuangan serta (2) laporan
realisasi penggunaan dana
c. Mekanisme Pelaporan
Saudara, pelaporan dapat mengikuti mekanisme berikut.
1) Laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan keuangan sekolah dilakukan
setiap akhir setengah semester atau semester, paling lambat minggu ke-2 pada
bulan berikutnya setelah setengah atau satu semester berakhir.
2) Laporan tersebut harus sudah diperiksa oleh komite sekolah mengenai
keakuratan dan kebenarannya.
3) Laporan akhir dibuat pada setiap akhir tahun ajaran, paling lambat satu minggu
setelah masuk tahun ajaran berikutnya.
4) Laporan pelaksanaan kegiatan dan keuangan dikirimkan kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
5) Laporan pelaksanaan kegiatan dilampiri dengan copy bukti/dokumen.
Sedangkan laporan keuangan dikirim tanpa dilampiri dengan bukti/dokumen
pengeluaran, baik asli maupun copy-nya.
6) Bukti/dokumen realisasi pengeluaran keuangan disimpan di sekolah, tetapi
harus siap bila diperiksa setiap saat oleh tim monitoring atau petugas yang
berwenang.
7) Laporan tetap dibuat dan dikirim walaupun tidak/belum ada realisasi
pengeluaran dari dana yang telah dianggarkan.
Latihan
Sudah selesai? Bisa terjawab? Baik, coba bandingkan jawaban Anda dengan kunci
latihan berikut ini.
1. Perencanaan adalah kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana cara
mencapainya, berapa lama waktu yang diperlukan, berapa orang yang diperlukan,
serta berapa banyak biaya yang digunakan untuk mencapai keinginan tersebut.
2. Dalam menyusun perencanaan harus melibatkan stakeholders, yaitu guru, orang
tua, dewan sekolah/komite sekolah, masyarakat (tokoh masyarakat dan tokoh
agama), dunia usaha dan insustri (pengusaha), dan pemerintah.
3. Perencanaan harus memuat dan menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran,
analisis SWOT, alternatif pemecahan, program dan kegiatan, serta anggaran yang
diperlukan.
4. Evaluasi diri dilakukan untuk menilai secara objektif terhadap kinerja internal
lembaga. Dari hasil evaluasi ini kemudian dirumuskan isu atas permasalahan
yang harus dicari pemecahannya, alternatif pemecahan, dan tindakan/rencana.
3 - 42 Unit 3
5. Analisis SWOT merupakan salah satu cara untuk melakukan evaluasi. Analisis
ini beranjak dari penilaian tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan
sekolah dalam mencapai kebutuhan sekolah di masa depan (dalam jangka
panjang). Melalui analisis ini akan dapat ditentukan kebutuhan sekolah dan
ketercapaiannya.
6. Perencanaan pendidikan sekolah merupakan kegiatan yang memandukan semua
aspirasi/pemikiran warga sekolah dalam mengembangkan sekolah, ke mana
sekolah akan dikembangkan, dan langkah apa yang harus ditempuh untuk
melaksanakannya.
7. Rencana pengembangan sekolah harus berorientasi ke depan dan menjelaskan
bagaimana menjembatani antara kondisi saat ini dan harapan yang ingin dicapai
di masa depan.
8. Rencana pengembangan sekolah harus komprehensif, artinya perencanaan
tersebut harus mencakup tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang.
9. Dasar rencana pengembangan sekolah adalah kondisi saat ini dan harapan yang
ingin dicapai.
10. Perencanaan pengembangan sekolah harus termuat dan tergambar dalam visi,
misi, tujuan, dan sasaran pengembangan sekolah. Visi sekolah menggambarkan
sekolah yang diinginkan di masa datang (jangka panjang). Misi sekolah
menggambarkan tindakan/upaya untuk mewujudkan visi sekolah. Tujuan
pengembangan sekolah ialah menjelaskan tentang apa yang ingin dicapai dalam
upaya pengembangan sekolah pada kurun waktu menengah. Sasaran
pengembangan sekolah berisi apa yang diinginkan sekolah untuk jangka pendek.
3 - 44 Unit 3
Tes Formatif 2
Kerjakanlah tes formatif ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah
satu pilihan jawaban yang paling benar.
1. Fungsi perencanaan adalah ...
A. memandu pencapaian tujuan
B. menggambarkan tujuan yang diinginkan
C. mengurangi ketidakpastian
D. betul semua
2. Rencana pengembangan pendidikan sekolah harus memuat dan menggambarkan
secara jelas tentang, kecuali:
A. Visi dan misi sekolah C. SWOT sekolah
B. Tujuan pengembangan sekolah D. Agenda rapat sekolah
3. Perencanaan pengembangan sekolah harus “luwes”, artinya:
A. Mampu menyesuaikan diri C. Bisa diubah-ubah
B. Sesuai kebutuhan D. Betul semua
4. Pelibatan warga sekolah harus menggunakan prinsip perwakilan, tetapi tetap
harus menjaga “rasa terwakili”, artinya:
A.. terwakili dalam arti jumlah C. terwakili dalam arti kemauan
B. terwakili dalam arti kepentingan/aspirasi D. jawaban A dan B benar
5. Rencana Pengembangan Sekolah harus ”komprehensif”, artinya:
A. terintegrasi
B. mencakup tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang
C. ikut serta memonitor dan mengevaluasi
D. jawaban benar semua
6. Visi sekolah menggambarkan hal-hal berikut, kecuali:
A. Profil sekolah yang diinginkan di masa datang.
B. Program-program sekolah.
C. Keinginan stakeholders tentang sekolah di masa datang
D. Standar keunggulan yang menjadi dasar perumusan misi dan tujuan sekolah
7. Di bawah ini merupakan sesuatu yang harus tergambarkan dalam misi sekolah,
kecuali:
A. Berupa tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi.
B. Merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan
rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi.
C. Berupa bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam
visi.
3 - 46 Unit 3
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik, dan Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Unit 4. Sebaliknya,
bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali uraian yang
terdapat dalam subunit sebelumnya, khususnya pada bagian yang belum Anda
kuasai.
3 - 48 Unit 3
Daftar Pustaka
Danim, S. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS). Jakarta.
Fattah, N. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah.
Bandung: Pustaka Bai Quraisy
Gamage, D. 2003. School-Based Management Leads Shared Responsibility and
Qualty in Education. New Orleans, LA: EDRS..
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
_________. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks
Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurkholis. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta:
Grasindo.
Q/A for the web/knowledge nugget. School-Based Management. http://www1.
worldbank.org/education/globaleducationreform/06.governancereform/06.02.S
BMQ&A/Q&ASMB.htm
Rosyada, D. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Sagala, S. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat: Strategi Memenang-
kan Persaingan Mutu. Jakarta: Nimas Multima.
Slamet PH. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
No. 27. http//www.pdk.go.id/jurnal/27/manajemen-berbasis-sekolah.htm
Soenarya, E. 2000. Teori Perencanaan Pendidikan: Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Yogyakarta: Adicita.
Wohlsteeter & Mohrman. 1997. School-Based Management: Strategies for Success,
CPRE Finance Briefs. http:// www.ed.gov/pubs/CPRE/fb2sbm.html.
3 - 50 Unit 3
Unit 4
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pendahuluan
S audara, pendidikan bukan hanya kewajiban pemerintah, sekolah, dan guru saja,
tetapi juga menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Masyarakat
diharapkan peran sertanya dalam melaksanakan dan menyelenggarakan pendidikan,
terutama dalam mendidik moral, norma, dan etika yang sesuai dengan agama dan
kesepakatan masyarakat. Anda tentunya paham, siswa belajar di sekolah dalam
waktu terbatas, sedangkan waktu terbanyak ada di rumah dan masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa pendidikan merupakan masa
depan bangsa. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban bagi semua untuk memikul
tanggung jawab bersama dalam menyiapkannya menghadapi masa depan. Di sinilah
peran penting masyarakat secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan dengan
menyumbangkan tenaga, dana, dan pikiran serta bentuk-bentuk peran serta lain bagi
terselenggaranya pendidikan yang berkualitas.
Jadi, dengan mempelajari unit ini, Anda diharapkan akan memiliki
pemahaman bahwa pendidikan merupakan kewajiban dan tanggung jawab bersama
segenap pihak, termasuk masyarakat. Dengan kata lain, usai mempelajari Unit 3 ini,
Anda diharapkan dapat:
1. mendiskripsikan konsep dasar peran serta masyarakat dalam pendidikan;
2. menjelaskan peran serta orang tua dalam pendidikan; serta
3. menjabarkan peran serta masyarakat dan komite sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan.
4 - 2 Unit 4
Subunit 1
Konsep Dasar
Peran Serta Masyarakat
4 - 4 Unit 4
Latihan
Sudah selesai? Kini, bandingkan jawaban Anda dengan kunci latihan di bawah ini.
1. Jenis peran serta masyarakat dapat berupa dana, tenaga, dan pemikiran.
2. Hambatan untuk mencapai peran serta masyarakat adalah hambatan internal dan
eksternal. Hambatan internal berkaitan dengan pribadi dan latar belakang orang
tua siswa dan pemahaman pentingnya peran serta dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan. Hambatan eksternal ialah faktor geografis, iklim, stratifikasi
sosial, dan kondisi ekonomi, politik, serta budaya.
3. Cara memecahkan hambatan: (a) identifikasi dulu faktor penyebabnya, baik
internal maupun eksternal, (b) masing-masing diambil butir-butir positif dan
negatifnya untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, (c) cari peluang yang
memungkinkan untuk mengatasi hambatan dan pengembangannya, serta (d)
menuliskan tantangan-tantangan yang masih harus diantisipasi dan diprediksi.
Rangkuman
Tes Formatif 1
Kerjakanlah tes formatif ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah
satu pilihan jawaban yang menurut Anda benar.
1. Peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat
terjadi pada tahap :
4 - 6 Unit 4
C. Dunia usaha dan dunia industri
D. Semua benar
7. Peran serta masyarakat dalam mengambil keputusan sekolah
A. Diperlukan sekolah
B. Tidak diperlukan sekolah
C. Masyarakat tidak turut campur, karena menjadi hak sekolah
D. Keputusan ditentukan pemerintah
8. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam menentukan dan memikirkan
peningkatan mutu pendidikan di sekolah disebut .....
A. stakedecisions
B. stakeholders
C. stakeplanning
D. stake users
9. Sekolah bertanggung jawab kepada pemerintah dan juga kepada masyarakat.
Hal ini berarti .....
A. Pemerintah dan Masyarakat sejajar
B. Sekolah di bawah pengaruh Masyarakat
C. Pendidikan menjadi tanggung jawab Pemerintah, Sekolah dan Masyarakat
D. Masyarakat sebagai bagian dari pemerintah
10. Umumnya masyarakat pasif berperan serta dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah sebagaimana pernyataan di bawah ini, kecuali...
A. Masyarakat berinisiatif membangun ruang UKS di sekolah secara gotong
royong
B. Masyarakat merasa sudah membayar kewajiban SPP
C. Komite sekolah lebih berperan penting
D. Program sekolah bukan urusan urang tua siswa
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik, dan Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Unit 2. Sebaliknya,
bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali uraian yang
terdapat dalam subunit sebelumnya, khususnya pada bagian yang belum Anda
kuasai.
