Oral medicine adalah salah satu bidang kompetensi khusus dalam kedokteran
gigi yang berhubungan dengan penyakit meliputi struktur oral dan paraoral. Oral
medicine meliputi prinsip dari pengobatan yang berhubungan dengan mulut serta
penelitian dalam bidang biologis, patologis, dan klinis. Selain itu, oral medicine juga
meliputi diagnosis dan penanganan medis dari penyakit spesifik terhadap jaringan
orofasial dan manifestasi oral dari penyakit sistemik. Secara lebih lanjut, meliputi
penanganan gangguan perilaku, perawatan gigi dan mulut dari pasien dengan medical
compromised. Selain itu dapat didefinisikan sebagai diagnosis dan perawatan dari lesi
oral juga penanganan non-bedah dari kelainan TMJ dan rasa sakit fasial dan perawatan
gigi untuk pasien dengan medical compromised dalam perawatan jalan atau rawat inap,
termasuk perawatan khusus dalam bidang periodonsia dan endodontik.1
Bidang oral medicine secara utama terdiri dari diagnosis dan penanganan medis
dari pasien dengan gangguan medis kompleks meliputi mukosa oral dan kelenjar saliva
juga rasa nyeri orofasial dan gangguan TMJ. Spesialis dalam bidang oral medicine juga
memberikan perawatan gigi dan mulut untuk pasien dengan penyakit medis yang
memengaruhi perawatan gigi, meliputi pasien yang melakukan perawatan kanker,
diabetes, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit infeksius.1
Antibiotik1
- Tetrasiklin
Indikasi: Periodontitis juvenile, penyakit periodontal kronis,
periodontitis refraktori, gingivitis deskuamatif.
Kontraindikasi: Hamil, anak di bawah usia 8 tahun.
- Clindamycin
Indikasi: bakteri Streptococcus anaerob, infeksi Clostridium,
periodontitis refraktori.
Kontraindikasi: hipersensitivitas, bayi.
- Erythromycin
Indikasi: periodontitis refraktori
Kontraindikasi: hipersensitivitas.
- Metronidazole
Indikasi: Gingivitis ulseratif, periodontitis, acute necrotizing ulcerative
gingivitis.
Kontraindikasi: penyakit saraf, gangguan darah, kehamilan.
- Quinolon
Indikasi: osteomyelitis, acute necrotizing ulcerative gingivitis, infeksi
sendi, periodontitis rekuren.
Kontraindikasi: hipersensitivitas, anak-anak dan usia lanjut.
- Penicilin
Indikasi: periodontitis refraktori
Kontraindikasi: hipersensitivitas, kehamilan.
- Sefalosporin
Indikasi: penghambatan pertumbuhan bakteri gram negatif anaerob,
osteomyelitis.
Kontraindikasi: hipersensitivitas, gagal ginjal.
- Chlorhexidine
Indikasi: Infeksi bakteri oral hygiene.
Kontraindikasi: alergi terhadap chlorhexidine.
Analgesik dan anti-inflamasi1
- Salisilat (aspirin)
Indikasi: rasa sakit gigi, sakit kepala, demam, arthritis, osteoarthritis,
infarksi myocardial.
Kontraindikasi: hemophilia, hipersensitivitas, peptic ulser, asma, pasien
dengan antikoagulan.
- Para-aminofenol derivative (paracetamol)
Indikasi: Rasa nyeri, demam.
Kontraindikasi: Tidak ada kontraindikasi absolut, tetapi hati-hati pada
gagal ginjal dan hati.
- Indole derivative (indomethason)
Indikasi: rasa nyeri gigi, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, ankylosing
spondylitis.
Kontraindikasi: Hipersensitivitas, epilepsy, penyakit ginjal, kehamilan,
gangguan psikiatri.
- Asam propionate derivative (Ibuprofen, Naproxen, Ketoprofen)
Indikasi: rasa nyeri akibat pencabutan gigi, luka jaringan lunak,
rheumatoid arthritis, gangguan musculoskeletal.
Kontraindikasi: kehamilan, peptic ulser, pendarahan gastrointestinal,
laserasi.
- Oxicam
Indikasi: Rasa nyeri post operatif, osteoarthritis, rheumatoid arthritis.
Kontraindikasi: hipersensitivitas, kehamilan, menyusui, anak di bawah
usia 6 tahun, asma bronkial.
- Nimesulide
Indikasi: Rasa nyeri gigi, arthritis, gout, kondisi nyeri, rasa nyeri
musculoskeletal.
Kontraindikasi: peptic ulser, hipersensitivitas, gangguan hepar,
kehamilan.
- Aryl acetic acid derivative (Sodium diklofenak)
Indikasi: Rasa nyeri gigi, arthritis, gout, rasa nyeri post operatif.
Kontraindikasi: peptic ulser, hipersensitivitas, kehamilan, menyusui,
asma.
- Anthranilic acid
Indikasi: rasa nyeri, arthritis, osteoarthritis, dysmenorrhea.
Kontraindikasi: hipersensitivitas, epilepsy.
- Ketorolac
Indikasi: Penanganan jangka pendek untuk rasa nyeri post operatif, rasa
nyeri musculoskeletal.
Kontraindikasi: hipersensitivitas, sindrom polip nasal, peptic ulser,
gangguan koagulasi, angioedema.
Anti jamur1
- Amfoterisin B
Indikasi: candidiasis kutan oral dan vagina, otomycosis, sistemik
mycosis, moniliasis intestinal.
Kontraindikasi: Gangguan ginjal, epilepsy.
- Nystatin
Indikasi: moniliasis, candidiasis oral, moniliasis intestinal.
Kontraindikasi: hipersensitivitas.
- Hamcyn
Indikasi: Oral thrush
Kontraindikasi: Hipersensitivitas
- Griseofulvin
Indikasi: infeksi jamur di kulit, kuku, dan kulit kepala.
Kontraindikasi: porphyria, penyakit liver yang parah, lupus
erythematous sistemik.
- Ketoconazole
Indikasi: candidiasis sistemik, dermatomycosis.
Kontraindikasi: anak di bawah usia 2 tahun.
- Terbinafin
Indikasi: Infeksi jamur dari kulit, kuku, dan onychomycosis
Kontraindikasi: hipersensitivitas, disfungsi liver
- Fluconazole
Indikasi: Candidiasis vagina dan mukosa sistemik
Kontraindikasi: hipersensitivitas
- Itraconazole
Indikasi: Candidiasis orofaringeal, mycosis sistemik, endokrinopati
mukokutan kronis.
Kontraindikasi: hipersensitivitas.
Anti virus1
- Idoxuridine
Indikasi: keratokonjungtivitis
- Acyclovir
Indikasi: Herpes genital. Herpes simplex mukokutan, herpes zoster,
cacar air, keratitis okuler.
Kontraindikasi: hipersensitivitas, glaucoma, gangguan psikiatri,
depresi.
- Zidovudine
Indikasi: AIDS
Kontraindikasi: Jumlah Hb yang rendah di bawah 7.5 gr/dL, jumlah
neutrophil yang rendah
- Retrovir
Indikasi: AIDS, infeksi AIDS lainnya.
- Amantadine
Indikasi: pencegahan influenza, perawatan influenza, Parkinson
Kontraindikasi: epilepsy, kehamilan.
- Ribavirin
Indikasi: Influenza, cacar air, infeksi virus hepatitis.
- Interferon
Indikasi: hepatitis kronis, infeksi virus HSV, HZV, CMV, Kaposi
sarcoma
Kontraindikasi: Alergi yang parah.
Kortikosteroid1
- Hydrocortisone
Indikasi: lichen planus, eritema multiformis, pemphigus, rekuren aftosa,
gingivitis deskuamatif, fibrosis oral submucous, osteoarthritis,
addison’s disease.