4 - 8 Unit 4
Subunit 2
S audara sebagaimana telah Anda diketahui bahwa tujuan utama MBS adalah
terwujudnya peningkatan mutu pendidikan. Dengan adanya MBS, sekolah dan
masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah dan kebijakan dari pemerintah yang
bersifat top down (dari atas). Sekolah beserta masyarakat dapat mengembangkan
suatu visi pendidikan yang sesuai dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi
sebut secara mandiri. Sekali lagi, pendidikan bukan hanya menjadi kewajiban
pemerintah, sekolah dan guru, tetapi juga menjadi tanggungjawab keluarga dan
masyarakat.Oleh sebab itulah masyarakat diharapkan turut berperan serta dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Tentunya Anda juga sudah memahami pula bahwa program peningkatan
mutu pembelajaran, dapat dilakukan melalui: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),
peran serta masyarakat (PSM), dan peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar
melalui Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SD-
MI, dan pembelajaran kontekstual di SLTP/MTs.
Peran serta masyarakat perlu diupayakan pertumbuhan dan pengembang-
annya melalui pemberdayaan sekolah berbasis masyarakat. Mereka dapat bekerja
sama dengan sekolah melalui perencanaan program-program pembelajaran dan
peningkatan kemampuan. Ini dapat terjadi jika terjalin komunikasi yang efektif
antara sekolah, orang tua, komite dan masyarakat.
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, masyarakat berhak
memperoleh pendidikan yang baik dan bermutu. Pada saat yang bersamaan,
masyarakat pun berkewajiban berperan secara aktif untuk mendukung
penyelenggaraan pendidikan melalui penggalangan dana, sumbangan tenaga dan
pikiran, serta bentuk-bentuk lain yang dapat menunjang peningkatan mutu
pendidikan. Anda tentunya setuju dengan konsep ini.
Saudara, tentunya Anda telah memahami pula, bahwa orang tua adalah salah
satu mitra sekolah yang dapat berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan
sekolah. Melalui orang tua kegiatan belajar anak di rumah dapat dipantau. Bahkan
orang tua dapat menjadi bagian dari paguyuban para orang tua siswa yang dapat
memberi masukan dan dukungan dalam merencanakan pengembangan sekolah.
4 - 10 Unit 4
Nah, dengan demikian, memberdayakan peran orang tua peserta didik itu
merupakan bagian keterampilan komunikasi eksternal dari pihak sekolah. Tujuan
hubungan sekolah dengan orang tua adalah saling membantu dan saling mengisi
antara orang tua dan sekolah. Orang tua dapat menjadi potensi sumber dana sekolah,
serta membina anak-anak terutama dalam pendidikan moral agar anak tercegah dari
sifat dan perilaku yang kurang baik karena pengaruh lingkungan. Penjalinan
hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik dapat dilakukan melalui komite
sekolah, pertemuan yang direncanakan atau saat penerimaan raport, sumber
informasi sekolah dan sumber belajar bagi anak, serta secara bersama-sama
memecahkan masalah
Saudara, pernahkah Anda menyaksikan sendiri orang tua murid yang turut
membantu secara langsung di kelas? Kelihatannya janggal bukan? Tetapi,
ketahuilah, bahwa hal itu wajar-wajar saja. Orang tua tidak saja membantu belajar
anak di rumah, bisa juga dilakukan di sekolah. Bahkan kalau perlu orang tua yang
memiliki pengetahuan dan keahlian khusus, misalnya ahli dalam musik atau seni
rupa, dengan koordinasi yang baik dengan pihak sekolah, para orang tua ini bisa saja
membantu mengadakan proses pembelajaran musik dan seni rupa pada
ekstrakurikuler di sekolah.
Sebagaimana dinyatakan Tim Penulis Paket Pelatihan Awal MBS untuk
Sekolah dan Masyarakat (2003 : 2-7), para pakar sepakat bahwa ada tujuh jenis peran
serta orang tua dalam pembelajaran.
1. Hanya sekedar pengguna jasa pelayanan pendidikan yang tersedia. Misalnya,
orang tua hanya memasukkan anak ke sekolah dan menyerahkan sepenuhnya
kepada pihak sekolah.
2. Memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga, misalnya dalam pembangunan
gedung sekolah.
3. Menerima secara pasif apa pun yang diputuskan oleh pihak yang terkait dengan
sekolah, misalnya komite sekolah.
4. Menerima konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan kepentingan sekolah.
Misalnya, kepala sekolah berkonsultasi dengan komite sekolah dan orang tua
murid mengenai masalah pendidikan, masalah pembelajaran matematika, dll.
Dalam konsep MBS hal yang keempat ini harus selalu terjadi.
5. Memberikan pelayanan tertentu. Misalnya, sekolah bekerja sama dengan mitra
tertentu seperti Komite Sekolah dan orang tua murid mewakili sekolah bekerja
Saudara, sebelumnya sudah dikemukakan bahwa peran orang tua siswa dapat terjadi
dalam berbagai hal, termasuk pembelajaran. Di bawah ini terdapat kolom yang dapat
Saudara isi, kira-kira dalam hal apa saja orang tua siswa dapat berperan dalam
pembelajaran di sekolah.
Kalau sudah selesai, cobalah berikan alasan mengapa hal tersebut merupakan
bagian dari MBS?
4 - 12 Unit 4
anak, serta pengaturan kamar mandi dan toilet sekolah yang sehat. Keterlibatan orang
tua siswa tersebut dalam perencanaan pengembangan sekolah yang berkaitan dengan
kesehatan, tentu sangat menguntungkan sekolah dan peserta didik. Anda dapat
memberikan contoh yang lain?
Lalu, bagaimana cara kerja orang tua siswa dalam perencanaan
pengembangan sekolah ? Banyak cara yang dapat ditempuh. Orang tua dapat datang
ke sekolah tanpa/dengan undangan sekolah yang mengundang. Sekelompok orang
tua mengadakan pertemuan di luar sekolah untuk bersama-sama membahas dan
memberikan masukan untuk peningkatan mutu sekolah, hasilnya kemudian
diserahkan kepada sekolah.
Selanjutnya, cobalah Anda isi kolom-kolom di bawah ini dengan berbagai
pengetahuan, pengalaman, atau pemikiran Anda tentang kesertaan orang tua dalam
perencanaan pengembangan sekolah.
Bisa juga Anda memerankan diri sebagai orang tua. Anda dapat melakukan
diskusi dengan sesama orang tua siswa dalam merencanakan pengembangan sekolah.
Cobalah Anda melakukan curah pendapat dengan teman sejawat yang juga sebagai
orang tua siswa perihal permasalahan utama yang dihadapi sekolah. Dari jumlah
permasalahan tersebut pilihlah sejumlah permasalahan paling penting yang akan
dipecahkan. Dalam memecahkan masalah, Anda harus memperhitungkan pula
kemungkinan tersedianya sumber dana dana, tenaga, sarana dll, serta kesempatan
untuk mengatasi masalah tersebut. Perhatikan tabel-tabel berikut ini untuk bahan
isian.
Perlukah peran serta orang tua sampai pada pengelolaan kelas? Bagaimana
caranya orang tua berperan serta dalam mengelola kelas? Keterlibatan orang tua
siswa dalam pengelolaan kelas memiliki arti yang sangat luas. Bukan berarti orang
4 - 14 Unit 4
tua turut masuk ke kelas dan campur tangan mengurusi tempat duduk siswa,
memindah siswa yang suka mengganggu temannya di kelas, dan sebagainya. Tetapi,
pengaturan kelas dapat dilakukan berdasarkan masukan dengan dan/atau kompromi
dengan para orang tua. Misalnya, dalam hal isi dan penataan pajangan kelas, serta
pengaturan tempat duduk dan kenyamanan kelas. Untuk mengetahui kebutuhan kelas
yang menunjang proses belajar di kelas sudah tentu Anda harus mengenali jenis
peran serta orang tua dalam pengelolaan kelas, mencatat keadaan sekarang, dan
kondisi yang dikehendaki, serta menemu-kenali hambatan-hambatan yang dihadapi.
Sebagai latihan, cobalah Anda isi tabel berikut ini. :
Selain itu, Anda harus mengenali lingkup guru dan lingkup orang tua yang
turut berperan serta dalam pengelolaan kelas. Kerja sama antara guru dan orang tua
sudah tentu sangat membantu upaya-upaya peningkatan mutu pembelajaran di kelas.
Melalui tabel berikut ini, lakukan analisis, kira-kira apa yang dapat dilakukan guru
dan apa yang dapat dilakukan orang tua siswa dalam peningkatan proses pendidikan
di sekolah.
Nah, Anda sudah menemukan dan mengenali hal-hal yang dapat didiskusikan
antara guru dan orang tua dalam pengelolaan kelas. Sebagai guru kelas, menurut
Anda, apa yang dapat Anda diskusikan dan harus dilakukan orang tua ketika Anda:
1. merancang dan mengelola kegiatan belajar mengajar yang mendorong beragam
siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran ?
2. menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam ?
3. memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan ?
4. memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri
secara lisan atau tulisan ?
5. menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa?
6. mengaitkan kegiatan belajar mengajar dengan pengalaman siswa sendiri ?
7. menilai kegiatan belajar mengajar dan kemajuan belajar siswa secara kontinyu ?
Latihan
4 - 16 Unit 4
Rangkuman
Orang tua merupakan salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan
MBS. Sebagai pihak yang sangat berkepentingan dengan kemajuan belajar
anaknya, orang tua sudah selayaknya dilibatkan secara aktif oleh sekolah
untuk membantu peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Peran serta
mereka tidak hanya berupa dana, tetapi juga [emikiran atau tenaga dalam
pembelajaran, perencanaan pengembangan sekolah, dan pengelolaan kelas.
Komitmen dan kerjasama sangat diperlukan dalam upaya realisasi peran
serta ini. Antara sekolah dan orang tua idealnya saling proaktif. Peran serta
orang tua dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat disesuaikan
dengan latar belakang sosial ekonomi dan kemampuan orang tua.
Tes Formatif 2
Kerjakanlah tes formatif ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah
satu jawaban yang menurut Anda benar.
1. Peran serta masyarakat dalam MBS dapat dimaknai sebagai berikut.
A. Sekolah beserta masyarakat dapat mengembangkan suatu visi pendidikan
yang sesuai dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi sebut secara
mandiri.
B. Sekolah mengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai dengan keadaan
setempat dan melaksanakan visi sebut secara mandiri.
C. Sekolah beserta pemerintah dapat mengembangkan suatu visi pendidikan
yang sesuai dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi sebut secara
mandiri.
D. Sekolah beserta komite sekolah dapat mengembangkan suatu visi pendidikan
yang sesuai dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi sebut secara
mandiri.
2. Wujud peran serta orang tua dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah ialah
sebagai berikut.
A. Kesertaan dalam rapat sekolah
B. Kesediaan membayar iuran sekolah,
C. Kemauan berperan dalam membangun bangunan fisik sekolah
D. Keterlibatan dalam pembelajaran, perencanaan pengembangan sekolah dan
pengelolaan kelas.
4 - 18 Unit 4
C. Masyarakat menggunakan layanan pendidikan yang diberikan sekolah
D. Masyarakat menyerahkan sepenuhnya pendidikan para siswa kepada guru.
9. Paguyuban orang tua kelas VI menyelenggarakan rapat di salah satu rumah orang
tua kelas VI untuk membahas pengumpulan dana penyelenggaraan les tambahan
menjelang UAN. Bentuk peran serta orang tua yang seperti itu ....
A. dilarang
B. diizinkan dengan supervisi kepala sekolah
C. didukung sebagai kepedulian terhadap proses pembelajaran
D. dicegah karena menyaingi tugas komite sekolah
10. Kepala sekolah mengundang orang tua dan komite sekolah sehubungan dengan
akan diselenggarakannya UAS. Berdasatkan hasil tahun sebelumnya ada indikasi
angka mengulang di kelas 1-3 sangat tinggi. Guru mengajak kerjasama dengan
para orang tua dalam meningkatkan pengawasan kepada siswa-siswa. Respon
yang tepat dari orang tua terhadap persoalan tersebut ialah sebagai berikut.
A. Orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah agar lebih baik.
B. Sesama orang tua mendiskusikannya untuk memberi masukan kepada
sekolah
C. Orang tua turut berperan serta dalam peningkatan hasil pembelajaran apabila
mampu bekerjasama dengan baik dan memberi solusi
D. Sekolah mengundang lembaga bimbingan belajar
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik, dan Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari unit berikutnya.
Sebaliknya, bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali
uraian yang terdapat dalam sub unit sebelumnya, khususnya pada bagian yang belum
Anda kuasai.
4 - 20 Unit 4
Subunit 3
S audara, Anda sudah memahami bahwa peran serta masyarakat tidak hanya
berupa pemberian bantuan uang atau tenaga, tetapi juga bantuan membimbing
siswa di luar sekolah sebagai bagian yang sangat penting. Mereka dapat bekerjasama
dalam peningkatan mutu sekolah melalui perencanaan program-program
pembelajaran dan kemajuan belajar peserta didik, serta berbagai kegiatan dan
keterlibatan secara aktif melalui jalinan komunikasi yang efektif antara sekolah,
orang tua, komite dan masyarakat.
Program sekolah harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa
sekarang maupun pada masa yang akan datang. Pengambilan keputusan untuk
peningkatan mutu sekolah dilakukan bersama masyarakat. Karena itu pula, sekolah
harus berusaha terbuka dan mandiri, serta meningkatkan mutu profesionalisme
tenaga pendidiknya.
Untuk itu pula, pada subunit ini Anda akan diajak untuk mengkaji peran serta
masyarakat yang terdiri atas elemen berikut.
1. Tokoh masyarakat, yaitu para orang tua siswa atau anggota masyarakat lain yang
peduli terhadap pendidikan. Mereka berasal dari berbagai kelompok, golongan,
pekerjaan, dan profesi.
2. Tokoh agama, seperti para ulama, ustaz, pendeta, dan rohaniwan lainnya.
3. Dunia usaha dan dunia industri, seperti para pemilik usaha toko, pabrik, dealer
kendaraan bermotor, dan wiraswastawan yang berada di lingkungan sekolah
4. Lembaga sosial budaya, seperti organisasi profesi, organisasi sosial, para pemuka
adat, pimpinan Banjar, RT, RW, PKK, bahkan organisasi seni budaya.
Anda tentunya telah membaca UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas. Pada Bab
XV Pasal 54 dinyatakan bahwa:
4 - 22 Unit 4
mengembangkan hubungan kerjasama yang harmonis dan sinergis dengan
masyarakat.
Saudara mahasiswa, Anda harus mencatat bahwa partisipasi masyarakat
merupakan keterlibatan masyarakat secara nyata dalam suatu kegiatan. Masyarakat
dapat menyumbangkan gagasan, membantu tenaga, memberikan kritik yang
membangun, memberikan motivasi, menyumbangkan keahlian, serta memberikan
dukungan terhadap pelaksanaan pendidikan.
Melihat pentingnya peran masyarakat dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan, maka pihak sekolah perlu memberdayakan mereka. Partisipasi
masyarakat tidak akan muncul sendirinya. Tak sedikit di antara mereka yang masih
berpandangan bahwa pendidikan sebatas urusan pemerintah, sekolah, dan para guru.
Hal ini banyak terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Berbeda dengan
masyarakat pada negara maju dan negara industri. Mereka sadar betul bahwa
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama.
Dalam pelaksanaan MBS, banyak cara untuk memberdayakan masyarakat.
Misalnya, dengan cara: (1) melibatkan orang tua dalam mengurus komite sekolah
serta tokoh masyarakat untuk membahas perencanaan kegiatan program-program
sekolah; (2) membangun prinsip saling menguntungkan antara sekolah dan
masyarakat; (3) memanfaatkan tenaga-tenaga terdidik, terampil dan berkecakapan di
lingkungan sekolah untuk membantu pengembangan dan pelaksanaan program
sekolah; serta (4) menyertakan wakil instansi dan organisasi komite sekolah dalam
kegiatan sekolah, seperti ekstrakurikuler atau acara tahunan sekolah.
Pemberdayaan komite sekolah ini, sebagaimana tujuan MBS, dimaksudkan
untuk menciptakan rasa tanggung jawab melalui administrasi sekolah yang lebih
terbuka. Kepala sekolah, guru, dan anggota masyarakat bekerja sama dengan baik
untuk membuat Rencana Pengembangan Sekolah. Sekolah memajangkan anggaran
sekolah dan perhitungan dana secara terbuka pada papan sekolah. Sudah tentu dalam
bekerja komite sekolah mengedepankan prinsip keterbukaan. Keterbukaan ini dapat
meningkatkan kepercayaan, motivasi, serta dukungan orang tua dan masyarakat
terhadap sekolah. Banyak sekolah yang melaporkan kenaikan sumbangan orang tua
untuk menunjang sekolah.
Saudara, menurut Anda apakah bentuk, fungsi, dan makna yang dapat
dipertik dari keterlibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam peningkatan
mutu pendidikan sebagai wujud konsep MBS. Anda dapat mendiskusikan dengan
4 - 24 Unit 4
pendidikan. Sebagai contoh untuk pendidikan tinggi, peran dunia usaha dan dunia
industri dalam membiayai riset-riset ilmiah sangat besar. Demikian pula untuk
pendidikan dasar dan menengah, orang tua, masyarakat, perguruan tinggi, dan
kelompok-kelompok masyarakat donatur pendidikan jsangat berperan dalam
perencanaan, pelaksanaan, sampai monitoring program sekolah. Dengan mencermati
peran masyarakat di negara maju serta semangat desentralisasi pendidikan di
Indonesia saat ini, diharapkan dunia usaha dan dunia industri juga turut bertanggung
jawab atas kemajuan dan peningkatan mutu pendidikan di daerah.
Dalam MBS, dunia usaha dan dunia industri dapat dijadikan mitra sekolah
sehingga demand approach dapat benar-benar dilaksanakan oleh setiap sekolah
dalam hal perbaikan kualitas pendidikan. Dunia usaha dan industri merupakan salah
satu stakeholders pendidikan, yang dapat menopang terjadinya pelaksanaan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Nah, peran serta dunia usaha dan industri dalam MBS dapat diwujudkan
dalam bentuk partisipasi penggalangan dana, pengadaan fasilitas sarana dan
prasarana sekolah, penciptaan relasi eksternal yang dapat memberikan akses yang
lebih luas dalam membangun hubungan sekolah dengan masyarakat, serta membantu
pengembangan SDM pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan teknik-teknik
pengembangan mutu. Pemahaman tentang mutu dari dunia bisnis diaplikasikan
dalam dunia pendidikan. Begitulah peran serta dunia usaha dan industri untuk turut
serta dalam pengembangan mutu pendidikan melalui MBS.
Sebagai guru, tentunya Anda telah mengalami dan mendorong masyarakat untuk
berperan serta dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Berdasarkan
beberapa tabel isian dalam materi yang Anda pelajari tadi, buatlah sebuah
rangkuman atau simpulan yang menunjukkan peran-peran serta masyarakat dalam
Manajemen Berbasis Sekolah.
4 - 26 Unit 4
Latihan
Apakah Anda menemui kesulitan dalam menjawab latihan ini? Jika ya,
cobalah cermati rambu-rambu jawaban di bawah ini.
Kesimpulan yang Anda buat harus menunjukkan sebuah temuan dan
penguatan terhadap konsep MBS bahwa potensi segenap lapisan masyarakat perlu
diberdayakan. Untuk itu, dengan memanfaatkan Analisis SWOT, kajilah kekuatan,
kelemahan, ancaman dan tantangan yang ada untuk mendapatkan solusi dalam
melibatkan masyarakat.
Rangkuman
Tes Formatif 3
Kerjakanlah tes formatif ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah
satu pilihan jawaban yang menurut Anda benar.
1. Program kerja sekolah didiskusikan dengan tokoh masyarakat dan agama agar:
A. berorientasi pada peningkatan mutu, bukan untuk kepentingan birokrasi.
B. tidak ada yang disembunyikan
C. mengembangkan keterbukaan
D. pendanaan dapat dirancang dengan memperhatikan keuntungan
2. Program sekolah harus sesuai dengan ...
A. kebutuhan masyarakat, baik sekarang maupun masa yang akan datang.
B. keperluan mendesak
C. proyek yang menguntungan sekolah
D. bidang mata pelajaran unggulan sekolah
3. Peran serta tokoh masyarakat dan agama tidak hanya berupa pemberian bantuan
uang atau tenaga, tetapi juga berupa bantuan .....
4 - 28 Unit 4
8. Undang-undang No. 20/2003 tentang Sisdiknas pada Bab XV Pasal 54.
mengungkap-kan masalah ....
A. peran serta masyarakat terhadap pendidikan
B. peningkatan mutu pendidikan
C. akuntabilitas pendidikan dan masyarakat
D. pemerataan kesempatan pendidikan
9. Rencana Pengembangan Sekolah dan RAPBS dibuat oleh...
A. sekolah
B. kepala sekolah
C dinas pendidikan setempat
D. kepala sekolah, perwakilan orang tua, komite sekolah
10. Organisasi profesi, organisasi sosial, para pemuka adat, pimpinan Banjar, RT,
RW, PKK, dan organisasi seni budaya merupakan ...
A. komponen masyarakat
B. komponen sosial budaya penunjang sekolah
C. lembaga sosial budaya yang dapat bekerja sama dengan sekolah
D. elemen masyarakat berbasis sosial budaya sebagai mitra kerja sekolah
Komite Sekolah
4 - 30 Unit 4
memiliki peran yang sangat penting. Seorang kepala sekolah dapat “menguasai”
guru, staf, dan masyarakat dengan kemampuannya berkomunikasi. Dengan
kemampuannya itu pula, kepala sekolah dapat mengkounikasikan program sekolah
kepada komite sekolah dan masyarakat. Jadi, melalui komunikasi yang baik,
seluruh elemen masyarakat dan sekolah dapat dipersatukan secara harmonis guna
mendukung pencapaian mutu pendidikan yang lebih baik.
Apakah Komite Sekolah itu? Istilah komite sekolah saat ini mirip dengan
istilah POMG dan BP3 dulu. Komite sekolah merupakan suatu badan atau lembaga
nonpolitis dan nonprofit. Komite ini dibentuk berdasarkan musyawarah yang
demokratis oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan pendidikan pada tingkat
sekolah. Mereka bertanggung jawab membantu sekolah dalam peningkatan kualias
pendidikan di sekolah.
Menurut UU RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan. Dari pengertian tersebut, Anda dapat simpulkan bahwa komite sekolah
terdiri atas unsur: orang tua siswa, wakil tokoh masyarakat (bisa ulama/rohaniwan,
budayawan, pemuka adat, pakar atau pemerhati pendidikan, wakil organisasi
masyarakat, wakil dunia usaha dan industri, bahkan kalau perlu juga wakil siswa,
wakil guru-guru, dan kepala sekolah.
Setiap sekolah dapat mengembangkan kepengurusan komite sekolah sesuai
dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Susunan kepengurusan komite sekolah
paling tidak terdiri atas: ketua, sekretaris, bendahara, anggota, dan koordinator
bidang, bahkan nara sumber ahli jika disepakati. Berbagai unsur masyarakat yang
menjadi orang tua siswa dapat berperan serta secara aktif dalam komite sekolah ini.