Kontraindikasi: infeksi virus HSV I dan II, diabetes mellitus, TB,
osteoporosis, kehamilan.
- Prednisolone
Indikasi: lichen planus, eritema multiformis, pemphigus,
trombositopenia purpura, behcet sindrom, neuralgia herpetic,
keganasan.
Kontraindikasi: hipersensitivitas, infeksi virus, diabetes mellitus, TB,
peptic ulser.
- Triamcinolone
Indikasi: lichen planus, eritema multiformis, pemphigus, rekuren aftosa,
gingivitis deskuamatif, fibrosis oral submucous, asma, cheilitis kontak,
hemangioma.
Kontraindikasi: infeksi virus, TB.
- Betamethasone
Indikasi: lichen planus, eritema multiformis, pemphigus, rekuren aftosa,
gingivitis deskuamatif, fibrosis oral submucous, asma, pemphigoid
membrane.
Kontraindikasi: infeksi virus.
- Fluocinolone
Indikasi: Lichen planus, rekuren aftosa.
Kontraindikasi: infeksi virus.
C. Lesi Oral
Di bawah permukaan
- Erosi. Merupakan lesi merah yang lembap biasanya disebabkan karena
rupturnya vesikel atau bulla juga trauma. Pada daerah yang mengalami
erosi, epitelium di atas lapisan sel basal hilang. Contoh: pemphigus, lichen
planus erosif (gingivitis deskuamatif), dan eritema multiformis.2,3
- Ulser. Merupakan kerusakan pada epitel yang ditandai dengan lesi cekung
terlokalisasi. Ulser meluas lebih dalam dibandingkan erosi, dari lapisan
basal epitelium hingga lapisan dermis. Ulser dapat berasal dari trauma,
stomatitis aftosa, infeksi virus seperti herpes simpleks, variola (small pox),
dan varisela zoster, kanker, atau penyakit granulomatosis. 2,3
- Fissura. Merupakan rusaknya jaringan yang dalam dan memanjang. Adanya
fisura menunjukkan suatu varian normal atau penyakit. Fissura yang
berhubungan dengan penyakit timbul jika mikroorganisme patogen
menyerang fissura, menyebabkan terjadinya rasa sakit, ulserasi, dan
peradangan. Contoh: angular cheilitis, fissure tongue.3
Di atas permukaan
- Papula. Merupakan suatu lesi yang padat, menonjol dan berukuran < 1cm.
Papula dapat terlihat dalam variasi penyakit yang luas seperti erythema
multiformis, rubella, lupus erythematous, dan sarcoidosis. 2,3
- Plak. Merupakan lesi padat yang menonjol dan berukuran > 1 cm (papula
yang besar). Contoh: leukoplakia, lichen planus. 2,3
- Vesikel. Merupakan suatu massa yang berisi cairan bening dan berukuran
< 1 cm. Cairan dari vesikel umumnya terdiri atas cairan limfe atau serum
tetapi juga dapat mengandung darah dan agen penginfeksi. Vesikel pada
umumnya terjadi karena peradangan akibat virus, seperti herpes simpleks,
herpes zoster.2,3
- Bulla. Merupakan suatu massa berisi cairan bening dan berukuran > 1 cm.
Oleh karena ukurannya, bulla mewakili penyakit yang lebih parah
dibandingkan kelainan yang berhubungan dengan vesikel. Contoh:
pemphigus vulgaris. 2,3
- Pustula. Merupakan lesi menonjol yang berisi purulent atau pus biasanya
berukuran < 1 cm. Di dalam mulut, pustula tampak pada puncak abses atau
parulis. Herpes zoster juga menimbulkan pustula yang pada akhirnya
membentuk ulkus dan menimbulkan rasa nyeri yang hebat. 2,3
- Nodul. Merupakan suatu massa padat dan menonjol dengan diameter < 1
cm dan meluas hingga ke dermis. Tumor mesenkimal jinak seperti fibroma,
limfoma, lipofibroma dan neuroma sering tampak sebagai nodul dalam
rongga mulut.3
- Tumor. Merupakan suatu massa padat dan menonjol dengan diameter > 1
cm dengan dimensi perluasan ke bawah. Istilah ini digunakan untuk
mewakili neoplasma (pertumbuhan jaringan yang baru dan mandiri dengan
pembelahan sel yang tidak terkontrol dan progresif, yang tidak mempunyai
manfaat fisiologis.3
Lesi datar
- Makula. Merupakan lesi datar dengan batas jelas dan terlihat karena
mengalami perubahan warna dari normal. Lesi ini dapat berwarna merah
karena adanya lesi vascular atau inflamasi, pigmentasi akibat adanya
melanin, hemosiderin, dan obat-obatan. Contoh: pigmentasi, tato
amalgam.3
- Patch. Merupakan lesi datar dengan batas jelas seperti makula dan
mengalami perubahan warna dari normal tetapi berukuran lebih luas.
Argirosis fokal, lichen planus, bercak mukus sifilis sekunder, dan bercak
snuff dipper mewakili lesi seperti bercak yang dapat terlihat intraoral.3
- Purpura. Merupakan lesi datar berwarna kemerahan hingga keunguan
akibat darah dari pembuluh darah masuk ke jaringan subkutan. Purpura
diklasifikasikan berdasarkan ukuran yaitu petechiae atau echimosis.2,4
- Petechiae. Merupakan lesi purpura dengan ukuran 1-2 mm. Contoh:
penyakit Scurvy.4
- Echimosis. Merupakan lesi purpura dengan ukuran yang luas. Contoh:
trombositopenia purpura.4
Macam-Macam Lesi
Lesi Ulseratif
- Lesi ulkus rekuren aptous stomatitis
Recurrent apthous stomatitis adalah suatu kondisi inflamasi
yang dikarakteristikkan dengan ulser yang terjadi secara berulang
disertai rasa sakit, berupa ulser tunggal atau multipel, yang terjadi pada
mukosa oral.5 Ulser ini ditandai dengan timbulnya ulser nekrotik yang
dibatasi dan dikelilingi oleh tepi eritematous. berbentuk bulat atau
lonjong, dan dengan dasar lesi berwarna kekuningan atau keabuan.6
Lesi ini biasanya terjadi pada mukosa yang tidak terkeratinisasi seperti
mukosa bibir, pipi, dasar mulut, palatum molle, dan permukaan ventral
dari lidah, sementara jarang terjadi pada mukosa yang terkeratinisasi
seperti palatum durum, gingiva, dan permukaan dorsal dari lidah.7
Berdasarkan manifestasi klinisnya, recurrent apthous stomatitis (RAS)
dikelompokkan menjadi tiga subtipe, yaitu:
a. Minor Recurrent Apthous Stomatitis
Merupakan bentuk umum dari gambaran klinis dari recurrent
apthous stomatitis, yang terjadi pada 70-85% dari total kasus yang
terjadi. Lesi ini berukuran bulat kecil atau oval yang ditutupi oleh
pseudomembran berwarna putih keabu-abuan dan dikelilingi oleh
tepi eritematous. Ulser ini ditandai dengan munculnya satu hingga
lima ulser dengan ukuran bervariasi kurang dari 1 cm. Proses
penyembuhannya biasanya 4- 14 hari tanpa meninggalkan jaringan
parut. Lokasi lesi yang terlibat yaitu mukosa labial, bukal, lingual,
palatum khususnya palatum molle dan dasar mulut. Lesi ini