Tugas utama komite sekolah ialah membantu penyelanggaraan pendidikan di
sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemberi pertimbangan, pendukung program,
pengontrol, dan bahkan mediator. Untuk memajukan pendidikan di sekolah, komite
sekolah membantu sekolah dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar,
manajemen sekolah, kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana sekolah,
pembiayaan pendidikan, dan mengkoordinasikan peran serta seluruh lapisan
masyarakat. Kedudukannya sebagai mitra sekolah.
4 - 32 Unit 4
Kegiatan Komite Sekolah Checklist
Menyelenggarakan rapat-rapat sesuai dengan program yang ditetapkan
Bersama-sama sekolah merumuskan dan menetapkan visi dan misi
Bersama-sama sekolah menyusun standar pelayanan pembelajaran di sekolah
Bersama-sama sekolah menyusun rencana strategis pengembangan sekolah
Bersama-sama sekolah menyusun dan menetapkan program rencana tahunan
termasuk RAPBS
Membahas dan turut menetapkan pemberian kesejahteraan berupa honorarium
yang diperoleh dari masyarakat kepada kepala sekolah, tenaga guru, dan tenaga
administrasi sekolah.
Bersama-sama sekolah mengembangkan potensi ke arah prestasi unggulan, baik
yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler.
Menghimpun dan menggali sumber dana dari masyarakat untuk meningkatkan
kualitas pelayanan sekolah.
Mengelola kontribusi masyarakat berupa uang yang diberikan kepada sekolah
Mengelola kontribusi masyarakat berupa tenaga dan pikiran yang diberikan
kepada sekolah
Mengevaluasi program sekolah secara profesional sesuai kesepakatan dengan
pihak sekolah, yang meliputi: pengawasan penggunaan sarana dan prasarana
sekolah, pengawasan keuangan baik secara berkala maupun berkelanjutan
Melakukan identifikasi berbagai masalah dan memecahkan bersama-sama
dengan pihak sekolah
Membangun jaringan kerjasama dengan pihak luar sekolah yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah
4 - 34 Unit 4
PERAN KOMITE FUNGSI MANAJEMEN INDIKATOR KINERJA
SEKOLAH PENDIDIKAN
c. Menyelenggarakan
rapat RAPBS (sekolah,
orang tua siswa,
masyarakat)
d. Memberikan
pertimbangan
perubahan RAPBS.
e. Ikut mengesahkan
RAPBS bersama
kepala sekolah.
a. Memantau kondisi
sarana dan prasarana
yang ada di sekolah.
b. Mobilisasi bantuan
3. Pengelolaan Anggaran sarana dan
parasarana sekolah.
c. Mengkoordinasi
dukungan sarana dan
parasarana sekolah
d. Mengevaluasi
pelaksanaan dukungan
sarana dan prasarana
sekolah.
a. Memantau kondisi
anggaran pendidikan
di sekolah.
b. Memobilisasi
dukungan terhadap
4 - 36 Unit 4
PERAN KOMITE FUNGSI MANAJEMEN INDIKATOR KINERJA
SEKOLAH PENDIDIKAN
anggaran pendidikan
di sekolah.
c. Mengkoordinasikan
dukungan terhadap
anggaran pendidikan
di sekolah.
d. Mengevaluasi
pelaksanaan dukungan
anggaran di sekolah.
d. Mensosialisasikan
kebijakan dan program
2. Pelaksanaan program sekolah kepada
masyarakat
e. Memfasilitasi berbagai
masukan kebijakan
program terhadap
sekolah
f. Menampung
pengaduan dan
keluhan terhadap
kebijakan dan program
h. Mengindentifikasi
kondisi sumber daya di
3. Pengelolaan Sumber sekolah
Daya pendidikan i. Mengidentifikasi suber-
sumber daya
masyarakat
j. Memobilisasi bantuan
masyarakat untuk
pendidikan di sekolah
k. Mengkoordinasikan
bantuan masyarakat
Latihan
Setelah Anda mengkaji materi pada subunit ini, jawablah pertanyaan berikut
menurut bahasa Anda sendiri.
1. Sejauh manakah komite sekolah berperan dalam konteks MBS terutama dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah ?
2. Sebutkan peran-peran komite sekolah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
4 - 38 Unit 4
2. Komite sekolah berperan sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan
pengontrol, dan badan penghubung.
Rangkuman
Tes Formatif 4
Kerjakanlah tes formatif ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah
satu jawaban yang menurut Anda benar.
1. Komite sekolah dibentuk dengan perannya sebagai ....
A. mitra sekolah dalam mengembangkan diri menuju peningkatan kualitas
pendidikan.
B. penghubung sekolah dengan orang tua dalam mengembangkan diri menuju
peningkatan kualitas pendidikan.
C. penilai sekolah dalam mengembangkan diri menuju peningkatan kualitas
pendidikan.
D. penghubung sekolah dengan orang tua dalam mengembangkan diri menuju
peningkatan kualitas pendidikan.
4 - 40 Unit 4
A. Pelibatan komite sekolah dalam pengembangan pendidikan sekolah
B. Pemanfaatan komite sekolah dalam pengembangan pendidikan sekolah
C. Pendayagunaan komite sekolah untuk pencapaian tujuan pendidikan
D. Penggunaan kesempatan untuk pengembangan pendidikan sekolah
8. Sebagai bagian dari konsep Manajemen Berbasis Sekolah, pemberdayaan
komite/dewan sekolah ini merupakan wujud dari ....
A. manajemen praktis
B. manajemen kritis
C. manajemen partisipatif
D. manajemen mutu
9. Mengelola kontribusi masyarakat berupa uang yang diberikan kepada sekolah
merupakan :
A. salah satu tugas guru
B. salah satu tugas kepala sekolah
C. salah satu tugas komite sekolah
D. salah satu tugas keterlibatan orang tua
10. Pada dasarnya upaya memberdayakan komite sekolah dalam konteks MBS
dilakukan melalui .....
A. koodinasi dan komunikasi
B. penguatan
C. pengambilan keputusan
D. pengorganisasian komite
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik, dan Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Unit berikutnya.
Sebaliknya, bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali
uraian yang terdapat dalam sub unit sebelumnya, khususnya pada bagian yang belum
Anda kuasai.
4 - 42 Unit 4
Kunci Jawaban Tes Formatif
4 - 44 Unit 4
Glosarium
4 - 46 Unit 4
Unit 5
PENINGKATAN PROFESIONALISME TENAGA
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Arief Budi Wuriyanto
Pendahuluan
S audara, Anda tentunya telah membaca Undang-Undang No. l4 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, bukan? Guru sebagai pendidik merupakan pekerjaan profesional.
Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi. Sementara itu, Undang-undang No.20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional membedakan pengertian tenaga pendidik dengan
tenaga kependidikan. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen,konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelengarakan pendidikan. Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Kemampuan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan adalah kompetensi yang
terus berkembang. Oleh karena itu, profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan perlu terus ditingkatkan. Bagaimana cara peningkatan profesionalisme
tersebut? Unit 5 yang terdiri 2 subunit ini akan membahas peningkatan profesionalisme
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya dalam kaitannya dengan konteks
Manajemen Berbasis Sekolah. Anda akan memperoleh materi kajian ini dengan lebih baik
apabila Anda juga dapat mempelajarinya dari WEB dan Video yang telah disediakan.
Untuk keberhasilan Anda dalam mempelajari unit ini, perhatikanlah saran-saran
sebagai berikut.
1. Catatlah butir-butir penting dalam unit ini.
5 - 2 Unit 5
Subunit 1
T entunya Anda sudah memahami apa itu tenaga pendidik dan apa itu tenaga
kependidikan. Dalam menciptakan kualitas pendidikan, peningkatan kualitas
profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan merupakan sebuah keniscayaan.
Cobalah Anda buka pasal 42 ayat 1 UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas. Di situ
dinyatakan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai
dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada pasal 43 ayat 1
ditegaskan bahwa promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan
dilakukan berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi
kerja dalam bidang pendidikan. Oleh sebab itu, sekolah perlu berupaya secara terus-
menerus memberdayakan dan meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan.
Tentunya Anda ingat, bahwa profesionalisme guru merupakan tujuan dari
pembinaan ketenagaan untuk dapat menjawab segala tantangan dan perubahan sosial yang
terjadi. Secara teoretis, karakteristik profesi meliputi (1) kemampuan intelektual yang
diperoleh melalui pendidikan akademik, (2) memiliki pengetahuan khusus, (3) memiliki
pengetahuan praktis yang langsung dapat digunakan oleh orang lain, (4) memiliki teknik
kerja yang dapat dikomunikasikan, (5) memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara
mandiri, dan (6) altruisme yaitu mementingkan kepentingan orang lain, serta (7) memiliki
etik.
5 - 4 Unit 5
3. memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengakualisasikan potensi diri anak
didik masing-masing;
4. mengembangkan bakat peserta didik;
5. melakukan dialog atau bertukar pikiran secara kritis dengan peserta didik; serta
6. memperhatikan dan membina perilaku nyata agar positif pada setiap peserta didik
(Pidarta, 1997).
5 - 6 Unit 5
perlu diperhatikan. Seorang tenaga pendidik harus memahami tugas dan tanggung jawab-
nya, memiliki kemampuan mengajar sesuai dengan bidangnya, mempunyai semangat
tinggi, serta memiliki insiatif dan kemauan tinggi, sehingga ia memiliki energi yang
optimal dalam menjalankan tugas profesionalismenya.
Ada sejumlah hal yang perlu Anda cermati untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga pendidik.
1. Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari.
2. Melakukan observasi kegiatan manajemen pendidikan secara terencana.
3. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan atau pross-proses
pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
4. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian pendidikan orang lain.
5. Berfikir untuk kelangsungan dan aplikasi pendidikan di masa mendatang.
6. Merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.
Dalam upaya pembinaan dan peningkatan profesionalisme tenaga pendidik, perlu pula
dilakukan melalui pengembangkan konsep kesejawatan yang harmonis dan objektif. Untuk
itu, diperlukan adanya sinergi dengan sebuah wadah organisasi (kelembagaan) para
pendidik, dengan bentuk dan mekanisme kegiatan yang jelas, serta standar profesi yang
dapat diterapkan secara praktis.
Beberapa upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga pendidik adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kualitas dan kemampuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
2. Berdiskusi tentang rencana pembelajaran.
3. Berdiskusi tentang substansi materi pelajaran.
4. Berdiskusi tentang pelaksanaan proses belajar mengajar termasuk evaluasi pengajaran.
5. Melaksanakan onservasi aktivitas rekan sejawat di kelas.
6. Mengembangkan kompetensi dan performansi guru.
7. Mengkaji jurnal dan buku pendidikan.
8. Mengikuti studi lanjut dan pengembangan pengetahuan melalui kegiatan ilmiah.
9. Melakukan penelitian.
10. Menulis artikel.
11. Menyusun laporan penelitian.
12. Menyusun makalah.
13. Menyusun laporan atau review buku (Pidarta, 1997).
Saudara, tentu Anda telah paham bahwa terdapat sejumlah mekanisme yang telah
dikembangkan di Indonesia untuk menunjang pengembangan kemampuan profesional guru
atau tenaga pendidikan. Mekanisme utama adalah melalui gugus sekolah dan pembinaan
profesional di masing-masing sekolah. Contoh yang mungkin Anda juga terlibat di
dalamnya adalah KKG. Berdasarkan pengalaman dan pemikiran Anda tentang KKG,
cobalah Anda isi kolom-kolom berikut ini.
KKG
FUNGSI DAN PROGRAM-PROGRAM AKTIVITAS RUTIN
MANFAAT YANG DILAKUKAN
5 - 8 Unit 5
Pertemuan-pertemuan KKG merupakan mekanisme pendukung yang penting bagi
guru untuk dapat meningkatan pengetahuan dan keterampilannya dalam KBM. Melalui
kegiatan KKG, guru akan memperoleh kesempatan untuk memperoleh pelatihan, membuat
dan mencobakan bahan-bahan atau alat peraga atau alat bantu pembelajaran yang akan
digunakan di kelas, memperoleh masukan untuk menghadapi permasalahan di kelas, dan
saran atau informasi lain dari sejawat.
Penyelenggaraan kegiatan KKG dapat dilakukan di salah satu Pusat Kegiatan Guru
(PKG) atau di ruang kelas pada sekolah gugus. Kegiatan KKG dilakukan rata-rata 2 kali
dalam setiap bulan, di dalam atau di luar jam sekolah. Pertemuan dipimpin oleh seorang
pelatih yang biasanya seorang guru pemandu mata pelajaran, yang dibantu oleh pengawas
sekolah atau bersama dengan kepala sekolah. Kegiatan difokuskan pada peningkatan mutu
pembelajaran. Kegiatan diselenggarakan dalam kelompok kecil, secara partisipatif, dengan
bahasan materi yang terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi guru di sekolah.
Keberadaan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) sangat penting untuk
membantu peningkatan profesionalisme tenaga pendidik. Kelompok kerja tersebut terdiri
atas para kepala sekolah dalam satu gugus. Pertemuan KKKS diadakan setiap bulan untuk
mengkaji kegiatan gugus dan memberikan masukan maupun rekomendasi terhadap KKG.
Peran kepala sekolah dalam memajukan pendidikan di sekolah dapat dilakukan, misalnya,
melalui pengembangan informasi tentang pengelolaan kelas, cara mengajar guru,
peningkatan fasilitas pendukung pendidikan seperti perpustakaan dan laboratorium,
pembinaan dan monitoring guru, pembinaan secara individual, dan hubungan kepala
sekolah dengan masyarakat.
Masukan yang diperoleh dari KKKS memungkinan kepala sekolah dapat
memahami kondisi sekolahnya dengan lebih baik. Oleh sebab itulah, kepala sekolah perlu
berperan secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan gugus. Keaktifan itu tidak hanya
di KKKS, tetapi juga dalam kegiatan KKG, sehingga dapat memperoleh masukan yang
lebih riil berkenaan dengan permasalahan yang dihadapi oleh guru.
Latihan
Rangkuman
5 - 10 Unit 5
Tes Formatif 1
Kerjakanlah tes formatif ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu
jawaban yang menurut Anda benar.
1. Beberapa hal di bawah ini merupakan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik, kecuali:
A. Meningkatkan kualitas dan kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
B. Mendiskusikan rencana pembelajaran.
C. Membahas substansi materi pelajaran.
D. Mengikuti apapun peraturan kepala sekolah dan dinas pendidikan.
2. Peningkatan profesionalisme tenaga pendidik meliputi hal-hal berikut, kecuali:
A. Pekerjaan sebagai pendidik sama halnya dengan profesi yang lain
B. Melakukan observasi kegiatan manajemen pendidikan secara terencana.
C. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan atau proses-proses
pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
D. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian pendidikan orang lain.
3. Secara ideal seorang pendidik diharapkan memiliki nilai-nilai kinerja positif seperti :
A. prestasi kerja dan tanggung jawab;
B. ketaatan, kejujuran, dan kerja sama;
C. prakarsa dan kepemimpinan;
D. semua benar.
4. KKG merupakan.....
A. peer teachers yang efektif
B. organisasi profesi
C. kelompok pengembang profesionalisme
D. jawaban a dan c
5. Melaksanakan observasi aktivitas rekan sejawat di kelas, mengembangkan kompetensi
dan performansi guru, mengkaji jurnal dan buku pendidikan, serta mengikuti studi
lanjut dan pengembangan pengetahuan melalui kegiatan ilmiah merupakan upaya
peningkatan .....
A. kinerja pendidik
B. kerja pendidik
C. profesionalisme pendidik
D. profesi pendidik
5 - 12 Unit 5
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik, dan Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Unit 2. Sebaliknya, bila
tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali uraian yang terdapat
dalam subunit sebelumnya, khususnya pada bagian yang belum Anda kuasai.
5 - 14 Unit 5
bagian kebersihan sekolah, merupakan satu kesatuan sinergis yang membawa sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan.
Tenaga kependidikan dapat pula disebut sebagai tenaga penyelenggara pendidikan.
Kepala Sekolah dapat pula dimasukkan ke dalam tenaga kependidikan, karena ia
menyelenggarakan pendidikan dan menduduki jabatan struktural.
Apakah Anda sudah mengenali tugas-tugas tenaga kependidikan? Pasti Anda
sudah memahaminyaMeskipun demikian, untuk menyegarkan ingatan Anda, mari kita
tengok kembali kewajiban-kewajiban tenaga kependidikan.
1. Menjadi manajer atau pengendali sistem manajerial lembaga pendidikan dengan tugas
di antaranya: membuat prediksi kelangsungan lembaga pendidikanya di masa
mendatang untuk mengantisipasi dan mengembangkan prestasi, merencanakan inovasi
pendidikan, menciptakan strategi, serta mengkoordinasikan dan melakukan
pengendalian terhadap pelaksanaaan pendidikan.
2. Menjadi pemimpin lembaga pendidikan dengan memimpin semua aset insani di
sekolah, memotivasi kerja dengan kinerja positif, meningkatkan kesejahteraan, dan
mengendalikan disiplin kerja.
3. Menjadi supervisor atau pengawas yang akan mengawasi jalannya kinerja administrasi
pendidikan, melakukan supervisi, serta mencari dan memberi peluang untuk
meningkatkan profesi para pendidik.
4. Menjadi pencipta iklim bekerja yang kondusif.
5. Menjadi administrator lembaga pendidikan dengan tugas menyelenggarakan kegiatan
rutin yang dioperasikan oleh personalia lembaga
6. Melaksana kegiatan administratif-subatantif yaitu administrasi kurikulum, kesiswaan,
prsonalia, keuangan, sarana dan prasarana.
7. Menjadi koordinator kerja sama lembaga pendidikan dengan masyarakat.
Kinerja tenaga kependidikan juga perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil kerja
yang optimal. Tentunya Anda telah paham benar pentingnya peningkatan kinerja agar
sistem administrasi sekolah dapat berjalan denganlancar. Sekarang, marilah kita perhatikan
penjelasan berikut untuk lebih memahami pengembangan kinerja tenaga kependidikan.
1. Standar akurasi: apakah tugas yang dikerjalan memenuhi standar ketepatan?
2. Prestasi: apakah tugas yang dikerjakan dapat terselesaikan dengan penuh tanggung
jawab?
Nah, dari paparan tersebut, Anda dapat menilai bagaimana kinerja tenaga
kependidikan semestinya dikembangkan untuk mewujudkan MBS yang efektif dan
optimal. Sekarang, bagaimana dengan upaya peningkatan profesional tenaga
kependidikan?
Secara konstitusional pasal 41 UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas menyebutkan
bahwa tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas daerah. Pengangkatan, penempatan,
dan penyebaran tenaga kependidikan diatur oleh lembaga yang mengangkat berdasarkan
kebutuhan satuan pendidikan formal. Promosi dan penghargaan bagi tenaga kependidikan
dilakukan berdasarkan: latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi
kerja dalam bidang pendidikan.
Selain itu, pemerintah dan pemerintah daerah memiliki kewajiban membina dan
mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
5 - 16 Unit 5
pemerintah maupun masyarakat. Secara internal, untuk menunjang pelaksanaan MBS,
terdapat hal yang perlu dipantau dari tenaga kependidikan.
1. Pengetahuan tentang pekerjaan yang dilakukan
2. Kualitas kerja mereka
3. Produktivitas kerja
4. Adaptasi dan fleksibilitasnya
5. Inisiatif dan pemecahan masalah
6. Koorperasi dan kerjasama
7. Kendala yang mampu diatasi dan tanggung jawab
8. Kemampuan berkomunikasi dan interaksinya.
Sebagai kepala sekolah, misalnya, Anda dapat juga dipandang sebagai tenaga
kependidikan, karena perannya sebagai penyelenggara serta administrator administrasi dan
manajerial pendidikan di sekolah. Anda masih ingat bukan, bahwa salah satu faktor yang
paling menentukan mutu pendidikan di sekolah adalah mutu kepala sekolah. Oleh sebab
itu, kita perlu mengetahui apa yang dilakukan kepala sekolah yang berhasil meningkatkan
mutu pendidikannya di sekolah.
Pengelolaan sekolah sebagaimana Anda pahami mencakup beberapa unsur, antara
lain: mengembangkan dan merawat fasilitas sekolah, memastikan ketersediaan buku serta
alat dan bahan yang dibutuhkan guru untu mengajar, bekerja sama dengan orang tua dan
masyarakat. Pengawas sekolah pun harus memiliki potensi untuk mempengaruhi kepala
sekolah dan guru di wilayahnya agar mereka secara aktif dapat meningkatkan mutu
pendidikan di sekolahnya.
Untuk melengkapi pemahaman Anda, isikanlah pengalaman, ide, atau hasil diskusi
Anda berkenaan dengan apa yang dapat Anda lakukan untuk tugas-tugas kepala sekolah
dalam tabel berikut ini.
.....dst
Latihan
5 - 18 Unit 5
yang berlaku. Upaya struktural dan kesejawatan berkaitan dengan program-program
pengembangan dan peningkatan karier dan jabatan ketenagaan dengan melihat hasil
evaluasi kinerja maupun promosi.
Rangkuman
Kerjakanlah tes formatif ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu
jawaban yang menurut Anda benar.
1. Kinerja tenaga kependidikan perlu mendapatkan perhatian untuk memperoleh hasil....
A. optimal sebagai upaya peningkatan profesionalisme
B. sesuai dengan pencapaian tujuan tertentu
C. sepadan dengan tenaga pendidik
D. selaras dengan standar pemerintah
2. Secara internal, untuk menunjang MBS tenaga kependidikan harus dipantau hal-hal
yang berkaitan dengan ....
A. pengetahuan tentang pekerjaan yang dilakukan
B. kualitas kerja mereka
C. produktivitas kerja
D. semua benar
3. Menjadi manajer atau pengendali sistem manajemen lembaga pendidikan dengan tugas
seperti mengadakan prediksi kelangsungan lembaga pendidikannya di masa
mendatang untuk mengantisipasi dan mengembangkan prestasi, merencanakan inovasi
pendidikan, menciptakan strategi, mengkoordinasikan dan melakukan pengendalian
terhadap pelaksanaaan pendidikan, merupakan ....
A. hak tenaga kependidikan
B. kewajiban tenaga kependidikan
C. deskripsi tugas tenaga kependidikan
D. profesionalisme tenaga kependidikan
4. Tenaga kerja kependidikan perlu ditingkatkan kinerjanya agar.....
A. terjadi optimalisasi pendidikan
B. standardisai pencapaian tujuan pendidikan terlaksana
C. tercapai tujuan institusional
D. tercapai tujuan kurikuler
5. Promosi dan penghargaan bagi tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan :
A. status sosial tenaga kependidikan
B. latar belakang ekonomi tenaga kependidikan
C. kemampuan dan prestasi tenaga kependidikan
D. latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam
bidang pendidikan.