biasanya sembuh tanpa membentuk jaringan parut.8,9
b. Major Recurrent Apthous Stomatitis
Merupakan kasus yang jarang ditemui, hanya terjadi sekitar 15%
dari kasus recurrent apthous stomatitis. Major RAS merupakan
bentuk paling parah dari penyakit ini. Ukuran lesi ini di atas 1 cm
dan biasanya cenderung terjadi pada bibir, palatum molle, dan
faring. Waktu penyembuhannya lama (biasanya 6 minggu) dan
apabila sembuh, membentuk jaringan parut.8,10
Lesi Merah
Merupakan suatu keadaan yang abnormal pada mukosa dimana tampak klinis
berwarna lebih merah dari jaringan sekitarnya dengan permukaan licin seperti
adrofi atau granuler. Terlihat inflamiasi pada lesi ini, tapi tanda-tandanya lebih
mudah terlihat pada sel epitel premaligna. Lesi ini dapat terjadi akibat atrofi
mukosa yang menutupi submukosa yang banyak vaskularisasinya dengan tepi
lesi biasanya berbatas jelas.4
- Eritroplakia
Merupakan bercak merah seperti beludru, menetap, yang tidak dapat
digolongkan secara klinis sebagai keadaan lain manapun. Eritroplakia
dapat terjadi di setiap tempat di rongga mulut, orofaring, dan dasar
mulut. Merahnya lesi adalah akibat dari atrofi mukosa yang menutupi
submukosa yang banyak vaskularisasinya. Tepi lesi biasanya berbatas
jelas. Tanda dan gejala klinis dari eritroplakia ini yaitu: bentuk
homogen, yang merahnya tampak rata, berbentuk butiran/nodular yang
halus, mempunyai tepi batasan yang jelas, bentuk tidak teratur, pada
permukaan granular yg berwarna merah terdapat bercak putih atau
kuning, asimtomatis, daerah yang paling sering lipatan mukobukal,
mandibula, orofaring, palatum lunak dan dasar mulut, merahnya lesi
disebabkan karena atrofimukosa yang menutupi submukosa yang
banyak vaskularisasinya.11
- Leukoplakia
Merupakan lesi putih rongga mulut tak dapat dikerok/dikelupas yang
karakteristiknya tidak dapat ditetapkan secara HPA / klinis → jika tidak
teridentifikasi → leukoplakia → praganas. Insiden terjadinya biasanya
pada populasi usia 50 tahun ke atas. Etiologi utama dari leukoplakia
adalah iritasi tembakau, alkohol, iritasi kronis, candida. Tampakan
klinis bervariasi yaitu plak putih, permukaan halus / kasar / pecah –
pecah.
- Candidiasis
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida albicans.
Rongga mulut merupakan manifestasi paling umum terjadi dari infeksi
Candida pada manusia. Faktor predisposisi dari Candidiasis1 :
a. Perubahan pada flora mikrobial dalam rongga mulut : dapat terjadi
akibat penggunaan antibiotik (spektrum luas), penggunaan obat kumur
antibakteri yang berlebihan, xerostomia akibat agen antiholinergik atau
penyakit kelenjar saliva. Hal ini menyebabkan penghambatan bakteri
kompetitif sehingga menyebabkan candidiasis.
b. Iritan lokal : iritan lokal kronis (gigi tiruan, alat ortodontik, dan perokok
berat)
c. Terapi obat-obatan : penggunaan kortikosteroid, obat sitotoksik, agen
imunosupresif dan radiasi kepala dan leher.
d. Penyakit akut dan kronis : misalnya leukemia, limfoma, diabetes, dan
tuberculosis.
e. Malnutrisi : kondisi malnutrisi misalnya rendahnya kadar serum vitamin
A, pyridoxine, dan zat besi.
f. Usia : Usia (masa pertumbuhan, kehamilan, usia tua), hospitalisasi, dan
dysplasia epitel oral.
g. Endocrinopathy : misalnya hypothroidism, hypoparathroidism, dan
Addison’s disease.
h. Imunodefisiensi : keadaan imunodefisiensi primer dan acquired
misalnya hypogammaglobulinemia.
- Herpes zoster
Infeksi virus yang bersifat self limiting dan penyebabnya adalah
reaktivasi virus varicella zoster. Faktor predisposisi yang seringkali
menimbulkan reaktivasi virus adalah AIDS, leukemia, limfoma, dan
bentuk keganasan lainnya, radiasi, obat-obatan imunosupresif dan
sitotoksik, serta usia tua. Lokasi lesi yang unilateral merupakan pola
khas dari herpes zoster. Manifestasi oral terjadi ketika cabang kedua dan
ketiga nervus trigeminus terlibat. Komplikasi biasanya ditemukan
adalah post herpetic trigeminal neuralgia, kadang-kadang terjadi
osteomielitis, nekrosis tulang rahang dan tanggalnya gigi.
Perawatannya adalah analgesik dan sedatif untuk menghilangkan nyeri.
Acyclovir atau valacyclovir dan famcyclovir adalah obat antiviral yang
biasanya digunakan.4
- Pemphigus vulgaris
Merupakan penyakit autoimun mukokutan bulosa kronis yang parah.
Pemphigus vulgaris adalah varian yang paling sering ditemukan,
meliputi 90-95% dari kasus yang ada. Lebih dari 70% pemphigus
vulgaris dimulai dengan keterlibatan oral. Lesi oral memiliki ciri khas
berupa terbentuknya bulla yang akan pecah dengan cepat,
meninggalkan erosi yang nyeri dengan kecenderungan meluas ke
perifer. Perawatannya adalah dengan steroid sistemik. Cyclosporin,
azathioprine dan mycophenolate mofetil, juga dapat digunakan
bersamaan dengan steroid.4
Infeksi Bakteri
- Gingivitis Ulseratif Nekrotik (NUG)
Keadaan ini ditandai dengan gingiva yang membengkak secara
spontan, berdarah, berwarna merah, dan sakit, disertai bau mulut. Papila
interdental menjadi tumpul,membulat, mengalami ulserasi, dan tertutup
lapisan nekrotik yang berwarna abu-abu, tanpa kerusakan tulang.1
- Periodontitis Ulseratif Nekrotika (NUP)
Pada awalnya timbul manifestasi pada bagian anterior jaringan
periodontal,kemudian menyebar ke daerah posterior, dan mempunyai
kecenderungan yang khas untuk berjalan ke daerah gigi insisif dan
molar.Infeksi bakteri ini (disebabkan oleh patogen yang khas maupun
tidak khas) berhubungan dengan immunosupresi yang mencolok.
Keadaan ini ditandai oleh rasa nyeri dan perdarahan gingiva yang
spontan, edema gingiva, ulserasi dan nekrosis, kerusakan tulang yang
cepat dan tidak teratur, penyembuhan luka yang tertunda, serta
penyebaran ke mukosa di dekatnya.3
Infeksi jamur pada rongga mulut
Perubahan metabolisme
Etiologi kanker mulut pada manusia masih belum diketahui, namun beberapa
riwayat sebelum sakit pada pasien telah ditemukan frekuensi yang cukup banyak pada
pasien dengan kanker mulut, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai faktor
predisposisi untuk terjadinya kanker. Contohnya adalah iritasi kronis yang terkait
perkembangan kanker, sedangkan iritasi yang hanya berlangsung satu kali tidak
berhubungan dengan kanker.41
Konsumsi alkohol secara kronis. Alkohol telah ditemukan sebagai salah satu
faktor dalam pengembangan kanker mulut, terutama kanker di lantai mulut dan lidah.