5 - 20 Unit 5
6. Komunikasi, kompetensi dan kerjasama merupakan unsur penunjang tercapainya :
A. produktivitas kerja kependidikan
B. hubungan positif tenaga kependidikan dengan pihak luar
C. kemampuan dasar tenaga kependidikan
D. kemampuan penunjang profesi tenaga kependidikan
7. Secara administratif, tenaga kependidikan merupakan ....
A. pelaksana administratif-subatantif yaitu administrasi kurikulum, kesiswaan,
personalia, keuangan, sarana dan prasarana
B. pelaksana tugas struktural sekolah
C. pelaksana tugas fungsional sekolah
D. pelaksana tugas dan wewenang yang diberikan kepala sekolah
8. Dalam perspektif MBS, untuk menghasilkan sekolah yang produktif, efektif dan efisien,
dapat dilakukan melalui peningkatan moral, etika kerja, motivasi, jaminan sosial, sikap,
disiplin, kesehatan, kesempatan berprestasi dan berkarier, lingkungan dan suasana
kerja, hubungan antarpersonal di sekolah, penguasaan teknologi berbasis IT, dan
kepuasan kerja, peranan tenaga kependidikan dapat dikatakan sebagai ...
A. komplementer
B. substitutif
C. personal
D. mediator dan fasilitator
9. Pemberdayaan tenaga kependidikan diselenggarakan melalui pengembangan diri yang...
A. demokratis
B. selektif
C. produktif
D. deskriminatif
10. Kepala Sekolah sebagai bagian tenaga kependidikan atau penyelenggara pendidikan
bertugas .....
A. membantu dan membina guru, termasuk meningkatkan profesionalisme guru
B. mengelola sekolah dan melengkapi fasilitas sekolah
C. meningkatkan peran serta masyarakat
D. semua jawaban benar
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik, dan Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Unit 6. Sebaliknya, bila
tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali uraian yang terdapat
dalam subunit sebelumnya, khususnya pada bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.
5 - 22 Unit 5
Kunci Jawaban Tes Formatif
5 - 24 Unit 5
Glosarium
Mohammad Syaifuddin
Ichsan Anshory AM
Pendahuluan
P ada unit ini kita akan mempelajari konsep pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM). Saudara, pada unit ini Anda tidak diajak untuk
mempelajari metode pembelajaran, namun esensi yang akan dicapai adalah
bagaimana pengelolaan proses pembelajaran dilakukan agar tujuan pendidikan yang
diharapkan dapat tercapai. Mungkin Anda masih ingat, bahwa salah satu kelemahan
sistem pendidikan di Indonesia selalu berorientasi pada input dan output, kurang
memperhatikan aspek proses. Adahal, proses pembelajaran merupakan salah satu
aspek penting yang akan menentukan hasil pendidikan. Demikian pula, esensi
penting dari implementasi MBS adalah bagaimana mutu pendidikan dapat dicapai,
yang bermuara pada peningkatan prestasi siswa.
Unit ini terdiri atas dua subunit. Subunit 1 membahas pembelajaran PAKEM,
dan subunit 2 mengupas komponen pendukung PAKEM. Usai mempelajari kedua
subunit tersebut, Anda diharapkan dapat memahami konsep dasar dan ciri-ciri
pembelajaran PAKEM, mengidentifikasi komponen pendukung PAKEM (guru,
orang tua siswa, masyarakat dan komite sekolah) dan perannya, serta kriteria
keberhasilan pembelajaran PAKEM. Untuk memperkaya wawasan Anda tentang
6 - 2 Unit 6
Subunit 1
Saudara, seperti yang telah diuraikan pada Unit 2, proses belajar mengajar
merupakan kegiatan utama sekolah. Dengan MBS, maka sekolah diberi kebebasan
memilih strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang
paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa,
karakteristik guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah.
Penerapan MBS memberikan kewenangan kepada sekolah untuk melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan yang dikondisikan untuk kebutuhan
lokal dalam upaya mencapai peningkatan mutu sekolah dengan karakteristik
lokalnya.
Melalui proses pembelajaran yang didasari dengan kebutuhan lokal dan
kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah, maka diharapkan
efektivitas proses pembelajaran dapat tercapai sehingga menghasilkan prestasi
belajar yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, dalam kerangka MBS, penggunaan dan pemanfaatan semua
sumber daya sekolah bermuara pada bagaimana meningkatkan mutu proses
pembelajaran, sehingga mutu pendidikan di sekolah dapat tercapai.
6 - 4 Unit 6
3. Jarang digunakan metode mengajar bermain peran, bercerita, dan permainan.
Padahal, metode tersebut sangat bermanfaat bagi peserta didik di kelas rendah;
4. Dengan sedikit pengecualian, guru tampaknya kurang memperhatikan perbedaan
individu peserta didik. Peserta didik yang cepat menyelesaikan tugasnya sering
harus duduk menunggu, tanpa ada tugas tambahan, sampai semua peserta didik
selesai. Sebaliknya, peserta didik yang lambat kurang mendapat pelayanan yang
memadai.
6 - 6 Unit 6
mempertanyakan gagasan. Di samping itu, guru harus kreatif, artinya guru dapat
mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam, membuat alat bantu belajar,
memanfaatkan lingkungan, mengelola kelas dan sumber belajar untuk mencapai hasil
belajar yang diinginkan. Guru harus mengembangkan suatu proses pembelajaran
yang efektif, yaitu pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yaitu terapainya kompetensi siswa. Pembelajaran menyenangkan
adalah kegiatan belajar yang menarik, menantang, meningkatkan motivasi peserta
didik, mendapatkan pengalaman secara langsung, meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta tidak membuat peserta didik takut.
Peserta didik senang belajar berarti mengkondisikan peserta didik untuk berani
mencoba/berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat/ gagasan, berani
mempertanyakan gagasan orang lain, sebagaimana empat pilar pendidikan yang
dicanangkan UNESCO. Menurut UNESCO, pembelajaran harus berorientasi pada
“learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together”.
Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata pembelajaran yang
menjadikan siswa tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di
dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan peserta didik dalam suasana
yang sama sekali tidak ada tekanan, baik fisik maupun psikologis. Jika pembelajaran
berada dalam kondisi tekanan, maka akan mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan
kebebasan apapun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran
(learning climate) yang kondusif.
Dalam konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning), ruh
pembelajaran terletak pada bagaimana hubungan antara guru dan peserta didik dapat
dijalin dengan pendekatan didaktik metodik yang bernuansa”pedagogis”. Artinya,
interaksi antara guru dan siswa tidak terjalin dengan komunikasi yang “kaku” seperti
orang yang serba tahu dengan siswa yang serba tidak tahu.
Saudara, sudahkan Anda memahami PAKEM di atas? Dapatkah Anda
menyebutkan ciri-ciri PAKEM? Cobalah cocokkan pemahaman Anda tentang
PAKEM dengan uraian berikut.
PAKEM mengambarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman
dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara untuk membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
6 - 8 Unit 6
3. Guru memberi kesempatan kepada • Peserta didik:
peserta didik untuk mengem-bangkan o melakukan percobaan, pengamatan,
keterampilan. atau wawancara
o mengumpulkan data/jawaban dan
mengolahnya sendiri
o menarik kesimpulan
o memecahkan masalah, mencari rumus
sendiri
o menulis laporan/hasil karya lain
dengan kata-kata sendiri
4. Guru memberi kesempatan kepada • Melalui:
peserta didik untuk mengung-kapkan o diskusi
gagasannya sendiri secara lisan atau o pertanyaan terbuka
tulisan.
o hasil karya yang merupakan pemikiran
peserta didik sendiri
5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan • Peserta didik dikelompokkan sesuai
belajar dengan kemam-puan peserta dengan kemampuan (untuk kegiatan
didik. tertentu)
• Bahan pelajaran disesuaikan dengan
kemampuan kelompok tersebut.
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
6. Guru mengaitkan pembelajaran dengan • Peserta didik menceritakan atau
pengalaman peserta didik sehari-hari. memanfaatkan pengalamannya sendiri.
• Peserta didik menerapkan hal yang
dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
7. Menilai proses pembelajaran dan • Guru memantau kerja peserta didik
kemajuan belajar peserta didik secara • Guru memberikan umpan balik
terus menerus.
6 - 10 Unit 6
Langkah-langkah tersebut hendaknya didasarkan pada kurikulum yang
dikembangkan di sekolah dengan memperhatikan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ingin dicapai.
1. Perencanaan Pembelajaran
Dalam upaya meningkatkan efektivitas proses pembelajaran untuk mencapai
hasil belajar yang diharapkan, perencanaan pembelajaran merupakan sesuatu yang
harus dipersiapkan setiap guru. Perencanaan yang disusun dalam kerangka MBS
adalah suatu perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga siswa dapat
mengikuti pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan, memahami bahan-bahan
ajar, dan memperoleh berbagai pengalaman baru, yang bermuara pada tercapainya
kompetensi dasar siswa yang telah ditetapkan.
Perencanaan pembelajaran yang baik harus disusun denga mengacu kepada:
kebutuhan siswa, tujuan pembelajaran, standar kompetensi, dan kompetensi yang
ingin dicapai, strategi dan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan untuk
mencapai komptensi, serta kriteria evaluasi.
Pertama, perencanaan untuk mengapresiasi kebutuhan siswa. Perencanaan
yang didasarkan pada kebutuhan siswa memungkinkan guru untuk melakukan yang
terbaik dalam proses pembelajaran. Keberagaman siswa di dalam kelas dapat dilihat
dari berbagai unsur yaitu daya serap dan kemampuan siswa berbeda, latar belakang
budaya siswa, tingkat kecerdasan siswa, dan kepribadian siswa. Daya serap dan
kemampuan siswa dapat dilihat dari capaian prestasi yang diperoleh sebelumnya.
Dalam konteks ini, di dalam suatu kelas terdapat siswa yang pandai, sedang, dan
yang berkemampuan rendah. Informasi yang diperoleh dari kemampuan dan daya
serap siswa ini akan memudahkan guru dalam mempersiapkan strategi dan
pendekatan pembelajaran. Konteks tingkat kecerdasan didasarkan pada tiga
indikator yaitu kemampuan berfikir abstrak dan rasional, kemampuan memecahkan
masalah, dan kapasitas penguasaan bidang ilmu. Sedangkan aspek budaya dan
kepribadian siswa didasarkan pada lingkungan dan pribadi siswa itu sendiri.
Dengan memperhatikan kondisi siswa dalam perencanaan pembelajaran, guru
sudah melakukan langkah strategis untuk mencapai pembelajaran yang efektif.
Menagapa? Tentu saja guru akan melakukan berbagai strategi dan pendekatan yang
disesuaikan dengan daya serap dan kemampuan siswa (pandai, sedang dan rendah),
siswa yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak dan rasional, serta lingkungan
budaya dan karakteristik dari siswa itu sendiri. Bagaimana Saudara, apakah Anda
telah melakukan perencanaan pembelajaran seperti di atas?
6 - 12 Unit 6
pembelajaran aktif, guru bukan sumber utama dalam pembelajaran, melainkan lebih
sebagai fasilitator yang mengantarkan siswa untuk mencapai kompetensinya dengan
menggunakan berbagai sumber yang ada, dengan menggunakan komunikasi yang
efektif, baik secara verbal maupun non verbal.
4. Penguasaan Kelas
Saudara, istilah penguasaan kelas tidak terlepas dari arti pengelolaan kelas.
Pembelajaran efektif dipengaruhi oleh sejauh mana guru mampu mengelola dan
menguasai kelas dengan baik. Beberapa indikator penting yang menunjukkan ciri
pengelolaan dan penguasaan kelas oleh guru adalah menguasai bahan ajar atau
materi, tampil energik, ceria dan optimis, sehingga senantiasa menarik siswa untuk
belajar. Namun demikian, indikator itu belum cukup. Hunt dalam Rosyada
(2004:183) menyatakan bahwa setidaknya ada delapan langkah yang harus dilakukan
guru agar mampu mengelola dan menguasai kelas dengan baik. Kedelapan langkah
tersebut ialah: persiapan yang cermat, tetap menjaga dan terus mengembangkan
rutinitas, bersikap tenang dan penuh percaya diri, bertindak dan bersikap profesional,
mampu mengenali perilaku yang tidak tepat, menghindari langkah mundur,
berkomunikasi dengan orang tua secara aktif, serta menjaga kemungkinan
munculnya masalah.