Penurunan insidens kanker mulut di Inggris Raya dalam beberapa tahun terakhir,
sejalan dengan penurunan konsumsi alkohol mendukung asosiasi ini. Sejumlah
penelitian telah menyarankan alkohol untuk menjadi faktor risiko utama untuk kanker
mulut. Studi menunjukkan bahwa individu yang mengkonsumsi lebih dari 170g
Whiskey setiap hari memiliki risiko kanker oral 10 kali lebih tinggi daripada peminum
ringan. Alkohol mungkin memiliki efek aditif dan dapat memfasilitasi masuknya
karsinogen ke sel yang terpapar, mengubah metabolisme oral sel mukosa Namun, bukti
saat ini tidak menunjukkan bahwa etanol murni saja adalah karsinogen untuk
perkembangan kanker mulut. 41
Agen infeksi spesifik. Atrofi glositis yang ditemukan di sifilis tersier misalnya
telah dikaitkan perkembangan kanker lidah. Peran virus onkogenik pada kanker
manusia telah menjadi bidang penelitian baru. Virus mampu membajak aparatus
seluler sel induk dan memodifikasi DNA dan kromosom struktur dan mendorong
perubahan proliferatif di sel. HPV dan virus herpes simpleks (HSV) telah ditemukan
dalam beberapa tahun terakhir sebagai agen penyebab kanker mulut. HPV telah
diidentifikasi pada sekitar 23,5% kasus kanker mulut kasus. Virus HPV yang paling
sering dideteksi pada karsinoma sel skuamosa kepala dan leher (HNSCC) adalah HPV-
16, yang mana telah ditunjukkan pada 90-95% dari seluruh kasus. HSV-1 atau ''herpes
oral '' umumnya terkait dengan luka di sekitar mulut dan bibir dan diperkirakan menjadi
agen penyebab kanker mulut. Studi epidemiologi menunjukkan tingkat IgG dan IgM
antibodi yang lebih tinggi pada pasien kanker mulut dibandingkan dengan subyek
kontrol. Sebuah Studi berbasis populasi menunjukkan HSV-1 meningkatkan
pengembangan OSCC pada pasien yang terinfeksi HPV dan individu dengan riwayat
merokok . Jamur kandida juga telah dilaporkan berperan dalam inisiasi kanker mulut.
41
Karsinogenesis oral seperti kanker lainnya adalah penyakit progresif dan epitel
normal melewati tahap-tahap mulai dari displasia sampai akhirnya berubah menjadi
fenotip invasif. Meskipun semua jenis karsinoma terlihat pada rongga mulut, bentuk
kanker mulut yang paling umum adalah karsinoma sel skuamosa. Penggunaan
pendekatan genetik dan proteomik beberapa tahun terakhir telah mengungkapkan
gambaran molekuler patologis kanker oral. Terdapat pencarian aktif untuk
mengidentifikasi perubahan genetikpada onkogen atau gen supresor tumor, peran
ketidakstabilan genom dan modifikasi epigenetik dan untuk menghasilkan profil
ekspresi genetik dalam onkogenesis oral. Memahami perubahan genetik dan pola
ekspresi gen ini adalah kunci untuk memahami patogenesis molekular dari kanker oral.
Jenis kanker mulut yang paling umum adalah karsinoma epidermoid (karsinoma sel
skuamosa). Epidermoid carcinoma berasal dari mukosa yang tidak normal, baik berupa
leukoplakia, eritroplakia atau leukoplakia yang berbintik-bintik. Penyakit ini paling
banyak dimulai pada lesi leukoplakia dengan permukaan halus atau kasar, rata atau
ditinggikan, mengalami ulserasi atau utuh. Secara histologi pada leukoplakia
didapatkan penebalan mukosa. Bila lapisan permukaan menebal dengan mengandung
sel dengan inti yang dipertahankan disebut hiperparakeratosis; jika penebalan sel
lapisan permukaan tidak mengandung inti maka disebut hyperorthokeratosis. Lapisan
spinous yang menebal disebut dengan acanthosis; dan lapisan basal yang menebal
dikenal dengan basilar hiperplasia. Sebenarnya, banyak lesi leukoplakia berasal dari
kombinasi Berbagai macam penebalan, misalnya hiperparakeratosis dengan acanth osis
Lesi hiperplastik oral pada mukosa ini, "hiperparakeratosis, hiperorthokeratosis,
acanthosis atau kombinasinya" umumnya memiliki sifat jinak. 42