Semiawan (1987) membagi pengelolaan kelas menjadi tiga bagian.
b. Pengelompokan siswa
Dalam kegiatan pembelajaran yang efektif, pengelompokan siswa menjadi
bagian yang sangat penting. Walaupun pengelompokan siswa tidak mutlak dilakukan
tetapi dalam perspektif PAKEM, pengelompokan siswa menjadi sangat berarti untuk
mencapai pembelajaran yang efektif. Di dalam pembelajaran aktif, pengelompokan
siswa dapat dibedakan dalam tiga hal yaitu pengelompokan menurut “kesenangan
berkawan”, pengelompokan menurut kemampuan, dan pengelompokan menurut
minat siswa.
c. Tutor sebaya
Tutor sebaya merupakan salah model pengelompokan siswa dalam
pembelajaran. Tutor sebaya dipilih dari siswa yang pandai atau mempunyai
6 - 14 Unit 6
kemampuan lebih dari siswa lainnya. Pengelompokan siswa dengan melibatkan tutor
sebaya dalam kelompok tersebut akan memudahkan siswa untuk berkomunikasi
dengan siswa lainnya dalam memecahkan masalah dengan bimbingan tutor sebaya.
Tutor sebaya dapat menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Oleh karena itu, siswa
akan memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa yang kurang mampu di
dalam kelompok tersebut. Bantuan tersebut dapat dilakukan di sekolah maupun di
rumah.
5. Evaluasi
Pembelajaran yang efektif tidak hanya didukung oleh perencanaan
pembelajaran, membangun komunikasi, mengembangkan strategi dan penguasaan
kelas tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi terhadap pencapaian
kompetensi siswa. Dengan mengacu kepada KTSP dan konsep belajar tuntas, maka
peran evaluasi sangat penting agar pembelajaran efektif. Di samping berguna untuk
mengetahui pencapaian komptensi siswa, juga informasi yang diperoleh dari evaluasi
dapat digunakan untuk perencanaan pembelajaran berikutnya. Dalam konteks
pencapaian kompetensi siswa, hasil evaluasi dapat menggambarkan siswa yang telah
dan belum mencapai standar kompetensi minimal yang ditetapkan sekolah.
Perlakuan terhadap siswa yang telah mencapai kompetensi yang ditetapkan dapat
dilakukan dengan dengan pengayaan, sedangkan siswa yang belum mencapai
kompetensi dapat diberikan remedial. Siklus perencanaan – evaluasi merupakan
sebuah siklus proses pembelajaran yang seharusnya dilakukan agar pembelajaran
dapat efektif.
Latihan
Sudah selesai? Baik, mari bandingkan jawaban Anda dengan kunci jawaban
latihan di bawah ini.
1. PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya,
Rangkuman
6 - 16 Unit 6
Efektif artinya menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah
proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan komptensi yang ditetapkan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan guru agar pembelajaran efektif
adalah: (a) menyusun perencanaan pembelajaran, (b) membangun komunikasi
yang efektif, (c) memilih dan menetapkan strategi pembelajaran, (d)
mengelola kelas, serta (e) melakukan evaluasi.
Tes Formatif 1
Kerjakanlah tes formatif 1 ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada
salah satu pilihan jawaban yang menurut Anda benar.
1. Unsur-unsur PAKEM dalam pembelajaran adalah sebagai berikut, kecuali:
A. aktif C. kreatif
B. efektif E. reflektif
2. Suatu proses pembelajaran yang menciptakan suasana yang membuat siswa
mampu memahami masalah, menemukan ide yang terkait, mempresentasikan
dalam bentuk lain yang lebih mudah diterima, dan menemukan tantangan yang
harus diisi untuk memecahkan masalah, disebut pembelajaran ...
A. aktif C. kreatif
B. efektif E. menyenangkan
3. Suatu proses pembelajaran yang menciptakan suasana yang dapat memicu siswa
aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan disebut
pembelajaran ...
A. aktif C. kreatif
B. efektif E. menyenangkan
4. Suatu proses pembelajaran yang menciptakan suasana belajar-mengajar yang
menyebabkan siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar
sehingga waktu curah perhatiannya tinggi dan kerasan di sekolah menunjukkan
pembelajaran yang ...
A. aktif C. kreatif
B. efektif E. menyenangkan
5. Yang dimaksud dengan pembelajaran efektif ialah ....
A. pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan.
B. pembelajaran yang dilakukan berhasil mengaktifkan siswa.
C. pembelajaran yang dilakukan berhasil menyenangkan siswa.
D. pembelajaran yang dilakukan membuat siswa lebih kreatif.
6 - 18 Unit 6
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik, dan Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Sub Unit 2.
Sebaliknya, bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali
uraian yang terdapat dalam subunit 1, khususnya bagian yang belum Anda kuasai.
1. Guru
Guru memiliki pengaruh dan peran yang sangat penting dalam meningkatkan
pembelajaran di sekolah. Menurut Nurkholis (2005), peran guru dalam MBS adalah
sebagai rekan kerja, pengambil keputusan dan pengimplementasi program
pembelajaran. Berkaitan dengan program implementasi program pembelajaran
disebutkan bahwa guru harus memiliki pengetahuan tentang pembelajaran dan
kurikulum.
Berkenaan dengan PAKEM, tentunya Anda sependapat bahwa strategi
tersebut seharusnya dikembangkan oleh guru dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran. Artinya, pencapaian kompetensi dasar dan standar kompetensi yang
ditetapkan dan sesuai dengan standar isi dapat dicapai dengan melibatkan siswa
secara aktif, kreatif, efektif, dan dalam kondisi yang menyenangkan.
Anda akan diajak kembali untuk melihat tanggung jawab guru dalam
pembelajaran. Terdapat empat tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengelolaan kelas, dan (4) penilaian/evaluasi.
6 - 20 Unit 6
Pada tahap perencanaan guru dituntut untuk menyiapkan silabus, program
tahunan, program semester dan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
pendukungnya (RPP). Dalam konteks penyusunan RPP ini, peran guru sangat
penting dalam mendesain sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran yang PAKEM.
Perencanaan yang jelas dan lengkap dengan strategi PAKEM yang didukung oleh
perencanaan perangkat dan pendukung PAKEM akan memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Bagaimana dengan Anda, sudahkan tanggung jawab
perencanaan ini sudah dilaksanakan? Saya yakin Anda telah melaksanakan tanggung
jawab ini, walaupun masih perlu penyempurnaan agar menjadi lebih baik.
Pada tahap pelaksanaan, peran guru adalah melakukan pembelajaran sesuai
dengan apa yang telah direncanakan. Artinya, pembelajaran sudah sesuai dengan
silabus dan RPP yang disusun. Ketika strategi PAKEM telah disiapkan secara
matang dan baik di dalam RPP, maka strategi PAKEM tersebut betul-betul
dilaksanakan oleh seorang guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagaimana dengan
Anda? Apakah di dalam pembelajaran, Anda sudah mengacu kepada silabus dan
RPP yang telah Anda susun? Pertanyaan ini muncul karena masih ada dan mungkin
kebanyakan guru masih belum mengacu kepada silabus dan RPP yang sudah
disusun, tetapi lebih mengacu kepada buku-buku paket yang belum tentu sesuai
dengan RPP yang telah disiapkan.
Pada tahap pengelolaan kelas, peran guru dalam penerapan strategi PAKEM
baik secara fisik maupun substantif akan sangat tergambar dengan jelas. Masihkah
Anda ingat dengan pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Semiawan (1987) dan
Hunt (dalam Rosyada, 2004)? Pengelolaan kelas dibagi menjadi tiga bagian penting
yaitu pengaturan kelas, pengelompokan siswa dan penggunaan tutor sebaya.
Keberhasilan PAKEM dipengaruhi oleh sejauhmana guru mampu mengelola dan
menguasai kelas dengan baik. Artinya, pengelolaan yang efektif akan memudahkan
guru di dalam pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang telah ditetapkan. Pengelolaan kelas tentu saja tidak terlepas dari
bagaimana RPP disusun.
Aspek penting lainnya dalam kerangka PAKEM adalah bagaimana proses
penilaian dilakukan. Untuk mendukung PAKEM, guru mempunyai tanggung jawab
dalam menyusun penilaian yang menyentuh berbagai ranah dan menggunakan
berbagai cara dan alat penilaian yang sesuai. Di samping itu, guru juga dapat menilai
perubahan dan perkembangan aktivitas serta perolehan belajar siswa selama proses
pembelajaran di dalam/di luar kelas melalui penilaian tertulis, kinerja, proyek,
produk, dan juga portofolio. Keterpaduan penilaian yang dilakukan guru dalam
2. Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan faktor kunci dalam mendukung keberhasilan
pendidikan di suatu sekolah. Artinya, kepala sekolah merupakan komponen yang
paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Sebelumnya
telah dijelaskan bahwa kepala sekolah dapat berperan sebagai edukator, manajer,
administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator. Mungkin Anda bertanya,
dimana kaitan antara Kepala Sekolah dengan strategi PAKEM yang digunakan guru
dalam pembelajaran di kelas? Untuk menjawab pertanyaan itu, Anda akan saya ajak
pada uraian terpadu dari peran-peran kepala sekolah tersebut.
Sebagai edukator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
meningkatkan empat kompetensi guru yang diamanahkan UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta
menjalankan apa yang telah ditetapkan dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Keempat kompetensi guru tersebut adalah kompetensi
pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Dalam konteks ini, kepala sekolah
harus memberikan pembinaan kepada guru baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk meningkatkan kompetensi mereka sehingga dapat melaksanakan
tugas pembelajaran dengan kualitas yang lebih baik.
Dalam konteks kompetensi pedagogik dan profesional, kepala sekolah
mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pembinaan kepada guru untuk
meningkatkan kualitas pedagogik dan profesionalnya. Artinya, kepala sekolah
membina guru dalam empat tanggung jawab yang harus dilaksanakan guru yaitu
dalam hal perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian,
termasuk di dalamnya adalah kemampuan dan penguasaan guru terhadap ilmu atau
materi pelajaran itu sendiri. Salah satu contoh pembinaan yang dapat dilakukan
adalah bagaimana guru dapat melaksanakan suatu pembelajaran yang menarik, siswa
aktif, dalam suasana yang menyenangkan, serta tujuan yang diinginkan dapat dicapai
secara efektif.
6 - 22 Unit 6
Beberapa cara dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam membina
kompetensi pedagogik dan profesional guru. Di antaranya dengan mengikutsertakan
guru dalam kegiatan pelatihan-pelatihan secara teratur, baik yang diselenggarakan
oleh Depdiknas, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau melalui kelompok KKG,
seminar, lokakarya, dan sebagainya. Keterlibatan guru di dalam berbagai aktivitas
tersebut dimaksudkan agar guru dapat menyusun dan mengevaluasi perkembangan
kemajuan pendidikan di sekolah, khususnya yang terkait dengan strategi
pembelajaran dan mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi.
Aspek penting dari peran kepala sekolah dalam kerangka pembelajaran
PAKEM adalah kepala sekolah sebagai supervisor. Dalam kerangka MBS, supervisi
yang dilakukan oleh kepala sekolah lebih ditekankan pada pembinaan dan
peningkatan kualitas dan kinerja guru di sekolah dalam menjalankan tugasnya.
Pertanyaannya adalah apa yang disupervisi oleh kepala sekolah dalam kerangka
PAKEM? Jawabanya adalah kepala sekolah melakukan supervisi untuk
meningkatkan keempat kompetensi di atas, khususnya komptensi pedagogik dan
profesional. Artinya, supervisi yang dilakukan kepala sekolah bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial guru,
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih efektif. Menurut
Mulyasa (2005), supervisi dapat dilakukan melalui diskusi kelompok, kunjungan
kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.
Pada pendekatan diskusi kelompok, kegiatan dilakukan bersama-sama guru
untuk memecahkan berbagai permasalahan di sekolah, khususnya permasalahan yang
terkait dengan pembelajaran, baik permasalahan yang dihadapi guru, maupun hasil
observasi kepala sekolah di dalam atau di luar kelas. Diharapkan dengan diskusi
kelompok tersebut, pelbagai permasalahan pembelajaran dapat dipecahkan, sehingga
kualitas pembelajaran pun dapat ditingkatkan.
Pada supervisi melalui kunjungan kelas, kepala sekolah secara berkala
melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran di kelas secara langsung. Kepala
sekolah dapat secara langsung mengamati proses pembelajaran, dengan menitik-
beratkan pada kesesuaian materi pembelajaran dengan silabus dan kesesuaian proses
pembelajaran dengan RPP. Lebih spesifik lagi kepala sekolah dapat mengamati
secara langsung penggunaan strategi pembelajaran oleh guru di dalam kelas, media
yang digunakan, keterlibatan siswa secara aktif, kreatif, dan suasana pembelajaran
yang menyenangkan, serta efektivitas pembelajaran. Melalui kunjungan kelas
tersebut, kepala sekolah dan guru dapat mengetahui permasalahan dan kelemahan
yang terjadi di dalam proses pembelajaran. Pada model supervisi ini juga, kepala
6 - 24 Unit 6
melalui paguyuban kelas dapat dilihat dari aspek perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran.
Di dalam perencanaan pembelajaran, orang tua dapat berfungsi sebagai
pemberi masukan, pemantau, dan juga nara sumber dalam pembelajaran. Di samping
itu, orang tua pun dapat membantu melengkapi alat-alat pembelajaran yang
mendukung pembelajaran yang tidak dapat dipenuhi oleh sekolah.
Di dalam pelaksanaan pembelajaran, orang tua dapat membantu guru dalam
mengelola kelas, menyiapkan dan membuat alat-alat peraga pendukung
pembelajaran, mendampingi anak-anak dalam pembelajaran di kelas terutama di
kelas rendah, serta menyediakan perabotan yang dibutuhkan kelas yang dapat
menunjang pembelajaran, seperti papan pajangan karya siswa, kipas angin dan
sebagainya. Juga orang tua dapat memberikan bantuan sebagai narasumber dalam
pembelajaran di kelas pada topik bahasan tertentu untuk meningkatkan life skill
siswa.
Jadi, orang tua melalui paguyuban kelas dapat berperan serta dalam
memberikan bantuan pemikiran, tenaga, dana, sarana dan prasarana pembelajaran di
kelas. Namun, perlu Anda garis bawahi bahwa peran orang tua melalui paguyuban
kelas ini sebatas membantu guru dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran
PAKEM di sekolah, dan tidak dapat menggantikan guru sebagai unsur utama
pembelajaran di kelas.
Nurkholis (2005:125) menyatakan bahwa orang tua siswa harus menyediakan
waktu sebanyak mungkin untuk berkunjung ke sekolah dan ke kelas guna
mengontrol pendidikan anaknya. Diskusi dengan guru dan pembimbing siswa
diperlukan agar orang tua dapat mengetahui hambatan dan kemajuan yang dialami
anaknya. Langkah ini sekaligus bisa mengantisipasi dan mengeliminasi kemungkinan
kegagalan pendidikan anaknya di sekolah. Di sisi lain, guru selain pendidik di
sekolah juga diajak aktif memantau pendidikan siswa di dalam keluarga.
Komite Sekolah
Tentunya Anda masih ingat bahwa terdapat 4 peran dan fungsi Komite
Sekolah. Keempatnya ialah advisory agency (pemberi pertimbangan), supporting
agency (pendukung kegiatan layanan pendidikan), controlling agency (pengontrol
kegiatan layanan pendidikan), dan mediator, penghubung, atau pengait tali
komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah. Pertanyaannya adalah bagaimana
keterkaitan peran dan fungsi komite sekolah dengan pembelajaran PAKEM?
Masyarakat
6 - 26 Unit 6
Dinas Pendidikan memberikan dukungan kepada sekolah dalam hal
manajemen perencanaan, sumber daya manusia, keuangan, sarana dan prasarana, dan
sebagainya.
Saudara, marilah kita petakan dukungan Dinas Pendidikan kepada sekolah
untuk keberhasilan pembelajaran PAKEM. Pertama, dukungan terhadap manajemen
sekolah. Pada konteks ini Dinas Pendidikan memberikan pelatihan dan memfasilitasi
sekolah dalam perencanaan pengembangan sekolah, khususnya bagaimana sekolah
memilih program dan kegiatan untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
Dukungan Dinas Pendidikan yang demikian itu akan memungkinkan sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penggunaan strategi PAKEM di
sekolah.
Kedua, dukungan terhadap sumber daya manusia. Dukungan Dinas
Pendidikan terhadap sekolah di bidang sumber daya manusia adalah menyediakan
sumber daya yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada konteks
kuantitas, Dinas Pendidikan mempunyai kewajiban dalam menyediakan guru sesuai
dengan kebutuhan sekolah. Jumlah guru yang memadai tentunya akan lebih
memudahkan sekolah dalam pengelolaan sumber daya manusia guna peningkatan
kualitas pembelajaran. Sedangkan pada konteks kualitas, dukungan Dinas
Pendidikan kepada sekolah adalah meningkatkan kualifikasi guru yang belum
memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, serta peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional yang dapat
dilakukan melalui pelatihan-pelatihan yang dilakukan secara reguler dan terencana,
seperti pelatihan mengembangkan kurikulum, pendekatan instruksional baik metode
dan strategi pembelajaran maupun manajemen kelas, serta evaluasi pembelajaran
yang dapat melibatkan siswa secara aktif, kreatif, dan menyenangkan. Pelatihan
dapat juga dilakukan untuk meningkatkan kompetensi profesional guru sesuai
dengan kapasitas yang menjadi tanggung jawabnya. Dukungan terhadap peningkatan
kualifikasi dan kompetensi guru dilakukan tanpa mengabaikan dukungan terhadap
peningkatan dua kompetensi lainnya, yaitu kompetensi sosial dan kepribadian.
Ketiga, dukungan terhadap sarana dan prasarana. Dukungan Dinas
Pendidikan Pendidikan kepada sekolah untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran
PAKEM adalah menyediakan sarana dan prasarana sekolah, khususnya yang
mendukung proses pembelajaran. Sarana pembelajaran dan sumber belajar seperti
buku teks, alat peraga, media dan sebagainya merupakan salah satu bentuk
penyediaan sarana dan prasarana untuk keberhasilan pembelajaran PAKEM.
Keempat, dukungan terhadap pengawasan dan evaluasi pelaksanaan
pembelajaran. Salah satu tugas penting Dinas Pendidikan lainnya adalah memberikan
6 - 28 Unit 6
Mungkin Anda masih ingat terhadap beberapa lembaga dan pusat yang ada di
lingkungan Depdiknas, seperti Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dan
Pusat Pengembangan Pelatihan Guru (PPPG)? Melalui LPMP dan PPPG inilah
Depdiknas memberikan pelatihan-pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah. Kalau Anda cermati, kedua lembaga tersebut bertugas
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mungkin ada diantara Anda yang pernah
mengikuti progran dan kegiatan kedua lembaga tersebut.
Saudara, pada prinsipnya dukungan Depdiknas mencakup semua dukungan
terhadap sekolah dalam bentuk dukungan manajemen perencanaan, keuangan, sarana
dan prasarana, sumber daya manusia, kebijakan nasional, dan sebagainya.
Di antara contoh dukungan Depdiknas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas ialah tersedianya dana penelitian tindakan untuk guru,
peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru, sertifikasi guru, serta penyediaan
teknologi dan komunikasi informasi.
Pemerintah telah menyediakan dana untuk penelitian tindakan kelas bagi
guru. Kegiatan ini merupakan suatu kerangka kegiatan guru dalam penelitian untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran dan memecahkan kesulitan-kesulitan dalam
pembelajaran secara mandiri. Pada konteks peningkatan kualifikasi dan kompetensi
guru telah ada program Depdiknas yaitu program PGSD untuk guru-guru SD/MI.
Baik yang diselenggarakan dengan sistem tatap muka maupun jarak jauh. Pada
konteks sertifikasi, pemerintah juga memberikan sertifikasi kompetensi bagi guru
sehingga kualitas guru dapat terjamin, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pula
kualitas pembelajaran atau pendidikan di sekolah.
Dukungan penting lainnya dari Depdiknas adalah penyediaan teknologi
informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology – ICT) bagi
sekolah. Penyediaan ICT di sekolah akan memungkinkan siswa untuk dapat
mengakses sumber belajar lebih luas sesuai dengan keaktifan masing-masing siswa.
Dukungan ICT ini sangat membantu guru dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM.
.
Latihan
Rangkuman
6 - 30 Unit 6
tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda berdasarkan tugas dan
fungsinya, akan tetapi antarpelbagai komponen itu memiliki keterkaitan
yang sangat erat. Artinya, dukungan mereka merupakan dukungan integral
yang seharusnya dilakukan agar peningkatan mutu pembelajaran di sekolah
dapat tercapai.
Tes Formatif 2
Kerjakanlah tes formatif 2 ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada
salah satu pilihan jawaban yang menurut Anda benar.
1. Sekolah mempunyai kewenagan untuk melaksanakan proses pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan lokal dalam upaya mencapai peningkatan mutu sekolah
dengan karakteristik lokalnya. Pernyataan tersebut merupakan ciri-ciri sekolah
yang melaksanakan ....
A. perencanaan C. kebutuhan
B. manajemen berbasis sekolah D. evaluasi
2. PAKEM adalah suatu pembelajaran yang .....
A. melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
B. mengajak siswa untuk aktif dan kreatif sehingga kompetensi siswa dapat
dicapai.
C. menyenangkan, sehingga siswa dapat belajar dengan baik.
D. melibatkan siswa secara aktif, kreatif, dan dalam suasana yang
menyenangkan serta kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
3. Yang termasuk dalam komponen pendukung pelaksanaan PAKEM secara
internal sekolah adalah ...
A. guru dan kepala sekolah C. Dinas Pendidikan Kabuapaten/Kota
C. masyarakat D. orang tua siswa
4. Guru profesional adalah guru yang mampu menyiapkan silabus, program
tahunan, program semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Tanggung
jawab guru tersebut termasuk dalam ....
A. perencanaan C. pengelolaan kelas
B. pelaksanaan pembelajaran D. penilaian
5. Guru harus mampu mengatur kelas, mengelompokkan siswa, dan menentukan
tutor sebaya. Tanggung jawab guru tersebut termasuk dalam ...
A. perencanaan C. pengelolaan kelas
B. pelaksanaan pembelajaran D. penilaian
6 - 32 Unit 6
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil
dengan baik. Selamat, berarti Anda telah menyelesaikan semua Unit MBS dengan
baik. Sebaliknya, bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari
kembali uraian yang terdapat dalam subunit sebelumnya, khususnya pada bagian
yang belum Anda kuasai.
6 - 34 Unit 6
Daftar Pustaka
6 - 36 Unit 6